Skenario 1 Elektif Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK 7.3



DOSEN PEMBIMBING : dr. Rita Halim, M.Gizi KELOMPOK 1 : Riska Marvelia



G1A117004



Miftahul Khairiah



G1A117005



Aline Salsabiella Irawan



G1A117010



Fauzan Afrizal



G1A117011



Melania Kusumawardani



G1A117014



Megawati



G1A117017



Olfa Palencia



G1A117023



Sonia Permata Sari



G1A117027



Lestari Eka Putri Wanti



G1A117028



Rani Sakila Stefanni



G1A117032



Firdaus Qarim



G1A117033



PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN AJARAN 2020/2021



Skenario Anak D, laki-laki, usia 14 bulan, dibawa ke Puskesmas dengan keluhan berat badan tidak naik sejak 3 bulan terakhir. Anak D tampak sangat kurus dan lemah. Ibunya mengatakan anak D menderita batuk pilek setiap bulan. Anak D merupakan anak pertama. Anak D lahir melalui operasisesar karena ketuban pecah dini. Berat badan lahir sebesar 2400 gr, panjang badan 48 cm. Anak Dmendapatkan ASI dan susu formula SGM@ sejak usia 2 bulan karena menurut ibu ASInya tidakcukup. Anak D mulai diberikan MPASI usia 6 bulan berupa bubur susu instan Cerelac @ sebanyak1 bungkus perhari dan susu formula SGM@ 3 kali 150 ml (susu bubuk 3 sendok takar setiappemberian) sampai sekarang. Anak D tidak diberikan ikan dan telur karena takut alergi. Anak Dbelum mendapatkan imunisasi campak karena saat jadwal imunisasi anak D demam. Saat ini anakD belum bisa berdiri. Gigi seri sudah tumbuh, anak baru bisa mengoceh tanpa arti. Ayah bekerjasebagai tukangbangunan, ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga paruh waktu. Pendidikan ayahdan ibu, keduanya tamat SMP. Pada pemeriksaan fisik nadi 100 kali menit, napas 20 kali/menit, suhu 370C. Pemeriksaan antropometri BB 6.9 kg. PB 72 cm. Dokter kemudian melanjutkan pemeriksaan fisik dan penunjang pada anak D untuk menentukan diagnosis anak D. Pemeriksaan fisik tambahan Keadaan umum : sakit sedang, TD (-), terkadang cengeng Head to toe Kepala : Muka tampak tua, rambut (kemerahan, mudah rontok), mata (tampak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik), mulut (bibir : kering). Thorax dan abdomen : Hepar (tidak hepatomegali), iga gambang, bising usus normal, asites (-), diare (-), konstipasi (-). Ekstremitas : Kulit berkerut, kulit kering, dingin (-), muscle mass wasting, edema (-), turgor kulit menurun Pemeriksaan Penunjang Analisi kimia darah 1) Hemoglobin = 10,5 g/dL 2) Hematokrit = 33 % 3) Leukosit = 7.700 mikro L 4) Trombosit = 285.000 mikro L 5) Elektrolit (-)



I. Klarifikasi Istilah 1. Imunisasi : juga disebut dengan vaksin yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, sehingga apabila terpajan suatu penyakit hanya sakit ringan atau tidak sakit. 2. ASI : Air Susu Ibu, yaitu cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan yang diberikan ibu kepada bayinya. 3. MPASI : Makanan Pendamping ASI yang mulai diberikan kepada anak mulai usia 6 bulan, mengandung nutrient yang diberikan kepada anak bersamaan dengan ASI 4. Operasi Sesar : Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding rahim, dan merupakan prosedur medis yang di insisi dibawah garis melintang pada perut. 5. Pemeriksaan Antropometri : Suatu pengukuran status gizi yang bertujuan untuk pengukuran tubuh seseorang untuk mengukur BB, TB, LILA, LK 6. Susu Formula : Suatu produk pangan sebagai pengganti ASI yang dirancang khusus untuk bayi yang tidak mendapat ASI ataupun ASI yang tidak cukup. 7. Alergi : Suatu kondisi ketika system kekebalan tubuh berekasi secara tidak normal terhadap zat asing, juga merupakan reaksi hipersensitivitas . 8. Ketuban Pecah Dini : Pecahnya secara spontan cairan dari amnion sebelum tandatanda inpartu, terjadi pada akhir kehamilan atau jauh sebelum melahirkan.



II. Identifikasi Masalah 1. Apa saja penyebab berat badan tidak naik pada anak? 2. Mengapa anak D terlihat sangat kurus dan lemah? 3. Apa penyebab anak D batuk dan pilek setiap bulan? 4. Apa hubungan batuk pilek dengan BB tidak naik pada anak D? 5. Bagaimana cara agar BB anak dapat naik secara optimal? 6. Apakah ada hubungan riwayat persalinan dan berat badan lahir anak dengan keadaan anak saat ini? 7. Apakah keuntungan pemberian ASI bagi ibu dan anak? 8. Apakah ada parameter ASI untuk dinilai cukup? 9. Apa yang menyebabkan ASI kurang atau tidak cukup? 10. Apa perbedaan komposisi pemberian ASI dan susu formula? 11. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada anak dengan ASI dan susu formula? 12. Pada usia berapa MPASI diberikan? Dan bagaimana kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dianjurkan untuk bayi? 13. Bagaimana analisis kebutuhan kalori pada anak D sesuai dengan MPASI yang dikonsumsi? Apakah terdapat hubungan nya terhadap keadaan saat ini? 14. Bagaimana analisis asupan gizi pada anak D sesuai scenario? 15. Bagaimana mengetahui seorang anak terkena alergi? 16. Apa saja makanan yang beresiko menyebabkan alergi? 17. Apa saja imunisasi dan usia berapa saja imunisasi tersebut diberikan pada anak 0 – 2 tahun? 18. Mengapa pada saat anak demam tidak boleh dilakukan imunisasi? Dan apa saja kontraindikasi untuk dilakukan imunisasi? 19. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0 – 2 tahun? 20. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari pertumbuhan dan perkembangan anak ? 21. Apakah ada hubungan pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini dengan keluhannya? 22. Apakah ada hubungan pekerjaan dan pendidikan orang tua terhadap kondisi anak D? 23. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan antropometri pada anak D? 24. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk anak D?



25. Apa diagnosis kerja dan diagnosis banding kasus scenario? 26. Bagaimana epidemiologi kasus scenario? 27. Bagaimana etiologi, dan patofisologi kasus scenario? 28. Apa saja tatalaksana untuk anak D? 29. Bagaimana edukasi yang diberikan untuk kasus anak D? 30. Bagaimana prognosis dan komplikasi kasus ini?



III. Brainstroming 1. Apa saja penyebab Berat Badan tidak naik pada anak? Asupan makan kurang , faktor bawaan dan lingkungan, nutrisi. 2. Mengapa anak D terlihat sangat kurus dan lemah? Asupan kalori tidak sesuai kebutuhan. 3. Apa penyebab anak D batuk dan pilek setiap bulan? System kekebalan tubuhnya belum baik, hygiene. 4. Apa hubungan batuk pilek dengan BB tidak naik pada anak D? Nutrisi lebih focus untuk menyembuhkan penyakit , nafsu makan berkurang. 5. Bagaimana cara agar BB anak dapat naik secara optimal? Asupan makan ditambah sesuai usia, pilih makanan kalori tinggi,. 6. Apakah ada hubungan riwayat persalinan dan berat badan lahir anak dengan keadaan anak saat ini? Tidak ada hubungan 2400 normal bagi anak kurang bulan , Ada hubungan , 7. Apakah keuntungan pemberian ASI bagi ibu dan anak? Anak meningkatkan kekebalan tubuh, ibu mencegah kanker payudara, kb alami. 8. Apakah ada parameter ASI untuk dinilai cukup? Dinilai dari BAK, BAB, BB anak 9. Apa yang menyebabkan ASI kurang atau tidak cukup? Stress, ASI tidak diperah, ibu jarang menyusui, penyakit tertentu, menghirup asap rokok, teknik menyusui salah. 10. Apa perbedaan komposisi pemberian ASI dan susu formula? Lestari: lemak, kh, protein, zat besi, kalori Olfa : ada zat tertentu pada asi belum ada pada susu formula 11. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada anak dengan ASI dan susu formula? Lestari : memiliki perbedaan pertumbuhan dan perkembangan Olfa : bisa memiliki perbedaan, keterlambatan tumbuh Riska : asi anaknya tumbuh pesat 3 bulan pertama, susu formula memiliki perbedaan 12. Pada usia berapa MPASI diberikan? Dan bagaimana kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dianjurkan untuk bayi? Rani : MPASI mulai 6-24 bulan Fauzan : 6-8 bulan 2200 kkal, 2-3 kali, snack 1-2 kali



13. Bagaimana analisis kebutuhan kalori pada anak D sesuai dengan MPASI yang dikonsumsi? Apakah terdapat hubungan nya terhadap keadaan saat ini? Lestari : analisis kebutuhan kurang saat ini sehingga anak lemas. Megawati : hubungannya anak lemas, kurus, dapat menyebabkan penyakit 14. Bagaimana analisis asupan gizi pada anak D sesuai scenario? Melania : analisis asupan gizi anak kurang, hanya 760 kkal seharusnya 1030,2 15. Bagaimana mengetahui seorang anak terkena alergi? Miftahul : dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas dan uji kulit. Firdaus : gejala muntah, diare, atau gatal-gatal 16. Apa saja makanan yang beresiko menyebabkan alergi? Megawati : susu sapi, telur, gandum, kedelai Rani : tepung teripu, siput 17. Apa saja imunisasi dan usia berapa saja imunisasi tersebut diberikan pada anak 0 – 2 tahun? Megawati : imunisasi rutin : hepatitis B, DPT, polio , campak. Imunisasi lanjutan : pengulangan DPT, campak Aline : imunisasi tambahan, imunisasi khusus 18. Mengapa pada saat anak demam tidak boleh dilakukan imunisasi? Dan apa saja kontraindikasi untuk dilakukan imunisasi? Megawati : Pada saat demam tidak boleh imunisasi, jika > 38 C, dan merupakan kontraindikasi. Rani : karena vaksin tidak dapat terserap dengan baik, jadi tidak optimal 19. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0 – 2 tahun? Olfa : 0-3 bulan terkejut 4-6 bulan telungkup-telentang 7-9 bulan 9-18 bulan Firdaus : 18-24 : berdiri tanpa berpegangan, berjalan tanpa terhuyung 20. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari pertumbuhan dan perkembangan anak ? Riska : pola asuh, lingkungan, nutrisi Lestari : langsung dan tidak lagsung (perkembangan). Internal eksternal (pertumbuhan)



21. Apakah ada hubungan pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini dengan keluhannya? Miftahul : anak usia 14 bulan, belum bisa berdiri, gigi seri tumbuh. Pada anak ini terhambat pertumbuhan dan perkembangan. 22. Apakah ada hubungan pekerjaan dan pendidikan orang tua terhadap kondisi anak D? Fauzan



:



kurangnya



edukasi



menyakibatkan



bermasalahnya



pertumbuhan



perkembangan anak, sehingga pendidikan orang tua berpengaruh. Firdaus : ada hubungannya. 23. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan antropometri pada anak D? Aline, PF nadi normal, RR normal, suhu normal. Antropometri BB/U BB sangat kurang, TB/U pendek 24. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk anak D? Fauzan, PP : gula darah, hb, kultur urin, serum albumin, HIV test Lestari : Analisis kimia darah, normal. 25. Apa diagnosis kerja dan diagnosis banding kasus scenario? Mifathul : diagnosis kerja : gizi buruk, marasmus, diagnosis banding: kwashiorkor, marasmus-khawsiorhkor 26. Bagaimana epidemiologi kasus scenario? 27. Bagaimana etiologi, dan patofisologi kasus scenario? 28. Bagaimana tatalaksana dan edukasi yang diberikan untuk kasus anak D? 29. Bagaimana prognosis dan komplikasi kasus ini?



IV. Analisis Masalah 1. Apa saja penyebab berat badan tidak naik pada anak? Jawab : Menurut UNICEF dikutip dari Soetjiningsih tahun 2013 menunjukkan bahwa faktorfaktor penyebab yang memengaruhi tumbuh kembang anak terdiri dari faktor langsung dan faktor tidak langsung. 1) Faktor Langsung a) Kecukupan Makanan Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Kebutuhan makanan anak yang sedang tumbuh berbeda dengan orang dewasa. Retardasi pertumbuhan dapat terjadi jika anak kekurangan makanan yang bergizi. Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang dapat dilakukan dengan membandingkan pencapaian 25 konsumsi zat gizi individu terhadap angka kecukupan gizi. Menurut Karyadi dan Muhilal (1996) yang dikutip dalam Supariasa (2013) bahwa dalam penentuan AKG individu dapat dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap berat badan nyata individu/perorangan dengan berat badan standar pada tabel AKG, rumus perhitungannya sebagai berikut:



Menurut Depkes RI (1990) yang dikutip dalam Supariasa (2013) bahwa terdapat empat cut of points klasifikasi tingkat konsumsi, yaitu baik (≥ 100% AKG), sedang (80-99% AKG), kurang (70-79% AKG), dan defisit (< 70% AKG). 1) Tingkat kecukupan energi dan protein Energi dan protein merupakan zat-zat gizi yang harus dipenuhi melalui makanan yang dikonsumsi. Energi dapat diperoleh dari kandungan bahan makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Energi diperlukan untuk metabolisme basal seperti pernapasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas dan alat tubuh lainnya, serta untuk proses metabolisme di dalam sel untuk mempertahankan suhu tubuh.



2) Tingkat kecukupan zinc Kurangnya tingkat konsumsi energi dan protein merupakan penyebab utama rendahnya pertumbuhan, begitupula dengan tingkat konsumsi zat gizi mikro seperti zinc. Zinc merupakan salah satu mineral mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil dan mempunyai banyak peranan esensial pada fungsi tubuh, dimana sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim. Zinc berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi sintesis dan degradasi lipida, protein, asam nukleat, dan karbohidrat. Kekurangan zinc sangat rentan pada anakanak. Kekurangan zinc dapat mengakibatkan terganggunya fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan fungsi kekebalan, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra perasa, dan memperlambat penyembuhan luka. Tanda dari kekurangan zinc adalah terjadinya gangguan pertumbuhan b) Keadaan Kesehatan 1) Infeksi saluran pernapasan atas ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan atas dengan memperhatikan adanya radang paru (pneumonia). ISPA pada anak ditandai dengan gejala demam, batuk, atau pilek dalam sehari. 2) Diare pada bayi merupakan keadaan buang air besar dengan konsistensi lembek setidaknya 2 kali dalam sehari atau buang air besar dengan tinja cair sekali dalam sehari. Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut sedangkan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare kronis. ASI dan makanan tetap diberikan sesuai usia anak dan menu yang sama dengan kondisi anak saat sehat agar mencegah terjadinya penurunan berat badan serta sebagai pengganti nutrisi yang hilang. 2) Faktor tidak langsung a) Tingkat Pendidikan Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Pendidikan yang baik membuat orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik. Pendidikan formal maupun informal dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan dapat merencanakan menu makanan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya untuk memenuhi zat gizi yang diperlukan. b) Pendapatan keluaraga Pendapatan keluarga adalah penghasilan orang tua baik bapak maupun ibu setiap bulan. Pendapatan yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena



orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer seperti makanan maupun yang sekunder c) Jarak Kelahiran Jarak kelahiran antara dua bayi yang terlalu dekat menyebabkan ketidakmampuan keluarga untuk merawat anak-anak dengan baik. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibu, baik perawatan kesehatan maupun kasih sayang. Upaya peningkatan kualitas tumbuh kembang anak dapat dilakukan melalui pengaturan jarak antara anak satu dengan lainnya yaitu minimal 24 bulan d) Besar anggota keluarga Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, terlebih lagi jika jarak anak terlalu dekat. Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang, dan perumahan pun tidak terpenuhi e) Pola Asuh Interaksi antara ibu dan anak merupakan indikator kualitas dan kuantitas peranan ibu dalam mengasuh anak. Ibu mempunyai peranan yang besar dalam menanamkan kebiasaan makan pada anak. Pola asuh pada anak merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Memperkenalkan anak pada jam-jam makan yang teratur dan variasi jenis makanan diharapkan akan membuat anak memiliki disiplin makan yang baik. Pola makan yang baik seharusnya mengikuti pola gizi seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan diperoleh melalui makanan sehari-hari. Akibat pergaulan dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuh anak sehingga anak dapat mengalami kurang gizi f) Status ibu bekerja Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang melakukan aktivitas ekonomi yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara reguler di luar rumah akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya g) Imunisasi



Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit infeksi. Vaksin membuat tubuh membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi atau penyakit yang menyerang tubuh h) Berat lahir Berat lahir rendah merupakan berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah lebih berisiko mengalami masalah kesehatan dan keterlambatan pertumbuhan. Bayi Berat lahir rendah (BBLR) mempengaruhi tumbuh kembang anak di masa berikutnya dan masalah kesehatan yang dialami dapat mengakibatkan komplikasi yang berakhir dengan kematian. Berat lahir rendah dengan kehamilan genap bulan mempunyai risiko kematian yang lebih besar daripada bayi lahir dengan berat lahir normal pada masa neonatal maupun pada masa bayi selanjutnya i) Pemberian MP-ASI Pemberian MP-ASI harus pada waktu yang tepat yaitu 6 bulan karena pada usia ini air susu ibu sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi bayi. Selama pemberian MP-ASI, ASI masih tetap diberikan. MP-ASI yang diberikan harus dilakukan secara bertahap baik jumlah, frekuensi, maupun ragam makanan, dimana harus mampu memenuhi kebutuhan bayi untuk menunjang pertumbuhannya j) Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan apapun. Setelah bayi berusia 6 bulan, bayi dapat diberikan makanan pendamping ASI dengan tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. ASI tidak hanya bergizi untuk bayi, tetapi juga membantu melindungi bayi dari hampir semua infeksi melalui peningkatkan kekebalan tubuh k) Sanitasi lingkungan Kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kurangnya kebersihan perorangan akan memudahkan terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan (diare, kecacingan, dan lainnya). Kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernapasan, saluran pencernaan, serta penyakit melalui vektor nyamuk (seperti malaria dan demam berdarah). Sumber: Soetiningsih, IG.N. Gde Ranuh.2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC



2. Mengapa anak D terlihat sangat kurus dan lemah? Jawab : Anak D tampak kurus karena asupan makanannya yang kurang dibandingkan dengan kebutuhan anak. Analisis kebutuhan kalori anak D sebangai berikut. Bahan



Energi



makanan



(kkal)



SGM 560 Cerelac 200 Total 760 Analisis kebutuhan kalori:



Protei



Lemak



n (g)



12 8 20



Karbohidrat



(g)



24 4,5 28,5



(g)



68 33 101



BB ideal x RDA menurut usia tinggi 10,1 x 102 = 1030,2 kkal Kebutuhan protein: BB ideal x RDA menurut usia tinggi 10,1 x 1,23 = 12,423 g Berdasarkan analisis asupan didapatkan bahwa asupan energi pada anak kurang, karna sebanyak 760 kkal sedangkan kebutuhan kalorinya sebesar 1030,2 kkal. Dan asupan protein berlebih yaitu 20 g sedangkan kebutuhan proteinnya 12,423 g. Kebutuhanenergianaksesuai RDA= 102 kcal x 6,9 kg = 703,8 kcal (Dari sini dapat disimpulkan bahwa asupan gizi untu kanak D kurang, sehingga anak D tambah kurus dan lemah disebabkan kurangnya kalori untuk menghasilkan energy untuk beraktivitas). Sumber : PDGKI Jaya. Pegangan Praktis Klinis Dokter Spesialis Gizi Klinik. 2015. 3. Apa penyebab anak D batuk dan pilek setiap bulan? Jawab : Berdasarkan riset yang dilakukan ASI berguna untuk daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit karena kolostrum yang merupakan bagian dari ASI mengandung imunoglobin M. Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada beberapa hari setelah melahirkan berwarna bening atau putih kekuningan. ASI mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang bermanfaat untuk perkembangan otak bayi. Karbohidrat lain yang terdapat dalam ASI mampu menghambat pertumbuhan kuman pathogen seperti Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae.



Pada kasus anak D kemungkinan besar batuk dan pilek terjadi dikarenakan seorang ibu tidak maksimal dalam memberikan Asi kepada anaknya. Sumber : Nur A, Marissa N. Breastfeeding History with Infectious Disease in Toddlers. Kesmas Natl Public Heal J. 2014;9(2):144–9. 4. Apa hubungan batuk pilek dengan BB tidak naik pada anak D? Jawab : Jika anak sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan. Anak akan tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Keadaan tersebut



juga menghabiskan



sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Jika hal tersebut berlanjut, berat badan anak tidak akan bertambah karena kurangnya asupan dan akan mengakibatkan gizi kurang. Anak yang asupan makanannya kurang akan berdampak pada kurangnya energi, tidak dapat tumbuh sesuai usianya, dan memiliki kekebalan yang rendah untuk melawan infeksi. Jika asupan makanan yang dikonsumsi anak kurang dari kebutuhan tubuh, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Jika keadaan tersebut berlangsung lama, maka pertumbuhan anak tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal. Jika asupan makanan yang dikonsumsi anak kurang dari kebutuhan tubuh, maka kemampuan tubuh untuk melawan infeksi akan rendah sehingga rentan terhadap penyakit. Penyakit infeksi dapat mengurangi nafsu makan anak. Jika anak mengalami infeksi dengan gejala hidung tersumbat atau sulit bernapas maka anak akan sulit makan. Kejadian diare membuat usus anak tidak dapat menyerap zat-zat gizi dengan baik, sementara keadaan demam membuat tubuh menggunakan lebih banyak energi. Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan asupan makanan akan kurang dari kebutuhan tubuh. Penyakit infeksi juga menyebabkan pemecahan lemak dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh jika asupan makanan selama sakit tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya berat badan, anak menjadi kurus, dan pertumbuhan terhambat. Gizi buruk menyebabkan gangguan proses inflamasi yang berkepanjangan dan menyebabkan waktu penyembuhan lebih lama. Hipoksia jaringan yang terjadi karena keadaan anemia dan factor infeksi juga memperkuat berlangsungnya proses inflamasi kronis. Apabila keadaan diatas diikuti dengan pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat, karena nutrisi merupakan bahan kebutuhan dasar bagi fungsi, kelangsungan hidup,



integritas dan pemulihan sel, maka akan memerlukan kualitas penyembuhan dan memerlukan waktu penyembuhan lebih panjang. Penyakit infeksi juga menjadi factor resiko terjadinya malnutrisi. Hal ini disebabkan gangguan penyerapan makanan dan jika kondisi ini terus menerus terjadi dalam jangka panjang akan mengakibatkan malabsorpsi gizi dan perubahan metabolism tubuh yang akhirnya berdampak pada status gizi balita. Sumber : 1) Departemen Kesehatan RI. Kepmenkes RI No 747/MENKES/SK/VI/2007 tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. 2007 2) Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta:Nuha Medika. 2010. 3) Alexandra, Arianto, dkk. Pengaruh Malnutrisi dan Faktor Lainnya terhadap Kejadian Wound Dehiscence pada Pembedahan Abdominal Anak pada Periode Periopratif. IKK FKUI RSCM Jakrta. 2012 4) Nengsi Sri, Risma. Hubungan Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Anreapi Kabupaten Polewali. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017 5) Darmawansyih, Faradillah Andi, Muh Perdana Hidro. Gambaran Faktor Resiko Malnutrisi pada Anak Balita di Wilayah Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2019. UMI Medical Journal. 2020 5. Bagaimana cara agar BB anak dapat naik secara optimal? Jawab : Langkah yang harus dilakukan adalah penambahan kalori sesuai kebutuhan. Terlebih dahulu dilakukan penentuan kebutuhan kalori yang ideal sesuai dengan umur individu. Jika anak gizi buruk, maka dilakukan penentuan kebutuhan kalori berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA menurut usia tinggi (height age). Pemberian kalori awal sebesar 50-75% dari target untuk menghindari sindrom refeeding. Penambahan dengan mengonsumsi makanan sumber kalori juga harus diseimbangkan dengan konsumsi makanan sumber protein, agar pertambahan berat badannya tidak berlebihan dan juga dapat diimbangi dengan peningkatan tinggi badan sehingga tidak menjadi masalah untuk status gizi pada anak. Sumber : 1) IDAI. Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). 2011. Diunduh dari URL : http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/RekomendasiIDAI-Asuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf (diakses pada tanggal 20 November 2020) 2) Panduan Praktikum Penentuan Status Gizi dan Analisis Asupan FKIK Unja 2020.



6. Apakah ada hubungan riwayat persalinan dan berat badan lahir anak dengan keadaan anak saat ini? Jawab : Berat badan lahir anak D 2400 gr dikategorikan sebagai BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Dari data pemeriksaan antropometri anak D didapatkan hasil interpretasi sebagai berikut: 1) BB/U interpretasinya berat badan sangat kurang. 2) PB/U intepretasinya pendek. 3) BB/PB interpretasinya gizi buruk. Dari hasil pemeriksaan antropometri, anak D beresiko stunting. Dalam sebuah penelitian dikatakan terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan yaitu 5,6 kali lebih berisiko untuk mengalami kejadian stunting pada anak dengan riwayat BBLR dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal. Kondisi ini dapat terjadi karena pada bayi yang lahir dengan BBLR, sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan interauterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah dilahirkan yaitu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dari bayi yang dilahirkan normal dan sering gagal menyusul tingkat pertumbuhan yang seharusnya dicapai pada usianya setelah lahir.8 7. Apakah keuntungan pemberian ASI bagi ibu dan anak? Jawab : Tabel Manfaat Menyusui Bagi Ibu dan Bayi9 Manfaat Menyusui Bagi Ibu



a.



Terjalin kasih sayang.



b.



Membantu



menunda



Manfaat ASI Eksklusif Bagi Bayi



kehamilan



(KBalami).



a.



Sebagai nutrisi lengkap.



b.



Meningkatkan daya tahan tubuh.



c.



Meningkatkan kecerdasan mental



c.



Mempercepat pemulihan kesehatan.



dan emosional yang stabil serta



d.



Mengurangi risiko perdarahan dan



spiritual



kanker payudara.



perkembangan sosial yang baik.



e.



Lebih ekonomis dan hemat.



f.



Mengurangi



resiko



penyakit



Secara



sikologi



matang



d.



Mudah dicerna dan diserap.



e.



Gigi,



langit-langit



dan



diikuti



rahang



tumbuh secara sempurna.



kardiovaskuler. g.



yang



memberikan



f.



Memiliki



komposisi



lemak,



h.



kepercayaan diri.



karbohidrat,



Memiliki efek perilaku ibu sebagai



vitamin.



ikatan ibu dan bayi i.



kalori,



Perlindungan



g.



protein



penyakit



dan



infeksi



Memberikan kepuasan ibu karena



meliputi otitis media akut, daire dan



kebutuhan bayi dapat dipenuhi.



saluran pernafasan. Perlindungan alergi karena dalam



h.



ASI mengandung antibodi. Memberikan rangsang intelegensi



i.



dan saraf.



8. Apakah ada parameter ASI untuk dinilai cukup? Jawab : Tanda bayi cukup ASI :10 a. Bayi langsung tidur b. Buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin tidak pekat dan bau menyengat c. Bayi akan melepas sendiri mulutnya dari payudara ibu ketika telah pulas d. Berat badan naik lebih dari 500 gram sampai 1 kg/bulan pada trimester pertama e. Bayi akan BAB 2 kali sehari dengan tinja berwarna kuning atau gelap dan berwarna lebih cerah setelah hari ke-15 9. Apa yang menyebabkan ASI kurang atau tidak cukup? Jawab : Penyebab ASI kurang adalah :10 a. Faktor menyusui: posisi dan melekatkan yang salah, kurang sering, tidak mengosongkan payudara, menggunakan botol. b. Faktor psikologis ibu: kurang percaya diri.  c. Faktor fisik ibu: kurang gizi, merokok, menggunakan alat KB hormonal d. Faktor bayi: sakit, kelainan kongenital. 10. Apa perbedaan komposisi pemberian ASI dan susu formula? Jawab : Tabel Perbedaan Komposisi ASI dan Susu Formula11 Komposisi/100 ml



ASI Matur



Susu



Kesimpulan



Formula Makronutrien Kalori Protein Lactalbumin (%) Kasein (%) Air Lemak Karbohidrat Mikronutrien



75 1,2 80 20 87,1 4,5 7,1



67 1,5 60 40 90 3,8 6,9



Lebih tinggi pada ASI Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada ASI Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada ASI Lebih tinggi pada ASI



Mineral Na K Ca P Mg Fe Zn Mikronutrien



16 53 33 14 4 0,05 0,15



21 69 46 32 5,3 1,3 0,42



Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula



182 5 2,2 0,08 0,01 0,04 0,2



210 5,3 42 0,04 0,04 0,06 0,7



Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula Lebih tinggi pada susu formula



Vitamin A (IU) C (mg) D (mg) E (IU) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg)



Tabel Perbedaan Komposisi ASI dan Susu Formula12 Protein



Pembeda



ASI Susu Formula Jumlah sesuai dan mudah Jumlah lebih banyak, tapi



Lemak



dicerna Cukup mengandung



lebih sulit dicerna asam Kurang ALE, tidak ada SHA



lemak esensial (ALE), DHA, dan AA, tidak ada lipase Zat besi



Vitamin Air



dan AA, mengandung lipase Jumlah kecil tapi mudah Jumlah lebih banyak tapi dicerna



lebih sulit dicerna dan tidak



Cukup Cukup



diserap dengan baik Fortifikasi Perlu ditambahkan air



11. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada anak dengan ASI dan susu formula?



Jawab : Menurut penelitian Bellando J, Corkie, G, Spray B, dkk dengan sampel penelitian sebanyak 504 anak didapatkan hasil bahwa ASI dan susu formula tidak menyebabkan perbedaan yang bermakna dalam perkembangan anak.13 Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Connor D,L, Gibbin S dengan sampel penelitian sebanyak 840 anak.14 Penelitian-penelitian ini mememukan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diberikan kepada anak. Sedangkan dari sisi pertumbuhan, menurut penelitian Tian Q, Gao X, Sha T, Chen C, dkk dengan menggunakan sampel 927 anak mendapatkan hasil bahwa pemberian ASI dan susu formula akan mempengaruhi perkembangan anak, terutama status gizinya. Anak yang mendapatkan susu formula status gizinya banyak ditemukan obesitas atau overweight, sedangkan anak yang mendapatkan ASI status gizinya cenderung normal.15 12. Pada usia berapa MPASI diberikan? Dan bagaimana kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dianjurkan untuk bayi? Jawab : Pemberian MP-ASI berarti memberikan makanan lain sebagai pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 6-24 bulan. MP-ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal.16 a) MP-ASI usia 6-7 bulan Prinsip pemberian MP-ASI usia 6-7 bulan: 1) Komposisi 70% ASI + 30% MP-ASI. 2) Konsistensi: puree/lembut/kental jika dimiringkan tidak tumpah..Pada awal pemberian MP-ASI (minggu 1) konsistensi sebaiknya agak cair/ mirip konsistensi yoghurt, jika bayi sudah terbiasa dengan makanan padat, tambahkan kekentalannya secara bertahap agar anak dapat belajar makan dengan benar. 3) Frekuensi 2-3 kali per hari. 4) Porsi : 2-3 sdm per kali makan (1sdm=15 ml) hingga ½ mangkok (125 ml) 5) Variasi : menu gizi seimbang komposisi lengkap (karbohidrat, protein, lemak, serat). Pada minggu pertama di usia 6 bulan kenalkan anak dengan makanan yang bervariasi, sehingga di akhir usia 6 bulan anak telah mencoba berbagai variasi rasa dan menu telah lengkap dengan prinsip gizi seimbang. b) MP-ASI usia 7-9 bulan Prinsip pemberian MP-ASI usia 7-9 bulan:



1) Komposisi 50% ASI + 50% MP-ASI. 2) Konsistensi berupa makanan lumat. 3) Frekuensi : MP-ASI = 2-3 x/hari, snack = 1-2x/hari. 4) Porsi : 2 atau 3 sdm – 8 atau 9 sdm (1/2 mangkok =125 ml) per kali makan. 5) Variasi makanan dengan menu gizi seimbang (karbohidrat, sayuran, buah, protein nabati, protein hewani dan lemak) dapat ditambahkan santan, kaldu, keju. 6) Menambahkan bumbu rempah-rempah dalam makanan bayi untuk menambah cita rasa seperti: daun jeruk, daun salam, jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, bawang bombay dll. Hindari penambahan bumbu yang menyengat seperti lada dan cabe. 7) Mulai diberikan finger food pada saat usia 8 bulan. Contoh finger food : potongan buah segar, biskuit bayi, potongan sayuran yang sudah dimasak. c) MP-ASI usia 9-12 bulan Prinsip Pemberian MP-ASI Usia 9-12 Bulan 1) Komposisi 40% ASI + 60% MP-ASI. 2) Konsistensi berupa makanan cincang, finger food, potongan makanan. 3) Frekuensi : MP-ASI = 3-4x/ hari, snack + 1-2 x/hari. 4) Porsi : ½ atau ¾ mangkok (125-175 ml) atau 8-9 sdm/ kali makan. 5) Variasi : menu gizi seimbang (karbohidrat, sayuran, buah, protein nabati, protein hewani, dan lemak. 6) Jika berat badan anak tidak bertambah atau kurang dari yang seharusnya, maka tambahkan porsi karbohidrat (bubur atau nasi lembek), protein (daging, ikan, kacang-kacangan) atau menambahkan lemak yang didapat dari santan, minyak dan mentega. 7) Anak dengan kenaikan berat badan tidak optimal, sebaiknya dibatasi jadwal menyusui. Menyusui hanya dapat dilakukan setelah mereka makan, sehingga jadwla makan akan terbentuk dengan baik. 8) Anak sudah bisa diperkenalkan susu selain ASI sebagai tambahan sumber protein dan vitamin, baik susu cair maupun susu bubuk dengan porsi yang dibatasi 2-3 gelas sehari (500 ml). d) MP-ASI usia 12-24 bulan Prinsip Pemberian MP-ASI usia 9-12 bulan 1) Komposisi 30% ASI + 70% MP-ASI 2) Konsistensi : makanan keluarga, finger food



3) Frekuensi : MP-ASI 3-4 kali/hari, snack 1-2 kali/hari 4) Porsi : ¾ mangkok (250ml) atau 12 sdm-16 sdm/ kali makan 5) Variasi : menu gizi seimbang (karbohidrat, sayuran, buah, protein nabati, protein hewani, dan lemak 6) Berikan tamabahan snack padat gizi bila anak kurang berselera makan menu utama atau porsinya kurang dari yang seharusnya17,18 13. Bagaimana analisis kebutuhan kalori pada anak D sesuai dengan MPASI yang dikonsumsi? Apakah terdapat hubungan nya terhadap keadaan saat ini? Jawab : Bahan makanan



Energi



Protein



(kkal)



SGM Cerelac Total



560 200 760



(g)



12 8 20



Lemak



Karbohidrat



(g)



24 4,5 28,5



(g)



68 33 101



Analisis kebutuhan kalori: BB ideal x RDA menurut usia tinggi 10,1 x 102 = 1030,2 kkal Berdasarkan analisis asupan didapatkan bahwa asupan energi pada anak kurang, karna sebanyak 760 kkal sedangkan kebutuhan kalorinya sebesar 1030,2 kkal. Hal ini berhubungan dengan kondisi anak sekarang yaitu BB anak tidak naik, tampak kurus dan lemah dikarenakan asupan kalori anak tersebut kurang dan dapat menimbulkan suatu penyakit seperti marasmus. 14. Bagaimana analisis asupan gizi pada anak D sesuai scenario? Jawab : Bahan makanan



Energi



Protein



Lemak



Karbohidrat



(kkal)



(g)



(g)



(g)



SGM 560 Cerelac 200 Total 760 Analisis kebutuhan kalori:



12 8 20



BB ideal x RDA menurut usia tinggi 10,1 x 102 = 1030,2 kkal Kebutuhan protein: BB ideal x RDA menurut usia tinggi



24 4,5 28,5



68 33 101



10,1 x 1,23 = 12,423 g Berdasarkan analisis asupan didapatkan bahwa asupan energi pada anak kurang, karna sebanyak 760 kkal sedangkan kebutuhan kalorinya sebesar 1030,2 kkal. Dan asupan protein berlebih yaitu 20 g sedangkan kebutuhan proteinnya 12,423 g. 15. Bagaimana mengetahui seorang anak terkena alergi? Jawab: Manifestasi alergi makanan tipe IgE dapat bermacam macam, tergantung dari tempat dan luas degranulasi sel mast, mulai dari urtikaria akut sampai reaksi anafilaksis yang fatal. Organ target yang sering terkena adalah kulit, saluran cerna, saluran napas atas, bawah dan sistemik. Alergi makanan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:19 1) Kelompok I Awitan timbul beberapa menit setelah memakan makanan yang jumlahnya sedikit. Gejala biasanya berupa urtikaria, angioedema, eksaserbasi eksema dan gejala saluran napas. Uji kulit positip, kadar IgE spesifik tinggi. 2) Kelompok II Awitan timbul beberapa jam setelah memakan makanan yang jumlahnya cukup banyak. Gejala pada saluran cerna berupa muntah dan diare. Uji kulit negatif dan kadar IgE spesifik negatif. Kelompok ini disebut intoleran protein susu sapi atau enteropati susu sapi. 3) Kelompok III Awitan timbul lebih lama sampai setelah 20 jam kemudian dan jumlah yang diminum sangat banyak. Gejala muntah, diare, gejala saluran napas dan eksaserbasi eksema. Uji kulit kadang dapat positif pada pasien dengan eksema kulit. 16. Apa saja makanan yang beresiko menyebabkan alergi? Jawab: Alergi makanan yang sering dijumpai pada anak-anak adalah alergi terhadap susu sapi, telur ayam, gandum, dan kedelai. Sementara itu, pada dewasa lebih banyak dijumpai alergi terhadap ikan, kepiting dan kerang, kacang tanah, dan kacang polong (tree nuts). Alergi makanan pada masa kanak-kanak sering kali sembuh atau berubah menjadi toleransi pada saat mereka tumbuh dan berkembang menjadi remaja, namun beberapa jenis alergi makanan tertentu seperti alergi kacang tanah, ikan laut, kepiting, dan kerang terus menetap hingga dewasa.20



17. Apa saja imunisasi dan usia berapa saja imunisasi tersebut diberikan pada anak 0 – 2 tahun? Jawab : a. Imunisasi Rutin 1) Imunisasi Dasar Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Umur



Interval Minimal untuk jenis



Jenis



Imunisasi yang sama



0-24 Jam Hepatitis B 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV 9 bulan Campak 2) Imunisasi Lanjutan



1 bulan



Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak balita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun Umur 18 Bulan



Jenis DPT-HB-Hib Campak



Interval Minimal untuk jenis Imunisasi yang sama 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3 6 bulan dari Campak dosis



pertama Catatan: Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan b. Imunisasi Tambahan Yang termasuk dalam kegiatan Imunisasi Tambahan adalah: 1. Backlog fighting Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun. 2. Crash program Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah: 1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi; 2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan



3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi, misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio. 3. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity (misalnya polio, campak, atau Imunisasi lainnya). 4. Cath Up Campaign (Kampanye) Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal yang dilaksanakan serentak pada sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya memutuskan transmisi penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan pemberian Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi baru. 5. Sub PIN Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota). 6. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI) Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masingmasing. c. Imunisasi Khusus 1. Imunisasi Meningitis Meningokokus Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke negara endemis meningitis, yang belum mendapatkan Imunisasi meningitis atau sudah habis masa berlakunya (masa berlaku 2 tahun). 2. Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning) Pemberian Imunisasi demam kuning diberikankepada orang yang akan menuju negara endemis demam kuning selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum berangkat, bagi yang belum pernah diImunisasi. Bagi yang belum dapat melakukan tanda tangan (anak-anak), maka yang menandatanganinya orang tua yang mendampingi bepergian. 3. Imunisasi Rabies Vaksin rabies dapat mencegah kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca gigitan. Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan kepada seluruh kasus



gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah. 4. Imunisasi Polio Imunisasi Polio diberikan kepada orang yang belum mendapat Imunisasi dasar lengkap pada bayi atau tidak bisa menunjukkan catatan Imunisasi/buku KIA, yang akan melakukan perjalanan ke negara endemis atau terjangkit polio. Imunisasi diberikan minimal 14 (empat belas) hari sebelum keberangkatan, dan dicatatkan dalam sertifikat vaksin (International Certificate of Vaccination).21 18. Mengapa pada saat anak demam tidak boleh dilakukan imunisasi? Dan apa saja kontraindikasi untuk dilakukan imunisasi? Jawab: Saat demam (>38°C) anak tidak dilakukan imunisasi dikarenakan kondisi tersebut merupakan kontraindikasi dari imunisasi, dimana kontraindikasi imunisasi adalah sebagai berikut :22 1) Analfilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38C merupakan pemberian DPT atau HB1 dan campak. 2) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan. 3) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadapat pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali ketika bayi telah sehat. Pada anak K tidak dilakukan imunisasi campak dikarenakan kontraindikasi pemberian imunisasi campak adalah: 1) Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, 2) Dengan penyakit gangguan kekebalan, 3) Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan, 4) Dengan kekurangan gizi berat, 5) Dengan penyakit keganasan, 6) Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotic) 19. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0 – 2 tahun? Jawab : Pertumbuhan23



Perkembangan24 A. USIA 0—3 BULAN Meskipun kegiatan sehari-harinya adalah tidur dan menangis, anak sebenarnya sudah siap untuk mengenali lingkungannya. Ia akan menatap penuh rasa ingin tahu dan mencoba untuk memahami. B. USIA 4—6 BULAN



Perubahan yang tampak pada usia ini adalah keinginan belajarnya yang lebih menantang. Hal ini ditunjang oleh kemampuan fisiknya yang main berkembang, seperti anak mampu tengkurap dan duduk. Anak juga mampu meraih dan menggenggam. C. USIA 7—9 BULAN Anak sudah mampu merangkak sehingga ia dapat bergerak sendiri untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Lingkungan belajarnya menjadi lebih luas dan ia dapat menemukan tempat-tempat menarik di sekitarnya. Meskipun demikian, anak juga masih senang bermain dengan mainan-mainan lamanya, mungkin dengan cara bermain yang berbeda. Kalau sebelumnya ia menggunakan bola untuk dijatuhkan, sekarang ia menyadari bahwa bola bisa dipantulkan ke tembok atau digelindingkan. Jadi anak bisa mempelajari banyak hal baru melalui mainanmainan lamanya. D. USIA 10—12 BULAN Saat ini anak menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Ia dapat bermain dengan satu mainan secara saksama. Kemampuan menjelajahnya semakin berkembang baik sehingga ia bisa belajar lebih banyak. E. USIA 13—18 BULAN Mendekati usia 18 bulan, anak menampilkan kemampuan berpikir yang menakjubkan. Ia mulai dapat berpikir sendiri dan memiliki inisiatif untuk menyelesaikan masalah sederhana yang dihadapinya. Kemampuannya untuk mengingat juga berkembang. Ia mengingat tempat meletakkan mainan, misalnya, atau jenis kendaraan keluarga dekat. Kemampuannya untuk memusatkan perhatian juga makin berkembang. Ia dapat bermain dalam jangka waktu yang lebih panjang secara mandiri. F. USIA 19—24 BULAN Anak senang bermain dengan benda-benda yang mengotori tangannya, seperti pasir, plastisin, cat air, atau sekadar bermain air. Kegiatan ini merupakan pengalaman yang menyenangkan dan amat bermanfaat bagi anak. Biarkan ia bermain dan berikan informasi-informasi baru yang bisa ia lakukan, misalnya membuat garis atau jalan di pasir atau menggambar bebas dengan cat air di kertas bekas kalender dinding. Kegiatan yang melibatkan kemampuan mengingatnya juga bisa dilakukan. Minta anak mencari bola atau mengambilkan gelas dari atas



meja. Lakukan secara menyenangkan tentunya, agar anak merasa senang dan mendapatkan manfaat dari kegiatan ini. 20. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari pertumbuhan dan perkembangan anak ? Jawab : Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan orang tua.25 Status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang dibesarkan di keluarga yang memiliki status ekonomi tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang berstatus ekonomi sedang atau rendah. Anak dengan latar belakang status ekonomi rendah biasanya memiliki keterkaitan dengan masalah kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang buruk, serta ketidaktahuan terhadap proses tumbuh kembang. Haltersebut akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung.25 Status ekonomi sering dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi status ekonomi seseorang akan semakin tinggi pula tingkat pendidikannya. Keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau arahan tentang cara meningkatan tumbuh kembang anak, penggunaan fasilitas kesehatan, serta pendidikan yang terbaik untuk anaknya dibandingkan keluarga dengan tingkat pendidikan rendah.25 Teori mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pada anak perempuan memiliki kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan dengan anak laki-laki. Kemajuan tersebut ada sejak dari periode kelahiran hingga periode pubertas berakhir. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dan diberikan dengan baik sesuai dengan usia anak karena akan berpengaruh besar terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak.25 Salah satu periode usia yang sangat membutuhkan perhatian khusus pada anak dengan riwayat BBLR adalah periode usia toddler. Usia toddler terjadi antara 1 sampai 3 tahun. Usia ini merupakan masa keemasan pada anak karena pada masa ini anak akan sangat cepat mempelajari hal-hal baru. Keberhasilan menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia toddler membutuhkan dasar yang kuat selama masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang lain terutama orang tua.25



Peran ibu dan ayah sangat dibutuhkan oleh ananda untuk mengembangkan seluruh kemampuannya itu. Kasih sayang, perhatian, dan perangsangan yang ibu-ayah berikan akan membuat ananda tumbuh dan berkembang dengan baik (optimal). Setiap hari ananda menghadapi tantangan baru, sehingga dibutuhkan dukungan dan perangsangan dari ibu-ayah untuk membantunya mengatasi setiap tantangan tersebut agar ia menjadi cerdas.24 Sebuah penelitian mengatakan apabila pemberian stimulasi yang rendah dan tingkat kesejahteraan yang kurang di rumah akan menyebabkan tumbuh kembang anak menjadi terganggu dan bagi anak dengan riwayat BBLR akan semakin berisiko lebih besar.25 21. Apakah ada hubungan pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini dengan keluhannya? Jawab : ASI eksklusif menurut WHO (World HealthOrganization) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, pisang ataupun makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan.26 Hasil riset dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sebelum ia berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif.26 Pendamping ASI menurut jenis yang diberikan cukup beragam antar daerah tergantung kebiasaan di daerah tersebut. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan kepada bayi meliputi susu formula dan non formula (air putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh, madu, pisang, dan lain-lain.26 Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga anak mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap suatu penyakit.26 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wijayanti dan Meilisa di Malang menjelaskan, bahwa terdapat perbedaan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dengan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama. Bayi yang diberikan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama mengalami penambahan berat badan yang normal dan tidak cenderung obesitas dibandingkan bayi dengan ASI non eksklusif.26



Anak D dibawa ke Puskesmas dengan keluhan berat badan tidak naik sejak 3 bulan terakhir. Anak D tampak sangat kurus dan lemah. Ibunya mengatakan anak Dmenderita batuk pilek setiap bulan. Anak Dmendapatkan ASI dan susu formula SGM@ sejak usia 2 bulan.Saat ini anak D belum bisa berdiri. Gigi seri sudah tumbuh, anak baru bisa mengoceh tanpa arti. Masalah yang dialami anak D dengan pertumbuhannya saat ini memiliki sumber yang sama, yaitu tidak mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan, dimana anak D hanya mendapat ASI ekslusif 2 bulan dan bulan selanjutnya dia diberikan juga susu formula. Dari Analisis gizi anak D ini juga melihatkan bahwa dia mendapatkan gizi yang kurang.26 Jenis bahan makanan



SGM Cerelac Total



Total



Total



energi



protein lema



257,1 kkal 80 kkal 337,1 kkal



6,3 g 2,8g 9,1 g



Total k 6,3g 1,8g 8,1 g



Total karbohidrat



28,2g 13,6g 41,8g



22. Apakah ada hubungan pekerjaan dan pendidikan orang tua terhadap kondisi anak D? Jawab: Kurangnya edukasi tentang gizi anak yang baik dan benar di saat masa pertumbuhan anak akan megakibatkan masalah pada pertumbuhan anak seperti kurang gizi ataupun gizi berlebih, berat badan kurang ataupun berlebih pula di sini penting pengetahuan orang tua terhadap hal tersebut.



23. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan antropometri pada anak D? Jawab : PEMERIKSAAN FISIK: Keadaan umum : sakit sedang, TD (-), terkadang cengeng Head to toe Kepala : Muka tampak tua, rambut (kemerahan, mudah rontok), mata (tampak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik), mulut (bibir : kering). Thorax dan abdomen : Hepar (tidak hepatomegali), iga gambang, bising usus normal, asites (-), diare (-), konstipasi (-). Ekstremitas : Kulit berkerut, kulit kering, dingin (-), muscle mass wasting, edema (-), turgor kulit menurun Dari pemeriksaan fisik di atas dapat di curigai anak mengalami marasmus PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI: Nama : anak D Usia : 14 bulan Berat badan : 6.9 Panjang badan : 72 cm Berat badan terhadap umur :



Panjang badan terhadap umur:



Berat badan terhadap Panjang badan :



IMT terhadap umur :



24. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk anak D? Jawab : Karena anak D di curigai menderita marasmus maka pemeriksaan penunjangnnya adalah WHO merekomendasikan pemeriksaan seperti : gula darah, hemoglobin, pemeriksaan urin dan kultur urin, serum albumin, HIV tes dan elektrolit. Pemeriksaan haemoglobin diperlukan untuk menentukan adanya anemia karena penderita Kwashiokor sering disertai anemia yang disebabkan berkurangnya jumlah eritropoetin dalam sumsum tulang akibat defisit protein, besi, defisiensi faktor hati, kerusakan hati, defisiensi vitamin B kompleks. Perlunya pemeriksaan albumin serum dikarenakan pada Kwashiokor ditemukan kadar albumin serum yang rendah disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi. 25. Apa diagnosis kerja dan diagnosis banding kasus scenario? Jawab: Jika dimasukkan dalam kurva status gizi WHO pada anak D, laki laki usia 14 bulan dengan berat badan 6,9 kg, dan PB ; 72 cm maka didapatkan :



Didaptkan hasil kurva < -3 SD maka status gizi anak tersebut berdasarkan PMK tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak adalah gizi buruk atau kekurangan energi protein (KEP) berat. Secara garis besar, gizi buruk dibagi menjadi 3 , marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor. Kwashiorkor, yaitu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein dalam jangka waktu yang lama.Marasmus, yaitu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein dan kalori. Dan marasmus-kwashiorkor, yaitu bentuk malnutrisi energi protein berat yang merupakan kombinasi keduanya. Tabel perbedaan marasmus dan kwashiorkor 



Kelainan Rambut



Marasmus Kemerahan, mudah rontok



Kwashiorkor Hitam, normal







Wajah



Terlihat tua (old face)



Terlihat bulat (moon face)







Mata



Cekung



Anemis







Iga gambang



Tampak



Tidak tampak







Hepatomegali



Tidak



Ya







Gangguan



Tidak



Ada



gastrointestinal 



Otot



Atrofi otot



Atrofi otot







Kulit



Kering, mengendur,



Pucat, dispigmentasi,



keriput (bagy pants),



dermatitis (crazy pavement







Edema



turgor menurun



dermatosis)



Tidak ada



ada



Lalu pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan : A. Anamnesis 1. Identitas



: anak D, laki-laki, usia 14 bulan



2. Keluhan Utama



: Berat badan tidak naik sejak 3 bulan terakhir



3. Riwayat penyakit sekarang : Anak tampak sangat kurus dan lemah, anak batuk dan pilek setiap bulan 4. Riwayat penyakit dahulu



:-



5. Riwayat Persalinan



: anak pertama, lahir sesar karena ketuban pecah dini, BB lahir : 2,4 kg , PB : 48 cm



6. Riwayat Penyakit Keluarga : 7. Riwayat Imunisasi



: belum imunisasi campak karena saat jadwal imunisasi anak demam



8. Riwayat Tumbuh Kembang : anak belum bisa berdiri , gigi seri sudah tumbuh, anak baru bisa mengoceh tanpa arti 9. Riwayat Sosial Ekonomi



: orang tua tamatan SMP, ayah seorang tukang bangunan, ibu asisten rumah tangga paruh waktu



B. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum : sakit sedang, TD (-), terkadang cengeng, nadi : 100x/menit, napas 20x/menit, suhu 37 derajat C. 2. Head to toe : a. Kepala : Muka tampak tua, rambut (kemerahan, mudah rontok), mata (tampak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik), mulut (bibir : kering). b. Thorax dan abdomen : Hepar (tidak hepatomegali), iga gambang, bising usus normal, asites (-), diare (-), konstipasi (-). c. Ekstremitas : Kulit berkerut, kulit kering, dingin (-), muscle mass wasting, edema (-), turgor kulit menurun 3. Pemeriksaan antropometri : BB : 6,9 kg , PB : 72 cm C. Pemeriksaan Penunjang Analisi kimia darah : 1) Hemoglobin = 10,5 g/dL



2) Hematokrit = 33 % 3) Leukosit = 7.700 mikro L 4) Trombosit = 285.000 mikro L 5) Elektrolit (-) Diagnosis gizi buruk ditegakkan jika kriteria : 1. Terlihat sangat kurus 2. Edema yang simetris 3. BB/TB < -3 SD 4. Lingkar lengan atas < 11,5 cm Dari hasil dan penjelasan diatas, maka didapatkan diagnosis kerjanya : gizi buruk marasmus. Dan diagnosis banding : kwashiorkor dan marasmikkwashiorkor. 26. Bagaimana epidemiologi kasus scenario? Jawab : Menurut WH0 2018, terdapat 47 juta anak balita di dunia yang menderita gizi buruk. Berdasarkan hasil RISKESDAS kemenkes ,di Indonesia pada tahun 2013 terdapat 5,7% balita mengalami gizi buruk sedangkan tahun 2018 terdapat 3,9 % balita yang mengalami gizi buruk di indonesia.



Gambar. Prevalensi status gizi menurut WHO



Gambar. Prevalensi status gizi di Indonesia 27. Bagaimana etiologi, dan patofisologi kasus scenario? Jawab : A. Etiologi Penyebab kurang gizi dapat bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein, energi, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat. Sekunder, akibat adanya penyakit yang dapat menyebabkan asupan kurang optimal, gangguan penyerapan, dan peningkatan kebutuhan karena terjadi kehilangan zat gizi atau keadaan stress. WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi buruk, yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk, infeksi berat dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu. Diet yang tidak memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar umum hidup, kondisi lingkungan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan dan perawatan kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Berikut etiologi gizi buruk : a. Konsumsi zat gizi Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Selain itu faktor kurangnya asupan makanan disebabkan oleh ketersediaan pangan,nafsu makan anak,gangguan sistem pencernaan serta penyakit infeksi yang diderita.



b. Penyakit infeksi Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada anak-anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan atau kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen seluler dari sistem kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi. c. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan dalam mengelola makan keluarga. pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan segala bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh balita dan kemampuan ibu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi . Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk anak balita. d. Pendidikan ibu Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah diberikan pengertian



mengenai



suatu



informasi



dan



semakin



mudah



untuk



mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Pendidikan ibu yang relatif rendah akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada anak balitanya. e. Pola asuh anak Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan. Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makanPola asuh yang baik dari ibu akan memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi dan begitu sebaliknya. f. Sanitasi Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Upaya penurunan angka kejadian penyakit



bayi dan balita dapat diusahakan dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya akan memperbaiki status gizinya. g. Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi status



gizi



balita.



Keluarga



dengan



status



ekonomi



menengah



kebawah,



memungkinkan konsumsi pangan dan gizi terutama pada balita rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi pada anak balita. Balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang memiliki risiko 4 kali lebih besar menderita status gizi kurang dibanding dengan balita yang memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan cukup. h. Ketersediaan pangan Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak langsung terjadinya status gizi kurang atau buruk. Masalah gizi yang muncul sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, salah satunya timbul akibat masalah ketahananpangan ditingkat rumahtangga, yaitu kemampuan rumahtangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. i.



Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang. Anak yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi. apabila anggota keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang, asupan makanan yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab langsung karena dapat menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat badan atau terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak merupakan faktor yang turut menentukan status gizi balita.



j.



Sosial budaya Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan masalah gizi buruk. B. Patofisiologi



28. Apa saja tatalaksana untuk anak D? Jawab : Tatalaksana medikamentosa : 27



1. Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Rehidrasi oral dengan cara resomal, rehidrasi secara parenteral hanya pada dehidrasi berat atau syok. 2. Atasi/cegah hipoglikemia 3. Atasi gangguan elektrolit 4. Atasi/cegah hipotermia 5. Antibiotik (bila tidak jelas ada infeksi, dapat diberikan kotrimoksasol selama 5 hari. Bila terdapat infeksi nyata berikan ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai 7 hari, ditambah dengan gentamisin IM selama 7 hari) 6. Atasi penyakit penyerta yang ada sesuai pedoman 7. Vit. A (dosis sesuai usia, yaitu 1 tahun: 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke-15 atau sebelum pulang. 8. Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg per hari. Tatalaksana Berdasarkan Fase :28 1. Fase stabilisasi (Hari 1-2) a) F75/modifikasi/medisco 1/2 = 12 kali pemberian ASI = bebas b) F75/modifikasi/medisco 1/2 = 8 kali pemberian ASI = bebas c) F75/modifikasi/medisco 1/2 = 6 kali pemberian ASI = bebas 2. Fase transisi (Hari 3-7) F100/modifikasi/medisco I/II = 6 kali pemberian ASI = bebas 3. Fase rehabilitasi (Minggu 2-6) a) Berat badan 7 Kg F100/modifikasi/medisco III = 3 kali pemberian ASI = bebas



Ditambah : Makanan lunak/makanan biasa = 3 kali 1 porsi Sari buah 1-2 kali pemberian 4. Fase tindak lanjut (Minggu 7-26) a) Makanan beraneka ragam, porsi kecil, frekuensi sering b) Suapi anak dengan sabar dan tekun c) ASI diberikan sampai usia 2 tahun Tabel 1.Tatalaksana Gizi Buruk



29. Bagaimana edukasi yang diberikan untuk kasus anak D? Jawab : 1) Sudah dapat diberikan makan keluarga, makanan dapat dicincang atau dihaluskan bila diperlukan 2) Dapat diberikan makanan keluarga diberikan 3-4 kali sehari 3) Dapat diberikan makanan selingan 1-2 kali sehari 4) Dapat melanjutkan pemberian ASI 5) Beikan stimulasi dan kasih sayang pada anak dengan cara ajari berjalan diundakan/ ditangga29 30. Bagaimana prognosis dan komplikasi kasus ini? Jawab :



Komplikasi30 Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh gizi buruk bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pankreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal. Pada anak gizi buruk bisa terjadi anemia. Anemia pada gizi buruk adalah keadaan berkurangnya hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat besi atau asam folat. Gejala yang bias terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah, dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormone kortisol, dan insulin. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita gizi buruk. Kematian seringkali terjadi karena penyakit infeksi seperti tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna" atau gangguan jantung mendadak.Infeksi berat sering terjadi karena gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Infeksi yang berat tadi pada akhirnya mengancam jiwa. Prognosis31,32 Prognosis pada penyakit ini dapat buruk apabila telah terjadi komplikasi infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Prognosis gizi buruk juga dapat baik  apabila malnutrisi bias diatasi secara cepat dan tepat. Kematian bisa dihindari jika dehidrasi berat dan penyakit kronis seperti tuberculosis atau hepatitis yang bisa menyebabkan sirosis hepatis bisa dihindari. Pada anak dengan gizi buruk di usia lebih muda, bias terjadi penurunan tingkat kecerdasan yang lebih besar dan irreversible dibandingkan dengan anak yang mendapatkan keadaan malnutrisi pada usia lebih dewasa. Sedangkan untuk keadaan psikomotor, anak yang mendapat pengobatan dan perbaikan keadaan gizi pada usia lebih muda akan cenderung mendapat kesembuhan psikomotor lebih sempurna dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan anak yang pernah mengalami kondisi gizi buruk  cenderung lebih lambat terutama terlihat jelas dalam ukuran tinggi badan dan pertumbuhan berat badan anak walaupun secara ratio antara berat badan dan tinggi  badan nantinya tetap dalam batas normal.



Daftar Pustaka 6) Soetiningsih, IG.N. Gde Ranuh.2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 7) PDGKI Jaya. Pegangan Praktis Klinis Dokter Spesialis Gizi Klinik. 2015. 8) Nur A, Marissa N. Breastfeeding History with Infectious Disease in Toddlers. Kesmas Natl Public Heal J. 2014;9(2):144–9. 9) Departemen Kesehatan RI. Kepmenkes RI No 747/MENKES/SK/VI/2007 tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. 2007 10) Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta:Nuha Medika. 2010. 11) IDAI. Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). 2011. Diunduh dari URL : http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Rekomendasi-IDAIAsuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf (diakses pada tanggal 20 November 2020) 12) Panduan Praktikum Penentuan Status Gizi dan Analisis Asupan FKIK Unja 2020. 13) Huriyati Emy, Nasution Darwin, Nurdita Detty Siti. Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2014;11:31-37 14) Mufdlilah.,dkk. Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI Eksklusif. Peduli ASI Ekslusif :Yogyakarta. 2017 15) IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)/Indonesian Pediatric Society. ASI Kurang. 23 Agustus 2013. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-kurang. [Diakses pada tanggal 20 November 2020] 16) Ambarwati. R,E., Wulandari, D. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra. Cendika Press. 2010. 17) Suradi, R, dan H.K.P Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Jakarta: Perinasia. 2010. 18) Bellando J, Corkie, G, Spray B. Developmental assessments during the first 5 years of life in infants fed breast milk, cow’s milk formula, or soy formula. Food Science and Nutrient. 2020. 19) Connor D,L, Gibbin S. Effect of Supplemental Donor Human Milk Compared With Preterm Formula on Neurodevelopment of Very Low-Birth-Weight Infants at 18 MonthsA Randomized Clinical Trial. JAMA Network. 2016. 20) Tian Q, Gao X, Sha T, Chen C. Effect of feeding patterns on growth and nurtirional status of children aged 0-24 months: A Chinese cohort study.PLOS ONE. 2019. 21) IDAI. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). UKK Nutrisi dan penyakit metabolik. 2018. Diakses dalam:



https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susuibu-mpasi 22) Taufiqa Z, Mulya W. Diary Pintar Bunda Menyusui dan MPASI. JAKARTA: elex media komputindo; 2017. 23) Gusti I. Sehat Lezat: Olah Saji dr.Tiwi. Kompas Media Nusantara; 2013. 24) Siregar, Sjawitri P. "Alergi makanan pada bayi dan anak." Sari Pediatri 3.3 (2016): 168-74. 25) Soegiarto G. Imunoterapi untuk Alergi Makanan. Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas AirlanggaSurabaya; 2019. 26) Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta :Kementerian Kesehatan RI; 2017. 27) Trisia ND. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampahan Kecamatan Timang Kabupaten Bener Meriah Tahun 2019. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh; 2019. 28) Depkes, R. I. "Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar." Jakarta: Depkes RI (2006): 7-49



29) Pudjiati, S. R. R., andAlzenaMasykouri. "Mengasah Kecerdasan di Usia 0-2 Tahun." Jakarta: Dirjen PAUDNI (2011). 30) Santri, Ades, Antarini Idriansari, and Bina Melvia Girsang. "Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia Toddler (1-3 tahun) dengan riwayat bayi berat lahir rendah." Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 5.1 (2014). 31) HAMDINI,



HUMAIRA. HUBUNGAN



STATUS



GIZI



DENGAN



PERKEMBANGAN



PSIKOMOTORIK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI PADANG TAHUN 2014. Diss. Universitas Andalas, 2014.



32) Arifputera A,dkk.2004.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4.Jakarta: Media Aesculapius. 33) Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta : Direktorat Bina Gizi Kementrian Kesehatan RI. 34) Kementerian Republik Indonesia.2016.Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 35) Behrman, Kliegman, Arvin.2000.lmu Kesehatan Anak & Nelson Ed.15,EGC. 36) WHO.2004.Severe Malnutrition In Management Of The Child With A Serious Infection Or Severe Malnutrition. Department of Child and Adolescent Health and Development. 37) Pudjiadji Solihin.2005.Penyakit KEP dari lmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.