Sejarah Perkembangan Kesmas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada penulis sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Kedua kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang di ridhoi Allah SWT yakni agama islam. Namun penulis yakin tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi dan do’a, karya ilmiah ini tidak akan terwujud. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya karya tulis ilmiah ini yaitu kepada: 1. Dosen 2. Teman-teman anggota kelompok Akhir kata penulis menyadari karya ilmiah ini masih banyak kesalahan, baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung didalam karya tulis ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dimasa yang akan datang. Dan semoga karya tulis ilmiah ini bisa membawa manfaat bagi kita khususnya bagi penulis. Amin.



Makassar, 12 Oktober 2018



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii BAB 1 Pendahuluan ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1 1.3 Tujuan Pembuatan ................................................................................ 1 1.4 Manfaat Pembuatan .............................................................................. 1 BAB 2 Pembahasan ...................................................................................... 2 2.1 Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat ..................................................... 2 2.2 Periode-Periode Kesehatan Masyarakat ............................................... 4 2.3 Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan ..................................................... 4 2.4 Periode Ilmu Pengetahuan .................................................................... 5 2.6 Defenisi Kesehatan Masyarakat .......................................................... 11 2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat ............................................... 13 2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat ................ 17 2.9 Sasaran Kesehatan Masyarakat .......................................................... 19 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 20 3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20 3.2 Kritik dan Saran ................................................................................... 20



ii



BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang hadapi masyarakat kita saat ini. semakin maju teknologi dibadang kedokteran,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera.masyarakat hal ini tentu saja dipengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri.tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi tingkah derajat kesehatan masyarakat? Sebelum membahas masalah kesehatan masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan masyarakat itu terlebih dahulu. 1.2 Rumusan Masalah Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep dari kesehatan masyarakat, yaitu antara lain: 



Bagaimana ilmu kesehatan masyarakat?







Apa periode-periode ilmu kesehatan masyarakat?







Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat Indonesia?







Apa definisi ilmu kesehatan masyarakat?







Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?







Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?



1.3 Tujuan Pembuatan Untuk mengetahui sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia. 1.4 Manfaat Pembuatan Kita dapat menambah pengetahuan tentang sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia.



1



BAB 2 Pembahasan 2.1 Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas 2 tokoh metologi yunani, yakni Asclepius dan higeia. Berdasarkan cerita mitos yunani tersebut Asclepius disebut sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (Surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang asistennya yang kemudian diceritakan sebagai istrinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan atau penanganan masalah. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam



pendekatan



masalah



kesehatan



melalui



”hidup



seimbang”



,



menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakit tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik dari pada pengobatan/pembedahan. Dari cerita mitos yunani,asclepius dan higeia tersebut akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam mengalami masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari Dokter gigi,psikiater dan praktisi-



2



praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik,psikis,mental maupun sosial. Sedangkan



kelompok



kedua,seperti



higeia,cenderung melakukan upaya-upaya



halnya



pendekatan



mencegahan



penyakit dan



meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit.kedalam kelompok ini termasuk para tugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter,dokter gigi dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.sedangkan pendekatan preventif,sasaran atau pasien adalah masyarakat



(bukan



perorangan). Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif,artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.sedangkan kelompok preventive



lebih



mengutamakan



pendekatan



proactive,



artinya



tidak



menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang dikantor atau ditempat praktek, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.



3



Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem



biologis manusia atau pasien hanya dilihat



secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan biopisikologis dan sosial, dan terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventive melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik.



2.2 Periode-Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum perkembangannya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat seblum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembangan (scientific period).



2.3 Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya. Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran(latrine) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latrine umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak menyedapkan.



4



Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit(Greene,1984). Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan



rumah,



melaporkan



adanya



binatang-binatang



yang



berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman(public



bar),



warung



makan,



tempat-tempat



prostitusi,



dan



sebagainya ( Hanlon,1974)



2.4 Periode Ilmu Pengetahuan Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, multisektoral.



2.5 Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Bapak kesehatan masyarakat Edwin Chadwich adalah orang yang mula-mula yang tertarik kepada kematian yang terjadi di kalangan masyarakat kota-kota besar di Inggris. Dari pengamatannya yang teliti dapat menghimpun data yang berkaitan dengan penyakit, sehingga angka kematian pada golongan masyarakat dapat dicatat dengan sangat teliti. Bertitik tolak



5



dari pada penelitiannya, ia terjun lebih dalam lagi dalam bidang kesehatan masyarakat. Generasi-generasi setelah Chadwich adalah Winslow yang menjadi muridnya, yang kemudian dikenal sebagai pembina kesehatan masyarakat modern (public health modern). Ia menciptakan definisi untuk kesehatan masyarakat yang diterima oleh WHO, yang kemudian lahirlah berbagai definisi sehat, balasan-balasan tentang usaha-usaha pokok kesehatan (basic health service). Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan di Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi pada dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada jaman



kemerdekaan



pelatihan



secara



cermat



dukun



bayi



tersebut



dilaksankan lagi. Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh Dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan Dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding 6



Van Indische Artsen) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas



Kedokteran



Universitas



Indonesia.



Kedua



sekolah



tersebut



mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia. Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah berdirinya pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratoriumlaboratorium



ini mempunyai peranan



sangat



penting dalam



rangka



menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidan kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi. Pada tahun 1922 penyakit pes masuk di Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi epidemi dibeberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulakan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. 7



Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya disembarang tempat, dikebun, selokan, kali bahkan dipinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propoganda (pendidikan) punyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia. Memasuki



zaman



kemerdekaan,



salah



satu



tonggak



penting



perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia adalah di perkenalkannya konsep Bandung (plan) pada tahun 1951 oleh Dr.Y.Leimena dan Dr.Patah, yang selanjutnya kenal dengan Patah-Leimena. Dalam konsep ini mulai di perkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di indonesia kedua aspek ini tidak boleh di pisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956 di mulai kegiatan pengembangan kesehatan



sebagai



bagian



dari



upaya



pengembangan



kesehatan



masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh Dr.Y.Sulianti didirikan proyek Bekasi (tempatnya lemah Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau modal pelayanan



bagi



pengembangan



kesehatan



masyarakat



pedesaan



di



indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih delapan



desa



wilayah



pengembangan



masyarakat



yaitu



inderapura



(Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa 8



Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan november 1967, di lakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia. Pada waktu itu di bahas konsep puskesmas yang di bawakan oleh Dr.achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah di sepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A , B, dan C. Dengan



menggunakan



hasil-hasil



seminar



tersebut,



departemen



kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, di cetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian di kembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi pusat pelayanan kesehtan masyarakat (Puskesmas). Puskesmas di sepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, penyeluru dan mudah di jangkau dalam wilayah kerja kecematan atau sebagian kecamatan, di kota madya atau kabupaten kegiatan pokok puskesmas mencakup : 1. Kesehatan ibu dan anak 2. Keluarga berencana 3. Gizi 4. Kesehatan lingkungan 5. Pencegahan penyakit menular 6. Penyuluhan kesehatan masyarakat 7. Pengobatan 8. Perawatan kesehatan masyarakat 9. Usaha kesehatan gizi 9



10. Usaha kesehatan sekolah 11. Usaha kesehatan jiwa 12. Laboratorium 13. Pencatatan dan pelaporan.



Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya di sepakati dua saja, yakni tipe A dan B dimana tipe A dikelolah oleh dokter sedangkan tipe B hanya di kelolah oleh paramedis. dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya pada tahun 1979 tidak di adakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas yang di kepalai oleh seorang dokter. Pada tahun 1979 juga di kembangkan satu piranti manajerial guna penilaian puskesmas yakni strafikasi puskesmas sehingga di bedakan adanya : 1. Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar 3. Strata 3 : puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata



Selanjutnya puskesmas juga di lengkapi dengan dua piranti manajerial yang lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan perkembangannya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu). Program ini mencakup : 1. Kesehatan ibu dan anak 2. Keluarga berencana 3. Gizi 4. Penanggulangan penyakit diare Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam penggunaan dan pengembangan posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. 10



2.6 Defenisi Kesehatan Masyarakat Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secatra kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas. Batasan yang paling kuat, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya



untuk



mengatasi



masalah



sanitasi



yang



mengganggu



kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada abad ke-18 dengan dikemukakan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi. Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan



integrasi



antara



ilmu



biologi



dan



ilmu



sosial.



Dalam



perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena itu masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang saggat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasih keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.



11



Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang di sempurnakan oleh WHO. Ilmu kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk: 1. Mencegah timbulnya penyakit 2. Memperpanjang umur 3. Meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental. Melalui usaha-usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk : a. Memperbaiki kesehatan lingkungan b. Pemberantasan penyakit-penyakit infeksi pada masyarakat c. Mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan d. Mengkordinasi



tenaga-tenaga



kesehatan



agar



mereka



dapat



melakukan perawatan dan pengobatan dengan sebaik-baiknya e. Mengembangkan usaha-usaha masyarakat agar dapat mencapai tingkat hidupnya yang setingi-tinginya sehinga dapat memperaiki dan memelihara kesehatannya. Batasan lain disampaikan oleh ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatakan



kesehatan



masyarakat



melalui



usaha-usaha



pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegah sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat. Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif adalah agar warga masyarakat dapat 12



mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial, serta di harapkan berumur panjang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut Winshlow menetapkan suatu syarat yang sanggat penting yaitu : “harus selalu ada pengertian, bantuan, dan partisipasi dari masyarakat secara teratur dan terus menerus”.



2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat Sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang.sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan,



sosiologi,



antropologi,



psikologi,



ilmu



pendidikan,



dan



sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah merupakan ilmu yang multi disiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat atau sering disebut sebagai piler utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain :



1. Epidemiologi Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu (epi = pada, demos = penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Banyak defenisi tentang epidemiologi yang diungkapkan para ahli, beberapa diantaranya yaitu : a. W.H. welch Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan penjegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya masalah yang di hadapi penduduk tidak hanya penyakit



13



menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalulintas, dan sebagainya. Oleh karna batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang. b. Mausner dan Kramer Epidemiologi merupakan studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populsi manusia. c. Last Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasih studi untuk menanggulani masalah kesehatan. d. Mac Mahon dan Pugh Epidemiologi



adalah



sebagai



cabang



ilmu



yang



mempelajari



penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia. e. Omran Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadi distribusi keadaan kesehatan,



penyakit



dan



prubahan



pada



penduduk,



begitu



juga



determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk. f. W.H. Frost Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat. g. Azrul Azwar Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut : 1. Frekuensi masalah kesehatan 2. Penyebaran masalah kesehatan masyarakat 14



3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan masyarakat. Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahuin distribusi dan faktorfaktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan interfensi yang diperlukan, maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa : a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat. b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan. c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya. e. Mengarahkan



intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi



masalah yang perlu dipecahkan. Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiologi semakin luas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain : 1. Epidemiologi penyakit menular 2. Epidemiologi penyakit tidak menular 3. Epidemiologi kesehatan reproduksi 4. Epidemiologi kesehatan lingkungan 5. Epidemiologi kesehatan kerja 6. Epidemiologi kesehatan darurat 7. Epidemiologi kesehatan jiwa 8. Epidemiologi perencanaan 9. Epidemiologi perilaku 10. Epidemiologi genetik 15



11. Epidemiologi gizi 12. Epidemiologi remaja 13. Epidemiologi demografi 14. Epidemiologi klinik 15. Epidemiologi kausalitas 16. Epidemiologi pelayanan kesehatan Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tentang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakantindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menuntut peningkatan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang dugunakan untuk penyakit menular dapat juga dugunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga semakin meningkat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasi-asosiasi sebabakibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk.



2. Biostatistik /Statistik kesehatan Statistik dipakai dalam masalah-masalah kesehatan, baik dalam rencana, aplikasi, evaluasi, maupun monitoring. Statistik menjadi penting karena setiap pencatatan permasalahan kesehatan diperlukan untuk melakukan perbaikan. Ruang lingkup statistik kesehatan: 



Statistika perikehidupan, berupa kelahiran, kematian, dan perkawinan







Mortalitas







Fertilitas



16







Morbiditas







Pelayanan kesehatan



3. Kesehatan lingkungan Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu : o Penggunaan air bersih o Rumah sehat o Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar 4. Administrasi kesehatan masyarakat Administrasi ksehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan penyakit secara dini.



2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat “Health is not everything but without health everything is nothing” Slogan diatas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita seharihari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan anak saudara kita. Menurut Hendrik L. Blumm, Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: Faktor perilaku, Lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. a. Faktor Genetik Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar dideteksi. Untuk itu, perlu dilakukan konseling genetik.



17



b. Faktor Pelayanan Kesehatan Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapansarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Faktor Perilaku Masyarakat Faktor ini terutama di Negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap



munculnya



gangguan



kesehatan



atau



masalah



kesehatan



masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai



perubahan



mengakibatkan



tingkah



masalah



laku



kesehatan



(peran tetap



serta) potensial



masyarakat



akan



berkembang



di



masyarakat.



c. Faktor lingkungan Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan sekitar kita dapat kita rasakan,



daerah



yang



kumuh



dan



tidak



dirawat



biasanya



banyak



penduduknya yang mengidap penyakit seperti : gatal-gatal, infeksi saluran pernapasan,dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangan



nyamuk



aedes



aegypti



penyebab



demam



berdarah



meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah. Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma H.L. belum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. Analisi ke-4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga maslah kesmas dan masalah program dapat dirumuskan 18



dengan jelas. Analisi ke-4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi pencernaan) untuk pengembangan program kesehatan disuatu wilayah tertentu.



2.9 Sasaran Kesehatan Masyarakat  individu Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posiandu, keluarga binaan, dan masyarakat binaan. 



Keluarga Keluarga



binaan



yang mempunyai masalah



keperawatan dan



kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko-resiko tinggi. Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah : 1. Masyarakat binaan puskesmas 2. Masyarakat nelayan 3. Masyarakat pedesaan 4. Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan masyarakat seperti puskesmas, posiandu, yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal. 5. Masyarakat yang luas terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak, dan sebagainya.



19



BAB 3 Penutup 3.1 Kesimpulan 



Asclepius : dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan



pembedahan



dengan



cara



tertentu.



Higiena,



asisten/istri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui pendekatan hidup seimbang, menghindari makanan atau minuman beracun, makan-makanan yang bergizi, cukup istirahat dan berolahraga. 



Periode ilmu kesehatan masyarakat terbagi atas dua yaitu sebelum ilmu pengetahuan dan sebelumnya.







Ilmu kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit, memperpanjang umur, dan meningkatkan nilai kesehatan fisik.







Sasaran



kesehatan



masyarakat



yaitu



individual,



keluarga,



kelompok, dan masyarakat. 3.2 Kritik dan Saran hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menanggulangi permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.



20



DAFTAR PUSTAKA Entjang, indan. 2000. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: citra aditya bakti. Kumpulan materi kesmas bahan bacaan jurusan kebidanan polikteknik Makassar. Soekidjo



notoatmojo.2003.



prinsip-prinsip



dasar



ilmu



kesehatan



masyarakat.Ed.2. Jakarta : rineka cipta Soekidjo notoatmojo. 2007. Kesehatan masyarakat, ilmu dan seni. Jakarta: rineka cipta.



21