Skripsi Bimbingan 1 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IMPLEMENTASI SYLLABIC METHOD DENGAN MODEL CONNECTED DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 1 UPTD SD NEGERI 76 BARRU



SKRIPSI



Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana P pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar



FITRIANI 105401112219



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 4 B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 9 C. Rumusan Masalah .................................................................................... 9 D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9 E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS ............. 11 A. Kajian Pustaka........................................................................................ 11 B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 30 C. Kerangka Pikir ....................................................................................... 34 D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 37 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 38 A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 38 B. Subjek, Waktu, dan Lokasi Penelitian ................................................... 38 C. Faktor yang Diselidiki ............................................................................ 39 D. Prosedur Penelitian................................................................................. 39 E. Instrument Penelitian ............................................................................. 45 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 45 G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 47 H. Indikator Keberhasilan ........................................................................... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 50 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 51 B. Pembahasan ............................................................................................ 80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 84 A. Simpulan ................................................................................................ 84 B. Saran ....................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86



i



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1



Indikator Membaca Permulaan .....................................................17



Tabel 2.2



Rancangan



Pembelajaran



Membaca



Permulaan



dengan



Menggunakan Syllabic Method .....................................................26 Tabel 3.1



Jumlah Subjek Penelitian ..............................................................39



Tabel 3.2



Instrumen Penilaian Tes Membaca Permulaan .............................46



Table 3.3



Kriteria Ketuntasan Belajar ...........................................................48



Table 4.1



Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian Di Kelas I SD Negeri 76 Barru Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023 .........................50



Tabel 4.2



Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan 1, 2, dan 3 Siklus I ...........................................................................................57



Tabel 4.3



Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Tertulis Siswa Siklus I................60



Tabel 4.4



Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Lisan Siswa (Membaca Permulaan dengan Syllabic Method) Siklus I ..................................................61



Tabel 4.5



Kriteria Ketuntasan Belajar Nilai Tes Tertulis dan Tes Lisan Siswa Siklus I ...........................................................................................62



Tabel 4.6



Kategori Ketercapaian Hasil Balajar pada Siklus I ........................63



Tabel 4.7



Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan 1, 2, dan 3 Siklus II ..........................................................................................72



Tabel 4.8



Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Tertulis Siswa Siklus II ..............75



Tabel 4.9



Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Lisan Siswa (Membaca Permulaan dengan Syllabic Method) Siklus II .................................................76



Tabel 4.10



Kriteria Ketuntasan Belajar Nilai Tes Tertulis dan Tes Lisan Siswa Siklus II ..........................................................................................77



Tabel 4.11



Kategori Ketercapaian Hasil Balajar pada Siklus II .....................78



ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1



Kerangka Pikir ...............................................................................36



Gambar 3.1



Bagan Siklus I,II, dan N .................................................................44



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep implementasi awalnya berasal dari bahasa inggris berupa to implement.



Dalam



kamus



besar



Webster,



kata



to



implement



(mengimplementasikan) yang berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) Saputra (2022: 1) Dalam Sudira (2013: 3) Cahyononim dalam J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain (2010:1487) “penerapan adalah hal, cara atau hasil”. Adapun menurut Lukman Ali (2011:104), “penerapan adalah mempraktekkan atau memasangkan”. Penerapan dapat juga diartikan sebagai pelaksanaan. Sedangkan Riant Nugroho (2014:158) “penerapan pada prinsipnya cara yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan”. Implementasi dijelaskan menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Saputra, 2022: 1) bahwa “Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”. Secara umum implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pelaksanaan atau penerapan. Istilah suatu implementasi dapat dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan



4



5



tertentu. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap Saputra (2022: 1). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Menurut Sudira (2013: 2) bahwa implementasi kurikulum merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan proses pembelajaran di sekolah, yang meliputi: 1. Mengidentifikasi dan memilih bahan pembelajaran 2. Mengembangkan kualitas bahan pembelajaran; dan 3. Mengembangkan paket-paket pembelajaran individu. Implementasi dalam suatu kegiatan pembelajaran di sekolah dasar dapat dilakukan dengan syllabic method atau metode suku kata. Implementasi syllabic method dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di kelas rendah. Mustikawati (dalam Furoidah dan Rohinah, 2019: 519) Metode suku kata adalah suatu metode yang



6



memulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah dirangkai menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai, yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Membaca permulaan merupakan pelajaran yang tidak dapat dipisahkan atau telah menjadi keharusan anak menerimanya. Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk memberi bekal pengetahuan membaca dan menulis serta pelatihan membaca dan menulis, namun kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru masih kurang dari yang diharapkan. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Melalui membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalam-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan akan memungkinkan orang mempertinggi daya pikirannya, memperluas pandangannya dan juga wawasannya. Implementasi syllabic method dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjang dengan model connected atau keterhubungan. Keterampilan dan pengetahuan guru terhadap model pembelajaran dapat menjadi kunci sukses dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Ketertarikan siswa dapat diperoleh dengan meerapkan pembelajaran dengan model yang bervariasi. Model connected dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengaitakan pokok pembahasan materi yang akan dijelaskan dengan materi-materi yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di UPTD SD Negeri 76 Barru masih banyak siswa kelas 1 yang bermain dan kurang mahir dalam



7



membaca dan menulis. Sehingga materi yang sampaikan oleh guru tidak dapat dipahami dengan baik. Dalam proses penyampaian materi pelajaran guru juga hanya menggunakan metode ceramah, banyak siswa yang mudah merasa bosan dan tidak semangat dalam menerima pelajaran. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru kelas 1, pembelajaran kurang berhasil ditandai dengan nilai yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam hal membaca dan menulis kurang memuaskan. Hal ini disebabkan banyak siswa yang belum dapat membaca dan menulis dengan baik, sehingga banyak kendala yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari berbagai pelajaran yang lain. Pembelajaran membaca permulaan pada dasarnya bertujuan agar siswa dapat mempersepsi dan memahami informasi yang disampaikan melalui media tulis. Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui materi teks bacaan (wacana, kalimat, kata, suku kata, huruf atau bunyi bahasa) yang terdiri dari pesan moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai emosional spiritual, dan beberapa pesan lainnya sebagai awal dari pembentukan kepribadian yang baik pada siswa. Kegiatan membaca tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menulis. Artinya, kedua macam keterampilan berbahasa tersebut dapat dilatihkan secara bersamaan. Ketika siswa belajar membaca, siswa juga belajar mengenal tulisan yakni berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat yang dibaca. Setelah belajar membaca satuan unit bahasa tersebut, siswa perlu belajar bagaimana menuliskannya. Demikian pula sebaliknya, ketika siswa belajar menulis huruf -



8



suku kata - kata - kalimat, siswa juga belajar bagaimana cara membaca satuan unit bahasa tersebut. Dalam membaca permulaan banyak metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, seperti metode abjad, metode, bunyi, metode suku kata (syllabic method), metode kata lembaga, model pembelajaran inquiry, model keterhubungan (model connected), dan lain-lain sebagainya. Dengan demikian, penelitian diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan hasil pembelajaran. Salah satu penelitian yang dapat dijalankan adalah PTK atau Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kemmis (1988) dalam Sanjaya (2009:24), bahwa penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan suatu tindakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam proses pembuatan PTK membutuhkan waktu lama karena peneliti harus menerapkan tindakan dan variabel yang dirancang untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu 1 atau 2 hari. Hal ini disebabkan pelaksanaan PTK memerlukan perencanaan yang matang dan mengikuti prosedur yang telah dirancang sebelumnya. Beradsarakan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Syllabic Method dengan Model Connected dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 UPTD SD



9



Negeri 76 Barru”. B. Identifikasi Masalah 1. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang tepat. 2. Beberapa siswa tidak dapat membaca teks yang ada pada buku pelajarannya. 3. Banyak siswa yang tidak semangat belajar dan banyak melamun. C. Rumusan Masalah Beradasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimanakah implementasi syllabic method dengan model connected dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 di UPTD SD Negeri 76 Barru?” D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi syllabic method dengan model connected dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 di UPTD SD Negeri 76 Barru. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan yangdapat dijadikan pedoman oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut.



10



2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulisnya dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta mampu meingkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan mencegahrasa jenuh pada kegiatan belajar mengajar. b. Bagi Guru Guru dapat mengunakan penerapan syllabic method dengan model connected sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal huruf ejaan dan dapat menumbuhkan inovasi pembelajaran. Guru juga dapat meningkatkan keterampilannya dalam menghadapi siswa yang sulit dalam belajar. c. Bagi Sekolah Dapat dijadikan sebagai referensi baru untuk program-program terkait dengan model dan metode dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa utamanya untuk kelas rendah. Memungkinkan sekolah untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar dengan melakukan kontrol terhadapproses belajar mengajar di setiap kelas.



BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan salah satu hal yang penting dalam mengembangkan diri pada semua bidang. Dengan pembelajaran pembelajaran bahasa, seseorang dapat memahami bagaimana diri, keluarga, lingkungan, cara mengungkapkan pendapat dari apa yang dipikir dan dirasakan. Menurut Abdul Caher (dalam Wachidah, dan Mahardika, 2018: 52) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbirter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Hakikat pembelajaran bahasa berkaitan dengan teori belajar bahasa. Teori belajar bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pemahaman yang semakin baik tentang bagaimana orang belajar bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa yang efektif, Bromley (dalam Yarmi dan Sehati Kaban, 2015:8) menyatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada anak bisa dipercepat atau didorong dengan menyediakan kesempatan untuk menggunakan bahasa dan meningkatkan interaksi dengan sesama dan keterlibatan yang mengaitkan dengan hal yang dekat dengan mereka. Ismati dan Umaya (dalam Wachidah, dan Mahardika, 2018: 52) menyatakan bahwa Proses pembelajaran bahasa terjadi dari tingkat Sekolah Dasar yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Karena dari kedua proses pembelajaran terjadi meskipun anak sudah dapat mengunakan bahasa, namun dalam pengucapan dan pengolahan



11



12



masih kurang tepat. Untuk itu pembelajaran di Sekolah memberikan pemahaman bagaimana tata cara penggunaan bahasa yang benar baik secara lisan dan tulisan. Pembelajaran terlebih dahulu dapat di mulai dari kelas rendah. Materi pembelajaran bahasa Indonesia secara garis besar terdiri atas enam aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, kebahasaan, dan apresiasi bahasa. Menurut Iskandarwassid & Dadang Sunendar (dalam Wachidah, dan Mahardika, 2018: 62) “pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk tahap perkembangan selanjutnya”. Selain itu, pembelajaran harus dapat membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa di lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi, namun juga untuk menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajari. Melalui bahasa, siswa mampu mempelajari nilai-nilai moral atau agama, serta nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat, melalui bahasa, siswa juga mampu mempelajari berbagai cabang ilmu. Pembelajaran bahsa Indonesia diberikan kepada siswa, bertujuan utnuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa tersebut. Keterampilan berbahasa Indonesia



mencakup:



keterampilan



menulis,



keterampilan dan



menyimak,



keterampilan



keterampilan



membaca.



Dalam



berbicara, pelaksanaan



pembelajaran bahasa Indonesia guru telah berusaha merancang program sesuai dengan kemampuan dan kriteria masing-masing anak didik. Usaha yang dilakukan oleh guru pun meliputi semua aspek dalam pembelajaran. Aspek pertama berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan perencanaan, program, usaha dalam pelaksanaan, kesiapan guru dan



13



kesiapan siswa. Kemudian aspek kedua berkaitan dengan pelaksanaan yang meliputi penyajian materi, penggunaan media, penggunaan metode, pengelolaan kelas, partisipasi belajar, dan pemberian penguatan. Sementara itu dari aspek penilaian hasil meliputi waktu penilaian, yang dinilai dan cara penilaian, dan dari aspek tindak lanjut meliputi bentuk tindak lanjut dan hal–hal yang perlu ditindak lanjuti. 2. Membaca Permulaan Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar ada 4 aspek, yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada pengelolaan pendidikan di sekolah dasar terdapat klasifikasi kelas awal dan kelas lanjut, kelas awal mencakup kelas 1, 2, 3 dan kelas lanjut mulai dari kelas 4, 5, 6. Pengelompokan tersebut telah di atur berdasarkan dengan tingkat usia, materi yang diajarkan. Pada pelaksanaan membaca pada kelas awal terutama pada kelas 1 dan 2 merupakan memabaca permulaan, sangat memerlukan perhatian guru maupun orang tua. Sebab kegagalan dalam belajar membaca permulaan dapat menjadi hambatan bagi kelanjutan siswa pada jenjang pendidikan di tingkat selanjutnya. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan untuk memperoleh pesan yang disampaikan melalui media bahasa lisan dan tulisan. Membaca permulaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang di tulis. Dalam membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Kemampuan



14



atau keterampilan membaca permulaan bagi siswa di kelas rendah memiliki beberapa manfaat yaitu untuk mempunyai kemampuan memahami dan mengutarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai pondasi untuk membaca lebih lanjut. Menurut Akib dan Muhammad Akhir (2022: 39) bahwa membaca pemulaan adalah kegiatan terprogram membaca pada tahap awal untuk mengenal lambang bunyi berupa huruf, suku kata, kata maupun kalimat sederhana yang ditekankan sebagai dasar dalam kegiatan membaca. Kebiasaan membaca permulaan di awal merupakan salah satu cara untuk keterampilan dan kemahiran dalam kemampuan untuk merancang gagasan utama. Jadi dapat disimpulkan bahwa, membaca permulaan merupakan suatu aktivitas yang mengarah pada tindakan melafalkan huru-huruf menjadi bunyi, dan mengartikan kata demi kata yang memudahkan pembaca mendapatkan informasi dari teks bacaan. Menurut Nurhadi (2018: 4-5) tahap-tahap membaca meliputi tiga tahap yaitu tahap prabaca, tahap saat membaca, dan tahap pascabaca. Masing-masing tahap tersebut meliputi kegiatan yang berbeda. Berikut pembahasan dari tahaptahap membaca: 1. Tahap prabaca Tahap prabaca merupakan tahap untuk meningkatkan motivasi membaca dan mengaktifkan skemata yang dimiliki pembaca untuk meningkatkan pemahaman pembaca terhadap materi bacaan dan membacangun pengetahuan baru 2. Tahap saat membaca



15



Tahap saat membaca merupakan tahap utama dalam membaca, karena tahap ini seseorang akan mengerahkan kemampuan untuk mengolah bacaan menjadi sesuatu yang bermanfaat. 3. Tahap pascabaca Tahap pascabaca merupakan tahap akhir kegiatan membaca, karena pada tahap ini seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengubah sikap mental karena dorongan dari hasil membaca. Ernaz dan Silvina Noviyanti (2022: 164) menyatakan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan terdapat tahap awal proses penguasaan sistem tulisan sebagai perwakilan sistem bahasa. Tingkatan ini disebut tingkat awal belajar membaca. Berbagai metode digunakan untuk mengajarkan kegiatan membaca di awal kelas, termasuk metode fonetik atau bunyi, alfabet atau abjad, suku kata atau syllabic method, dan kata lembaga. Pemahaman Membaca Pemula berfokus pada keterampilan membaca awal seperti kemampuan memahami huruf, belajar membaca dengan fokus suara untuk mengartikan huruf menjadi suara dalam kegiatan belajar mengajar. Pada implementasinya guru akan menggunakan metode bunyi-bunyian contoh huruf “b” tidak diucapkan sebagai “be”, tetapi diucapkan “beh”, huruf “t” tidak diucapkan “te”, tetapi menjai “teh". Selanjutnya bunyi dalam bahasa Indonesia disatukan, contoh k-a (keh dan a) serupa ka; k-i (keh dan i) sama dengan ki. Pada pendekatan fonik fokus pada pembelajaran membaca suara untuk mengartikan huruf yang tertulis menjadi suara. Pada kegiatan pembelajaran membaca tingkat dasar harus menampilkan materi yang sederhana. Kemudian



16



siswa diajarkan fonem terucap yang diwakili huruf alphabet. Kegiatan belajar mengajar membaca permulaan menggunakan metode suku kata atau syllabic method, di mana pembelajaran akan diawali dengan memperkenalkan suku kata. saat siswa sudah mampu membaca suku kata lalu akan digabungkan menjadi kata, kemudian siswa dibebaskan untuk menguraikan suku kata ke beberapa huruf. Tujuan utama membaca permulaan adalah pemahaman dan menghasilkan siswa yang lancar membaca. Tujuan khusus membaca permulaan agar siswa dapat mengenal tulisan sebagai lambang atau simbol bahasa sehingga siswa dapat menyuarakan tulisan tersebut, dan membaca permulaan memberikan kecakapan kepada siswa untuk mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi bermakna. Di samping itu pembentukan sikap positif serta kebiasaan rapi dan bersih dalam membaca perlu diperhatikan (Muammar 2020: 13) Dalam Muammar (2020: 15) membaca permulaan termasuk membaca teknis atau membaca permulaan di sekolah dasar yang dilakukan pada kelas 1 dan 2 yang memiliki beberapa ciri, antara lain: 1. Prosesnya konstruktif, 2. Harus lancar, 3. Dilakukan dengan strategi yang tepat, 4. Memerlukan motivasi, 5. Keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan. Pembelajaran membaca permulaan ditekankan pada membaca teknik yaitu terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi. Wachidah, dan Mahardika (2018: 104105) pembelajaran membaca harus mencakup indikator seperti pada tabel 2.1 di



17



bawah ini. Tabel 2.1 Indikator Membaca Permulaan No.



Unsur yang dinilai



Skor maksimum



1.



Ketepatan menyuarakan tulisan



30



2.



Kewajaran lafal



20



3.



Kewajaran intonasi



20



4.



Kelancaran



20



5.



Kejelasan suara



10



Jumlah Skor Total



100



Sumber: Wachidah, dan Mahardika (2018: 105) Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembelajaran di kelas rendah. Kedua keterampilan ini merupakan fondasi dasar untuk keberhasilan keterampilan lainnya. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan membaca dan menulis memerlukan perhatian khusus oleh guru. Pemahaman membaca pemula lebih erat kaitannya dengan pemahaman membaca dasar, atau pemahaman. Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Di tingkat dasar, belajar menulis lebih diarahkan pada keterampilan mekanis. Artinya, bagaimana teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis. Yang digunakan dalam menegakkan fungsi alat tulisnya membentuk tulisan yang dapat dibaca. Dalam pembelajaran membaca dan menulis merupakan kemampuankemampuan yang memang harus dimiliki siswa. Karena di setiap buku pelajaran



18



yang dimiliki siswa pasti terdapat bacaan ataupun tulisan-tulisan yang nantinya harus dibaca dan dipahami oleh siswa. Apabila siswa sudah bisa membaca dan menulis, maka akan lebih mudah bagi mereka menguasai materi pelajaran dan memahami setiap bacaan yang dibacanya. Ernaz, Silvina Noviyanti (2022: 166) adapun usaha yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar, sebagai berikut: 1. Memilih materi bacaan Materi yang akan dijadikan sumber bacaan harus memiliki daya pikat yang dapat menarik perhatian siswa guna menumbuhkan motivasi untuk belajar membaca yang serius. Tidak hanya itu, materi yang diselipkan gambar serta berwarna-warni. 2. Huruf bacaan dikreasikan menjadi sebuah nyanyian Siswa tentu akan merasa bosan jika hanya diberikan bacaan-bacaan yang monoton, dengan menjadikan bacaan dengan nada-nada dan intonasi yang menarik menjadi sebuah nyanyian tentu akan membangun motivasi siswa untuk menghafalkan huruf-huruf. 3. Menggunakan media pembelajaran membaca yang kreatif dan inovatif Media pembelajaran biasanya digunakan untuk menunjang keberlangsungan pembelajaran. Misalnya BET atau (Buklet Edukatif Tematik) Dalam hal ini penggunaan media inovatif seperti Buklet Edukatif Tematik (BET) adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, dapat



19



berupa gambar yang di dalamnya terdapat unsur edukasi. 4. Menggunakan berbagai macam model dan metode pembelajaran yang inovatif pada kegiatan belajar mengajar Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) salah satunya adalah model yang digunakan, maka dari itu pilihlah model yang sesuai dengan karakteristik peserta didik seperti: model connected dan syllabicmethod atau metode suku kata dan lain sebagainya. 5. Kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang kesulitan Untuk mengatasi masalah pembelajaran membaca dan menulis biasanya digunakan pendekatan informasional, yang artinya ditekankan kepada pemberian materi pengetahuan kepada orang tua tentang kesulitan belajar. Contohnya, membuat suatu pertemuan khusus orang tua yang memberikan berbagai informasi tentang cara untuk membantu kesulitan pada siswa. 6. Memberikan penguatan positif pada siswa Cara ini dinilai efektif untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap apa yang sedang dilakukan. Misalnya, ketika siswa mengalami kemajuan pada kegiatan belajar membaca dan menulis permulaan ini. Dengan begitu guru bisa memberi tahu siswa bahwa yang mereka lakukan itu baik, bisa dengan pujian, senyuman, dan acungan jempol, serta tidak lupa untuk mengajak siswa agar tetap melanjutkan sikap positif tersebut.



20



Membahas mengenai membaca dan menulis permulaan bagi siswa kelas rendah di sekolah dasar, tidak terlepas dari tujuan pembelajaran, materi, penerapan metode dan model pembelajaran, serta penilaian tentang kemampuan membaca dan menulis permulan tersebut. Oleh karena itu, dalam penguasaan tentang kemampuan membaca dan menulis siswa kelas rendah sangat diperlukan penerapan metode dan model yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajarannya. Seperti penerapan syllabic method dan model connected dalam proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. 3. Model dan Metode Pembelajaran Menurut Trianto (dalam Octavia, Shilphy A, 2020: 12) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkunagn pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Udin (dalam Mulyono dan Ismail Suardi Wekke, 2018: 19) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar uuntuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas pembelajaran. Berdasrkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model



21



pembelajaran suatu rancangan pembelajaran yang menggambarkan prosedur kegiatan belajar dari awal sampai akhir untuk mencapai kompetesi belajar. Model pembelajaran sangat efektif dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, karena pada kegiatan pembelajaran siswa diharapkan berperan aktif dalam proses pembelajaran serta kemampuan berpikirm dan kekompakan dalam tim atau kelompok. Mulyono (dalam Octavia, 2020:15) Manfaat model pembelajaran sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa. Octavia, (2020: 16) manfaat model dalam kegiatan pembalajaran, sebagai berikut: 1) Bagi guru a. Memudahkan dalam melakanakan tugas pembelajaran, langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang akan dicapai, kamampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada, b. Memudahkan untuk melakukan analisis terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat. c. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran. d. Memudahkan menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran.



22



2) Bagi siswa a. Kesempatan yang luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. c. Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh. d. Dapat mengetahui kemampuan pribadi di kelompoknya secara objektif. Metode pembelajaran Menurut Djamarah, SB. (dalam Afandi, dkk, 2013) “suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam Fathurrohman, dan Sulistyorini (2012: 49) Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran. Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu, sedangkan secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai "cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta



23



mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan sesuai dengan situasi. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pemilihan bahan ajaran dan pemakaian metode yang tepat. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas, guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode. Karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi Fathurrohman, dan Sulistyorini (2012: 49-50). Metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran pada umumnya ditujukan untuk membimbing belajar dan memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Sebelum mengajarkan suatu materi pembelajaran guru terlebih dahulu memikirkan bagaimana cara (metode) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masingmasing siswa. Belajar secara optimal dapat dicapai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula. 4. Syllabic Method Metode suku kata (syllabic



method)



menurut



Sabarti



Akhadiah



(dalam Herdianingsih, dkk, 2019: 40) “menjelaskan bahwa metode suku kata merupakan penerapan pengenalan huruf kepada siswa yaitu merangkaikan suku kata menjadi huruf dan akhirnya menjadi kata”. Sedangkan menurut Amin (dalam



24



Herdianingsih, dkk, 2019: 40) sebagai berikut, “Metode suku kata adalah suatu metode yang dimulai dengan mengajar suku-suku kata kemudian suku kata di gabungkan menjadi kata dan di uraikan menjadi huruf”. Menurut Mustikawati (dalam Suyadi dan Riska Putri Sari, 2021: 176) menyatakan metode suku kata (syllabic method) adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai, yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Definisi lain syllabic method adalah cara pengenalan huruf kepada siswa dengan merangkaikan suku kata menjadi huruf dan akhirnya menjadi kata untuk menunjukkan bahwa membaca merupakan kesatuan kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud jawaban (Havisa et al., (dalam Suyadi dan Riska Putri Sari, 2021: 176). Jadi dapat disimpulkan bahwa syllabic method merupakan suatu cara yang digunakan dalam pengajaran membaca permulaan, yang menekankan agar siswa mampu mengenali huruf ejaan dengan penyajian kata-kata yang telah dirangakai menjadi suku kata, kemudian suku kata dirangkai menjadi kata, dan kata dirangkai menjadi kalimat yang dapat dikaitkan dengan bunyi dan artinya sehingga siswa mampu memahami arti dari kata serta kalimat tersebut. Dalam Amir, dkk (2019: 29) menyatakan bahwa metode suku kata (syllabic method) ada dua macam. Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan caramengurai dan merangkaikan.



25



1) Metode kupas rangkai suku kata Penerapannya menggunakan langkah-langkahsebagai berikut: a. Guru mengenalkan huruf kepada siswa. b. Merangkaikan suku kata menjadi huruf. c. Menggabungkan huruf menjadi suku kata. Misalnya: bu – k, b – u – k – u, bu – ku 2) Metode Kata Lembaga Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membaca kata yang sudah dikenal siswa. b. Menguraikan huruf menjadi suku kata. c. Menguraikan suku kata menjadi huruf. d. Menggabungkan huruf menjadi suku kata. e. Menggabungkan suku kata menjadi kata. Misalnya: buku bu – ku, b – u – k – u Berikut adalah langkah-langkah untuk menggunakan suku kata: 1. Guru menyusun atau menggabungkan konsonan dan vokal berdasarkan teks buku dan dibacakan bersama siswa. 2. Guru menulis kata-kata yang dilucuti dalam suku kata dan membacanya bersama siswa. 3. Guru menambahkan/menulis suku kata pada kata majemuk dan membacanya dengan keras bersama siswa. 4. Guru kemudian menyusun/membuat kalimat dan membacanya bersama siswa. 5. Guru mengarahkan siswa merangkai suku kata, suku kata menjadi kata,



26



6. Guru mengarahkan siswa merangkai kata menjadi kalimat sederhana. Menurut Rukayah (Amir, dkk, 2019: 30) siswa dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika siswa dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar dalam membaca dan memperhatikan tanda baca. Setelah mengetahui batasan dalam membaca maka jelas tujuan yang ingin dicapai



dalam



merancang



pembelajaran



membaca



permulaan



dengan



menggunakan syllabic method. Table 2.2 Rancangan Pembelajaran Membaca Permulaan dengan Menggunakan Syllabic Method No.



Aspek



Penjabaran



Tujuan



Kemampuan 1.



Membaca 1 kata



BUKU



Siswa dapat membaca kata



benda yang sering



Vokal: U



benda



dijumpai oleh



Konsonan: B/K



temuinya.



Membaca 1 kata



TULIS



Menambah kosa kata baru



subjek



Vokal: I



dari kata Buku tulis



yang



sering



di



Siswa 2.



Konsonan: T/L/S Catatan: huruf vokal: U sudah Diajarkan



27



3.



Membaca 1 kata



SAYA



Dapat membaca kalimat



subjek



Vokal: A



sederhana serta membaca



Konsonan: S/Y



dan membuat kalimat baru dari kalimat yang dipelajari.



Sumber: Amir, dkk (2019: 30) Peneliti menggunakan metode suku kata karena, suku kata memungkinkan siswa belajar membaca dengan memecah kata menjadi suku kata. Membaca dengan syllabic method dapat memudahkan anak untuk memahami dan mengamati materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya, latihan membaca suku kata dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan membaca rendah untuk mengenali kata-kata lebih akurat dan dengan sedikit usaha yang berbeda dengan sebelumnya. Metode suku kata (syllabic method) membantu anak dalam membaca permulaan yaitu dalam membaca meminimalkan untuk tidak mengeja huruf demi huruf sehingga mempercepat pemahaman penguasaan kemampuan membaca, dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata, dan dapat dengan mudah mengerti berbagai macam kata. Dalam syllabic method ini, anak akan dikenalkan dengan suku kata dan kemudian suku kata dirangkai menjadi katakata yang bermakna dengan menggunakan bantuan tanda sambung, kata-kata tersebut yang nantinya akan dirangkai menjadi kalimat. Penggunaan syllabic method diharapkan menjadi metode yang tepat dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca permulaan.



28



5. Model Connected Model connected merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan topik-topik dalam satu disiplin ilmu. Menurut Fogarty (dalam Khoisiah, 2021:196) model ini berfokus pada hubungan secara eksplisit dalam setiap disiplin ilmu, menghubungkan satu topik ke topik berikutnya, dari satu konsep ke konsep lainnya, dan menghubungkan pekerjaan yang dikerjakan hari ini dengan hari berikutnya, bahkan menghubungkan ide-ide yang ada pada semester ini dengan semester berikutnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model connected merupakan model pembelajaran yang menghungkan topik bahasan pada materi pembelajaran dengan materi selanjutnya, model pebelajaran connected dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Hal ini disebabkan materi yang dibahas selalu berkaitan di setiap pertemuan. Penerapan model connected dalam pembelajaran menghubungkan satu topik dengan topik lain, satu konsep dengan konsep lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya dikaitkan dalam satu bidang studi. Model connected (keterhubungan) dilandasi oleh anggapan bahwa buktibukti pembelajaran dapat dikaitkan pada induk mata pelajaran tertentu. Misalnya, butir- butir pembelajaran kosa kata dengan struktur membaca dan mengarang dapat dikaitkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir- butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan



29



berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. Karakteristik Model connected Fogarty (dalam Khoisiah, 2021:196) mengemukakan karakteristik model connected, di antaranya adalah: 1) Seperti lensa opera, model connected melihat lebih detail suatu disiplin ilmu; 2) Setiap disiplin ilmu berhubungan dalam hal konsep-konsep, tema-tema maupun unit-unit. Contoh: dalam disiplin ilmu matematika, konsep pecahan berhubungan dengan konsep persentase; 3) Kemiripan diantara unit-unit tersebut akan membantu peserta didik untuk lebih memahami materi dalam suatu disiplin ilmu; 4) Guru dapat membantu pemahaman peserta didik tentang suatu disiplin ilmu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong dalam memahami hubungan antar konsep. Kelebihan dari penggunaan model connected dalam pembelajaran Khoisiah (2021:196) 1) Hubungan yang ada pada masing-masing bidang keilmuan membantu siswa memahami materi yang diberikan oleh gurunya, membantu mereka memahami konsep dengan lebih jelas, dan menyerap konsep dengan lebih baik. 2) Pemahaman konseptual berkembang terus menerus pada diri siswa. 3) Hubungan yang ada di setiap mata pelajaran membantu siswa meninjau, mengedit, dan secara bertahap menyerap konsep yang lebih dalam.



30



4) Setiap domain tidak relevan jika hubungannya hanya terfokus pada satu domain. Dalam Amelia (2019: 26) kekuatan atau kelebihan dari model connected sebagai berikut: 1) Dengan mengaitkan ide-ide antar bidang studi, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu studi yang terfokus pada suatu aspek. 2) Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa terusmenerus, sehingga terjad internalisasi. 3) Mengaitkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki dan mengasimilasi ide secara berangsurangsur dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah. Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan bahwa penggunaan model connected dalam pembelajaran dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan karena pembelajaran dilakukan dengan menghubungkan pokok bahasan pada suatu bidang studi, dan membantu mengembangkan kemampuan menalar dan berpikir siswa karena pembahasan tetap berkaitan dengan materi yang dipelajari sebelumnya. B. Hasil Penelitian Relevan 1. Suyadi dan Riska Putri Sari (2021) Dwija Cendekia; Jurnal Riset Pedagogik dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Metode Suku Kata (Syllabic Method) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SDN 009 Tarakan” Berdasarkan hasil penelitian dan



31



pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 1 SDN 009 Tarakan peneliti menerapkan metode suku kata (syllabic method) pada setiap proses pembelajaran, peneliti juga meminta siswa 5 menit sebelum bel istirahat dan bel pulang sekolah berbunyi untuk meminta setiap anak membaca teks yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dibuktikan pada kemampuan membaca permulaan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu rata-rata pada aspek mengenal huruf siklus I yaitu 90 meningkat menjadi 93 pada siklus II. Pada aspek membaca suku kata siklus I yaitu 61 meningkat menjadi 69 pada siklus II. Pada aspek membaca kata siklus I yaitu 44 meningkat menjadi 57 pada siklus II. Sehingga pada siklus I diperoleh rata-rata persentase 65%. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu rata-rata persentase 73%. 2. Hendrianingsih, dkk (2019) Jurnal Ortopedagogia dalam penelitian yang berjudul “Syllabic Method dalam Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita” menunjukkan bahwa penggunaan Syllabic Method yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pre-test yang memiliki rata-rata 52 untuk tes kinerja dan 50 untuk tes tulis, sedangkan hasil post test memiliki ratarata 85 untuk tes kinerja dan 93 untuk tes tulis serta hasil rata-rata keseluruhan pre-test 50, sedangkan hasil rata-rata keseluruhan post test 89. Dengan membandingkan rata-rata nilai kemampuan daya ingat siswa dalam membaca permulaan menggunakan Syllabic Method, serta menjawab soal tes tulis sebelum dan sesudah menggunakan Syllabic Method. Pada tabel Uji Wilcoxon



32



dapat disimpulkan bahwa penggunaan Syllabic Method berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas 3 di SDLB Negeri Sukorejo Kota Blitar. 3. Hidiyah, dan Nanang Khoirul Umam (2021) Journal of Teaching in Elementary Education dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Suku Kata (Syillabic



Method) Untuk



Meningkatkan Keterampilan



Membaca



Permulaan Pada Kelas 1 SDN Kaliwates” hasil nilai tes kemampuan membaca permulaan pada siklus 1, menunjukkan bahwa ada dua peserta didik mendapat nilai 60, satu peserta didik mendapat nilai 65, satu peserta didik mendapat nilai 67, satu peserta didik mendapat nilai 70, dua peserta didik mendapat nilai 75, satu peserta didik mendapat nilai 76, dua peserta didik mendapat nilai 77, dan dua peserta didik medapat nilai 80. Dari analisis hasil belajar peserta didik pada siklus 1 sudah ada peningkatan tetapi masih kurang memuaskan sehingga perlu dilanjutkan ke siklus 2. Hasil nilai tes kemampuan membaca permulaan pada siklus 2, menunjukkan bahwa ada satu peserta didik yang mendapat nilai 65, satu peserta didik mendapat nilai 67, satu peserta didik mendapat niai 80, enam peserta didik mendapat nilai 85, dua peserta didik mendapat nilai 90, satu peserta didik mendapat nilai 95. Dapat disimpulkan pada siklus 2 dalam kemampuan membaca permulaan terdapat 10 peserta didik tuntas dari 12 peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2 hasilnya sungguh memuaskan. Karena sebelum di laksanakannya proses pembelajaran dengan menerapkan metode suku kata ini, dari 12 peserta didik yang ada di kelas 1 SDN Kaliwates ini hanya ada 2



33



peserta didik yang bisa membaca sedangkan 10 peserta didik lainnya masih belum bisa membaca. Setalah metode ini dilaksanakan hanya ada 2 peserta didik yang masih belum bisa membaca di karenakan kedua peserta didik tersebut adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Dari penjelasan tersebut telah memenuhi kriteria ketuntasan kelas. Sehingga tidak perlu siklus 3 karena kelas telah tuntas belajar. 4. Siti Khosiah (2021) Jurnal kajian Islam dan Masyarakat dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Connected Model Bagi Anak Berkesulitan Belajar Menulis di TK” Berdasarkan hasil observasi terdapat anak yang mengalami kesulitan menulis, seperti tulisan sulit dibaca, bentuk huruf tidak sesuai kaidah, kemiringan huruf dan ukuran huruf beragam, huruf tidak pada posisi yang tepat, dan kualitas huruf kurang. Setelah dilakukan beberapa asesmen, pembelajaran terpadu model connected dijadikan alternatif dalam model pelayanan pembelajaran dikarenakan fokus dalam menghubungkan satu topik ke topik berikutnya. Kegiatan mengulang-ulang ini akan semakin memudahkan anak untuk mempelajari topik yang akan datang. Berdasarkan uraian penelitian relevan di atas, dapat diketahui bahwa syllabic method telah diterapkan sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa di sekolah dasar, dan dengan penerapan model connected memudahkan guru dalam mengaitkan materi yang sampaikan dengan kehidupan yang dilakukan siswa, hasil tersebut telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya.



34



Dari semua penelitian relevan tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, yaitu penelitian ini meneliti tentang peningkatan



kemampuan



membaca



permulaan



siswa



kelas



1



dengan



menggunakan syllabic method. Selain itu, terdapat juga perbedaan yang akan dilaksnakan, yaitu penerapan syllabic method pada penelitian ini akan dikombinasikan dengan model connected, serta sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. C. Kerangka Pikir Kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini masih mengalami perubahan. Salah satu, kurikulum yang berlaku di tingkat sekolah dasar saat ini yaitu kurikulum 2013 atau K13. Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan membaca merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam proses belajar mengajar. Mengajarkan membaca di sekolah dasar kelas 1 dikategorikan dalam membaca permulaan. Kurangnya kekatifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menandakan bahwa siswa masih banyak yang belum mengerti pelajaran yang disampaikan oleh guru dan kemampuan siswa dalam membaca masih sangat kurang. Sehingga guru dituntut untuk mengembangkan metode dan model pembelajaran yang digunakan untuk menarik perhatian siswa sehingga aktif dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini yaitu menerapkan syllabic method dengan model connected dalam pembelajaran. Syllabic method dianggap cocok digunakan dalam melatih siswa agar lancar dalam membaca permulaan, dan model connected memudahkan guru



35



dalam mengaitkan pembahasan materi dengan kehidupan sekitar yang dipelajari oleh siswa, sehingga siswa mudah memahami materi yang dipelajari. Berdasarkan pada uraian penjelasan di atas, maka peneliti dapat menggambarkan kerangka pikir yang akan digunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:



36



Kurikulum 2013



Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD



Keterampilan Berbahasa



Menyimak



Siswa: Kemampuan membaca permulaan yang rendah



Berbicara



Guru: Kurang mengaktifkan dan guru kurang menggunakan model dan metode yang kreatif dalam pembelajaran



Menerapkan syllabic method dengan model connected



Membaca



Membaca Permulaan



Kondisi Awal



Tindakan



Siklus I, II, dst



Harapan kemampuan membaca permulaan meningkat Gambar 2.1 Kerangka Pikir



Kondisi Akhir



Menulis



37



D. Hipotesis Penelitian Jika implementasi syllabic method atau metode suku kata dengan model connected atau keterhubungan, dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru. Maka ada peningkatan kemampuan membaca permulaan yang dialami oleh siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru.



BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu sebuah penelitian tindakan yang memaparkan proses dan hasil dalam proses pembelajaran. Arikunto (2017:1-2) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan, seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. B. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas 1, yang berlokasi di sekolah UPTD SD Negeri 76 Barru. Beralamat di Desa Kading, Kacamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. 2. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023. 3. Subjek penelitian Jumlah siswa yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu 16 orang siswa, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.



38



39



Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian Jenis Kelamin Kelas



No 1.



Laki-laki



Perempuan



6



10



I Jumlah



16



Sumber: Tata Usaha UPTD SD Negeri 76 Barru C. Faktor yang Diselidiki Adapun faktor yang akan diselidiki dari penelitian tentang penerapan syllabic method (metode suku kata) dengan model connected pada peningkatan membaca dan menulis siswa. 1. Faktor proses: Dengan melibatkan hal-hal yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran dengan penerapan Syllabic method dengan model connected. Termasuk kehadiran murid, sikap, keaktifan siswa, dan kedisiplinan dalam menyelesaikan tugas yang dapat dilihat melalui pedoman observasi siswa yang telah disediakan. 2. Faktor hasil: Dengan mengetahui kemampuan siswa dalam membaca dan menulis, setelah tes akhir yang diberikan pada setiap siklus. D. Prosedur Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan Perencanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan berdasarkan hasil observasi terhadap pembelajaran awal yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada tahap perencanaan ini peneliti akan menyiapkan



40



perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan metode dan model pembelajaran yang dinilai tepat untuk mensitmulus siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, dilakukan berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti pada tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan akan dilakukan selama 3x30 menit jam pelajaran dengan proses pembelajaran



menggunakan



instrumen



penelitian.



Tahap



pelakasanaan



pembelajaran pada siklus I, dimana peneliti bertindak sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Guru terlebih dahulu menyiapkan semangat siswa untuk belajar 2) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab kepada siswa 3) Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepadasiswa 4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil 5) Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menerapkan model connected (keterhubungan) 6) Guru menuntun siswa dalam membaca permulaan teks bacaan dengan menggunakan syllabic method (metode suku kata) 7) Kemudian guru menuntun siswa maju ke depan untuk membacakan teks yangditulis. 8) Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi pembelajaran yang terdapat padaLKPD yang disediakan.



41



9) Siswa dan guru menyimpulkan materi dari pembahasan yang sudah dibahas 10) Guru mengoreksi hasil evaluasi siswa. c. Observasi/ Evaluasi Observasi dilakukan oleh satu orang yang bertindak sebagai observer, dengan menggunakan lembar observasi yang berisi kegiatan guru, siswa dan kegiatan interaksi selama pembelajaran. Observasi/evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan guru selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga ada bahan yang dapat dijadikan rujukan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya, selain itu pengamatan di siklus I ini dapat dijadikan perbandingan apakah ada peningkatan pemahaman siswa dari pembelajaran awal. d. Refleksi Setelah melihat dari hasil observasi/evaluasi selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, guru atau peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan, serta kendala yang alami selama proses pembelajaran. Jika peneliti merasa pada pelaksanaan di siklus I hasil belajar siswa belum memuaskan dan belum memenuhi hasil yang diharapkan oleh guru. Maka guru atau peneliti dapat melakukan percobaan kedua atau siklus II, untuk memperbaiki kesalahan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. 2. Siklus II Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, masih sama dengan tahap yang digunakan pada siklus 1. Hanya saja dalam



42



siklus II guru atau peneliti akan melakukan perbaikan terhadap kendala dan kekurangan yang dialami pada proses pelaksanaan pembalajarannya. a. Perencanaan Perbaikan pembelajaran pada siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap pembelajaran di siklus I yang sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada tahap perencanaan guru masih harus menyiapkan rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian pada tahap perencanaan guru harus menyiapkan bahan ajar atau perangkat pembelajaran yang mendukung metode dan model pembelajaran yang digunakan. Dan dalam tahap perencanaan guru menyiapkan lembar kerja siswa sebagai bahan evaluasi untuk melihat pencapaian keberhasilan dalam menyampaikan pembelajaran. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, dilakukan berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan masih dilakukan selama 3x30 menit jam pelajaran dengan proses pembelajaran



menggunakan



instrumen



penelitian.



Tahap



pelakasanaan



pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Guru terlebih dahulu menyiapkan semangat siswa untuk belajar 2) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab kepada siswa 3) Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepadasiswa 4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil



43



5) Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menerapkan model connected (keterhubungan) 6) Guru menuntun siswa dalam membaca permulaan teks bacaan denganmenggunakan syllabic method (metode suku kata) 7) Kemudian guru menuntun siswa maju ke depan untuk membacakan teks yangditulis. 8) Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi pembelajaran yang terdapat padaLKPD yang disediakan. 9) Siswa dan guru menyimpulkan materi dari pembahasan yang sudah dibahas 10) Guru mengoreksi hasil evaluasi siswa. c. Observasi/ Evaluasi Sama halnya dengan pembelajaran pada siklus I, di siklus II pengamatan dilakukan juga oleh satu orang observer yang sama, dengan menggunakan lembar observasi yang berisi kegiatan guru, siswa dan kegiatan interaksi selama pembelajaran.



Pengamatan



dilakukan



untuk



mengetahui



kelebihan



dan



kekurangan guru selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga ada bahan yang menjadi rujukan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya, selain itu observasi/evaluasi di siklus II ini dapat dijadikan perbandingan apakah ada peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa dari pembelajaran di siklus I dan pembelajaran di siklus II, jika masih belum memenuhi maka akan di laksanakan lagi pembelajaran dengan siklus selanjutnya.



44



d. Refleksi Setelah melihat dari hasil observasi/evaluasi selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, guru masih melakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan, serta kendala yang dialami selama proses pembelajaran. Jika dalam pelaksanaan di siklus II hasil belajar siswa sudah lebih baik dari siklus I dan hasil evaluasinya sudah memenuhi hasil yang diharapkan oleh guru. Maka, guru hanya perlu memantapkan lagi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan model yang dilaksanakan pada siklus II. Berdasarkan pada uraian penjelasan di atas maka peneliti dapat menggambarkan siklus yang akan digunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:



Gambar 3.1 Bagan Siklus I,II, dan N



45



E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian PTK ini adalah observasi dan tes. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan pengamatan (observasi) situasi yang wajar (alamiah) sesuai yang terjadi dilapangan, sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau dimanipulasi. Pada saat peneliti memasuki lapangan berinteraksi langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya atau yang diamatinya. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah instrumen lembar observasi dan tes. Instrumen lembar observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi berkaitan dengan hal yang akan diteliti. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan instrumen observasi yag berupa rating scale atau skala penilaian dengan kriteria tertentu, seperti lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes dalam penelitian ini yaitu tes lisan dan tes tulisan. Tes lisan berkaitan mengenai bagaiamana kelancaran membaca permulaan siswa, dan tes tulisan berupa soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal.



46



Adapun instrumen penilaian tes kemampuan membaca permulaan siswa yang akan digunakan dalam penelitian ini, seperti pada Tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3. 2 Instrumen Penilaian Tes Membaca Permulaan Aspek yang Dinilai



Patokan



Skor Maksimal



Kriteria



Ketepatan



SB: Tepat dalam mengucapkan



4



Sangat Baik



menyuarakan



kata-kata dan kalimat sederhana B: Kurang tepat mengucapkan



3



Baik



kata-kata dan kalimat sederhana C: cukup tepat mengucapkan



2



Cukup



kata-kata dan kalimat sederhana K: tidak dapat mengucapkan



1



Kurang



kata-kata dan kalimat sederhana SB: wajar, tidak dibuat-buatdan



4



Sangat Baik



3



Baik



ciri kedaerahan C: cukup wajar, dibuat-buat dan



2



Cukup



menunjukkan ciri kedaerahan K: tidak wajar, dibuat-buat dan



1



Kurang



menunjukkan ciri kedaerahan SB: tepat dalam penggunaan



4



Sangat Baik



Intonasi B: baik dalam penggunaan



3



Baik



2



Cukup



tulisan



Kewajaran lafal



tidak menunjukkan ciri Kedaerahan B: kurang wajar, tidak dibuatbuat dan tidak menunjukkan



Kewajaran intonasi



Intonasi C: cukup



tepat



penggunaan intonasi



dalam



47



dalam



1



Kurang



penggunaan intonasi SB: lancar dalam membaca



4



Sangat Baik



kalimat sederhana B: lancar tetapi belum tepat



3



Baik



dalam



2



Cukup



membaca kalimat sederhana K: tidak lancar dalam membaca



1



Kuran g



kalimat sederhana SB: suara jelas, dan tidak



4



Sangat Baik



terbata-bata B: suara jelas, tetapi kurang



3



Baik



tepat dan tidak terbata-bata C: suara kurang jelas, dan tidak



2



Cukup



terbata-bata K: suara tidak jelas, dan terbata-



1



Kurang



K:



Kelancaran



kurang



dalam



tepat



membaca



kalimat



sederhana C:



Kejelasan suara



cukup



lancar



Bata Sumber: Wachidah, dan Mahardika (2018: 106) G. Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian tindakan kelas berbeda dengan analisis data pada penelitian lainnya. Pada penelitian tindakan kelas analisis datanya diuraikan atau dijelaskan secara jelas hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. Dengan demikian, analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan digunakan oleh peneliti yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.



48



1. Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif dilakukan dalam bentuk nilai hasil belajar siswa, yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan analisis statistik deskriptif. Satistik deskriptif digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari persentase, menyajikan data yang menarik, mudah dibaca baik dalam bentuk grafik, dan tabel. Misalnya, mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar siswa.



Analisis kuantitatif dapat digunakan teknik ketegorisasi dengan berpedoman pada skala angka 0-100 seperti pada Tabel 3.4 di bawah ini. Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar No.



Nilai



Kategori



1.



86 – 100



Sangat baik



2.



71 – 85



Baik



3.



56 – 70



Cukup



4.



0 – 55



Kurang



Sumber: Permendikbud (2015: 67) 2. Data Kulitatif Analisis data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang dapat memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (efektif). Untuk data kulitatif dapat berupa hasil



49



tes lisan (kemampuan membaca, dan hasil pengamatan yang dinilai pada saat proseskegiatan pembelajaran berlangsung. H. Indikator Keberhasilan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini, yaitu adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru melalui penerapan syllabic method dengan model connected yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari hasil tes belajar yang telah di bandingkan pada siklus I dan siklus II.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan implementasi



syllabic method dengan model connected dalam meningkatkan



kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru. Penelitian ini terdiri dari siklus I dan siklus II, dimana setiap siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa sete;ah proses pembelajaran berlangsung. Adapun yang dianalisis adalah skor hasil belajar siswa secara deskriptif, data mengenai hasil belajar, dan perubahan kemampuan membaca siswa yang diambil dari pengamatan saat pembelajaran berlangsung, praktek membaca, dan refleksi yang diberikan. Untuk lebih jelasnya rincian pelaksanaan penelitian terdapat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian di Kelas I SD Negeri 76 Barru Semester Genap Tahun ajaran 2022/2023 No.



Hari/Tanggal



Kegiatan



1.



Rabu/ 1 Februari 2023



Observasi 1



2.



Selasa/ 2 Ferburari 2023



Observasi 2



3.



Rabu/ 8 Februari 2023



Kegiatan belajar mengajar (siklus I, pertemuan 1)



4.



Kamis /10 Februari 2023



Kegiatan belajar mengajar (siklus I, pertemuan 2)



5.



Sabtu/ 11 Februari 2023



Kegiatan belajar mengajar (siklus I, pertemuan 3)



50



51



6.



Rabu/ 22 Februari 2023



Kegiatan belajar mengajar (siklus II, pertemuan 1)



7.



Kamis/ 23 Februari 2023



Kegiatan belajar mengajar (siklus II, pertemuan 2)



8.



Sabtu/ 25 Februari 2023



Kegiatan belajar mengajar (siklus II, pertemuan 3)



A. Hasil Penelitian 1. Siklus I 1.) Perencanaan Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut. a. Peneliti bertindak sebagai guru menjadi pengarah pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dengan syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru. Peneliti menerapakan kegiatan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolabiratif, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer yang mengamati proses kegiatan pembelajaran secara totalitas. b. Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan c. Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran untuk membangkitkan minat belajar membaca siswa, meliputi: 1) Menyusun RPP. 2) Memilih materi yang sesuai dengan minat siswa.



52



3) Mendesain syllabic method dan model connected. 4) Menyiapkan media pembelajaran. 5) Menyiapakan LKPD sebagai alat evaluasi 2.) Pelaksanaan Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sesuaikan dengan skenario pembelaharan yang telah disusun seperti kegaiatan awal, inti, dan akhir. Hal ini tampak berikut ini. Pertemuan I Kegiatan awal terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) memberikan motivasi dan apresepsi kepada siswa, mengecek kehadiran, dan menginformasikan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Guru (peneliti) menyampaiakn teknik dan aturan-aturan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan syllabic method dengan model connected. Kegiatan inti teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Siswa mengamati teks dan mengamati lagu “Topi Saya Bundar” melalui video yang ditampilakan di depan kelas. 2) Siswa dan guru (peneliti) mencoba menyanyikan lagu secara bersamaan. 3) Guru (peneliti) menyampaiakan materi mengenai nada panjang dan pendek yang terdapat pada lagu. 4) Guru (peneliti) menjelaskan bahwa topi merupakan benda tak hidup, kemudian menunjukkan beberapa gambar benda hidup dan benda tak hidup, dan menuliskan nama-nama benda tersebut dalam bentuk suku kata (syllabic method)



53



5) Guru (peneliti) membimbing siswa untuk membacakan nama-nama benda yang telah ditulis. Kemudian siswa menempelkan gambar yang disediakan dalam kelompok benda hidup dan benda tak hidup. 6) Guru (peneliti) mengarahkan siswa untuk mengamati salah satu gambar benda hidup yang disediakan yaitu gambar burung garuda dan menyampaiakan bahwa gambar burung garuda merupakan lambang negara Indonesia. Kemudian siswa diarahkan untuk mengamati gambar pancasila yang ada di depan kelas. 7) Kemudian guru (peneliti) menuliskan kata “pancasila”



dengan syllabic



method dan meminta kepada siswa untuk membaca yang telah dituliskan. 8) Guru (peneliti) melatih kemampuan membaca siswa dengan kata dan kalimat, kemudian guru (peneliti) menunjuk setiap siswa secara bergantian maju kedepan kelas untuk membacakannya dengan menerapkan syllabic method Kegiatan akhir terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) merangkum materi pelajaran yang telah dilakukan hari ini, kemudian memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap semangat belajar. 2) Guru (peneliti) memberikan informasi kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran pertemuan selanjutnya. 3) Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan membaca doa. Pertemuan II Kegiatan awal terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) memberikan motivasi dan apresepsi kepada siswa, mengecek kehadiran, dan menginformasikan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan.



54



2) Guru (peneliti) menyampaiakn teknik dan aturan-aturan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan syllabic method dengan model connected. Kegiatan inti teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Siswa mengamati teks lagu Topi Saya Bundar, 2) Guru (peneliti) menuliskan nama benda hidup dan tak hidup, kemudian membagi nama benda tersebut kedalam suku kata. 3) Siswa menyebutkan benda-benda di sekitar kelas dan sekolah. Kemudian guru (peneliti) menunjukkan gerakan dari benda hidup (manusia), dan diikuti siswa. 4) Siswa menunjukkan benda di sekitar yang termasuk benda hidup dan benda tak hidup di depan kelas dengan tepat 5) Guru (peneliti) menyiapkan media gambar benda hidup dan tak hidup di yang tempel pada papan tulis. Siswa mengamati gambar yang ada di papan tulis. 6) Guru (peneliti) menginformasikan kepada siswa cara melakukan permainan menempel gambar. Kemudian siswa diarahkan untuk menempelkan gambar di depan kelas sesuai dengan kolom benda hidup dan tak hidup. Siswa yang berani maju kedepan diberikan apresiasi dengan memberikan gambar jempol kepada siswa. 7) Guru (peneliti) menuliskan sebuah kalimat di papan tulis, kemudian membimbing siswa melengkapi kalimat tentang benda hidup dan tak hidup tersebut. 8) Guru (peneliti) menuliskan beberapa kata yang mudah di ingat siswa kemudian membaca kata tersebut bersama-sama dengan syllabic method



55



(metode suku kata). 9) Guru (peneliti) melatih kemampuan membaca siswa dengan kata dan kalimat, kemudian guru (peneliti) menunjuk setiap siswa secara bergantian maju kedepan kelas untuk membacakannya dengan menerapkan syllabic method Kegiatan akhir terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) merangkum materi pelajaran yang telah dilakukan hari ini, kemudian memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap semangat belajar. 2) Guru (peneliti) memberikan informasi kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran pertemuan selanjutnya. 3) Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan membaca doa. Pertemuan III Kegiatan awal terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) memberikan motivasi dan apresepsi kepada siswa, mengecek kehadiran, dan menginformasikan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Guru (peneliti) menyampaiakn teknik dan aturan-aturan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan syllabic method dengan model connected. Kegiatan inti teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Siswa mengamati teks bunyi sila keempat pancasila, kemudian siswa diberi potongan kata sila keempat, dan disusun kedalam suku kata yang ditulis pada papan tulis. 2) Siswa diarahkan mengamati gambar simbol sila-sila pancasila, kemudian siswa diminta menunjukkan gambar simbol sila keempat pancasila di depan kelas.



56



3) Guru (peneliti) menuliskan contoh kata benda hidup dan tak hidup ke dalam bentuk tulisan tegak bersambung atau tulisan indah. 4) Siswa mengamati teks di depan kelas, kemudian siswa menuliskan sebuah kalimat bedasarkan gambar yang telah diberikan ada buku tulisannya. 5) Guru menyiapkan kartu nama dan lambang bilangan 6) Siswa akan melakukan permainan menyusun nama dan lambang bilangan yang tepat 7) Siswa diminta untuk menempelkan memasangkan kartu nama dan lambang bilangan di depan kelas 8) Bagi siswa yang benar memasangkan nama dan lambang bilangannya akan diberi kartu jempol 9) Guru (peneliti) menyiapkan batu kerikil kecil 10) Siswa bersama guru akan menghitung jumlah batu kerikil yang ada 11) Siswa mengamati gambar buah di depan kelas 12) Siswa menghitung jumlah buah pada gambar 13) Guru menuliskan beberapa kata dan kalimat mudah di ingat siswa, kemudian guru membacanya bersama peserta didik dengan menerapkan syllabic method 14) Siswa diberikan LKPD tentang benda hidup dan tak hidup, beserta soal essay dengan 5 butir soal, kemudian guru (peneliti) memberikan informasi cara mengisi LKPD dengan benar 15) Masing-masing siswa mengerjakan LKPD 16) Siswa dibimbing dalam mengerjakan LKPD 17) Guru (peneliti) melakukan tes lisan kemampuan membaca siswa dengan



57



menuliskan kata dan kalimat, kemudian guru (peneliti) menunjuk setiap siswa secara bergantian maju kedepan kelas untuk membacakannya dengan menerapkan syllabic method. 3.) Observasi/Evaluasi a. Observasi (Pengamatan) Pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi pada siklus I berdasarkan pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan 1, 2, dan 3 Siklus I No.



Aspek yang Diamati



1.



Penilaian Pertemuan 1



Pertemuan 2



Pertemuan 3



YA



YA



YA



TIDAK



TIDAK



Siswa menunjukkan sikap senang dalam















pembelajaran 2.



Siswa aktif dalam pembelajaran



3.



Siswa menjadi kreatif dan















TIDAK



58







terliba dalam kegiatan











pembelajaran 4.



Siswa memperhatikan penjelasan















guru 5.



Siswa mengajukan







pertanyaan











kepada guru terhadap pembelajaran 6.



Siswa menjawab pertanyaan dari



































guru dalam pembahasan 7.



Siswa berani membaca contoh kata yang diberikan guru



8.



Siswa mengerjakan tugas dari guru







Keterangan : Ceklis 3 “Ya”



= Tinggi



Ceklis 2 “Ya”



= Sedang



59



Ceklis 1 “Ya”



= Rendah



Ceklis 3 “Tidak”



= Sangat Rendah



Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dinyatakan tingkat aktivitas siswa berdasarkan aspek yang diamati pada kegiatan pembelajaran siklus I, yaitu (1) Siswa menunjukkan sikap senang dalam pembelajaran terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (2) Siswa aktif dalam pembelajaran terdapat 1 checklist “Ya” dan 2 checklist “Tidak” dikategorikan rendah. (3) Siswa menjadi kreatif dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran terdapat 3 checklist “Tidak” dikategorikan sangat rendah. (4) Siswa memperhatikan penjelasan guru terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (5) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru terhadap pembelajaran terdapat 3 checklist “Tidak” diketegorikan sangat rendah. (6) Siswa menjawab pertanyaan dari guru dalam pembahasan terdapat 2 checklist “Ya” dan 1 checklist “Tidak” diketegorikan sedang. (7) Siswa berani membaca contoh kata yang diberikan guru terdapat 2 checklist “Ya” dan 1 checklist “Tidak” diketegorikan sedang. (8) Siswa mengerjakan tugas dari guru terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa berdasarkan aspek yang diamati pada kegiatan pembelajaran terdapat 3 aspek yang termasuk kategori tinggi, 2 aspek yang termasuk ketegori sedang, 1 aspek yang termasuk kategori rendah, dan 2 aspek yang termasuk ketegori sangat rendah. b. Evaluasi Pada akhir setiap siklus I, dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk tulisan dan lisan. Untuk tes hasil belajar tertulis terdapat LKPD (Lembar Kegiatan



60



Peserta Didik) yang terdiri dari 5 butir soal essay, sedangkan tes lisan berbentuk tes kemampuan membaca permulaan siswa dengan menggunakan syllabic method. Dari analisis deskriptif nilai hasil belajar tes tertulis siklus I berdasarkan pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Tertulis Siswa Siklus I Kategori



Nilai Statistik Siklus I



Subjek



16



Nilai ideal



100



Nilai tertinggi



90



Nilai terendah



60



Nilai rata-rata



80



Modus



80



Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa dari 16 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata hasil tes tertulis akhir pada siklus I adalah 80. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90, nilai terendah 60, dan nilai ideal atau maksimal yang perlu dicapai yaitu 100. Serta, modus yaitu 80 yang dicapai oleh 6 orang siswa. Dari analisis deskriptif nilai hasil belajar tes lisan siswa (membaca permulaan dengan syllabic method) siklus I berdasarkan pada tabel 4.4 berikut ini.



61



Tabel 4.4 Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Lisan Siswa (Membaca Permulaan dengan Syllabic Method) Siklus I No.



Aspek yang Dinilai



Siklus I Frekuensi



Persentase



1.



Ketepatan menyuarakan tulisan



55



85,93%



2.



Kewajaran lafal



54



84,37%



3.



Kewajaran intonasi



53



82,81%



4.



Kelancaran



51



79,68%



5.



Kejelasan suara



47



73,43%



Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa dari 16 jumlah siswa yang di tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method, dilakukan dengan berpedoman pada kelima aspek penilaian di atas, serta berpatokan pada skor penilaian 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Dari hasil tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method pada siklus I, nilai presentase yang diperoleh pada setiap aspek, yaitu (1) Ketepatan menyuarakan tulisan 85,93%. (2) Kewajaran lafal 84,37%. (3) Kewajaran Intonasi 82,81%. (4) Kelancaran 79,68%. (5) Kejelasan suara 73,43%. Apabila nilai hasil belajar tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method siswa dikelompokkan kedalam kategori kriteria ketuntasan belajar, maka diperoleh distribusi frekuensi nilai siklus I yang ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut ini:



62



Tabel 4.5 Kriteria Ketuntasan Belajar Nilai Tes Tertulis dan Tes Lisan Siswa Siklus I Siklus I No.



Nilai



Kategori



Tes Tertulis



Tes Lisan



Frek (f)



Pers (%)



Frek (f)



Pers (%)



1.



86-100



Sangat Baik



4



25%



7



43,75%



2.



71-85



Baik



9



56,25%



4



25%



3.



56-70



Cukup



3



18,75%



3



18,75%



4.



0-55



Kurang



0



0



2



12,5%



16



100%



16



100%



Jumlah



Tabel 4.5 tersebut menggambarkan bahwa hasi belajar siswa pada siklus I. Tes tertulis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dinyatakan bahwa ada 4 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori sangat baik (25%); ada 9 orang siswa yang memperoleh kategori baik (56,25%); ada 3 orang siswa yang memperoleh kategori cukup (18,75%); dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori kurang (0%). Selanjutnya, pada tes lisan kemampuan membaca permulaan dengan syllabic method dari 16 jumlah siswa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dinyatakan terdapat 7 orang siswa yang memperoleh kategori sangat baik (43,75%); ada 4 orang siswa yang memperoleh kategori baik (25%); ada 3 orang siswa yang memperoleh kategori cukup (18,75%); dan ada 2 orang siswa yang memperoleh kategori kurang (12,5%).



63



Berdasarkan perolehan nilai siswa pada siklus I dapat diketahui pencapaian ketuntasan belajar siswa pada tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan sebagaimana tampak berikut ini. Tabel 4.6 Kategori Ketercapaian Hasil Balajar pada Siklus I Tes Belajar Siklus I



Interval nilai Nilai 71 ke atas



(Tes tertulis) Nilai 71 ke bawah Siklus I (Tes lisan)



Nilai 71 ke atas Nilai 71 ke bawah



Kategori



Frekuensi



Persentase (%)



Tuntas



13



81,25%



Tidak tuntas



3



18,75%



Tuntas



11



68,75%



Tidak tuntas



5



31,25%



Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai belajar pada siklus I untuk tes tertulis sebesar 81,25% atau 13 orang dari 16 jumlah siswa dalam kategori tuntas dan 18,75% atau 3 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Sedangkan, nilai belajar siswa pada siklus I untuk tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method sebesar 68,75% atau 11 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tuntas dan 31,25% atau 5 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Ini berarti bahwa terdapat 3 orang siswa dari 16 jumlah siswa yang perlu perbaikan dalam tes tertulis dan 5 orang siswa yang perlu bimbingan lebih dalam latihan membaca permulaan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual. 3) Refleksi Refleksi perencanaan pada penerapan syllabic method dengan model connected dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siklus I merupakan hasil



pengamatan terhadap persiapan guru terhadap



bahan



64



pembelajaran di kelas, meliputi RPP, alat, dan sumber pembelajaran. Adapun, refleksi perencanaan pembelajarn pada siklus I, yaitu guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklusi I masih perlu memperhatikan persiapan media pembelajaran yang akan digunakan, setting kelas sebelum pembelajaran



dimulai,



dan



kesiapan



siswa



dalam



mengikuti



kegiatan



pembelajaran. Refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, yaitu guru harus lebih mengoptimalkan cara menjelaskan materi pembelajaran yang harus dikuasai guru sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, penggunaan petunjuk-petunjuk pembelajaran membaca permulaan yang belum mudah dipahami siswa, sehingga banyak siswa yang tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, guru harus mampu memaksimalkan mengarahkan siswa dalam membaca dengan menggunakan syllabic method atau metode suku kata, dengan menuliksan contoh kata dan membimbing siswa dalam membacanya, dan guru harus mampu menarik perhatian siswa untuk fokus dalam kegiatan pembelajaran. Selaian itu, penguatan dalam pemberian motivasi kepada siswa harus terus diterapkan dengan maksimal oleh guru sehingga siswa selalu termotivasi dalam belajar. Dari siswa, pada umumnya kurang kreatifitas siswa pada pembelajaran, serta belum aktif dan memfokuskan perhatiannya pada implementasi syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Namun, ada perubahan sikap siswa secara umum dari pertemuan pertama, ke pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga.



65



2. Siklus II Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, yaitu: 1) Perencanaan a. Peneliti menelaah kembali proses dan hasil belajar pada siklus I. b. Peneliti bertindak sebagai guru menjadi pengarah pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dengan syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 siswa UPTD SD Negeri 76 Barru. Peneliti menerapakan kegiatan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolabiratif, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer yang mengamati proses kegiatan pembelajaran secara totalitas. c. Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan. d. Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran untuk membangkitkan minat belajar membaca siswa, meliputi: 1) Menyusun RPP. 2) Memilih materi yang sesuai dengan minat siswa. 3) Mendesain syllabic method dan model connected. 4) Menyiapkan media pembelajaran. 5) Menyiapakan LKPD sebagai alat evaluasi 2) Pelaksanaan Struktur pelaksanaan pembelajaran siklus II hampir sama dengan siklus I, yakni tetap mengulangi semua kegiatan pembelajaran. Hanya saja, semua kegiatan



66



tersebut lebih dioptimalkan sesuai dengan kekurangi siklus I. Tahap-tahap pelaksanaan yang telah disusun seperti kegiatan awal, inti, dan akhir. Hal ini tampak berikut ini. Pertemuan I Kegiatan awal terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) memberikan motivasi dan apresepsi kepada siswa, mengecek kehadiran serta kesiapan siswa, dan menginformasikan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Guru (peneliti) menyampaikan teknik dan aturan-aturan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan syllabic method dengan model connected. Kegiatan inti teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) beserta siswa mengamati dan menyanyikan lagi “Topi Saya Bundar” mengikuti gerakan yang dilakukan oleg guru (peneliti. 2) Siswa diberi pertanyaan apakah mereka sudah tahu nada pendek/rendah dan panjang/tinggi dalam lagu? 3) Guru (peneliti) menginformasikan kepada siswa bahwa terdapat tanda nada pendek atau rendah dan panjang atau tinggi , kemuadian siswa mendengarkan guru menyanyikan lagu Topi Saya Bundar sesuai nada pendek atau rendah dan panjang atau tinggi dengan gerakan yang telah dibuat sebelumnya. 4) Siswa menyanyikan lagu Topi Saya Bundar dengan memperhatikan tanda nada pendek/rendah dan panjang/tinggi pada lagu dimulai dari kolom tempat duduk sebelah kanan 5) Siswa mengamati kembali teks lagu Topi Saya Bundar dan teks benda hidup



67



dan tak hidup. Kemuadian siswa diberi pertanyaan benda apakah yang terdapat dalam teks lagu Topi Saya Bundar dan benda apa yang terdapat dalam teks benda hidup dan tak hidup? 6) Siswa menunjukkan gambar benda yang terdapat dalam teks lagu dan teks benda hidup dan tak hidup 7) Guru (peneliti) menuliskan nama benda hidup dan tak hidup, kemudian membagi nama benda tersebut kedalam suku kata. 8) Siswa menyebutkan benda-benda di sekitar kelas dan sekolah 9) Siswa menunjukkan benda di sekitar yang termasuk benda hidup dan benda tak hidup di depan kelas dengan tepat 10) Guru (peneliti) menyiapkan media gambar benda hidup dan tak hidup di tempel papan tulis. Kemudian siswa mengamati gambar yang ada di papan tulis 11) Menginformasikan kepada siswa cara melakukan permainan menempel gambar 12) Siswa menempelkan gambar di depan kelas sesuai dengan kolom benda hidup dan tak hidup. 13) Guru (peneliti) menanyakan apakah siswa memahami materi yang diberikan atau belum 14) Guru (peneliti) menyiapkan kartu nama dan lambang bilangan 15) Siswa akan melakukan permainan menyusun nama dan lambang bilangan yang tepat. Setelah itu, siswa diminta untuk menempelkan, memasangkan kartu nama dan lambang bilangan di depan kelas



68



16) Guru (peneliti) menyiapkan batu kerikil kecil 17) Siswa bersama guru (peneliti) akan menghitung jumlah batu kerikil yang ada 18) Siswa mengamati gambar buah di depan kelas, kemuadia siswa menghitung jumlah buah pada gambar 19) Guru (peneliti) menuliskan beberapa kata dan kalimat yang mudah di ingat siswa, kemudian guru membacanya bersama peserta didik



dengan



menerapkan syllabic method 20) Guru (peneliti) melatih kemampuan membaca siswa dengan kata dan kalimat, kemudian guru (peneliti) menunjuk setiap siswa secara bergantian maju kedepan kelas untuk membacakannya dengan menerapkan syllabic method Kegiatan akhir teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1)



Guru (peneliti) membimbing siswa merangkum pembelajaran yang telah dilakukan hari ini. Kemudaian memberikan motivasi kepada peserta didik.



2)



Memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya



3)



Pembelajaran diakhiri dengan doa



Pertemuan II Kegiatan awal terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) memberikan motivasi dan apresepsi kepada siswa, mengecek kehadiran serta kesiapan siswa, dan menginformasikan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Guru (peneliti) menyampaikan teknik dan aturan-aturan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan syllabic method dengan model connected.



69



Kegiatan inti teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) menuliskan teks singkat yang menjelaskan mengenai benda hidup dan benda tak hidup, kemudian menuntun siswa untuk membacanya secara bersamaan. 2) Siswa diarahkan untuk menuliskan sebuah contoh kalimat tentang benda hidup dan benda tak hidup, seperti yang telah di contohkan oleh guru (peneliti) sebelumnya. 3) Guru (peneliti) menyiapkan kartu nama dan lambang bilangan 4) Siswa akan melakukan permainan menyusun nama dan lambang bilangan yang tepat, kemudian siswa diminta untuk menempelkan memasangkan kartu nama dan lambang bilangan di depan kelas 5) Bagi siswa yang benar memasangkan nama dan lambang bilangannya akan diberi kartu jempol 6) Guru (peneliti) menyiapkan batu kerikil kecil, kemudian siswa bersama guru (peneliti) akan menghitung jumlah batu kerikil yang ada 7) Guru (peneliti) menuliskan beberapa kata dan kalimat mudah di ingat peserta didik, kemudian guru membacanya bersama peserta didik dengan menerapkan syllabic method 8) Guru (peneliti) melatih kemampuan membaca siswa dengan kata dan kalimat, kemudian guru (peneliti) menunjuk setiap siswa secara bergantian maju kedepan kelas untuk membacakannya dengan menerapkan syllabic method Kegiatan akhir terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1)



Membimbing siswa merangkum pembelajaran yang telah dilakukan hari ini



70



2)



Memberikan motivasi kepada siswa.



3)



Memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan berikutnya



4)



Pembelajaran diakhiri dengan doa



Pertemuan III Kegiatan awal terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Guru (peneliti) memberikan motivasi dan apresepsi kepada siswa, mengecek kehadiran serta kesiapan siswa, dan menginformasikan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Guru (peneliti) menyampaikan teknik dan aturan-aturan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan syllabic method dengan model connected. Kegiatan inti teridiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1) Siswa mengamati teks bunyi sila keempat pancasila yang ditunjukkan oleh guru (peneliti) 2) Siswa diberi potongan kata sila keempat, kemudian siswa menyusun kata-kata dalam yang dituliskan guru pada papan tulis 3) siswa mengamati gambar simbol sila- sila Pancasila, kemudian siswa diarahkan untk menunjukkan gambar simbol sila keempat Pancasila di depan kelas 4) siswa yang di bimbing oleh guru (peneliti)membaca teks yang ditampilkan di depan kelas, 5) Siswa mengamati gambar yang ditampilkan di depan kelas, kemudian siswa diajarkan menulis tegak bersambung sesuai dengan contoh yang telah



71



diberikan. 6) Siswa dan guru (peneliti) membaca teks tentang benda hidup dan tak hidup 7) Kemudian siswa diberi LKPD tentang pengelompokan benda hidup dan tak hidup 8) Siswa mengerjakan LKPD dengan benar sesuai arahan guru 9) Siswa kemudian mengamati teks di depan kelas, setelah mengumpulkan LKPD 10) Guru (peneliti) membimbing siswa menuliskan sebuah kalimat bedasarkan kata yang telah disiapkan 11) Guru (peneliti) menyiapkan nama dan lambang bilangan, kemudian siswa akan melakukan permainan menyusun nama dan lambang bilangan yang tepat 12) Siswa diminta untuk menempelkan memasangkan nama dan gambar lambang bilangan di depan kelas. Bagi siswa yang benar memasangkan nama dan lambang bilangannya akan diberi kartu jempol 13) Guru (peneliti) menyiapkan batu kerikil kecil. Kemudian siswa bersama guru (peneliti) akan menjumlahkan angka bilangan dengan menggunakan batu kerikil yang ada 14) Siswa menghitung jumlah batu kerikil yang telah disusun oleh guru 15) Guru (peneliti) menuliskan beberapa kata dan kalimat mudah di ingat siswa, kemudian guru (peneliti) membacanya bersama peserta didik dengan menerapkan syllabic method 16) Guru (peneliti) melakukan tes lisan kemampuan membaca siswa dengan menuliskan kata dan kalimat, kemudian guru (peneliti) menunjuk setiap siswa



72



secara bergantian maju kedepan kelas untuk membacakannya dengan menerapkan syllabic method. Kegiatan akhir terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. 1)



Membimbing siswa merangkum pembelajaran yang telah dilakukan hari ini



2)



Memberikan motivasi kepada peserta didik.



3)



Memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan berikutnya



4)



Pembelajaran diakhiri dengan doa



3) Observasi/Evaluasi a. Observasi (pengamatan) Pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi pada siklus II berdasarkan pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan 1, 2, dan 3 Siklus II No.



Aspek yang Diamati



1.



Penilaian Pertemuan 1



Pertemuan 2



Pertemuan 3



YA



YA



YA



TIDAK



TIDAK



Siswa menunjukkan sikap senang dalam pembelajaran















TIDAK



73



2.



Siswa aktif dalam







pembelajaran



3.



Siswa menjadi kreatif dan







































terliba dalam kegiatan pembelajaran 4.



Siswa memperhatikan penjelasan







guru 5.



Siswa mengajukan







pertanyaan kepada guru terhadap pembelajaran 6.



Siswa menjawab







pertanyaan dari







guru dalam pembahasan 7.



Siswa berani membaca contoh kata yang diberikan guru



8.



Siswa















74



mengerjakan tugas dari guru















Keterangan : Ceklis 3 “Ya”



= Tinggi



Ceklis 2 “Ya”



= Sedang



Ceklis 1 “Ya”



= Rendah



Ceklis 3 “Tidak”



= Sangat Rendah



Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dinyatakan tingkat aktivitas siswa berdasarkan aspek yang diamati pada kegiatan pembelajaran siklus II, yaitu (1) Siswa menunjukkan sikap senang dalam pembelajaran terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (2) Siswa aktif dalam pembelajaran terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (3) Siswa menjadi kreatif dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (4) Siswa memperhatikan penjelasan guru terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (5) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru terhadap pembelajaran terdapat 2 checklist”Ya” dan 1 checklist “Tidak” diketegorikan sedang. (6) Siswa menjawab pertanyaan dari guru dalam pembahasan terdapat 1 checklist “Ya” dan 2 checklist “Tidak” diketegorikan rendah. (7) Siswa berani membaca contoh kata yang diberikan guru terdapat 3 checklist “Ya” diketegorikan tinggi. (8) Siswa mengerjakan tugas dari guru terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa berdasarkan aspek yang diamati pada kegiatan pembelajaran terdapat 6 aspek yang termasuk kategori tinggi, 1 aspek yang termasuk ketegori sedang, 1 aspek yang termasuk



75



kategori rendah, dan 0 atai tidak ada aspek yang termasuk ketegori sangat rendah b. Evaluasi Pada akhir setiap siklus II, dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk tulisan dan lisan. Untuk tes hasil belajar tertulis terdapat LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik) yang terdiri dari 5 butir soal essay, sedangkan tes lisan berbentuk tes kemampuan membaca permulaan siswa dengan menggunakan syllabic method. Dari analisis deskriptif nilai hasil belajar tes tertulis siklus II berdasarkan pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Tertulis Siswa Siklus II Kategori



Nilai Statistik Siklus II



Subjek



16



Nilai ideal



100



Nilai tertinggi



99



Nilai terendah



75



Nilai rata-rata



88,18



Modus



88



Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa dari 16 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata hasil tes tertulis akhir pada siklus II adalah 88,18. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 99, nilai terendah 75, dan nilai ideal atau maksimal yang perlu dicapai yaitu 100. Serta, modus yaitu 88 yang dicapai oleh 3 orang siswa.



76



Dari analisis deskriptif nilai hasil belajar tes lisan siswa (membaca permulaan dengan syllabic method) siklus II berdasarkan pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4. 9 Statistik Nilai Hasil Belajar Tes Lisan Siswa (Membaca Permulaan dengan Syllabic Method) Siklus II No.



1.



Aspek yang Dinilai



Ketepatan



menyuarakan



Siklus II Frekuensi



Persentase



61



95,31%



tulisan 2.



Kewajaran lafal



62



96,87%



3.



Kewajaran intonasi



59



92,18%



4.



Kelancaran



58



90,62%



5.



Kejelasan suara



60



93,75%



Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa dari 16 jumlah siswa yang di tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method, dilakukan dengan berpedoman pada kelima aspek penilaian di atas, serta berpatokan pada skor penilaian 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Dari hasil tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method pada siklus II, nilai presentase yang diperoleh pada setiap aspek, yaitu (1) Ketepatan menyuarakan tulisan 95,31%. (2) Kewajaran lafal 96,87%. (3) Kewajaran Intonasi 92,18%. (4) Kelancaran 90,62%. (5) Kejelasan suara 93,75%. Apabila nilai hasil belajar tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method siswa dikelompokkan kedalam kategori kriteria ketuntasan belajar, maka diperoleh distribusi frekuensi nilai siklus II yang



77



ditunjukkan pada tabel 4.10 sebagai berikut ini: Tabel 4.10 Kriteria Ketuntasan Belajar Nilai Tes Tertulis dan Tes Lisan Siswa Siklus II Siklus II No.



Nilai



Kategori



Tes Tertulis



Tes Lisan



Frek



Pers



Frek



Pers



(f)



(%)



(f)



(%)



1.



86-100



Sangat Baik



11



68,75%



14



87,5%



2.



71-85



Baik



5



31,25%



1



6,25%



3.



56-70



Cukup



0



0%



1



6,25%



4.



0-55



Kurang



0



0%



0



0%



16



100%



16



100%



Jumlah



Tabel 4.10 tersebut menggambarkan bahwa hasi belajar siswa pada siklus II. Tes tertulis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dinyatakan bahwa ada 11 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori sangat baik (68,75%); ada 5 orang siswa yang memperoleh kategori baik (31,25%); tidak ada siswa yang memperoleh kategori cukup (0%); dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori kurang (0%). Selanjutnya, pada tes lisan kemampuan membaca permulaan dengan syllabic method dari 16 jumlah siswa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dinyatakan terdapat 17 orang siswa yang memperoleh kategori sangat baik (87,5%); ada 1 orang siswa yang memperoleh kategori baik (6,25%); ada 1 orang siswa yang memperoleh kategori cukup (6,25%); dan tidak ada siswa yang



78



memperoleh kategori kurang (0%). Berdasarkan perolehan nilai siswa pada siklus II dapat diketahui pencapaian ketuntasan belajar siswa pada tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan sebagaimana tampak berikut ini. Tabel 4.11 Kategori Ketercapaian Hasil Balajar pada Siklus II Tes Belajar Siklus II



Interval nilai Nilai 71 ke atas



(Tes tertulis) Nilai 71 ke bawah Siklus II (Tes lisan)



Nilai 71 ke atas Nilai 71 ke bawah



Kategori



Frekuensi



Persentase (%)



Tuntas



16



100%



Tidak tuntas



0



0



Tuntas



15



93,75%



Tidak tuntas



1



6,25



Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa nilai belajar pada siklus II untuk tes tertulis sebesar 100% atau 16 orang dari 16 jumlah siswa dalam kategori tuntas. Sedangkan, nilai belajar siswa pada siklus II untuk tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method sebesar 93,75% atau 15 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tuntas dan 6,25% atau 1 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Ini berarti 15 siswa orang siswa telah mencapai kriteria ketuntasan individual. Namun, bimbingan kemapuan membaca tetap terus dilakukan agar siswa yang masih mengalami kendala dalam penyebutan huruf dan kalimat bacaan dapat dibimbing dengan baik. Dari siklus I sampai siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai KKM, yaitu ≥ 75, data hasil penelitian pada siklus II di atas dianggap tuntas, penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.



79



4) Refleksi Refleksi perencanaan pada penerapan syllabic method dengan model connected dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siklus II merupakan hasil



pengamatan terhadap persiapan guru terhadap



bahan



pembelajaran di kelas, meliputi RPP, alat, dan sumber pembelajaran. Adapun, refleksi perencanaan pembelajaran pada siklus II, yaitu guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklusi II masih perlu memperhatikan persiapan materi pembelajaran yang akan digunakan, dan keadaan siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, yaitu guru harus lebih mengoptimalkan cara menjelaskan materi pembelajaran yang harus dikuasai guru sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, Selanjutnya, guru mampu mengarahkan siswa dalam membaca dengan menggunakan syllabic method atau metode suku kata, dengan menuliksan contoh kata dan membimbing siswa dalam membacanya, sehingga mampu menarik perhatian siswa untuk fokus dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, penguatan dalam pemberian motivasi kepada siswa harus terus diterapkan dengan maksimal oleh guru sehingga siswa selalu termotivasi dalam belajar. Dari siswa, pada umumnya mulai aktif dan memfokuskan perhatiannya pada implementasi syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Dalam pembelajaran siklus II, tidak tampak lagi aktivitas siswa yang tidak mendukung kegiatan pembelajaran, seperti, siswa yang hanya diam saat kegiatan pembelajaran, siswa yang hanya



80



melamun atau tidak aktif dalam pembelajaran, siswa tidak dapat membaca kata dan kalimat yang di tuliskan ataupun pada buku pelajarannya. Dan secara umum ada perubahan sikap siswa dari pertemuan pertama, ke pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga. B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil analisis kuantitatif dan kualitatif tampak bahwa pada dasarnya syllabic method dengan model connected dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan dapat memberikan perubahan nilai dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dinyatakan, sebab sebelum penerapan syllabic method dengan model connected yang terapkan guru adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa seperti metode ceramah, dan ketika siswa diberi suatu masalah, mereka tidak mampu untuk memecahkan masalah tersebut dengan usaha sendiri. Berbeda dengan penerapan syllabic method dengan model connected. penerapan atau impelementasi syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru tampak pada perbandingan aktivitas siswa antara siklus I dan II. Berdasarkan penyajian sebelumnya bahwa dapat dinyatakan tingkat aktivitas siswa yang mendukung pembelajaran berdasarkan aspek yang diamati dalam kegiatan pembelajaran siklus I ke siklus II, yaitu (1) Siswa menunjukkan sikap senang dalam pembelajaran terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi dan pada siklus II terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (2) Siswa aktif dalam pembelajaran terdapat 1 checklist “Ya” dan 2 checklist “Tidak”



81



dikategorikan rendah dan meningkat pada siklus II terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (3) Siswa menjadi kreatif dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran terdapat 3 checklist “Tidak” dikategorikan sangat rendah dan meningkat pada siklus II terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (4) Siswa memperhatikan penjelasan guru terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi dan pada siklus II terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (5) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru terhadap pembelajaran terdapat 3 checklist “Tidak” diketegorikan sangat rendah dan meningkat pada siklus II terdapat 2 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (6) Siswa menjawab pertanyaan dari guru dalam pembahasan terdapat 2 checklist “Ya” dan 1 checklist “Tidak” diketegorikan sedang dan pada siklus II terdapat 1 checklist “Ya” dikategorikan rendah. (7) Siswa berani membaca contoh kata yang diberikan guru terdapat 2 checklist “Ya” dan 1 checklist “Tidak” diketegorikan sedang dan meningkat pada siklus II terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. (8) Siswa mengerjakan tugas dari guru terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi dan meningkat pada siklus II terdapat 3 checklist “Ya” dikategorikan tinggi. Dari segi hasil belajar dapat dinyatakan bahawa dari 16 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata hasil tes tertulis pada siklus I adalah sebesar 80, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90, nilai terendah 60, dan nilai ideal atau maksimal yang mungkin dicapai adalah 100. Dan modus, yaitu 80 yang dicapai oleh 5 orang siswa. Selanjutnya pada siklus II menunjukkan bahwa dari 16 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata hasil tes tertulis sebesar 88,18, nilai tertinggi dicapai siswa adalah 99, nilai terendah 75, dan nilai ideal atau maksimal yang



82



mungkin dicapai 100. Dan modus yaitu 88 yang dicapai oleh 3 orang siswa. Klasifikasi dan tingkat hasil belajar tes lisan di tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method dari siklus I ke siklus II, tampak pada nilai presentase yang diperoleh pada setiap aspek, yaitu (1) Ketepatan menyuarakan tulisan 85,93% dan meningkat pada siklus II 95,31%. (2) Kewajaran lafal 84,37% dan meningkat pada siklus II 96,87%. (3) Kewajaran Intonasi 82,81% dan meningkat pada siklus II 92,18%. (4) Kelancaran 79,68% dan meningkat pada siklus II 90,62%. (5) Kejelasan suara 73,43% dan meningkat pada siklus II 93,75%. Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa terutama kemampuan membaca permulaan dinilai meningkat pada kategori baik dan sangat baik. Sebaliknya, hasil belajar siswa dikategori cukup dan kurang menjadi semakin menurun atau berkurang. Dan pada siklus II hanya terdapat 1 orang siswa yang berada pada kategori cukup. Pencapaian ketuntasan hasil belajar tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method, yaitu pada siklus I hasil tes tertulis sebesar 81,25% atau 13 orang dari 16 jumlah siswa dalam kategori tuntas dan 18,75% atau 3 orang dari 16 jumlah siswa dalam kategori tidak tuntas. Ini berarti bahwa pada siklus I terdapat 3 orang siswa yang perlu bimbingan dalam pendalam materi pelajaran karena belum mencapai kriteri ketuntasan individual. Berbeda dengan siklus II persentase hasil tes tertulis sebesar 100% atau 16 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tuntas. Pada siklus I hasil tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method sebesar 68,75% atau 11 orang dari 16 jumlah



83



siswa berada pada kategori tuntas dan 31,25% atau 5 orang dari 16 jumlah siswa berada pada kategori tidak tuntas. Berarti pada siklus I tes lisan terdapat 5 orang siswa yang memerlukan bimbingan lebih pada kemampuan membaca permulaan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual. Sedangakan, pada siklus II hasil tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method sebesar 93.75% atau 15 orang dari 16 jumlah siswa berada pada kategori tuntas, dan 6,25% atau 1 orang dari 16 jumlah siswa berada pada kategori tidak tuntas. Ini berarti terdapat 1 orang siswa yang memerlukan bimbingan yang lebih pada peningkatan kemampuan membaca permulaan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual. Dari nilai hasil tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik pada hasil belajar siswa. berdasarkan nilai KKM yang telah menjadi standar penilaian yaitu ≥75, data hasil penelitian pada siklus II di atas dianggap tuntas karena pada tes tertulis telah mencapai 100% dari 16 jumlah siswa mendapatkan nilai di atas 75 dan tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method telah mencapai 93,75% dari 16 jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai kemampuan membaca permulaan di atas 75, hanya ada 6,25% dari 16 jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawa 75. Sehingga, penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena sebagian besar siswa telah mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan.



BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penyajian hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini tentang implementasi



syllabic



method



dengan



model



connected



dalam



upaya



meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I UPTD SD Negeri 76 Barru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Nilai hasil belajar pada siklus I untuk tes tertulis dikategorikan baik. Nilai tertinggi yang dicapai siswa yaitu 90. Persentase niai belajar tes tertulis siklus I sebesar 81,25% atau 13 orang dari 16 jumlah siswa dalam kategori tuntas dan 18,75% atau 3 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tidak tuntas. 2. Nilai belajar siswa pada siklus I untuk tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method dikategorikan cukup. Pesentase nilai sebesar 68,75% atau 11 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tuntas dan 31,25% atau 5 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tidak tuntas. 3. Nilai hasil belajar tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan siklus II dengan implementasi syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru dikategorikan sangat baik. Nilai tertinggi tes tertulis yang dicapai siswa yaitu 99 dengan persentase ketuntasa siswa sebesar 100% atau 16 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tuntas. Dan pada tes lisan membaca permulaan dengan syllabic method dikategorikan sangat baik.,



84



85



dengan persentase sebesar 93,75% atau 15 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tuntas dan 6,25% atau 1 orang dari 16 jumlah siswa berada dalam kategori tidak tuntas. 4. Implementasi syllabic method dengan model connected dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 UPTD SD Negeri 76 Barru. Hal ini dinyatakan berdasarkan perolehan nilai pada siswa dengan menggunakan



syllabic



method



dengan



model



connected



mengalami



peningkatan. Indikator lain peningkatan tersebut dapat dicermati berdasarkan hasil belajar tes tertulis dan tes lisan membaca permulaan dari siklus I ke siklus II yang mengalami perubahan, terutama pada perubahan sikap, antusias belajar, nilai siswa memahami materi, dan nilai kemampuan siswa dalam membaca. B. Saran Sesuai dengan simpulan di atas, diajukan saran, yaitu guru hendaknya menggunakan syllabic method dalam melatih kemampuan membaca permulaan siswa, dan menerapakan model connected untuk menyampaikan materi dalam kegiatan pembelajaran, karena ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar, dan dapat membantu siswa memahami penjelasan materi pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mengkaji masalah yang relevan dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna mengetahui lebih ilmuah tentang implementasi syllabic method dengan model connected dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I UPTD SD Negeri 76 Barru.



DAFTAR PUSTAKA



Afandi, Muhamad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran Sekolah. Semarang. Universitas Islam Sultan Agung Semarang: Sultan Agung Press. Akib, Erwin. & Muhammad, Akhir. 2022. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Anak Berkebutuhan Khusus di Kelas Rendah SD Pertiwi Makassar. Jurnal Pendidikan Dasar, 2 (13): 39. Amelia, Winda. 2019. Praktek Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Cirebon: Mentari Jaya. Amir, Arfenti, dkk. 2019. Strategi Cepat Belajar Calistung (Membaca, Menulis dan Berhitung). Makassar: Cv Cahaya bintang Cemerlang. Arikunto, Suharsimi. & Suhardjono (Eds). 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Ernaz. & Silvina, Noviyanti. 2022. Kajian Literatur Terhadap Keberhasilan Guru dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan. Jurnal Pendidikan dan Konseling. Vol 4 (2): 163-168. Fahrummi, Chika. 2022. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis di Sekolah Dasar Negeri 11 Seluma. Skripsi. Bengkulu: Univeristas Islam Begeri Fatmawati Sukarni Bengkulu. Fathurrohman, Muhammad. & Sulistyorini. 2012. Belajar & Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta: Teras.



86



87



Fauziah, Nurul. 2022. Analisis Hubungan Keterampilan Membaca Permulaan dengan Keterampilan Menulis Permulaan Siswa Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Basicedu (Jurnal of Elementary Education). Vol 6 (2): 1541-1550. Furoidah, Raden, Roro, Fashihah. & Rohinah. 2019. Implementasi Metode Suku Kata (Syllabic Method) dalam Pembiasaan Membaca Awal Anak Usia Dini di Kelompok B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in Banguntapan. Annual Conference on Islamic Early Childhood Education. Vol 4 (515-526). Hafidhoh, Noor. 2021. Penerapan Model Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar. At-Tahdzib: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar (Online). Vol 6, No. 01, (http://ejurnal.iaipd-nganjuk.ac.id, diakses 31 Oktober 2022) Herdianingsih, Mira, Ferola, dkk. 2019. Syllabic Method Dalam Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Tunagrahita. Jurnal Ortopedagogia. Vol 5 (1):39-43 Hidiyah, Fitayatul. & Nanang, Khoirul, Umam. 2021. Penerapan Metode Suku Kata (Syallabic Method) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Perumulaan Pada Kelas 1 SDN Kaliwates. Journal of Teaching in Elementary Education. Vol 5 (2): 115-127 Khosiah, Siti. 2021. Penerapan Connected Model Bagi Anak Berkesulitan Belajar Menulis di TK. Jurnal Kajian Islam dan Masyarakat.Vol. 4 (2): 192-211. Muammar. 2020. Membaca Permulaan di Sekolah Dasar. Mataram: Sanabil. Mulyono & Ismail Suardi Wekke. 2018. Strategi pembelajaran di Abad Digital.



88



Yogyakarta: Gawe Buku. Nurhadi. 2018. Teknik Membaca. Jakarta: Bumi Aksara Nurhidayah. 2021. Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Dengan Menggunakan (Know-Want to KNW-Learned) Siswa Kelas IV SD Inpres Mallengkeri II Kota Makassar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar. Universitas Muhammadiyah Makassar. Octavia, Shilphy, A. 2020. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta. Deepublish. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Saputra, Adi. 2022. Implementasi Pembelajaran Pai Materi Etika Berbusana Dalam Membentuk Prilaku Berpakaian Siswi Sekolah Menengah Kejuruan Yapisda Bandar Lampung. Skripsi. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Sudira, Putu. 2013. Kurikulum Menyongsong Skill



dan



Pembelajaran



Masa



Berbas



Depan



(https://123dok.com/document/z121pd8y-kurikulum



Kompetensi (Online).



pembelajaran-skill-



masa-depan.html. Diakses 15 Desember 2022) Suyadi & Riska, Putri, Sari. 2021. Penggunaan Metode Suku Kata (Syllabic Method) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SDN 009 Tarakan. Dwija Cendekia: Jurnal Riset Pedagogik. Vol 5 (2): 175-182. Wachidah, Kemil. & Mahardika. 2018. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Rendah. Sidoarjo: Umsida Press



89



Yarmi, Gusti & Sehati, Kaban. 2015. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Jakarta: LPP Press Universitas Negeri Jakarta.



LAMPIRAN HASIL PENELITIAN Nilai Hasil Belajar Tes Tertulis Siswa Kelas I Siklus I Keterangan No.



Nama Siswa



Nilai



Tuntas



1.



Aditya Abdillah P



85







2.



Akmal



80







3.



Alfarizi



80







4.



Alisa Azzahra



60



5.



Anugrah



90







6.



Fahrul



75







7.



Leli Suryani



80







8.



Muh.Fahril



80







9.



Muh. Reski Aditya



80







10. Nayla Fajrin



90







11. Nisa Zafirah N



90







12. Nur Alisa



60







13. Nur Azizah



70







14. Nur Hidayat Azzahra



85







15. Nurmayani Karma



90







16. Yashita Nur Amelia



85







1.280



13



Jumlah Rata-rata KKM



Belum Tuntas







80 75



3



Nilai Hasil Belajar Tes Tertulis Siswa Kelas I Siklus II Keterangan No.



Nama Siswa



Nilai



Tuntas



1.



Aditya Abdillah P



90







2.



Akmal



80







3.



Alfarizi



88







4.



Alisa Azzahra



89







5.



Anugrah



89







6.



Fahrul



95







7.



Leli Suryani



78







8.



Muh.Fahril



88







9.



Muh. Reski Aditya



85







10. Nayla Fajrin



98







11. Nisa Zafirah N



75







12. Nur Alisa



85







13. Nur Azizah



86







14. Nur Hidayat Azzahra



88







15. Nurmayani Karma



99







16. Yashita Nur Amelia



98







Jumlah



1.411



16



Rata-rata



80,18



KKM



75



Belum Tuntas



0



Hasil Tes Lisan (Membaca Permulaan dengan Syllabic Method) Siklus I No.



Nama



Aspek yang Dinilai 1



2



3



4



5



Skor



Nilai



1.



Aditya Abdillah P



4



4



3



4



3



18



90



2.



Akmal



2



2



2



1



1



8



40



3.



Alfarizi



3



3



3



3



3



15



75



4.



Alisa Azzahra



4



3



4



4



3



18



90



5.



Anugrah



3



3



3



2



2



13



65



6.



Fahrul



3



3



3



3



4



16



80



7.



Leli Suryani



4



4



4



4



4



20



100



8.



Muh. Fahril



4



4



4



3



2



17



85



4



4



4



4



4



20



100



4



4



3



4



4



19



95



3



3



2



2



2



12



60



3



2



3



4



2



14



70



Muh. Reski Aditya 9. Nayla Fajrin 10. Nisa Zafirah N 11. Nur Alisa 12.



Nur Azizah 13.



2



3



2



1



1



9



45



4



4



4



4



4



20



100



4



4



4



4



4



20



100



4



4



4



4



4



17



85



55



54



52



51



47



85,93



84,



81,2



79,6



73,



%



37



5%



8%



43



Nur Hidayat Azzahra 14. Nurmayani Karma 15. Yashita Nur Amelia 16.



Jumlah



Persentase (%)



% Kriteria Skor: Skor 1



: Kurang



Skor 2



: Cukup



Skor 3



: Baik



Skor 4



: Sangat Baik



%



Hasil Tes Lisan (Membaca Permulaan dengan Syllabic Method) Siklus II No.



Nama



Aspek yang Dinilai 1



2



3



4



5



Skor



Nilai



1.



Aditya Abdillah P



4



4



4



3



4



19



95



2.



Akmal



3



4



3



3



3



16



80



3.



Alfarizi



4



4



4



3



4



19



95



4.



Alisa Azzahra



4



4



4



4



4



20



100



5.



Anugrah



4



4



3



4



4



19



95



6.



Fahrul



4



3



4



4



3



18



90



7.



Leli Suryani



4



4



4



4



4



20



100



8.



Muh. Fahril



4



4



3



4



3



18



90



4



4



4



4



4



20



100



4



4



4



4



4



20



100



3



4



4



3



4



18



90



4



4



4



4



4



20



100



Muh. Reski Aditya 9. Nayla Fajrin 10. Nisa Zafirah N 11. Nur Alisa 12.



Nur Azizah 13.



3



3



2



2



3



13



65



4



4



4



4



4



20



100



4



4



4



4



4



20



100



4



4



4



4



4



20



100



61



62



59



58



60



95,31



96,



90,6



92,1



93,



%



87



2%



8%



75



Nur Hidayat Azzahra 14. Nurmayani Karma 15. Yashita Nur Amelia 16.



Jumlah



Persentase (%)



% Kriteria Skor: Skor 1



: Kurang



Skor 2



: Cukup



Skor 3



: Baik



Skor 4



: Sangat Baik



%