Sejarah Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab (Kejadian-Wahyu)



Pendahuluan Alkitab terdiri atas dua bagian “Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB)”. Perjanjian Lama merupakan bagian pertama, yang terdiri dari 39 kitab dapat di kategorikan sebagai sejarah, hukum, puisi dan nubuatan. Perjanjian Baru merupakan bagian kedua, terdiri dari 27 kitab yang menceritakan tentang Penggenapan janji Allah akan kedatangan Mesias, Pengajaran Yesus Kristus, Para Rasul, Dan Akhir Zaman. Sejarah Pendidikan Agama Kristen dalam Perjanjian Lama merupakan sebuah peristiwa dimana Allah secara umum dan secara khusus menyatakan diriNya kepada bangsa Israel sebagai umat pilihan. Dalam Perjanjian Baru, penyataan tersebut di genapi melalui Yesus Kristus, agar setiap orang dari setiap suku, tradisi dan bahasa mendapatkan keselamatan menjadi milik Allah. Agama atau Kepercayaan, Bahasa, Tradisi, Hukum dan Budaya merupakan bagian dari perkembangan pendidikan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pendidikan merupakan sebuah anugerah yang di berikan oleh Allah kepada Bangsa Israel sebagai bangsa yang besar untuk mengetahui rencanarencana Allah serta menunjukkan identitas manusia sebagai mahluk ciptaan yang paling mulia. Pendidikan tersebut di nyatakan oleh Allah kepada keluarga Abraham beserta keturunannya sebagai perjanjian dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (Kej 12:1-9). Dalam Perjanjian Baru, berkat yang telah di terima oleh bangsa Israel menjadi sebuah perjanjian yang baru sebagai tujuan akhir akan perjanjian yang telah di tetapkan oleh Allah dalam Perjanjian Lama kepada Bangsa Israel . Yaitu menjadi bangsa yang membawa berkat bagi semua orang melalui kedatangan “Mesias” Tuhan Yesus Kristus, yang telah di tetapkan dan di pilih oleh Allah serta melalui ramalan-ramalan Para Nabi PL (Yesaya 9:5) bahwa berkat yang di terima oleh bangsa Israel, merupakan berkat keselamatan yang hanya dapat di peroleh melalui peristiwa kelahiran, kematian, kebangkitan dan kedatangan kedua kali oleh Yesus Kristus. Melalui pengajaran dan pemberitaan, iman dan kasih, manusia dapat mengetahui dirinya sebagai mahkluk ciptaan yang mulia, kekal, suci dan hidup bersama Allah (Mat 28:18-20; Mark 16:16; Luk 24:44-49; Wah 21:3-4) dan lain sebagainya.



Sejarah Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Lama Mengawali dengan berbagai peristiwa pendidikan dan pengajaran yang di lakukan Allah kepada manusia, di mana Allah menyatakan diriNya secara umum melalui ciptaanNya sampai kepada bangsa yang di pilihnya sebagai bangsa yang membawa berkat kepada bangsa-bangsa yang lain. Pendidikan Agama Kristen dalam Perjanjian Lama, bukanlah semata-mata hanya mengetahui peristiwa sejarah bahwa PAK lahir dari berkat yang diberikan kepada bangsa Israel, tetapi untuk menyadari bahwa segala tindakan Allah kepada segala ciptaanNya baik dan benar yaitu memperoleh keselamatan. A. Penciptaan Dalam perjanjian lama, tepatnya kitab Kejadian. Allah mengajarkan manusia untuk mengetahui bagaimana dunia ini di jadikan oleh Allah dan apakah tujuan dan maksud Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling tinggi dari segala ciptaan. Musa menuliskan dalam kitab Kejadian, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui FirmanNya (Kejadian 1:3-31). Termasuk segala apa yang ada di dalam ciptaan tersebut, baik itu terang dan gelap, cakrawala, tumbuh-tumbuhan, benda-benda penerang, Binatang-binatang air, darat, udara, dan manusia. Dalam Pendidikan Agama Kristen peristiwa penciptaan dalam perjanjian lama merupakan permulaan dimana Allah menyatakan diriNya secara umum melalui ciptaanNya. Pendidikan yang di berikan oleh Allah kepada adam dan hawa di ikuti dengan berbagai tugas dan tanggung jawab. “Kejadian 2:19-20” dimana Allah mengajarkan bahasa kepada manusia, “Kejadian 1:28” Allah memberikan perintah untuk memenuhi bumi dan menguasai segala ciptaanNya. “Kejadian 2:16-17” Allah memberikan pengajaran kepada manusia untuk menaati segala perintah Allah. Tujuan Allah dalam peristiwa penciptaan kepada manusia adalah agar segala pengajaran dan perintahNya menjadi sebuah berkat, baik kepada segala ciptaan Allah dan segala keturunan manusia itu untuk memuji dan memuliakan Allah. B. Upah Dosa Kejatuhan manusia ke dalam dosa merupakan sikap ceroboh atas kebebasan manusia sebagai penguasa akan ciptaan Allah. Kurangnya pengendalian diri dan mudah terpengaruh oleh keadaan jasmani manusia itu sendiri. Sehingga roh Allah yang ada pada manusia itu di cemari oleh perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah, yaitu tidak menaati segala perintahNya. (Kejadian 3:1-24). Pendidikan Agama Kristen dari sudut pandang peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa, mengajarkan serta memperingatkan kepada kita, bahwa berkat yang di berikan Allah dapat berubah menjadi sebuah kutukan(Ul 10:8-32). Yaitu upah dari perbuatan dosa adalah maut atau kematian. Sebab manusia tidak lagi sama dengan gambar dan rupa Allah (Kejadian 3:22; 6:3).



C. Perjanjian Allah kepada Nuh Allah memberikan berkat bagi satu keluarga yang akan memberikan perubahan yang baik akan keadaan hubungan Allah dan manusia. Meskipun di tengah-tengah kemorosotan moral masyarakat pada masa itu, keluarga Nuh merupakan keluarga yang hidup dalam ketaatan dan takut akan Allah (Kej 6-9). Pendidikan Agama Kristen memandang bahwa pemulihan keadaan manusia di berikan melalui keturunan Nuh. Bahwa Allah tidak lagi melakukan pemusnahan dengan Air bah. (Kej 9:1-17). D. Perjanjian Allah kepada Abraham Rencana Allah bagi manusia, mengingat akan perjanjian yang di lakukan kepada Nuh dan keturunannya. Allah tidak membiarkan manusia hidup terjerumus ke dalam dosa dan pelanggaran. Allah memilih Abraham untuk menjadikan keturunanNya sebagai bangsa pilihan Allah dan sunat menjadi tanda perjanjian. Pendidikan Agama Kristen dari sudut pemanggilan Allah atas Keluarga Abraham, Isu-isu yang terpenting terjadi dalam satu keluarga yaitu adalah Allah memilih keluarga Abraham dan keturunannya menjadi umatNya (Kej 22:16-19). Perjanjian tersebut di awali dengan panggilan Abraham untuk meninggalkan tanah kelahirannya (Kej 12:1-8). E. Hukum Taurat Meskipun dengan mengalami perbudakan di Mesir, bangsa Israel tetap berpegang teguh kepada perjanjian Allah melalui nenek moyang mereka sebagai bangsa umat pilihan Allah. Bahwa Allah memilih musa sebagai jalan dan penolong bagi mereka (Kel 2:23;3-20). Dengan berbagai peristiwa yang di alami bangsa Israel pada saat itu, bahkan setelah keluarnya dari tanah Mesir, Allah berulang-ulang mendidik bangsa Israel menjadi bangsa pilihan Allah. Baik pada saat mereka berada di Mesir, Menyeberangi Laut Teberau, bahkan pada saat di Padang Gurun dan di gunung Sinai. Allah memberikan pengajaran kepada bangsa Israel melalui berbagai peristiwa yang sulit di terima akal pada saat itu. Pengaruh buruk dari budaya yang di terima bangsa Israel di Mesir menjadikan sebuah faktor kecemburuan kepada Allah dimana bangsa tersebut menyembah ilah-ilah lain (Ulangan 9:16), sehingga Allah memberikan hukum taurat sebagai hukum dan pertanda bahwa bangsa Israel adalah milik Allah sebagai umat pilihan Allah (Kel 25:10-21). Pendidikan Agama Kristen dari sudut pandang keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir sampai kepada pemberian hukum taurat yang di tuliskan dalam 2 loh batu adalah ke-sepuluh perintah Tuhan, merupakan pokok dasar iman dan perbuatan untuk slalu setia pada perintah Allah, menjauhi laranganlaranganNya, Kasih terhadap Allah dan kepada sesama. F. Ibadah dan Persembahan Pendidikan Bangsa Israel terkait dengan bentuk Ibadah dan Persembahan dalam Perjanjian Lama secara turun temurun di wariskan dari berbagai peraturan yang di lakukan bangsa Israel di pimpin oleh Musa mulai dari perjalanan mereka di padang gurun sampai ke pada tanah perjanjian. Peraturan-



peraturan dalam Ibadah di berikan Oleh Allah kepada Musa untuk di tetapkan dalam peribadatan bangsa Israel kepada Allah, antara lain : 1. Peraturan Kebaktian (Kel 20:22-26) 2. Hari-hari Raya (Kel 23:14-18) 3. Kemah Suci (Kel 25:1-9; 26:1-37) 4. Tabut Perjanjian (Kel 37:1-9) 5. Korban Persembahan (Kel 27; 29:38-46) 6. Dan lain sebagainya. G. Para Pengajar Pendidikan agama yahudi pada zaman pembuangan ke Babel (II Rajaraja 24; I Tawarikh 9; Yeremia 20-40) sampai kepada permulaan zaman Masehi, Pengajar-pengajar dalam pendidikan Yahudi, terdiri atas 4 golongan pemimpin : 1. Kaum Imam 2. Para Nabi 3. Kaum Bijaksana 4. Kaum Penyair H. Lembaga Pendidikan Agama Yahudi Pendidikan dalam agama Yahudi suatu hal yang sangat penting. Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah mempelajari Hukum Taurat. Peranan orangtua merupakan bagian yang mendukung perkembangan anak-anak Yahudi. Sempat terjadi suatu masa suram dalam kehidupan umat Yahudi sesudah pembuangan Babel. Lambat-laun kemampuan orangtua mendidik anaknya menurun, dengan akibat bahwa iman Yahudi dicampur-baurkan dengan unsur agama yang bukan Yahudi. Masalah yang terjadi pada umat Yahudi pada saat itu juga tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh mereka yang masih tinggal di Babel. Masalah ini disebabkan karena persoalan bahasa pada saat itu, bahasa Aram mulai menggeser bahasa Ibrani sebagai bahasa utama yang dipakai. Hal ini mau tidak mau membuat Taurat harus diterjemahkan ke dalam bahasa Aram (Neh 8:1-8). Hancurnya Bait Allah pada saat itu membuat orang-orang Yahudi berkumpul dan berdoa, serta mendengarkan Taurat dalam rumah ibadat yang disebut Sinagoge. Sinagoge merupakan lembaga tertua yang terus menerus kebutuhan masyarakat tertentu. Sinogoge hadir sebagai suatu wadah yang berusaha menggantikan kerinduan umat pada saat itu yang ingin beribadah di Bait Allah di Yerusalem. Kebaktian dalam sinagoge ini dapat di bagi menjadi 5 bagian : a) Shema, yang berisi semacam pengakuan iman. Prinsip pendidikan agama Yahudi berpusat pada Ulangan 6:4-9. b) Doa c) Pembacaan Hukum Taurat d) Pembacaan Nubuat e) Pembacaan Berkat oleh Pemimpin Ibadah Yang menjadi pondasi Kurikulum Pendidikan Agama Kristen dalam Ulangan 6:9 “dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”. Dengan adanya rumah ibadat untuk mengajar orang dewasa, maka mulailah didirikan sekolah rumah ibadat untuk mendidik angkatan



muda secara tertib. Ini diawali dengan pendirian sebuah sekolah dasar (BethHasepher artinya rumah buku) pada tahun 75 SM oleh Rabi Simson ben Syatakh. Awalnya gagasan ini tidak terlalu menjadi perhatian khalayak ramai. Namun, setelah kurang-lebih seratus empat puluh tahun, sistem perkuliahan berangsurangsur mulai dikembangkan. Khususnya pada waktu keputusan Imam AgungYosua ben Gamala memerintahkan setiap Kabupaten dan Provinsi untuk mendirikan Sekolah Dasar bagi kaum muda. Dalam rencananya, setiap guru mengajar dua puluh lima anak laki-laki sekaligus. Apabila terjadi pertambahan sampai dengan empat puluh anak, seorang guru penolong harus diangkat. Dan jika sampai lima puluh anak maka harus ada seorang guru tetap lagi yang ditugaskan. Bahan-bahan pengajaran yang diajarkan pada saat itu adalah Hukum Taurat. Hal yang sangat mengesankan pada saat itu adalah guru yang ada tidak menerima gaji layaknya guru-guru saat ini. Namun, guru merupakan profesi yang sangat dihargai, seringkali ia menerima berkat-berkat yang diberikan masyarakat setempat. Seorang guru wajib memiliki keahlian dalam Taurat sebelum ia mengajar dan diwajibkan harus sudah menikah. Sekitar abad kedua Masehi, pemberian gaji mulai dipikirkan dan dilakukan bagi guru pada saat itu serta mendapat kebebasan dalam hal pembayaran pajak. Pendidikan di Beth-Hasepher ini dimulai ketika anak beranjak berusia enam tahun. Mereka diajarkan untuk mempelajari bahasa Ibrani, Taurat, nubuat dan tulisan-tulisan lain seperti Mazmur. Pada usia sepuluh tahun mereka diharapkan sudah mampu mampu membaca kesluruhan Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. Tahap lembaga pendidikan selanjutnya adalah Beth Talmud yang berarti rumah Talmud, atau pada saat sekarang setingkat dengan SMP. Di sana mereka diajarkan untuk mengerti Misyna, yaitu suatu penafsiran tentang isi Taurat. Di samping itu dipelajari juga Misyna, Talmud dan Haggadah atau dikenal juga dengan Taurat lisan. Materi lain yang diberikan adalah ilmu hitung, ilmu bintang, ilmu hitung, ilmu bumi dan ilmu hayat sebagai tambahan dalam pembelajaran. Murid-murid diajarkan untuk dapat berpikir secara logis atau lebih tepatnya diajak untuk bersama-sama mengkritisi isi dari penafsiran yang dibuat pada Rabi.Dua lembaga pendidikan Yahudi yang ada pada saat itu sangatlah penting bagi mereka. Kebanyakan laki-laki Yahudi pada saat itu sudah mampu membaca dan menulis. I. Metode Pengajaran Sekolah Yahudi Metode pengajaran dalam pendidikan Yahudi menitikberatkan pada penghafalan. Pertama-tama anak diajar untuk menghafal 22 huruf Ibrani. Kemudian beberapa huruf dihafal dengan rangkaian dengan huruf-huruf lain yaitu kata-kata. Pada saat itu huruf vokal masih belum dimanfaatkan. Metode pengajaran yang digunakan dalam penyampaian Agama dalam Perjanjian Lama, antara lain : 1. Metode menghafal (Ulangan 6 :4-9, Amsal 22:6, Mazmur 119 :11,105) 2. Metode bercerita (Yosua 4:6-7, bandingkan Keluaran 12:24-27). 3. Berbagai metode lain juga digunakan oleh guru misalnya menempatkan seorang murid yang dinilai kurang dalam segi intelektual dekat dengan dengan seorang anak yang rajin dan pintar.



Atau anak yang memiliki prestasi diminta untuk mengajar temantemannya lain yang terbelakang. Bahan pelajaran juga kadangkadang dinyanyikan oleh para murid. Perdebatan juga digunakan untuk membuat para murid semakin kritis dalam berpikir. J. Kesimpulan Sejarah Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Lama. Sejarah umat Israel sangat penting dalam Pendidikan Agama Kristen yaitu bagaimana Allah menyatakan dirinya kepada Nuh, Abraham dan keturunannya, kepada Musa, Para Nabi dan Raja-Raja, Para Imam, Para Penyair untuk memberitahukan bahwa Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah untuk membawa berkat kepada bangsa-bangsa lain dan untuk memulihkan serta memperbaiki hubungan manusia kepada Allah melalui perjanjian dan nubuatnubuat yang di genapi dalam Perjanjian Baru. Sejarah Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Baru Pengenapan akan perjanjian dan nubuatan dalam Perjanjian Lama, yaitu dalam Perjanjian Baru, dimana Allah memenuhi janjiNya untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah, serta mengembalikan kodrat manusia itu sehingga memperoleh keselamatan melalui Korban Penebus Dosa, Mesias yang dijanjikan, Raja Damai, Imanuel, Gembala dan Korban yang hidup, Anak Tunggal Allah yaitu Yesus Kristus agar manusia hidup kekal bersama-sama dengan Allah dan menjadi anak-anak Allah serta mengambil bagian dalam KerajaanNya. A. Lahirnya Gereja Kristus Lahirnya Gereja diuntungkan oleh beberapa kondisi sesuai dengan rencana Allah yaitu suatu kekaisaran yang sentralistis dan tertib, suatu bahasa yang luas di mengerti dan sangat kaya dan tepat perbendaharaan kata dan bahasanya untuk mengekspresikan filsafat dan konsep-konsep theologis. Suatu system perhubungan dan infra-struktur yang sangat maju. Suatu kebudayaan yang meliputi seluruh kekaisaran sehingga pekabaran Injil lintas budaya dipermudah, suatu perdamaian dan ketentraman yang dijamin oleh kekuatan militer Roma, suatu kerinduan yang kuat akan keselamatan dan berkembangnya kesadaran akan monotheisme. Tuhan mengaturnya sehingga kekristenan dapat berkembang dalam naungan agama Yahudi sampai dapat berdikari terjadinya diaspora sejak abad ke6 s.M. Merupakan suatu persiapan buat gerakan misi gereja mula-mula, karena khususnya orang-orang Yahudi perantauan menjadi titik tolak pekabaran Injil selama kurang lebih abad pertama dan melalui diaspora konsep-konsep theologis Alkitab diperkenalkan kepada dunia luar. Semuanya ini menolong gereja untuk berkembang dengan cepat. Tuhan sungguh-sungguh mempersiapkan kelahiran AnakNya dan lahirnya gereja mula-mula. Kata Gereja berasal dari bahasa Protugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia, yaitu orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Disamping itu, dalam bahasa Yunani ada suatu kata lain yang berarti



gereja, yakni kuriakon (rumah) Tuhan. Di mana yang pertama-tama dipanggil oleh Kristus adalah para murid, yaitu Petrus dan kawan-kawan (kedua belas murid). Sesudah kenaikan Yesus ke sorga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi rasul, artinya mereka yang diutus. Mereka diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah Gereja Kristen. Tugas panggilan mereka dapat dirumuskan dengan tiga istilah, yakni: “martyria” (kesaksian yang mencakup pekabaran Injil dan kesaksian hidup, juga dalam arti setia sampai mati syahid), “koinonia” (persekutuan), dan “diakonia” (pelayanan). Dengan demikian Sejarah Gereja merupakan suatu penelitian tentang kesetiaan, keberhasilan dan kegagalan dalam menghayati penggilannya dan mentaati Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20). B. Metode Pengajaran Yesus Penyebutan gelar sebagai Guru, merupakan suatu kondisi di mana Yesus merupakan hasil dari pendidikan Yahudi. Bahwa semua syarat-syarat Pendidikan yang di terima oleh Yesus selama dalam studinya di sekolah berhasil di selesaikannya. Bahkan metode pengajarannya baik bahasa, penafsiran dan sumber pengajaranannya berasal dari Perjanjian Lama. Tujuan pengajaran Yesus adalah agar setiap orang mengenal Bapa maupun Anak secara pribadi dan meyakini bahwa Yesus adalah jalan keselamatan dan hidup serta dapat membawa orang lain menemukan jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Alkitab mencatat bahwa metode pengajaran Yesus antara lain: 1. Penafsiran (Matius 5-7) 2. Mujizat (Mat 8-9:1-8 dan lain sebagainya) 3. Perumpamaan (Mat 13:1-50 dan lain sebagainya) 4. Kasih (Matius 18:15-20; 22:34-40 dll) Bertumbuhnya Pendidikan Agama Kristen pada zaman Para Rasul, identik dengan gaya dan metode pengajaran Yesus. Di mana para murid, memberitakan Injil dengan memiliki kemampuan menafsirkan, melakukan mujizat, mengajarkan perumpamaan dan kasih. Bahkan setiap kali Injil di beritakan semakin banyak orang yang percaya oleh karena perbuatan-perbuatan Ajaib yang dilakukan murid-murid pada zaman itu. C. Kisah Para Rasul Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah dasar pokok Sejarah Pendidikan Agama Kristen, yang dimana para murid dan pengikut Kristus di berikan perintah untuk mengajarkan serta memberitakan Injil kepada semua orang. “Terbentuknya jemaat yaitu pada hari Pentakosta. Sebelum hari itu sudah ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi pada hari itulah jemaat terbentuk. Murid-murid Tuhan berhimpun dengan sehati di Yerusalem dan tiba-tiba Roh Kudus turun ke atas mereka, dan demikianlah jemaat Kristus terbentuk. Akan tetapi dasar jemaat telah diletakkan oleh Tuhan Yesus sendiri, yang berkata, ‘Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.’ (Matius 16:18,19). Murid-murid dipenuhi Roh Kudus, sehingga mereka berani bersaksi tentang Yesus, dan melalui kesaksian tersebut orang-orang menyambut Injil dan percaya kepada Yesus; di sana terbentuklah jemaat kecil. Mereka terdiri dari



orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi-Kristen itu awalnya masih seperti mazhab Yahudi, di mana mereka tetap mengunjungi Bait Allah dan Sinagoge serta mentaati Hukum Taurat dengan setia (Kis 2:46, 3:1). Permulaan sejarah Pendidikan Agama Kristen dapat dipelajari dalam kitab Kisah Para Rasul yang melukiskan hidup jemaat mula-mula yang rukun bersatu, yang peduli dan yang setia dalam pengajaran. Jemaat-jemaat itu bersifat missioner: self-governing (memimpin diri sendiri, berdiri secara kepemimpinan), self-supporting (berdikari secara keuangan), self-propagating (giat memberitakan Injil) dan self-reprocing (mendirikan pos-pos penginjilan). Berita Injil yang mulanya hanya diterima oleh orang-orang Yahudi, namun setelah kematian Stefanus membuat mereka lari dari Yerusalem dan melarikan diri ke daerah-daerah orang Samarita dan orang kafir, dan di manamana pemberitaan Injil diterima oleh penduduk daerah itu (Kis 8; 11:19-30). Petrus tidak mau memasuki rumah seorang kafir tetapi Roh Kudus memaksa dia dengan memakai suatu penglihatan (Kis 10). Menyusul setelah Injil berhasil masuk ke dalam dunia orang-orang kafir itu, timbullah persoalan yang mengemuka. Hal ini disebabkan karena di satu sisi orang-orang Kristen-Yahudi tetap ingin mentaati Hukum Taurat, karena mereka tidak mau memutuskan hubungan dengan orang-orang Yahudi lainnya. Haruskah hal yang sama diwajibkan kepada orang-orang Kristen-nonYahudi? Petrus raguragu. Ia masuk ke rumah Kornelius (Kis 11), tetapi ketika ia dating ke Antiokhia, ia tidak mau makan bersama dengan orang-orang Kristen Yunani yang “najis” karena tidak mau mentaati Hukum Taurat (Gal. 2:11-14, bdg juga Kis 15:1-2; 721). Paulus dalam tulisan-tulisannya benar-benar memahami bahwa tidak perlu lagi orang-orang Kristen itu mengikuti perintah-perintah Taurat Musa. Sebab orang percaya telah bersatu dengan Kristus (Gal.5:6), yaitu dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6; Kol 2:6-3:4). Di Antiokhia, Paulus mencela Petrus karena keraguannya (Gal 2:11-14). Lalu perkaranya diputuskan dalam sidang para pemimpin Gereja di Yerusalem, kira-kira 18 tahun sesudah hari Pentakosta (Kis 15). Di sana Paulus berhasil meyakinkan para rasul lainnya untuk tidak memaksa orang-orang kafir mentaati Taurat Musa. Kendatipun demikian masih banyak orang Kristen-Yahudi yang tetap memperjuangkan Taurat sebagai syarat keselamatan (bdg Gal 2,3). Orang-orang ini kita sebut orang-orang Yudais. Paulus dengan keras melawan mereka, dan dalam rangka perjuangan ini ia menulis surat kepada jemaat di Galatia. Perluasan Gereja merupakan awal perkembangan Pendidikan Agama Kristen yaitu bertolak dari daerah Palestina-Siria. Dari sana Injil dibawa ke daerah-daerah di sebelah Barat, Timur dan Selatan. Sebelah Barat Palestina. Paulus dan sejumlah orang lain (bdg Kis 18:24-25) membawa Injil ke daerahdaerah di sebelah Barat Palestina. Pada masa pertama, salah satu pusat penginjilan yang utama ialah kota Ankiokhia. Di sini untuk pertama kali timbul suatu jemaat yang terdiri atas orang-orang kafir (Kis 11:20). Jemaat ini dipakai Tuhan sebagai alat untuk membawa Injil ke daerah-daerah yang lebih jauh. Utusan jemaat Antiokhia yang paling terkenal ialah Paulus. Ia mengabarkan Injil di wilayah Asia Kecil (Turki) dan di Yunani (+ 47-57). Tetapi lepas dari usaha ini sudah berdiri jemaat di Roma (Roma 16:20-24).



Siria Timur. Salah satu pusat kekristenan di Siria Timur dan di Mesopotamia ialah Edessa. Selama abad ke-2 kota ini merupakan negara merdeka yang kecil. Tahun 179, raja Edessa masuk Kristen, sehingga Edessa merupakan Negara Kristen pertama. Salah seorang yang mengabarkan Injil di sebelah Timur Edessa adalah Addai. Pada tahun 104 Addai menahbiskan uskup yang pertama di kota Arbil (Mesopotamia Utara). Para ahli mengatakan bahwa rasul Bartolomeus melayani daerah selatan, bahkan, menurutnya, rasul Thomas melayani di India. Dikatakan bahwa sekitar tahun 180 sesudah Masehi, agama Kristen sudah tersebar ke daerah yang membentang dari Gallia (Perancis) di Barat sampai Arabia Selatan dan Persia di Timur. Orang-orang Kristen paling banyak terdapat di Mesopotamia Utara, Siria, Asia Kecil dan di Afrika Utara (sekarang Tunisia). D. Pandangan Pendidikan Agama Kristen Terhadap Akhir Zaman Pendidikan Agama Kristen dalam pandangan terhadap peristiwa akhir zaman menyangkut hal-hal sebagai berikut : 1. Peristiwa Rapture 2. Perkawinan Anak Domba 3. Tribulasi 4. Kerajaan Seribu Tahun 5. Pengadilan Tahta Putih 6. Langit Baru dan Bumi Baru



DAFTAR PUSTAKA Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia (Jakarta ; LAI, 2012) Boehlke, Robert. R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (dari Plato sampai Ig. Layola). Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009. Dwi, Nanang. Makalah Hubungan Perjanjian Lama dengan Pendidikan Agama Kristen. Http://guruagamakristen.blogspot.com. Putrawan, Bobby.K. Http://bkputrawan.blogspot.com.



Perjanjian



Lama



dalam



PAK.



http://id. Wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Lama. Dr.C.Barth. Theologia Perjanjian Lama 1 (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1984). Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Lama I. (Jakarta : Persekutuan Pembaca Alkitab, 2002). Snoek, I. Sejarah Suci. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008) Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia (cetakan ke-5), 1986.