Skripsi " Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran ASI [PDF]

  • Author / Uploaded
  • yati
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2019



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Megarezky



KARTINI 15 3145 301 040



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY TAHUN 2019



HALAMAN JUDUL



HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2019



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb) Program DIV Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky



KARTINI 15 3145 301 040



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR 2019



i



BIODATA PENELITI



A. Identitas Penulis Nama



: Kartini



Nim



: 15 3145 301 040



Tempat/tanggal lahir



: Ambon, 21 April 1997



Jenis kelamin



: Perempuan



Suku/bangsa



: Bugis/Indonesia



Agama



: Islam



Nama Orang Tua a. Ayah



: Alm. Muhammad Jufri



b. Ibu



: Nirwana



Alamat a. Alamat Makassar



: Jl.Muh.Paleo II No.5A Antang Raya



b. Alamat Asal



: Jl.Abdullah.Soulissa RT 03, Kel. Ampera Kec. Kota Masohi Kab. Maluku Tengah.



B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 5 Masohi, Kec. Kota Masohi. Tahun 2003-2009. 2. SMP Negeri 2 Masohi. Kec. Kota Masohi. Tahun 2009-2012. 3. SMA Negeri 2 Masohi. Kec. Kota Masohi. Tahun 2012-2015. 4. Sementara



menyelesaikan



Pendidikan



Makassar, Tahun 2015-2019.



iv



di



Universitas



Megarezky



ABSTRAK KARTINI, 153145301040 “Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019” Dibimbing oleh Hj. Sumarni, dan H. Syamsunie Carsel. Rawat gabung akan membantu memperlancar pemberian ASI,karena dalam tubuh ibu menyusui ada hormone oksitosin. Hormon ini sangat berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat dan ASI akan cepat keluar sehingga bayi lebih puas mendaptkan ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan metode Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan di RSUD Kota Makassar pada bulan Maret-Juni 2019 sebanyak 242 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, data yang digunakan adalah data primer. Analisa data dilakukan dengan uji chi-square. Dari hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square test diperoleh ρ = 0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019. Ibu nifas disarankan untuk lebih menggali lebih dalam lagi informasi mengenai rawat gabung sehingga dapat mengetahui pentingnya rawat gabung dan melanjutkan rawat gabung dirumah Kata Kunci Referensi



: Rawat Gabung, Produksi ASI : 31 (2011-2018)



v



KATA PENGANTAR



AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Skripsi dengan Judul :“Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019” dapat terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Umat Islam, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan dan pelopor ilmu pengetahuan bagi umat manusia di muka bumi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan program studi sarjana terapan kebidanan Universitas Megarezky. Pada kesempatan kali ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan hingga penyelesaian penyusunan Skripsi ini, yaitu: 1. Bapak Dr.H.Alimuddin, SH., MH., M.Kn, selaku Pembina Yayasan Pendidikan Islam Universitas Megarezky. 2. Ibu Hj.Suryani, SH., MH, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Universitas Megarezky.



vii



3. Bapak Prof.Dr.dr,.H.M.Rusli Ngatimin, MPH, selaku Rektor Universitas Megarezky. 4. Ibu Ns. Wilma, S.Kep.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky. 5. Ibu Rosdiana, S.ST., M.Keb, selaku Ketua program studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Megarezky. 6. Ibu Hj.Sumarni,S.ST.,SKM.,M.Kes. selaku Pembimbing I dan Pak H.Syamsunie Carsel,S.Ag.,M.Si. Selaku Pembimbing II sekaligus Penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya di tengah kesibukan yang begitu padat untuk membimbing dan memberikan masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini. 7. Ibu Rismawati,S.ST.,M.Kes. selaku Penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya dengan kesibukan yang begitu padat untuk membimbing dan memberikan masukan. 8. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Universitas Megarezky yang telah memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti pembelajaran di Universitas Megarezky. 9. Kepala RSUD Kota Makassar dan seluruh staf RSUD Kota Makassar yang telah banyak memberikan bantuan yang bermanfaat bagi peneliti selama melakukan penelitian. 10. Terkhusus kepada kedua orang tuaku yang tercinta dan penulis hormati Ayahanda Alm. Muh.Jufri dan Ibunda Nirwana terima kasih atas jasa, pengorbanan dan doa serta cinta yang tiada putus-putusnya. Kepada adikku Muh. Arjuna dan tante viii



tercinta Maryati serta seluruh keluarga, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan baik materi maupun moril selama ini. 11. Sahabat-sahabatku yang tercinta, serta semua temanku mahasiswa angkatan 2015 DIV Kebidanan Reguler dan terkhusus seseorang tak bisa disebut atas segala dorongan motivasi, kekompakan dan pengertiannya selama menjalani masa-masa perkuliahan baik di dalam suka maupun duka. Semoga kesuksesan selalu menyertai hidup kita semua dan setiap perbuatan kita selalu bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Semoga segala bantuan, bimbingan dan saran yang diberikan, senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin. Niat yang baik dari hati akan mendapatkan hasil yang baik pula, dari Umar radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Innamala’maalu bin niyyah” (Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat), kalimat itulah yang selalu menjadikan pedoman bagi penulis agar menjadi lebih semangat meskipun dalam menyusun Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak menemui beberapa hambatan dan kesalahan, namun penulis berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikanya dengan baik. Akhir kata penulis ucapkan Jazakillahkhair semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Allahumma Amin…



Makassar, Juli 2019



Penulis ix



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii BIODATA PENULIS........................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................ v ABSTRACT .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI......................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8 A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas ........................................................ 8 1. Pengertian Masa Nifas ........................................................................ 8 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas .................................................................. 8 3. Tahapan Masa Nifas ............................................................................ 9 4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas ......................................................... 10



x



5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas .............................................................. 14 B. Tinjauan Umum Tentang ASI .................................................................... 16 1. Pengertian ASI ..................................................................................... 16 2. Menyusui ............................................................................................. 17 3. Pengertian ASI Ekslusif ....................................................................... 17 4. Produksi Air Susu Ibu ASI .................................................................. 17 5. Kelancaran Produksi ASI ..................................................................... 18 6. Filosofi Laktasi .................................................................................... 19 7. Manfaat Pemberian ASI ....................................................................... 22 8. Komposisi Gizi dalam ASI .................................................................. 26 9. Upayah Memperbanyak ASI................................................................ 26 10. Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI ................................. 27 C. Tinjauan Umum Tentang Rawat Gabung .................................................. 31 1. Pengertian Rawat Gabung.................................................................... 31 2. Tujuan Rawat Gabung ......................................................................... 32 3. Manfaat Rawat Gabung ....................................................................... 33 4. Pelaksanaan Rawat Gabung ................................................................. 35 D. Kerangka Konsep ....................................................................................... 37 E. Defenisi Oprasional dan Kriteria Objektif ................................................. 38 F. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 39



xi



BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 40 A. Jenis dan Metode Penelitian....................................................................... 40 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 40 C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 40 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 42 E. Pengelolahan dan Analisis Data................................................................. 43 F. Penyajian Data ........................................................................................... 45 G. Etika Penelitian .......................................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 47 A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 47 1. Karakteristik Responden ...................................................................... 47 2. Analisis Univariat ................................................................................ 50 3. Analisis Bivariat ................................................................................... 51 B. Pembahasan ................................................................................................ 53 C. Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 59 BAB V PENUTUP................................................................................................ 60 A. Kesimpulan ................................................................................................ 60 B. Saran ......................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



xii



DAFTAR TABEL 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu di RSUD Kota Makassar tahun 2019 ..................................................................... 48 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di RSUD Kota Makassar tahun 2019 ...................................................... 48 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di RSUD Kota Makassar tahun 2019 ...................................................... 49 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Kota Makassar tahun 2019 ...................................................................... 50 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Rawat Gabung di RSUD Kota Makassar tahun 2019 .......................................................... 50 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Produksi ASI di RSUD Kota Makassar tahun 2019 ...................................................... 51 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Analisis Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI padaIbu Post Partum di RSUD Kota Makassar tahun 2019 ......................................... 52



xiii



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pemberian ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama pada bayi umur 0-6 bulan selama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI kepada bayi (Sarwono, 2014). Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain ASI tidak keluar pada hari pertama kelahiran bayi, bayinya sering menangis, atau menolak menyusu yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik , atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan



diambilnya



keputusan



untuk



menghentikan



menyusui



(Maryunani, 2017). Pada tahun 2006 World Health Organization (WHO) tahun 2014 mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai dengan usia 6 bulan, ini berarti bahwa bayi



2



hanya menerima ASI dari ibu, tanpa tambahan cairan atau makanan padat lain. Sejalan dengan hal tersebut, WHO mengeluarkan program Millenium Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari delapan pokok bahasan, salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB) (Safitri dkk, 2016). Menurut data WHO (World Health Organisation) tahun 2015 jumlah bayi diberi ASI mencapai sekitar 24,6%. Sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 32,7% pada tahun 2017 jumlah bayi diberi ASI sekitar 38,4% (Astut .dkk, 2015). Menurut World Health Organization tahun 2016 cakupan Air susu ibu (ASI) ekslusif diseluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2007 sampai 2014. World Health Organization (WHO) telah mengkaji atas lebih dari tiga ribu peneltian yang menunjukan pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama enam bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslufif (Haryono, 2017). Menurut UNICEF, cakupan rata-rata Air susu Ibu (ASI) ekslusif di dunia yaitu 38% menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 1997 hingga tahun 2002, jumlah bayi usia enam bulan mendapatkan Air susu Ibu (ASI) ekslusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, pada tahun 2007 menunjukan penurunan jumlah bayi yang mendapat Air susu Ibu (ASI) ekslusif hingga 2,7% (Warsini, dkk., 2015). Salah satu sasaran suntainabe development goals (SDGs) tahun 2015 tentang pemberian ASI ekslusif sekurang-kurangnya 80% ibu menyusui



3



memberikan ASI ekslusif pada bayi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan, sebanyak 30,2% bayi umur kurang dari enam bulan yang mendapatkan Air susu ibu (ASI) ekslusif (Permatasari Erlinda, 2015). Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya Air susu ibu ASI ekslusif dapat dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan susu formula. Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi serta adanya promosi susu formula membuat mesyarakat kurang percaya kehebatan air susu ibu (ASI). ( Lidia, dkk, 2015). Penurunan



produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama



setalah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI. Ada beberapa faktor yang



dapat



mempengaruhi



kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu gizi, pola istirahat, faktor psikologi, faktor frekuensi menyusui, sapan bayi dan dukungan social (Astuti, 2015). Hasil survey demokrasi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 melaporkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32/1.000 kelahiran hidup. Kendati terus mengalami penurunan. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainya (Depkes RI, 2015). Provinsi Sulawesi Selatan prevelensi pemberian air susu ibu (ASI) ekslusifnya juga mengalami penurunan yakni pada tahun 2008 yaitu 48,64%



4



menjadi 30,1% pada tahun 2010 dimana data ini masih jauh dari target nasional yaitu 80%. Walaupun pada tahun 2013 terjadi peningkatan prevelensi pemberian ASI ekslusif yaitu sebesar 65,4%, namun hal tersebut belum mencapai target nasional (Nurdiyanah dkk, 2014). Cakupan pemberian ASI tidak cukup atau tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi, ibu bekerja adanya perasaan cemas dengan merasa ASI kurang cukup. Keberhasilan pemberian ASI ekslusif tergantung fisiologis ibu dan pengetahuan yang dimilikinya, kebanyakan ibu memerlukan dukungan dan dorongan secara informasi yang dapat diandalkan agar dapat memberikan ASI-nya dengan baik (Lusje, 2014) Keluhan ASI tidak lancar pada hari pertama perlu dilakukan rawat gabung karena rawat gabung membantu memperlancar pemberian ASI. Konsep rawat gabung adalah salah satu metode yang ditawarkan oleh petugas kesehatan agar bayi terus bersama-sama ibunya selama 24 jam. Meskipun masih ada beberapa rumah sakit yang menerapkan ruangan khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya, karena itu pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya diruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun sang bayi menginginkannya, kondisi-kondisi tersebut akan membantu kelancaran dari produksi ASI. (Lusje, 2014) Rawat gabung akan membantu memperlancar pemberian ASI,karena dalam tubuh ibu menyusui ada hormone oksitosin. Hormon ini sangat



5



berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat dan ASI akan cepat keluar sehingga bayi lebih puas mendaptkan ASI (Safitri, 2016). Berdasarkan penjelasan diatas cakupan ASI ekslusif yang kurang dikarenakan ibu merasa bahwa ASI tidak cukup atau tidak keluar pada harihari pertama, maka dengan adanya rawat gabung akan meningkatkan kelancaran pemberian ASI. Survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Kota Makassar Tahun 2016 dari 468 ibu nifas yang normal 326 yaitu 69,6% ibu nifas yang dirawat gabung bersama bayinya dan pada tahun 2017 dari 482 ibu nifas yang normal 322 yaitu 66,8% ibu nifas yang di rawat gabung bersama bayinya dan pada tahun 2018 sampai tanggal 12 Desember yaitu dari 494 ibu nifas yang normal 351 yaitu 71% ibu nifas yang dirawat gabung bersama bayinya. Berdasarkan data dinas dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan tiap tahun pada ibu nifas normal yang dirawat gabung bersama bayinya di RSUD Kota Makassar. (Rekam medic RSUD Kota Makassar, 2018). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Makassar dari 13 pasien yang dijadikan observasi awal, terdapat 9 pasien yang mengatakan bahwa ASInya lancar yang dirawat gabung bersama bayinya sedangkan 4 pasien yang mengatakan bahwa ASI tidak lancar dan yang 2 pasien dirawat gabung dan 2 pasien tidak dirawat gabung.



6



Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan yang diuraikan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Rawat Gabung dengan kelancaran produksi ASI pada Ibu post partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan, yaitu Apakah ada Hubungan Rawat Gabung dengan kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019 ? C. Tujuan Penelitian Untuk diketahui ada hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai konsep untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai referensi untuk studi lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Terhadap RS atau tempat penelitian Sebagai bahan acuan untuk peningkatan mutu melaksanaan tentang Rawat Gabung



7



b. Terhadap Ibu Nifas Sebagai bahan acuan untuk meningkatkan atau sebagai bahan evaluasi tentang produksi Air susu ibu (ASI) pada ibu post partum yang di Rawat Gabung. c. Terhadap Institusi Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi mengenai hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum d. Terhadap Peneliti Dapat memberikan pengalaman yang nyata kepada mahasiswa atau peneliti dalam melaksanakan peneliti sebagai tugas daei karya ilmiah dalam rangka mengembangkan pemikiran atau potensi yang dimiliki untuk melakukan penelitian tentang hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum.



8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas 1. Pengertian Masa Nifas a. Masa nifas (post partum) atau peuperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) / ketika organ reproduksi kembali keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2013). b. Masa nifas (pueperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau pueperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu ( 42 hari ) ( Dewi, Vivian, dkk.2014). c. Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia akan kembali dalam waktu 3 bulan ( Marmi,2014). Berdasarkan dari ketiga pengertian diatas maka masa nifas atau postpartum (puerperium) adalah masa sejak lahirnya plasenta sampai pulihnya organ-organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6- 8 minggu. 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut:



9



a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis. b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi c. Komplikasi pada ibu maupun bayinya. d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari. e. Memberikan pelayanan KB (Astutik Reni Yuli, 2013). 3. Tahapan Masa Nifas Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : a. Pueperium dini yaitu keputihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Pueperium intermediant yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Pueperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan (Mochtar, 2015).



10



4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas a. Sistem Reproduksi 1) Uterus Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira - kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke - 5 postpartum uterus ± setinggi 7 cm atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis (Farrer dan Helen, 2015). 2) Lochia Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri



dan



vagina selama masa nifas. a) Lochia rubra ( cruenta ) berwarna merah karena berisidarah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel - sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. b) Lochia Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke - 3 sampai ke - 7 pasca persalinan. c) Lochia serosa lebih pucat dari lokia rubra. Lokia yang berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke - 7 sampai ke- 14 pasca persalinan. d) Lochia alba hari ke - 14, bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leokosit dan sel-sel desidua. (Farrer dan Helen, 2015).



11



3) Serviks Uteri Menjadi lebih tebal dan keras , sampai dengan 1 minggu setelah persalinan masih tetap terbuka (dilatasi) kira-kira sebesar 1 cm. involsi serviks uteri menjadi sempurna membutuhkan waktu 3-4 bulan. persalinan menyebabkan perubahan yang permanen pada kanalis serviks dari bentuk bulat menjadi memanjang (Farrer dan Helen, 2015). 4) Vagina dan Perineum Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar pada celah introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ruang vagina selalu sedikit lebih besar dari pada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan pengencangan ototperineum akan mengembalikan tonusnya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari akan membantu laserasi vulva dan perineum mudah sembuh (Farrer dan Helen, 2015). 5) Abdomen Teraba lembut dan lunak beberapa saat setelah persalinan. Tampakadanya striae warna putih perak (Hartono, 2011).



12



6) Payudara Pada semua wanita setelah melahirkan, laktasi dimulai secara alami dan normal. Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis, yang meliputi produksi susu dan sekresi susu atau let down. Diperkirakan bahwa konsentrasi esterogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan menghambat produksi prolaktin yang dibutuhkan untuk laktasi. Hal ini menjelaskan mengapa seorang wanita tidak memproduksi ASI sepanjang kehamilannya. Pada saat placenta lahir, terjadi perubahan drastic yang mendadak pada kadar esterogen dan progesterone. Keadaan ini menyebabkan kelenjar hipofise anterior memproduksi prolaktin. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh hisapan bayi yang dapat menyebabkan kenaikan atau kelanjutan dari pelepasan prolaktin dari hipofise anterior. Waktu menghisap ASI, mulut bayi akan menekan sinus laktiferus sehingga ASI terdorong ke luar melalui duktus laktiferus ke mulut bayi. Aliran susu dari sinus laktiferus disebut Let Down refleks dan hal ini dapat dirasakan oleh ibu (Saleha, 2013). 7). Sistem Perkemihan Peregangan dan dilatasi selama kehamilan tidak menyebabkan perubahan permanen dipelvis renalis dan ureter, kecuali kalau ada infeksi. Kembali normal pada waktu 2-8 minggu, tergantung pada:



13



a). Keadaan atau status sebelum persalinan. b). Lamanya partus kala II. c). Besarnya kepala yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2016). 8). Sistem Pencernaan Rasa haus dan lapar pada umumnya terjadi setelah persalinan . Motilitas dan tonus otot gastro intestinal kembali pada keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah persalinan. Konstipasi umumnya terjadi pada hari awal postpartum. Berat badan mungkin kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu ± 6 – 8 minggu jika peningkatan BB selama hamil dalam batas normal. Haemoroid juga merupakan masalah yang sering terjadi pada awal puerperium, penekanan pada otot dasar panggul pada saat persalinan (Saleha, 2014). 9). Perubahan Tanda-tanda Vital a). Suhu badan: sekitar hari ke - 4 setelah pesalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37, 2˚C - 37, 5 ˚C. b). Denyut nadi: denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x / menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. c). Tekanan darah: < 140 / 90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1 - 3 hari postpartum.



14



d). Respirasi: pada umumnya lambat atau bahkan normal karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat (Saleha, 2014). 5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Kebersihan Diri 1) Menganjurkan Ibu untuk Menjaga kebersihan seluruh tubuh. 2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. 3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB / BAK, paling tidak dalam waktu 3 - 4 jam ganti pembalut. 4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin 5) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka laserasi. Kebersihan bayi b. Istirahat dan Tidur 1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan 2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. 3) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.



Mengatur



kegiatan



rumahnya



sehingga



dapat



menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari kira - kira 2 jam untuk tidur siang dan tidur malam 7 - 8 jam .



15



4) Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan dan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Marmi, 2014). c. Gizi 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari 4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A bayinya melalui memulai hubungan suami istri begitu darah merah terhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasah nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Astutik Reni Yuli, 2015). d. Keluarga Berencana Selama perawatan pasca persalinan ibu memerlukan konseling penggunaan kontrasepsi. Bila ibu menyusui secara maksimal ( 8 - 10 kali selama sehari ), selama 6 minggu ibu akan mendapatkan efek kontrasepsi dari Lactational Amenorrhea ( LAM). Setelah 6 minggu diperlukan



16



kontrasepsi alternatif seperti penggunaan pil progestine, injeksi depot medroksiprogesteron asetat ( DMPA ), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR - IUD) atau metode barier seperti difragma atau kondom. Kontrasepsi oral kombinasi harus dihindari selama bulan pertama laktasi (Astutik Reni Yuli, 2015). B. Tinjauan Umum Tentang ASI 1. Pengertian ASI Air Susu ibu ( ASI ) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Menurut Williams (2006), menyebutkan bahwa ASI formula. Pemberian ASI ekslusif dari berbagai segi akan sangat menguntungkan, baik bagi bayinya juga bagi ibu (Janiwarty, 2013). Pengeluaran ASI adalah suatu itnteraksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,



saraf



dan



bermacam-macam



hormone.



Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormone – hormone ini sangat diperlukan untuk mengeluarkan permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. ASI pada ibu terkadang mengalir lambat tetapi keadaan ini tidak berarti bahwa proses laktasi tidak dapat terjadi. Pasokan ASI bergantung pada kebutuhan bayi maka untuk mendapatkan air susu yang memadai adalah dengan menyusu lebih sering (Wulandari, 2011).



17



2. Menyusui Menyusui adalah memberikan air susu ibu kepda bayinya untuk diminum yang berasal dari payudara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). 3. Pengertian ASI ekslusif Yang dimaksud dengan pemberian ASI ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja. Tanpa tambahan cairan lain seperti air putih, susu formula, air the, jeruk, madu, dan tanpa tambahan makanan paddat seperti bubur susu, nasi tim, biscuit, papaya dan pisang (Nurjannah, 2013). 4. Produksi Air Susu Ibu (ASI) Produksi Air Susu Ibu (ASI) sangat berperan dalam proses laktasi. Dengan produksi air susu ibu yang cukup maka kebutuhan bayi akan terpenuhi. Tanda bahwa produksi air susu ibu cukup yaitu sebelum disusui payudara ibu terasa tegang, air susu ibu dapat keluar dari puting dengan sendirinya, setelah menyusu maka bayi akan tertidur atau tenang selama satu sampai dua jam, memerah air susu ibu dengan tangan atau pompa air susu ibu (ASI) (Astutik, ddk, 2014) Produksi ASI yang cukup untuk bayi, yaitu : a. Hari pertama sampai usia sepuluh hari : 15-100 cc b. Usia sepuluh sampai empat belas hari : 700-800 cc c. Usia enam bulan : 400-700 cc d. Usia satu tahun : 300-350 cc (Astuti, dkk, 2014).



18



5. Kelancaran Produksi ASI Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produksi ASI berlebihan yang ditandai dengan ASI akan menetes dan memancar deras saat dihisap bayi. Hal ini dapat mempengaruhi kelancaran produksi ASI tersebut, antara lain perawatan payudara, makanan, faktor isapan bayi atau frekuensi menyusui, berat badan bayi, umur kehamilan saat melahirkan, strees dan penyakit. Perawatan payudara yang dilakukan saat masa nifas tersebut bermanfaat mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone prolaktin dan oksitosin. Hormone prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI dan hormone oksitosin mempengaruhi pengeluaran ASI. Kelancaran pengeluaran ASI dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi perhari yaitu 15-20 gram, seminggu sekitar 150-200 gram, sebulan 700800 gram. Makanan yang dikomsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI, apabilah makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. Pada faktor isapan bayi dan frekuensi menyusui maka paling sedikit bayi disusui 8 kali perhari karena makin sering bayi menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin lancar (Nurjannah, 2013). Berat lahir bayi pada BBLR mempunyai kemampuan menghisap ASI lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya normal, karena perbedaan berat tersebut mempengaruhi stimulasi kormone prolaktin dan



19



oksitosin dalam memproduksi ASI. Umur kehamilan saat melahirkan mempengaruhi kemampuan menghisap bayi sehingga produksi ASI yang dihasilkan tidak optimal. Strees dan penyakit dapat mengganggu produksi ASI sehingga dalam hal ini ibu harus dalam kondisi rileks dan nyaman. (Nurjannah, 2013). Indikator kelancaran air susu ibu dilihat dari indikator ibu dan bayi antara lain : a.



Indikator pada Ibu Pada indikator ibu. Payudara tengang karena terisi ASI, ibu menyusui bayi tanpa jadwal, Frekuensi menyusui lebih dari 8 kali sehari, terlihat ASI merembes keluar melalui putting susu, ibu merasa tenang atau rileks.



b.



Indikator pada Bayi Pada indikator pada bayi BAK sebanyak 6 kali dalam waktu 24 jam, warna urine bayi kuning jernih, frekuensi BAB bayi 2-3 kali perhari, karakteristik feses bayi tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, warna feses bayi kuning keemasan, lama tidur bayi sehabis menyusui 2-3 jam (Wardani, 2015).



6. Fisiologi Laktasi Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Selama kehamilan, ukuran payudara meninggkat dan beratnya juga meningkat sekitar 200 g menjadi 400-



20



600 g. pada kehamilan trimester pertama, payudara wanita berespon terhadap perubahan kadar hormone sirkulasi dengan materi sekresi yang dikenal sebagai kolostrum mulai tampak dibawah pengaruh prolaktin, dan pada trimester terakhir alveoli diisi dengan kolostrum. Pada minggu keenam belas kehamilan, payudara benar-benar dipersiapkan untuk latrasi, penyempurnaan fisiologi siklus reproduksi. Selama kehamilan hormone estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus di dalam mammae dan juga merangsang produksi kolostrum. Selain itu, hormone prolaktin dan plasenta meningkat tapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihabat oleh kadar estrogen dan progesterone turun drastis (hari ke II, dan hari ke III pasca persalinan) sehingga pengaruh prolaktin dominan dan terjadilah sekresi ASI (Heryani, 2012). Pada proses laktasi terdapat dua reflex yang berperan, yaitu reflex prolaktin dan reflex aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan isapan bayi. a. Refleks Prolaktin Refleks prolaktin merupakan stimulasi produksi ASI yang membutuhkan implus saraf dari puting susu, hipotalamus, hipofise anterior, prolaktin, alveolus, dan tentunya ASI itu sendiri ( Yefi, 2015). Saat menjelang akhir kehamilan terutama hormone prolaktin memegang peran untuk merangsang pengeluaran kolostrum dan air susu, namun



21



jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone akan berkurang. Sehingga kerja prolaktin akan merangsang proses pengeluaran kolostrum dan air susu tidak dapat lagi dihambat. Ini berarti kadar prolaktin meningkat, adanya hisapan bayi yang merangsang putting susu dan aerola payudara akan merangsang ujung saraf sensori yang berfungsi sebagai reseptor dalam proses pengeluaran ASI. Hipotalamus



akan



menekan



pengeluaran



estrogen



dan



progesterone yang menghambat sekrese prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran prolaktin dan oksitosin sebagai pemacu sekresi air susu. Hormone prolaktin ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan mnjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai menyapih anak dan pada saat tersebut tidak ada peningkatan prolaktin walaupun ada hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung (Nugroho, 2013). b. Refleks Aliran (let down reflex) Bersamaan



dengan



pembentukaan prolaktin oleh hipofise



anterior,



rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke



hipofise



posterior



(neurohipofise) yang



kemudian dikeluarkan



oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang



22



telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya mangalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi. Factor-faktor yang meningkatkan let down reflex yaitu ibu dalam keadaan tenang, dengan melihat,menggamati bayi, mendengarkan suara coloteh/tangisan bayi, mencium dan mendekap bayi, memikirkan untuk menyusui. Kondisi yang data menghambat let down refleks adalah ibu takut, cemas, khawatir/binggung, ragu terhadap kamampuannya merawat bayi (Yefi, 2015). 7.



Manfaat Pemberian ASI ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi, menurut Yefi (2015) dalam bukunya buku ajar asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui mengatakan bahwa ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melaikan untuk ibu, keluarga dan Negara. a.



Manfaat pemberian ASI untuk bayi 1)



Pemberian ASI merupakann metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan. Selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada enam bulan pertama kehidupannya.



2)



Pada umur enam sampai dua belas bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi karena mengandung lebih dari 60%



23



kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi perlu ditambah dengan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) 3)



Setelah umur satu tahun, meskipun air susu ibu ASI bias memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian air susu ibu tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat.



4)



Air susu ibu (ASI) disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapid an komposisi air susu ibu ideal untuk bayi.



5)



Air susu ibu (ASI) mengurangi resiko infeksi lambung, sampai usus, sembelit dan alergi.



6)



ASI selalu siap sedia saat, ketika bayi menginginkannya selalu dalam keadaan steril dan susu suhu yang tepat



7)



Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian air susu ib juga memberikan pendekatan antara ibu dan anak. Bayi nerasa aman dan nyaman terlindungi dan ini memengarugi kamqapanan emosi anak dimasa depan.



8)



Apabilah bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh



24



b.



Manfaat pemberian ASI untuk ibu 1)



Hisapan bayi membantu Rahim mengecil atau berkontraksi, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa-kehamilan dan mengurangi resiko perdarahan.



2)



Lemak di sekitar paha dan panggul yang timbul pada masa kehamilan pindah ke dalam Air susu ibu (ASI) sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.



3)



Ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker Rahim dan kanker payudara.



4)



Air susu ibu (ASI) lebih hemat waktu karena tidak menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot dan sebagainya.



5)



Air susu ibu (ASI) lebih praktis karena ibu bias jalan-jalan kaluar rumah tanpa harus membaw banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas dan sebagainya.



6)



Air susu ibu (ASI) selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril



7)



Air susu ibu (ASI) tidak pernah basi. Air susu ibu selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila gudang air susu ibu telah kosong, Air susu ibu yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, air susu ibu dalam payudara tidak pernah basi dan ibu tidak perlu memerah dan membuang air susu ibu sebelum menyusui.



25



c.



Manfaat Air susu ibu (ASI) untuk keluarga 1)



Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar atau minyak untuk merebus air susu atau peralatan.



2)



Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit atau lebih hemat dalam perawatan kesehatan.



3)



Memberikan air susu ibu pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab air susu ibu selalu siap tersedia.



4)



Lebih praktis saat akan berpergian, tidak perlu membawa botol susu, air panas, dan sebagainya.



d.



Manfaat Air susu ibu (ASI) untuk masyarakat dan Negara 1)



Mengehamat davisa Negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lain untuk persiapannya.



2)



Mengurangi subsidi untuk rumah saki.



3)



Meningkatkan kualitas generasi untuk penerus bangsa.



4)



Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih sedikit.



5)



Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.



6)



Air susu ibu (ASI) adlah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.



26



8.



Komposisi Gizi dalam Air susu ibu (ASI) Perubahan



kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung



selama 14 hari pertama kehidupan bayi. Keadaan tersebut bervariasi karena berkaitan dengan berbagai faktor, pengaktifan jaringan gradual mammae, keektifan bayi belajar menghisap. Bahkan air susu ibu yang telah matur juga memiliki variasi komposisi dan nilai kalori dari air susu ibu tidak dibatasi jumlah takaran. Selain itu susu ibu mengandung protein tinggi, air susu ibu juga memiliki perbandingan antara Whei dan kasein yang sesuai untuk bayi. Resiko whei dengan kasein merupakan salah satu keunggulan air susu ibu dibandingkan dengan susu sapi. Air susu ibu (ASI) mengandung whei lebih banyak 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein air susu ibu lebih mudah diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whei:kasein adalah 20:80 sehingga tidak mudah diserap dan lebih halus daripada kasein sehingga proteinnya lebih mudah dicerna (Nunung Siti Nurjannah, dkk., 2013). 9.



Upayah Memperbanyak Air susu Ibu (ASI) Menurut Nunung Siti Nurjannah, dkk., (2013) upayah-upayah untuk memperbanyak air susu ibu adalah : a. Pemberian air susu ibu segera 30 menit pertama setelah bayi lahir b. Menyusui bayi sesering mungkin, siang dan malam c. Menyusui bayi dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian



27



d. Memberikan air susu ibu dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainya e. Jika bayi telah tidur selama 3 jam, bangunkan dan langsung berikan Air susu ibu (ASI) f. Cara menyusui yang benar sangat penting sekali dalam upayah memperbanyak Air susu Ibu (ASI) g. Dukungan psikologi dari keluarga dan sekitarnya akan sangat berpengaruh. 10.



Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI Menurut Nugroho (2013) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kelancaran ASI yaitu : a.



Hisapan Bayi Hisapan mulut bayi pada payudara ibu akan menstimulus hipofise anterior dan posterior sehingga mengeluarkan hormone prolaktin (sebagai produksi ASI) dan hormone oksitosin (sebagai pengeluaran ASI). Hisapan bayi tidak sempurnah akan membuat hormone prolaktin dan oksitosin terus menurun dan ASI akan terhenti Proses menyusui lebih dini akan menyebabkan rangsangan putting susu yang kemudian membenntuk prolaktin oleh hipofisis sehingga pengeluaran ASI semakin lancar, ibu yang melakukan IMD akan mendapatkan rangsangan pada putting ibu oleh hisapan bayi, bayi



28



akan mulai menghisap puting ibunya yang bertujuan untuk merangsang ASI segera berproduksi dan bias keluar. b.



Kontak langsung ibu dan bayi Ikatan kasih saying ibu dan bayi terjadi oleh beberapa rangsangan, seperti sentuhan kulit dan mencium bau yang khas antara ibu dan bayi. Kontak langsung ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan bagi ibu dan juga bayi, bayi merasa aman dan puas karena dia mendapatkan kehangatan dari dekapan ibunya, ibu yang merasa rileks dan nyaman maka pengeluaran ASI akan berlangsung baik.



c.



Frekuensi penyusuan Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara, berdasarkan beberapa penelitian, maka direkomendasikan untuk frekuensi penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan.



d.



Berat lahir Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara berat lahir bayi dengan volume ASI, yaitu berkaitan dengan kekuatan mengisap, frekuensi dan lama penyusunan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal. Kemampuan mengisap ASI yang rendah dengan frekuensi dan lama penyusuan yang lebih



29



rendah akan mempengaruhi stimulasi hormone prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. e.



Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan saat melahirkan akan mempengaruhi terhadap asupan ASI si bayi. Bila umur kehamilan kurang dari 35 minggu (bayi lahir premature) , maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir normal.



f.



Usia dan paritas Usia dan paritas tidak berhubungan dengan produksi ASI, pada ibu menyusui yang masih berusia remaja dengan gizi baik, intake ASI mencukupi. Sementara itu, ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat postpartum jauh lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang baru melahirkan pertama kalinya.



g.



Strees dan penyakit akut Adanya strees dan kecemasan pada ibu menyusui dapat menggangu proses laktasi, oleh karena pengeluaran ASI terhambat, sehingga akan mempengaruhi produksi ASI. Penyakit infeksi kronis dan akut juga menganggu proses laktasi dan mempengaruhi produksi ASI. ASI akan keluar dengan baik apabila ibu dalam kondisi rileks dan nyaman.



30



h.



Komsumsi rokok Komsumsi rokok dapat menggangu kerja hormone prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Rokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin, dan adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin, sehingga volume ASI yang dihasilkan akan berkurang. Penelitian menunjukan bahwa pada ibu yang merokok lebih dari 15 batang per hari dan hari ke 21 setelah melahirkan, dibandingkan dengan yang tidak merokok.



i.



Komsumsi alkohol Komsumsi alkohol dosis rendah mudah dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI, tetapi etanol dalam alkohol tersebut juga dapat menghambat produksi oksitosin.



j.



Pil kontrasepsi Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI. Sedangkan pil yang hanya mengandung progestin tidak ada dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini maka WHO merekomendasikan pil progestin bagi ibu menyusui yang menggunakan pil kontasepsi.



31



C. Tinjauan Umum Tentang Rawat Gabung 1. Pengertian Rawat Gabung a.



Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh (Sarwono P, 2014).



b.



Rawat gabung merupakan salah satu cara untuk dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya (Nunung, 2013) Kesimpulan Rawat gabung adalah penyatuan ibu dan bayinya dalam satu kamar/ruangan, agar antara ibu dan bayinya terjalin suatu hubungan batin dan ibu bisa menjadi lebih dekat dengan bayinya. Rawat gabung juga membantu memperlancar pemberian ASI karena dalam tubuh ibu menyusui ada hormone oksitosin. Hormone ini sangat berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika ibu tenang dan bahagia karena dapat medekap bayinya, maka hormone ini akan meningkat dan ASIpun cepat keluar, sehingga bayi lebih puas mendapatkan ASI. Manfaat lain dari rawat gabung bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu tidur dan bangun waktu ibu. Selain itu jika bayi menanggis akan langsung didekap ibu sehingga bayi akan tenang mendengarkan detak jantung ibu. Bagi ibu rawat gabung akan memperkecil resiko mengalami depresi pasca melahirkan, karena ibu merasakan daya tarik tersendiri terhadap bayinya dan membuat rasa sayang kepadanya.



32



2. Tujuan Rawat Gabung Menurut Nunung dkk, (2013) tujuan rawat gabung adalah : a.



Memberikan bantuan emosional 1) Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi 2) Memberikan kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi.



b.



Pengunaan ASI 1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum ASI. Dari segala sudut pertimbangan ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara, menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama yang keluar adalah colostrum yang jumlah sedikit. 2) Produksi ASI akan semakin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin.



c.



Pencegahan Infeksi Mencegah terjadinya infeksi silang, pada perawatan bayi dimana banyak bayi yang disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibody dari si ibu. Kolostrum yang mengandung antibody dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan di serap oleh bayi



33



sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan pencegahan infeksi terutama pada diare. d.



Pendidikan Kesehatan Pada saat melakukan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan peyudara dan nasehat makanan yang baik, merupakan bahanbahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga ibu akan cepat pulih dari persalinan.



e.



Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.



3. Manfaat Rawat Gabung Kontak dini antara ibu dan bayi dibina sejak dari kamar bersalin seharusnya tetap dipertahankan dengan merawat bayi bersama ibunya (rawat gabung). Keuntungan rawat gabung. (Sarwono P, 2014). a. Aspek Psikologi Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding). Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. Rasa aman, terlindungi, dan percaya pada orang lain (basic trust) merupakan dasar terbentuknya rasa pecaya diri



34



pada bayi. Ibu akan merasa bangga karena dapat memberikan yang terbaik bagi bayinya. b. Aspek Fisik Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkanya. Dengan demikian, ASI juga akan cepat keluar. c. Aspek Fisiologis Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan refleks prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi Rahim. Pemberian ASI ekslusif dapat juga dipergunakan sebagai metode keluarga berencana (metode amenorea laktasi) asal memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara ekslusif. d. Aspek Edukatif Dengan rawat gabung ibu, terutama apada primipara, akan mempuyai pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Juga memberi kesempatan bagi parawat untuk tugas penyuluhan, antara lain posisi dan pelekatan bayi untuk menyusui dan tanda-tanda bahaya pada bayi. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang dianggap tidak wajar. Sarana ibi dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga.



35



e. Aspek Medis Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomia dapat dicegah. Di samping itu, kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi. f. Aspek Ekonomi Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran pengeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat. 4. Pelaksanaan Rawat Gabung Menurut Sri Susanti Fransiska (2014) pelaksanaan Rawat Gabung antara lain : a. Mempersiakan alat dan prasarana 1) Kebutuhan bayi Bayi dapat tidur di ranjang ibunya atau dalam boksnya sendiri. Boks bayi sebaiknya diletakkan di tempat yang mudah di jangkau ibunya, jadi dianjurkan diletakan di samping tempat tidur ibu, bukan di dekat kaki ibu. Siapkan juga alat-alat perawatan bayi dan pekaian bayi di dekat ibu, agar ibu juga dapat merawat bayinya dengan mudah.



36



2) Kebutuhan ibu Sediakan tempat tidur yang rendah untuk ibu sepaya ibu tidak kesulitan naik turun tempat tidur bila ingin menyusui atau merawat bayinya. Bila tempat tidur yang tersedia tinggi, sediakan anak tangga untuk membantu ibu naik turun tempat tidur. Sediakan juga meja pasien agar ibu dapat menaruh keperluannya dan keoerluan bayinya di tempat yang terjangkau. 3) Sarana lain Siapkan lemari pakaian untuk keperluan pakaian ibu dan pakaian bayinya. Untuk diruangan perlu disiapkan tempat mandi bayi yang portable serta perlengkapannya agar kegiatan memandikan bayi dapat dilakukan di dekat ibu. Sediakan juga tempat cuci tangan ibu, kamar mandi dan WC tersendiri. Membuat kriteria / syarat rawat gabung. Tidak semua bayi baru lahir dapat menjalani rawat gabung. Perlu dibuat suatu kriteria syarat untuk menentukan bayi mana saja yang dapat dirawat gabung. Kriteria yang dapat dipakai adalah sebagai berikut : a) Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat b) Nilai APGAR lebih dari 7 c) Keadaan stabil d) Berat badan lahir 2500 gram dan kurang dari 4000 gram e) Umur kehamilan lebih dari 36 minggu sampai 42 minggu



37



f) Tidak ada faktor resiko g) Lahir spontan presentasi kepala h) Ibu sehat. D. Kerangka Konsep Adapun Kerangka Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian



Rawat Gabung



Kelancaran Produksi ASI



Keterangan :



Variabel Independen



Variabel Dependen



Variabel yang diteliti



38



E. Defenisi Oprasional dan Kreteria Objektif 1. Rawat Gabung Defenisi rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Kriteria Objektif : Ya



: Jika ibu dirawat gabung bersama bayinya dalam satu ruangan



Tidak : Jika ibu tidak dirawat gabung bersama bayinya dalam satu ruangan 2. Kelancaran Produksi ASI Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produksi ASI berlebihan yang ditandai dengan ASI akan menetes dan memancar deras saat dihisap bayi. Dan kelancaran produksi ASI dapat dilihat dari indikator Ibu dan Bayi. Hal ini dapat mempengaruhi kelancaran produksi ASI tersebut, antara lain perawatan payudara, makanan, faktor isapan bayi atau frekuensi menyusui, berat badan bayi, umur kehamilan saat melahirkan, strees dan penyakit. Ya



: Jika memenuhi kriteria kelancaran produksi ASI pada indikator Bayi dan Ibu



Tidak



: Jika tidak memenuhi kriteria kelancaran produksi ASI pada indikator Bayi dan Ibu.



39



F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada Masalah, Tujuan, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Konsep, maka Hipotesis yang diajukan Yakni : 1. Hipotesis Penelitian (Ha) Ada hubungan antara ibu di rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI 2. Hipotesis Penelitian (Ho) Tidak ada hubungan antara ibu di rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI



40



BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitiam analitik dengan menggunakan metode Cross Sectional dimana penelitian ini merupakan desain penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) untuk mendapatkan informasi mengenai Hubungan Rawat Gabung dengan kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post partum di RSUD Kota Makassar. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Makassar 2. Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2019 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah subjek penelitian/objek penelitian yang pada umumnya merupakan keseluruhan individu dari segi-segi tertentu (Carsel. 2018) Populasi dalam penelitian ini adalah 242 ibu nifas yang melahirkan dari bulan Maret sampai Juni di RSUD Kota Makassar tahun 2019.



41



2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dinilai/karakteristiknya kita ukur dan nantinya kita pakai untuk menduga karakter dari populasi sebagian ibu nifas yang melahirkan di RSUD Kota Makassar tahun 2019 (Carsel, 2018). Menurut Gay dan Diehl (1992) besaran sampel dalam penelitian dengan metode korelasional yaitu 30 sampel. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non probability Sampling dengan cara Purposive Sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang telah dikenal sebelumnya atau dengan kata lain purposive sampling adalah suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus (Carsel, 2018). Adapun Kriteria Responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Kriteria Inklusi 1) Ibu yang melahirkan normal 2) Ibu nifas hari 1 sampai hari ke 3 3) Ibu yang menyusui bayinya 4) Ibu nifas yang bersedia menjadi responden dan menandatangani informend consent



42



b) Kriteria Eksklusi 1) Ibu postpartum yang mengalami komplikasi setelah melahirkan 2) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden D. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber data a. Data Primer Data primer adalah data yang di kumpulkan dan di olah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya (Saryono, dkk. 2013) Data primer dalam penelitian adalah data yang di dapatkan lansung dari responden sebagai sampel penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi (Saryono, dkk. 2013). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan oleh peneliti melalui pengelola atau rekam medik RSUD Kota Makassar. 2. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan informasi dan data yang diinginkan peneliti melakukan observasi terhadap ibu nifas pada saat di rawat gabung



43



bersama bayinya dan melihat kelancaran ASInya.dengan menggunakan lembar observasi. E. Pengelolahan dan Analisis Data 1. Pengelolahan Data Pengelolahan data dalam penelitian ini menggunakan program komputerisasi untuk tabulasi dan pengelompokkan data berdasarkan karakteristik umum responden dan variabel yang diteliti Langkah pengelolahan data dalam penelitian ini yakni sebagai berikut : a. Editing, setelah data di edit kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman kita. b. Tabulating, menyusun data-data kedalam tabel yang sesuai dengan analisis dan selanjutnya data tersebut di analisis (Saryono, dkk. 2013) 2. Analisi Data a. Analisis Data Univariat Analisa Univariat menghasilkan distribusi data variabel yaitu rawat gabung dengan menggunakan rumus : p = f̲ x 100% n



Dimana : P



: Presentase



f



: Jumlah Jawaban Ya



44



n



: Jumlah Seluruh Responden



b. Analisis Data Bivariat Analisa



Data



dalam



penelitian



ini



dilakukan



untuk



menganalisis Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Postpartum. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Uji Chi-Square adalah jenis uji parametric dan non parametric yang dilakukan pada dua variabel. Adapun uji Chi-Square menggunakan rumus :



²=



( − )² ( + )( + )( + )( + )



Dimana : ²



= Nilai chi-square = Jumlah sampel



a



= Kategori 1variabel dependen & independen



b



= Kategori II variabel dependen & independen



c



= Kategori I variabel dependen & kategori II variabel independen



d



= Kategori I variable dependen & kategori II variabel independen



45



Dengan intervertasi dalam pengujian hipotesis sebagai berikut : 1) Jika x² hitung < x² tabel atau ρ value x² tabel atau ρ value ≥ α 0,05 maka Ho diterima dan Hα ditolak. F. Penyajian Data Data yang diperoleh akan di sajikan dalam bentuk master tabel dan tabel independen sampel Chi-Square dalam bentuk SPSS. G. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian masalah etika merupakan yang sangat penting dalam penelitian karena berhubungan langsung dengan manusia, maka sebelum melakukan penelitian peneliti selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Plagiarisme Dalam penulisan sebuah kutipan/ide orang lain, peneliti menyebutkan sumber kutipan. 2. Manipulasi Peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti tidak memalsukan mengarang atau menciptakan data sendiri sesuai keinginan peneliti atau merupakan desain study yang tidak sesuai dengan kenyataan.



46



3. Indenpendensi Penelitian Dalam proses penelitian, peneliti selalu menjaga indenpendesi sebagai wujud pertanggung jawaban professional peneliti. 4. Informend Consent Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta persetujuan dari responden/objek peneliti dengan memberikan lembar peresetujuan responden agar responden mengerti maksud dan tujuan peneliti serta mengetahui manfaat bersama dari hasil penelitian. 5. Anomomity Kerahasiaan identitas pribadi responden/objek penelitian sangat penting bagi peneliti untuk melindungi privasi maupun status social sesuai dengan persetujuan yang telah disepakati bersama. Dalam penelitian akan dijamin



kerahasiaan



data



dengan



cara



tidak



memberikan



atau



mencantumkan nama pada lembar alat ukur dan bahwa hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. 6. Confidentiality Penelitian memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi



maupun



masalah-masalah



lainnya



yang



ada



pada



responden/objek penelitian, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset. .



47



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Makassar dimulai pada tanggal 12 Maret sampai dengan tanggal 12 Juni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan rawat gabung dengan kelancara produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Makassar tahun 2019. Hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, penelitian ini menggunakan desai penelitian dengan metode Cross Sectional dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Non Probability Sampling yaitu teknik Purposive Sampling. Sampel diambil dari RSUD Kota Makassar sebanyak 30 orang. Setelah itu, data yang berasal dari observasi di periksa kelengkapanya, lalu diberikan kode sesuai dengan kategori masing-masing. 1. Karakteristik Responden Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden di RSUD Kota Makassar tahun 2019, maka disajikan pada table sebagai berikut :



48



a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan umur ibu di RSUD Kota Makassar Umur < 20 tahun 20 – 30 tahun >30 tahun Jumlah



Frekuensi 2 14 14 30



Presentasi 6.7 46.7 46.7 100



Sumber : data primer 2019 Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa dari 30 (100%) responden umur terbanyak adalah 20-30 tahun yaitu sebanyak 14 (46,7%), >30 tahun yaitu sebanyak 14 (46,7%) dan umur terendah adalah 2 Total Sumber : data primer 2019



18 30



60.0 100



50



Table 4.4 di atas menunjukan bahwa dari 30 (100%) responden paritas terbanyak adalah > 2 yaitu sebanyak 18 (60,0%) dan paritas terendah adalah ≤ 2 yaitu sebanyak 12 (40,0%). 2. Analisis Univariat Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variable yang diteliti baik independen (Rawat gabung) dan variable dependen (Produksi ASI). Data yang telah dikumpul kemudian diolah dengan hasil sebagai berikut : d. Rawat Gabung Table 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan Rawat GabungDi RSUD Kota Makassar Rawat Gabung Frekuensi Presentasi Ya



23



76.7



Tidak Total



7 30



23.3 100



Sumber : data primer 2019 Table 4.5 di atas menunjukan bahwa 30 (100%) responden rawat gabung terbanyak adalah Ya yaitu sebanyak 23 (76,7%) dan yang terendah adalah Tidak yaitu sebanyak 7 (23,3%).



51



e. Produksi ASI Table 4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan Produksi ASI Di RSUD Kota Makassar Produksi ASI Frekuensi Presentasi Lancar



21



70.0



Kurang Lancar



9



30.0



Total



30



100



Sumber : data primer 2019 Table 4.6 di atas menunjukan bahwa 30 (100%) responden produksi ASI terbayak adalah Lancar yaitu sebanyak 21 (70,0%) dan terendah adalah Kurang lancar yaitu sebanyak 9 (30,0%). 3. Analisis Bivariat Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Makassar. Uji statistik yang digunakan adalah Chi – Square. Distribusi responden menurut Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum dan hasil uji Chi-Square dapat dilihat pada table berikut :



52



Table 4.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik berdasarkan Analisis Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum Di RSUD Kota Makassar Produksi ASI Rawat



Lancar



Gabung



Kurang Lancar



Nilai



Total



n



%



n



%



n



%



Ya



21



70.0



2



6.7



23



76.7



Tidak



0



0.0



7



23.3



7



23.3



Total



21



70.0



9



30.0



30



100



p



α



0.000 0.05



Sumber : data primer 2019 Table 4.7 di atas dapat di interpretasikan bahwa dari 30 (100%) responden terdapat 23 (76.7%) ibu yang di rawat gabung dan di antaranya 21 (70.0%) ibu yang ASInya lancar dan 2 (6.7%) yang kurang lancar sedangkan terdapat 7 (23.3%) ibu yang tidak di rawat gabung dan di antaranya tidak ada ibu yang lancar ASInya dan 7 (23.3%) yang kurang lancar. Dari hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square test diperoleh ρ = 0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum.



53



B. Pembahasan Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah rawat gabung, karena dengan dilakukan rawat gabung maka ibu dan bayi di rawat dalam satu ruangan sehingga memungkinkan ibu lebih dekat dengan bainnya dan dapat memberi ASI secara on demand, serta terjalin kasih sayang antara keduanya dan akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, hal ini sesuai dengan teori bahwa pelaksanaan salah satu tujuan rawat gabung ini adalah penggunaan ASI (Astuti, dkk, 2014). Produksi ASI akan semakin cepat dan semakin banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Karena sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut disalurkan ke otak dan merangsang kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormone prolaktin. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jadi semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh kelenjar. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui ,merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak. (Astuti, dkk, 2014). Table 4.7 di atas dapat di interpretasikan bahwa dari 30 (100%) responden terdapat 23 (76.7%) ibu yang di rawat gabung dan di antaranya 21 (70.0%) ibu yang ASInya lancar dan 2 (6.7%) yang kurang lancar sedangkan



54



terdapat 7 (23.3%) ibu yang tidak di rawat gabung dan di antaranya tidak ada ibu yang lancar ASInya dan 7 (23.3%) yang kurang lancar. Dari hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square test diperoleh



ρ=



0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Evi Silviana Rahmawati di BPS Siti Al Firdaus Kabupaten Tuban 2014 hasil penelitian menunjukan dari 50 responden yang belum melakukan rawat gabung di dapatkan bahwa sebagian besar mengalami ASI yang tidak lancar sebanyak 29 ibu (58%) sedangkan sesudah dilakukan rawat gabung mengalami kelancaran ASI 37 ibu (74%) diperoleh nilai p =0,000 < α =0,05 maka Ho ditolak, yang menunjukan terdapat pengaruh antara pelaksanaan rawat gabung dengan kelancaran ASI pada ibu post partum. Berdasarkan hasil penelitian Wiwin Rohmawati dkk dari 35 responde terdapat 20 orang yang melakukan rawat gabung dimana 16 0rang (45,7%) yang berhasil menyusui dan 4 orang (11.4%) yang tidak berhasil menyusui. Sedangkan sebanyak 15 orang yang tidak melaksanakan rawat gabung terdapat 6 orang (17,1%) yang berhail menyusui dan 9 orang (25.7%) yang tidak berhasil menyusui terdapat 22 orang dan 13 orang yang tidak berhasil menyusui. Dengan menggunakan chi square didapatkan X2



hitung



=5,874,p=0,015 (p (X2) table. Dari hasil penelitian diketahui



adanya hubungan yang singnifikan antara



pelaksanaan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam meberikan ASI Ekslusif di Polindes Harapan Bunda Desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kedal. Hasil penelitian ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan Kontu Lusje dkk di Irina D Bawah BLU RSUT Prof.Dr. R.D. Kandau Manado tahun 2014 dengan hasil penelitian yang menunjukan dari 90 responden yang dilakukan rawat gabung berjumlah 65 responden (72,2%), dan tidak dilakukan rawat gabung berjumlah 25 responden (27,8%) sedangkan pada kelancaran produksi ASI pada ibu post partum normal di Irina D Bawah BLU RSUT Prof.Dr. R.D. Kandau Manado pada kategori lancar berjumlah 63 responden (70%) dan kategori tidak lancar berjumlah 27 responden (30%) dengan nilai p =0,001 < α =0,05 artinya ada hubungan antara rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum normal di Irina D Bawah BLU RSUT Prof.Dr. R.D. Kandau Manado. Beberapa tujuan rawat gabung di antaranya bantuan emosional, penggunaan ASI, pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan. Bantuan



56



emosional pada ibu dan bayi yaitu hubungan ibu dan bayinya sangat penting di tumbuhkan saat-saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayangnya dari segi penggunaan ASI dari segala bentuk pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Dan produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada hari-hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit. (Nunung, dkk, 2013). Teori di atas di dukung oleh penelitian yang dilakukan Ayu Nurul Kusuma 2016 rawat gabung memberikan kesempatan pada ibu untuk dekat dengan bayinya sehingga bayi dapat segera disusui dan frekuensi ibu memberi ASI akan lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami dimana bayi mendapat nutrisi yang paling sesuai dan baik. Hal ini akan menimbulkan refleks prolaktin yang akan memacu proses kelancaran produksi ASI. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari seluruh responden sebagian besar (81,1%) melakukan rawat gabung dan sebagian besar (70,3%) responden dengan produksi ASI cukup, yang berarti bahwa ada hubungan rawat gabung terhadap produksi ASI di Rumah Bersalin Harapan Bunda. Selain itu rawat gabung bertujuan untuk pencegahan infeksi. Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi dapat dihindari. Kolostrum yang mengandung anti bodi dalam jumlah yang tinggi, akan melapisi seluruh



57



permukaan mukosa dari saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi.kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap diare. Pendidikan kesehatan juga merupakan tujuan dari rawat gabung pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana tekhnik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makan yang baik, merupakan bahan-bahan makanan yang diperlukan si ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari bersalin. Berdasarkan hal tersebut diharapkan pada ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi makanan yang bergizi, mengandung kacang-kacangan sehingga ASI tetap lancar yang merupakan nutrisi penting untuk buah hati. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur maka produksi ASI akan berjalan lancar, wanita yang sedang



menyusui



juga



harus



mengkonsumsi



banyak



cairan



selain



mengkonsumsi berbagai makanan sehat. Cairan diperlukan dalam proses metabolise tubuh untuk menambah pasokan ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Pada ibu menyusui terhadap hormone oksitosin dimana



58



hormone oksitosin ini sangat berkaitan atau berhubungan dengan keadaan emosional atau psikologis ibu, jadi apabila keadaan psikologis ibu tertekan, sedih dan tegang akan menghambat pengeluaran hormone oksitosin yang akan mempengaruhu pengeluaran ASI yang dapat menimbulkan menurunnya volume ASI, serta melakukan perawatan payudara secara rutin juga baik untuk mencegah masalah-masalh umum yang timbul dimana perawatan payudara



bertujuan



untuk



melancarkan



sirkulasi



darah,



mencegah



tersumbatnya saluran susu dan mengatasi putting susu datar terbenam sehingga pengeluaran ASI lancar (Nugroho, 2013). Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat berasumsi bahwa dari 30 (100%) responden diantaranya 23 (76.7%) ibu dengan rawat gabung terdapat 21 (70.0%) ibu yang ASInya lancar dan 2 (6,7%) ibu yang ASInya kurang lancar. Hal ini dikarenakan bukan hanya faktor rawat gabung akan tetapi dari banyak faktor lain diantaranya nutrisi ibu, psikologi ibu, perawatan payudara, faktor isapan dan frekuensi penyusuan. Ibu mengatakan merasa lelah, asinya masih kurang, bayinya tidak rewel sehingga mengakibatkan ibu malas menyusui bayinya, dan putting susu ibu yang tenggelam sehingga kesusahan dalam menyusui bayinya. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan sangat berperan penting dalam produksi ASI, karena semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu maka produksi ASI dan pengeluaran ASI akan semakin banyak, hal ini dikarenakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu ujung saraf peraba



59



yang terdapat di putting susu terangsang, rangsangan tersebut di salurkan ke otak dan merangsang kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormone prolaktin, melalui sirkulasi prolaktin akan memacu sel kelenjar atau alveoli untuk memproduksi air susu. Jadi semakin sering bayi menyusu, maka semakin banyak prolaktin yang di produksi hipofisesehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh kelenjar. Pola istirahat juga sangat penting bagi ibu nifas yang menyusui karena faktor istirahat mempengaruhi produksi ASI, apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga kurang. Dan dari 7 (23.3%) ibu nifas yang tidak melakukan rawat gabung terdapat 0 responden yang ASInya lancar. C. Keterbatasan Peneliti Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Dimana dalam proses pemilihan responden terdapat beberapa ibu yang menolak untuk dijadikan responden 2. Tempat penelitian juga yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal peneliti 3. Waktu penelitian yang terbatas dikarenakan pada saat penelitian bersamaan dengan waktu perkuliahan dan pada saat meneliti sedang melakukan praktek klinik yang berbeda tempat dengan lokasi penelitian. 4. Terdapat beberapa ibu yang di rawat pada hari kedua sudah pulang dan tidak sampai pada hari ketiga sesuai harapan peneliti.



60



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Makassar tahun 2019 pada bulan Maret-Juni di simpulkan sebagai berikut : Terdapat hubungan rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Makassar tahun 2019 dengan nilai ρ = 0,000 < α = 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan



setelah



adanya



penelitian



ini,



mahasiswa



dapat



mengetahui lebih jelas mengenai rawat gabung dan dapat memberikan asuhan kebidanan terutama dalam melaksanakan rawat gabung 2. Bagi Tenaga Kesehatan Bagi profesi terutama bidan untuk tetap meningkatkan palayanan pada ibu dan bayi dengan memperhatikan pelaksanaan rawat gabung dan pemberian asuhan kebidanan semaksimal mungkin pada ibu nifas agar mengetahui cara yang tepat dalam merawat diri dan bayinya.



61



3. Bagi Lahan Penelitian Bagi tempat penelitian untuk tetap meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu dan bayi terutama penerapan system rawat gabung dan selalu memperhatikan sarana dan prasarana pelengkap rawat gabung, agar rawat gabung dapat terlaksana dengan baik dan berdampak besar pada ibu dan bayi. 4. Bagi Institusi Pendidikan Hendaknya



bagi



institusi



pendidikan



utamanya



pada



bagian



perpustakaan lebih di perbanyak lagi referensi atau buku bacaan mengenai rawat gabung. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hendaknya bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan dalam bentuk yang lebih kompleks dan rinci mengenai rawat gabung serta dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi. Sehingga dapat menjadi bahan acuan selanjutnya bagi yang ingin melakukan penelitian yang serupa pula. 6. Bagi Masyarakat a. Diharapkan kepada keluarga terutama ibu dapat mengetahui manfaat dari rawat gabung sehingga dapat meminta kepada petugas kesehatan untuk memperoleh rawat gabung sesegera mungkin



62



b. Di harapkan bagi ibu nifas agar menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja di butuhkan sehingga penggunaan susu formula pun dapat di hindari.



LAMPIRAN I SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada YTH : Calon Responden Di_Tempat



Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh Dengan Hormat, Dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Megarezky, Maka yang bertanda tangan dibawah ini: Nama



: Kartini



NIM



: 15 3145 301 040



Judul



: Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019 Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon ibu berkenan untuk putra/putri



ibu menjadi responden penelitian ini dengan mengungkapkan dengan jujur dan sesuai faktatanya. Informasi dari ibu sangat dibutuhkan untuk kepentingan pengetahuan serta akan kami jaga kerahasiaannya. Atas ketersediaan ibu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga budi baik ibu mendapat balasan dari Allah SWT. Amin Yarabbal Alamin



Makassar, …………………. 2019



Kartini



LAMPIRAN II LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN ( INFORMET CONSENT ) Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Megarezky Makassar Prodi Sarjana Terapan Kebidanan yang berjudul “Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Makassar Tahun 2019”. Tanda tangan saya ini menunjukkan bahwa saya berpartisipasi dalam penelitian ini dan diberi informasi.



Makassar, Peneliti



KARTINI



Responden



2019



LAMPIRAN III



LEMBAR OBSERVASI HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2019



A. Petunjuk Pengisian Lembar Observasi 1. Mengisi Identitas Responden dengan benar 2. Mengisi Kolom pada lembar observasi sesuai dengan hasil observasi B. Identitas Responden Nama



:



Alamat



:



Umur



:



Pendidikan terakhir



:



Pekerjaan



:



Paritas



:



No Tlp



:



Jenis Persalinan



:



C. Rawat Gabung Dilakukan rawat gabung No



Pengamatan



1.



Nifas hari ke- 1



Ya



Tidak



2.



Nifas hari ke- 2



3.



Nifas hari ke- 3



D. Kelancaran Produksi ASI Jawaban N



Pengamatan



o. 1. Indikator Ibu 1.



Keadaan payudara ibu tegang karena terisi ASI



2.



Ibu menyusui bayi tanpa jadwal



3.



Terlihat ASI merembes keluar melalui putting susu



4.



Frekuensi menyusui lebih dari 8 kali sehari



5.



Ibu rileks



2. Indikator Bayi 1.



Bayi BAK sebanyak 6 kali dalam waktu 24 jam dan warna urine bayi kuning jernih



Ya



Tidak



Ket



2.



Frekuensi BAB bayi 2-3 kali perhari dengan warna feses bayi kuning keemasan dan karakteristik fases bayi tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat



3.



Lama tidur bayi sehabis menyusui 2-3 jam



LAMPIRAN IV



MASTER TABEL HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2019



No Nama Umur Kode Pendidikan



Kode



Pekerjaan



Rawat Produksi ASI Gabung Kode Paritas Kode Kategori Kode Hr Hr Hr Hr Hr Hr 1 2 3 1 2 3 1 2 1 1 1 1 Ya 1 1 1 1 2 4 2 1 1 1 Ya 1 1 1 1



1 2



Ny N Ny H



24 33



2 3



SMA S1



3 5



IRT PNS



3



Ny A



19



1



SD



1



IRT



1



1



1



2



1



1



Tidak



2



2



2



2



4 5 6 7



Ny J Ny S Ny F Ny I



22 35 33 32



2 3 3 3



SMP SMP SMA SD



2 2 3 1



IRT IRT PEDAGANG IRT



1 1 4 1



3 5 2 3



2 2 1 2



1 1 1 1



1 1 1 1



1 1 1 1



Ya Ya Ya Ya



1 1 1 1



1 1 1 1



1 1 1 1



1 1 1 1



8



Ny R



30



2



SD



1



IRT



1



3



2



2



1



1



Tidak



2



2



2



2



9 10 11 12



Ny H Ny G Ny O Ny L



33 22 32 30



3 2 3 2



S1 SMA SD SD



5 3 1 1



P.SWASTA IRT IRT PEDAGANG



3 1 1 4



2 2 4 3



1 1 2 2



1 1 1 1



1 1 1 1



1 1 1 1



Ya Ya Ya Ya



1 1 1 1



1 1 1 1



1 1 1 1



1 1 1 1



13



Ny R



24



2



SMA



3



P.SWASTA



3



1



1



2



2



2



Tidak



2



2



2



2



14 15 16



Ny W Ny D Ny O



31 32 28



3 3 2



SMP SMA SMA



2 3 3



IRT IRT IRT



1 1 1



2 3 2



1 2 1



1 1 1



1 1 1



1 1 1



Ya Ya Ya



1 1 1



1 1 1



1 1 1



1 1 1



17



Ny M



33



3



S1



5



PNS



2



3



2



1



1



1



Ya



1



1



2



2



18



Ny S



26



2



SMA



3



IRT



1



3



2



2



1



1



Tidak



2



1



2



2



19 20 21



Ny P Ny L Ny R



32 34 27



3 3 2



SMA SD SD



3 1 1



PEDAGANG PETANI PETANI



4 5 5



3 5 1



2 2 1



1 1 1



1 1 1



1 1 1



Ya Ya Ya



1 1 1



1 1 1



1 1 1



1 1 1



Katogeri



Kode



Lancar Lancar Kurang Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar Kurang Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar Kurang Lancar Lancar Lancar Lancar Kurang Lancar Kurang Lancar Lancar Lancar Lancar



1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1



22



Ny A



30



2



SMA



3



IRT



1



4



2



1



1



1



Ya



1



1



1



1



23



Ny K



24



2



SMP



2



IRT



1



2



1



2



1



1



Tidak



2



2



2



2



24



Ny M



22



2



SMP



2



IRT



1



1



1



2



2



1



Tidak



2



2



2



2



25



Ny A



30



2



D4



4



PNS



2



3



2



1



1



1



Ya



1



1



1



1



26



Ny F



28



2



SMA



3



IRT



1



3



2



1



1



1



Ya



1



1



2



2



27



Ny R



35



3



SMA



3



IRT



1



3



2



1



1



1



Ya



1



1



1



1



28



Ny E



19



1



SD



1



PEDAGANG



4



2



1



2



2



1



Tidak



2



2



2



2



29 30



Ny L Ny D



37 36



3 3



SD SMA



1 3



IRT IRT



1 1



4 4



2 2



1 1



1 1



1 1



Ya Ya



1 1



1 1



1 1



1 1



Lancar Kurang Lancar Kurang Lancar Lancar Kurang Lancar Lancar Kurang Lancar Lancar Lancar



Keterangan : Umur 1 = < 20 2 = 20 - 30 3 = > 30



Pendidikan 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4 = D4



Pekerjaan 1 = IRT 2 = PNS 3 = PEGAWAI SWASTA 4 = PEDAGANG



Paritas 1=≤2 2=>2



Rawat Gabung 1 = Ya 2 = Tidak



Produksi ASI 1 = Lancar 2 = Kurang Lancar



1 2 2 1 2 1 2 1 1



DAFTAR PUSTAKA



Arjulia Lidia Sari & Yulaikhah Lili. Gambaran Tingkat Pengetahuan ibu Menyusui Tentang ASI Ekslusif Di Puskesmas Gamping 2 Sleman Yogyakarta tahun 2017. Astuti sri, Dewi Tina Judistiani. Rahmiati Lina, Indra Ari Susanti. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung, Erlangga. Astutik Reni Yuli,2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Cetakan Pertama. CV. Trans Info Media : Jakarta Carsel HR. 2018. Metode Penelitian Kesehatan dan Umum. Madura: Ajrie. Depkes. 2015. Riset Kesehatan Dasar. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Dewi, Vivian, dkk.2014 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Madika. Farrer dan helen, 2015. Perawatan Maternitas, Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta : EGC. Heryani, 2012, Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Menyusui, Trans Info Media, Jakarta. Janiarwaty. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan Pelaksanaan Ibu, dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI ekslusif. Tesis. Jurusan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kamus Besar BH. 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Medika : Jakarta. Ke 3, Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Lusje, Kontu, et al. 2014. Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum Normal di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.Kondou Manado. JIDAN: Jurnal Ilmiah Bidan. Marmi, 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas ’’Puerperium Care‘’ Cetakan Maryunani, Anik, 2012, Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi, TIM, Jakarta.



Mochtar, 2015. Sinopsis Obsterti Operatif dan Sosial. EGC. Jakarta. Nugroho, T. 2013. Asi dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika Nunung Nurjannah Siti, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum Dilengkapi Dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea. Bandung : PT Refika Adimata. Nurdiyanah dan Nildawati. 2014. Perilaku Pemberian ASI Ekslisif di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar. Public Health Science Journal ; 6. Nurjannah, S.N, Dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung : Pt Refika Aditama. Permatasari Erlinda. 2015. Hubungan Asupan Gizi dengan Produksi ASI Pada Ibu yang Menyusui Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Sewon 1 Bantul Yogyakarta. Prawirohardjo Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. 2008. Jakarta: PT. Bina Pustaka. Rekam Medic RSUD Kota Makassar tahun 2018. Safitri Indah. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di Desa Bendan Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali tahun 2016. Saleha, Sitti. 2013.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Saleha,2014. Jurnal Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika. Saryono, dkk. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Setiawan A & Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Dii, Div, Si, Dan S2, Yogyakarta; Nuha Medika. Sri Susanti Fransiska. 2014. Buku Indonesia Menyusui. Jakarta : PT Mizan Klaten : BOSSSCRIPT. Wardani, 2015, Pengaruh Yoghurt Kurma Sebagai Pelancar Air Susu Ibu, Yogyakarta.



Warsini, Aminingsih Sri, Ayu Rizky Fahrunnisa. Hubungan Antara Jenis Persalinan dengan Keberhasilan ASI Ekslusif di Kecamatan Bali Kabupaten Sukoharjo tahun 2015. Wulandari, S & Handayani, Sri. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta; Gosyen Publishing. Yefi, M & Nyna Puspita. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.