Sop 150318210259 Conversion Gate01 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

B. PEKERJAAN DESIGN DAN PENGUJIAN BETON



1. LINGKUP PEKERJAAN Membuat rencana kerja yang berisi metode kerja, komposisi campuran, jadwal pelaksanaan, lokasi sumber/ merk material, peralatan yang digunakan, laboratorium dan hal lain lain yang diperlukan untuk kesempurnaa rencana kerja ini. 2. TAHAPAN CARA PELAKSANAAN a. Setelah didapat semua material, peralatan, maka diadakan pengujian air masing masing jenis material di laboratorium untuk mendapatkan hasil/data yang akan digunakan sebagai acuan percobaan perbandingan/komposisi campuran/ volume . Dibuat komposisi campuran dengan beton mixer/ molen dan pengambilan sample langsung dari beton mixer dengan ember atau alat yang tidak menyerap air, kemudian dituangkan ke dalam cetakan kubus / silinder yang sudah disediakan. b. Dalam 3 lapis, dimana masing masing lapis ditusuk 10 kali dengan tongkat baja diameter 16mm sampai permukaan beton nampak mengkilat. c. Kubus kubus/ silinder benda uji tersebut yang baru dicetak/ dibuat minimum 20 buah dan harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan ditutupi dengan karung/ kertas semen basah selama minimum 2x 24 jam, kemudian diberi tanda dan disimpan dengan hati hati, setelah itu benda uji dibuka dari cetakan dan direndam dalam air agar dicapai hasilyang maksimal. d. Untuk masing masing kubus / silinder terdiri dari 3 kali test yaitu untuk umur beton 7,14, dan 28 hari dan dilakukan pengetesan di laboratorium. 3. ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL a. Peralatan : - Beton mixer dengan kondisi yang siap pakai dan kapasitas disesuaikan dengan volume. - Slump test yang masih erbentuk kerucut baik dan lengkap dengan alat bantunya. - Kubus/ silinder dengan keadaan masih baik ukurannya dan tidak rusak. - Peralatan pendukung lainnya. b. Material : - Semen dengan sumber/ merk yang sama, menyediakan tempat/ gudang penyimpanan. - Agregat kasar yang digunakan harus kasar tidak porous, permukaanya kasar, bersih dari lumpur. - Agregat halus/ pasir dapat diambil dari sungai diperoleh gradasi yang sesuai dengan keperluan. - Air yang digunakan harus air tawar dan tidak boleh mengandung minyak, alkali, garam, sulfat, bahan organis atau material lain yang dapat mempengaruhi kualitas beton.



-



Bahan campuran tambahan (admixtures) penggunaanya harus mengikuti rekomendasi dari pabrik dan hanya bias digunakan bila diperlukan dan mendapat persetujuan dari PLN.



4. ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3 a. Tenaga/ personil lab sangat menetukn kualitas beton, terutama membuat mix design. b. Tenaga personil pengawas/QC untuk mengawasi mulai dari kualitas material dan setiap produksi beton. c. Tenaga/ personil pengawas keselamatan kerja (safety officer) mengawasi setiap kegiatan yang nantinya akan membahayakan keselamatan pekerjaan. 5. PENGENDALIAN MUTU Setelah dilaksanakan semua pekerjaan dan didapatkan hasil akhir dari percobaan campuran komposisi sampai pengetesan kekuatan tekan benda uji terpenuhi sesuai dengan peraturan : Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971 NI 2), Standart Industri Indonesia (SII), American Concrete (ACI) , maka hasil yang terbaik dan dipakai selama pelaksanaa pekerjaan dan dilakukan pengawasan yang ketat terhadap semua produksi beton.



C. PEKERJAAN : PELAKSANAAN PENGECORAN



1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini meliputi pengadaan material, transportasi, peralatan kerja dan tenaga kerja, pembuatan cetakan , pembesian, pemeliharaan dan pekerjaan pendukung lainnya. 2. TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN a. Persiapan pengecoran membuat metode, posisi, dimensi cetakan/bekesting,besi tulangan material/peralatan yang arus ditanam dalam beton dan harus bersih dari kotoran sampah, lumpur, genangan sehingga benar benar kering. Selain itu kesiapan pengecoran termasuk juga kesiapan material , peralatan , tenaga kerja dan bila pelaksanaan pengecoran harus dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan system penerangan yang memadai dan pengecoran harus dihentikan pada saat hujan kecuali sebelumnya telah disiapkan cover / terpal tenda. Penempatan material dan peralatan diusahan berdekatan dengan lokasi pengecoran serta persiapan persiapan lain yang diperlukan untuk pelaksaan pengecoran. b. Pengadukan dengan beton mixer kapasitas minimum 0,35 m3 dan tenaga operator yang handal untuk mengoperasikan peralatan beton mixer. Beton mixer harus disediakan dalam jumlah yang cukup, peralatan bantu untuk mengangkut dan mengukur komponen material



campuran beton (air, pasir, kricak, dengan perbandingan volume / isi yang mengacu pada ukuran berat / volume/ isi zak semen , lama pengadukan harus disesuaikan dengan kapasitas beton mixer yang dipakai. c. Transportasi pengadukan harus segera diangkut ke tempat pengecoran dengan metode yang dipilih tidak boleh menyebabkan terjadinya pemisahan bahan campuran beton ( segregasi) dan dijaga jangan sampai terjadi perubahan / naiknya temperature ataupun berubahnya kadar air dalam adukan. Adukan harus segera dituangkan ke tempat pengecoran/ ccetakan secepatnya dan lebih daari 30 menit adukan tersebut harus dibuang/ disingkirkan tidak boleh dipakai lagi. d. Pengecoran dilaksanakan dengan hati hati agar tidak merusak cetakakan / bekesting dan merubah posisi besi tulangan atau posisi peralatan yang ditanam dalam beton. Pengecoran dilaksanakan lapis per lapis secara horizontal diatur sedemikian rupa tidak menimbulkan bidang pelemahan, setiap lapisan harus dipadatkan dengan mesin penggetar, sehingga menjadi homogeny dan tidak berongga dan mengisi celah celah diantara besi tulangan , lamanya divibrator tergantung dari ukuran dan type mesin yang digunakan sampai permukaan beton. 3. ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL a. Beton mixer yang digunakan harus bisa memberikan hasil yang memadai apabila terjadi kerusakan harus segera diperbaiki atau dikeluarkan dari pekerjaan untuk diganti dengan yang lebih baik, proses perbaikan/pergantian mixer tersebut tidak boleh mempengaruhi kelancaran. b. Vibrator mesin digunakan pada saat pengecoran beton dan ini harus disediakan agar didapatkan hasil beton yang memnuhi persyaratan. c. Konstruksi talang dipergunakan apabila diperlukan di lokasi yang agak suliit posisi pelaksanaan pengecoran dan talang dibuat dari bahan kedap air, tinggi jatuh adukan beton tidak boleh lebih dari 0,50m. Kubus/ silinder test dipersiapkan dalam jumlah yang sudah disesuaikan dengan kapasitas / volume pengecoran beton pada hari itu . Slump test dan alat bantu(plat, alat tusuk, meteran), dan alat compressor untuk membersihkan lokasi pengecoran. d. Pengadaan dan stock material semen, pasir, kricak, air harus dalam jumlah yg memadai dan kualitas yang sama seperti di desain ( mix desain). 4. ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3. a. Menempatkan tenaga supervisor yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengecoran , surveyor pengawasn terhadap vertical dan horizontal cetakn, tiang batu untuk finishing, tukang kayu apabila terjadi perubahan / kerusakan pada cetakan pengecoran cepat dapat diatasi. Operator beton mixer yang mengoperasikan mesin selama pelaksanaan pengecoran berlangsung, lab staf yang menyiapkan/ membuat kubus/ silider test, QC staf yang mengawasi kualitas dari adukan/ campuran produksi pengecoran beton dan safety officer yaitu yang mengawsi k2 dan mengecek semua fasilitas pendukung pengecoran apakah layak/ tidak layak dilihat dari keselamatan pekerjaan.



5. PENGENDALIAN MUTU a. Dalam pelaksanaan pengecoran beton harus dilihat, dijaga dan dipelihara dari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh benturan cuaca, perubahan temperature yang tiba tiba dengan melakukan pembashan pada permukaan beton dengan b. Menggunakan karung atau kertas semen basah yang sejenis secara terus menerus selama 2x24 jam dan paling utama adalah diadakan pengawasn ketat terhadap perbandingan komposisi campuran yang dipakai serta dalam pelaksanaan pengadukan campuran sampai ketempat lokasi pengecoran.



D. PEKERJAAN : PEMANCANGAN



1. LINGKUP PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan pemancangan mencakup pekerjaan pengukuran (stacking out) untuk menentukan posisi masing masing tiang pancang, pemancangan, data pemancangan dan pekerjaan pekerjaan penunjang lainnya. 2. TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN a. Tempatkan peralatan material tiang pancang sedekat mungkin dengan titik yang akan dipancang selanjutnya diberi nomor/ tanda pada setiap setengah meter dengan cat berwarna yang mencolok, kepala tiang pancang harus mempunyai permukaan yang rata dan diberi topi( pile cap) yang erbuat dari baja atau kayu yang keras untuk dipakai pada saat pemancangan apabila tiang pancang retak pada waktu dipancang pemancangan harus dipancang dengan lurus pada posisi yang telah ditentukan diikuto oleh surveyor agar tidak terjadi penyimpangan pemancangan yang melebihi batas toleransi dan dimulai dari titik yang paling ujung agar sekalgus hasilnya dapat digunakan sebagai referensi untu menentukan jarak antara tiang pancang selanjutnya dengan kedalaman yang ditetapkan dalam gambar pelaksanaan dan kepala tiang pancang yang lebih harus dipotong sesuai posisi cut off pada gambar pelakasanaan. b. Selanjutnya harus membuat data monitoring pemancangan untuk setiap tiang pancang yang meliputi material tiang, nomor tiang, dimensi tiang, tanggal pelaksanaa pemancangan , data jumlah pukulan pada setiap kedalaman dan data data lainnya yang diperlukan untuk laporan monitoring pemancangan. 3. ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL a. Peralatan pancang kayu yang diunakan type drop hammer dimana berat palu minimum 200 kg dengan tinggi jatuh diperkirakan maksimum 4 meter.



b. Material pancang harus sesuai macam, bentuk dan dimensinya seperti pada gambar pelaksanaan dan cukup tua, kering , lurus, mempunyai texture yang relative sama dengan serat serat yang lurus serta bersih dari retakan retakan lubang lubang serangga, jamur pembusukan, pelapukan melintir dan cacat cacat lain yang akan mengurangi kekuatan kayu. 4. ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3 Supervisor yang harus bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemancangan dan surveyor melaksanakan pengukuran penentuan posisi/ letak titik tiang yang akan dipancang diteruskan dengan memonitor kelurusan arah vertical pada saat pelaksanaan pemancangan. Operator alat pancang harus orang yang mengerti cara pengoperasian alat pancang tersebut dengan baik dan cara pelaksanaan pemancangan, sedangkan staf safety/k3 tugasnya mengontrol kesiapan peralatan yang akan dipergunakan apakah kondisinya aman dari segi keselamatan pekerjaan, serta menempatkan peralatan dalam posisi aman. 5. PENGENDALIAN MUTU Pekerjaan ini harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal mulai dari pengadaan material tiang pancang, penggunaan peralatan pancang , cara pelaksanaan pemancangan sampai dengan personilnya yang biasa dan mengerti tentang cara melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan yang paling dominan dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan setiap pelaksanaan pekerjaan pemancangan.



E. PEKERJAAN : PEMBUATAN WIRING DIAGRAM



1. LINGKUP PEKERJAAN -



Design/ pembuatan wiring diagram Perencanaan Persiapan personel dan peralatan Design verifikasi Design review Review, approval dan registrasi



2. TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN Prosedur dalam proses design dan development work adalah merencanakan secara matang yang berisi seperti dokumen yang baik dan benar sesuai dengan permintaan dari customer dan standar yang telah ditetapkan dan yang dipergunakkan.



Perencanaan Sebelum aktifitas dimulai, perencanaan dari proses desain harus dibuat dan terdokumentasi, yang berisi tentang semua aktifitas termasuk mayor verifikasi dan yang bertanggung jawab terhadap aktifitas kerja tersebut dan perencanaan harus dimonitor dan di update sesuai dengan progress yang telah dilaksanakan. Persiapan personel dan Peralatan Dalam proses dsain perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan personel yang sesuai handal dan berkompeten dalam pelaksanaan pekerjaan ini dimana personel tersebut diberikan informasi dan peralatan dan equipment yang memadai untuk kelangsungan proses desain ini serta diberikan fasilitas terhadap personel computer software dan dibutuhkan serta memadai untuk kelengkapan dan menyelesaikan proses pembuatan ddesain dalam hal ini pekerjaan pembuatan wiring diagram. Data Input Dasar dari data input yang dibutuhkan untuk memulai proses desain harus terdokumentasi dengan rapi dan baik dan dokumen tersebut dasar dari pembuatan wiring diagram ataupun desain yang lain seperti data spesifikasi dari customer/ dokumen konttrak dan standar standar yang berlaku serta yang dipergunakan yang mana dokumen tersebut adalah valid dokumen yang telah disepakati antara penjual dan pembeli. Proses desain Dalam proses desain dimana hasil desain / output desain adalah output dari dokumen kontrak yang telah diberikan dan yang telah disepakati dimana hasil desain dapat meliputi front view/ layout, civil engineering, wiring diagram, terminal diagram maupun data komponen yang dipergunakan serta kalkulasi dan safety analisa maupun teknikal informasi yang lain yang biasa dipergunakan oleh sales, spesifikasi ataupun artikel artikel yang diperlukan guna produksi ataupun purchasing dan aspek aspek ataupun kriteria-kriteria guna penggetesan dan inspeksi Desain Verifikasi Proses selanjutnya adalah proses desain verifikasi yang mana bisa melaui proses desain review, yang mana proses desain review harus dilakukan oleh personel yang berkualitas ataupun review gambar dan output desain yang lain juga harus direview oleh spesialis yang mempunyai kompetensi yang baik. Desain Review Desain review harus diatur dan dibuat oleh engineer manager dimana dalam proses desain review dapat meliputi beberapa personel yang terlibat dalam pekerjaan proses desain.



Approval dan Registrasi Sebelum output desain dikirim, dokumen control akan direview dan output desain tersebut harus dicek kebenarannya sesuai dengan permintaan kustomer dan harus teregister. Registrasi dari dukumen tersebut dapat meliputi judul dokumen, tanggal, revisi terakhir dan penanggung jawab departemen. Distribusi Ketika dokumen terdistribusi maka informasi yang didistribusi harus informasi terakhir dan yang terkontrol guna kelangsungan pekerjaan / permintaan pelanggan. 3. ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL Dalam menganalisa pengerahan peralatan dan material maka hal itu harus disesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang diterima seperti kennbutuhan akan gambar bias dipersiapkan computer yang berisi software software yang diperlukan (autocad), printer, kertas, stempel stempel dan lain lain. Sedangkan material yang dipergunakan harus material yang handal, terjamin mutunya, sesuai dengan permintaan pelanggan dan murah dan berkualitas, sehingga pelanggan akan merasa puas dengan hasilnya. 4. ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3 Dalam pengerahan personel maka dituntut personel personel yang handal berkualitas serta bertanggung jawab dan dapat bekerjasama satu dengan yang lain dan selalu memperhatikan K3. 5. PENGENDALIAN MUTU Mutu dari pekerjaan harus selalu dijaga kelangsungannya sehingga tujuan dari proses dapat terjaga dan tercapai.



F. PEKERJAAN : STEEL SUPPORT DAN PERALATAN TEGANGAN TINGGI



1. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan ini adalah perakitan bagian bagian rangka besi untuk masing masing material, pemasangan struktur baja pada pondasi pengaturan level pemasangan dan pengecekan kekencangan torsi. 2. TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN



Ada beberapa cara untuk mendirikan atau merakit rangka besi tergantung pada bentuk dan jenisnya. Tetapi dalam hal ini akan kita khususkan untuk rangka besi di suatu gardu induk atau sejenis (tower). Kita lihat dulu cara pemasangan pada beton atau pondasi. Ada yang memakai anchor, ada yang dimasukkan dalam lubang dan dicor beton jadi tanpa anker. Yang kita pasang sekarang adalah yang langsung dipasang dengan baut anchor. A. SUPPORT DUDUKAN PERALATAN Kita lihat dudukan peralatan yang agak bersamaan bentuknya untuk dudukan : - Current Transformer - PT - LA - Insulator Post ( Post Isolator). Karena beratnya hanya sekitar beberapa Kg, maka dapat kita rangkai di bawah/ di luar pondasi, baru setelah itu kita pasangkan (pre-assembly).Bila jumlahnya cukup banyak, maka lebih baik bila kita pasang pada mulanya di suatu dudukan yang telah lita level datar.Setelah besi kita rangkai, maka sekalian kita set posisi vertikalnya hingga baik. Baut dapat dikeraskan sekaligus, dan nantinya baru dipindahkan pada pondasi.Pengerasan baut sesuai dengan batas yang diizinkan.Tentu cetakan tersebut harus sesuai dengan ukuran jarak anchor baut. Bilamana dudukan dudukan tersebut relative kecil/sedikit, tidak perlu kita buatkan penyetelan sementara. Cukup langsung dirangkai di bawah, dan kita dapat langsung memasang ke anchor, hanya baut baut rangka jangan dikeraskan , cukup dengan tangan, dan masih bias bergooyang, baru setelah pengelotan dikeraskan baut baut tersebut. Beri tanda tanda sendiri untuk ketinggian agar mempermudah penyetelan/ vertical. Setelah penyetelan vertical selesai, perlu dicek kembali ketinggiannya dengan teodolit.



B. ISOLATOR PEMISAH TENAGA (DISCONNECTING SWITCH)



Kita pasang satu per satu atau kita sesuaikan dengan bentuknya.Bermacam macam bentuk kita temui disini. MIsalnya untuk system 70 kV/150kV ASEA, belum tentu sma dengan bentuk lain (CGEE) juga gergantung dari komposisi atau susunan gardu induk tersebut, itu untuk pemisah pada busbar. Ada juga yang hanya memakai besi kanal. Posisi/ jenis rangka hamper sama dengan cara untuk dudukan PT/CT. Hanya perbedaan disini kita kopel menjadi satu, jadi caranya tidak jauh beda dengan cara pemasangan item 1. C. ISOLATOR PEMUTUS ARUS ( CIRCUIT BREAKER)



Untuk dudukan sudah dari pabrik berikut peralatan. Dalam penyetelan kita harus betul betul mengikuti petunjuk, terutam jarak, jadi harus kita ambil langkah sbb: a. Ukur jarak anchor, sesuai gambar. Bila terjadi selisih jarak, lebih dari 2 cm, maka kita harus mengambil langkah langkah untuk penyesuaian.Tetapi hal ini jarang terjadi , karena sebelum pengecoran beton anchor bolt , kita sudah mengukur jarak jarak pada plat cetakan (template). b. Setel satu per satu langsung pada anchor, setelah diadakan cek ketinggian. c. Level harus benar benar baik untuk vertical maupun horizontal. d. Ukur kembalu jarak jarak lubang, antara as/ sumbu, sesuai dengan gambar petunjuk dari pabrik. (pemutus tenaga) Hal tersebut untuk menjaga agar penyetelan CB tidak sulit.Baik yang bersifat satu per satu, maupun yang tergabung jadi satu. Untuk yang satu per satu / tergabung, jadi yang harus lebih teliti adalah yang digabung menjadi satu (terkecuali untuk type SF6 dari CGEE/Alsthom, Penyetelan / leveling dijalankan seperti yang kita jelaskan untuk yang lain. D. POST (TIANG) TOWER Kita persiapkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Peralatan kerja, tambang, patok-patok untuk skor, kunci yang diperlukan. 2. 3 batang bamboo yang diikat menjadi satu untuk menarik, atau bila ada crane 3 ton (hiap) kita akan lebih cepat (bamboo adalah bamboo betung diameter +- 15cm. 3. Persiapkan material/besi besi yang akan dirangkai sesuai dengan tanda tanda material dan jangan salah mengenai posisi dari tiang utama, untuk baut tangga, sambungan gelagar dll.Misalnya: - Posisi kanan/kiri - Letak dari pada baut panjat (step bolt) - Letak sambungan dan pemasangan beam Bila siap, maka secara sederhana, kita dirikan dulu yang telah kita persiapkan. Kita usahakan agar bambu agak condong pada posisi yang akan kita tarik 6-10 derajat. Setelah semua siap, kita bisa memulainya.Tiang tiang tersebut kita rangkai satu per satu, mulai dari tiang utama sampai dengan diagonal batang batang besi. Penjelasan ini bisa kit abaca dari gambar/cara cara pemasangan, untuk pemasangan tower (disini untuk 150kV tower pada gardu induk). Mengenai pemasangan, sama sekali kita tidak menemukan kesulitan. Yaitu dengan system satu persatu tiang A atau B, atau diberikan rangkaian sebagian. Bila satu per satu, kita harus sedia tambang untuk skur agak banyak.



E. PENYETELAN DAN PEMASANGAN GELAGAR



Pada dasarnya penyetelan kerangka untuk gelagar dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Rakitlah gelaga di bawah, sesuai dengan letak dan gambar. Berilah papan atau kayu sebagai tumpuan. 2. Perhatikan letak sambungan dan lain-lain untuk main structure (besi utama gelagar). Usahakan baut dikeraskan dengan tanpa kunci. Bila penyetelan ini telah selesai, maka ada beberapa hal yang perlu kita lakukan: - Ukur panjang gelagar sesuaikan dengan gambar. - Perhatikan lengkungan saat penyetelan. Biasanya sekitar 0.3% sampai dengan 0.4% dari panjang. Hal ini untuk menghindari saat pemasangan gelagar melengkung karena pengaruh gaya berat. 3. Setelah poin a & b dilaksanakan seluruhnya, maka beam/Gelagar dapat dikencangkan sesuai dengan label pengencangan baut. Tentunya dengan Tork meter. Setelah selesai pengencangan lakukan pengecekan ulang pengerasan baut. F. CARA PEMASANGAN GELAGAR 1. Berilah skor pada tiang/tower yang akan dipasang Gelagarnya, terutama bila tiang berdiri sendiri. 2. Pasang peralatan untuk mengangkut gelagar pada dua sisi tower dengan pelaksanaan sebagai berikut: - Persiapkan tambang-tambang dan lain-lain untuk menjaga posisi gelagar. - Beam atau gelagar mulai kita tarik ke atas dengan B.V hingga bisa terpasang. - Untuk kemudahan, kebutuhan tenaga harus diutamakan disesuaikan dengan kebutuhan. Misalkan setiap B.V. dengan 3 orang: 2 orang diatas untuk masaing-masing tiang serta 1 orang memegang tali. - Saat letak beam pada posisi tower paling atas sehingga tidak ada tempat untuk pengangkatan. Maka hal harus kita lakukan: - Menambah tiang untuk memasang tackle block dengan besi/pipa yang mampu untuk menarik beban tersebut diatas. Untuk keamanan tambahan tiang diperkuat dengan skor. 3. ANALISA DAN PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL Peralatan yang digunakan pada tahapan ini antara lain balok, katrol, tambang, tree port dan peralatan toolkit. 4. ANALISA PENGARAHAN PERSONIL DAN K3 Supervisor harus bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan perakitan steel structure yang harus sesuai dengan approval drawing yang telah disetujui. Supervisor melaksanakan pengukuran penentuan posisi/letak steel structure yang akan dipasang pada pondasi, diteruskan



dengan memonitor kelurusan arah vertical. Operator haruslah orang yang mengerti cara pengoperasian peralatan yang digunakan dengan baik dan cara pemasangan. Sedangkan staff safety/k3 bertugas mengontrol kesiapan peralatan yang akan digunakan apakah dalam kondisi aman dari segi keselamatan pelaksanaan pekerjaan, serta penempatan posisi peralatan ditempatkan dalam keadaan aman. Begitu juga dengan semua personil yang ikut terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan harus memperhatikan kelengkapan keselamatan kerja/safety disamping kondisi personil dalam keadaan sehat. 5. PENGENDALIAN MUTU Hasil pekerjaan yang dilakukan harus mendapatkan hasil yang optimal, mulai dari perakitan steel structure, penggunaan peralatan pemasangan steel structure, pemasangan pada pondasi, pengukuran ketepatan posisi steel structure sampai dengan personilnya yang bisa dan mengerti tentang cara melaksanakan pekerjaan ini dengan baik. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan steel dilakukan dengan pengawasan/ quality control (QC) yang ketat pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.



G. PEKERJAAN: PENGHANTAR/ CONDUCTOR AAAC 1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan diantaranya pengecekan informasi terhadap jarak/span tarikan, besar gaya tarik dan andongan yang terjadi pada saat penarikan (Sagging), selanjutnya dilakukan pengukuran tarikan serta andongan, pemasangan AAAC sesuai dengan cara pengepressan, pemasangan insulator pada gelagar dan penarikan AAAC. 2.



TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN



Over Head Wire Tensioning Kita tinjau saja pada umumnya, cara-cara penarikan kawat udara, bail untuk Bay system atau busbar. Biasanya sudah ada beberapa perhitungan dari fabric penghantar, dari kekuatan tarik suatu penghantar. Juga dari jarak/span, sudah ada tabel tarikan, dimana sudah tertera ketentuanketentuan sebagai berikut: - Jarak/span tarikan - Besar gaya tarik yang diijinkan untuk penghantar - Andongan yang akan terjadi sewaktu penarikan (sagging)



-



-



-



-



-



-



Dengan adanya ketentuan diatas, maka mutlak kita perlukan alat-alat untuk pengukuran tarikan serta andongan, misalnya dynamo meter, water pas sagging, juga klem tarik (comelong). Untuk persiapan-persiapan lain , perlu kita lihat cara pemasangan klem tarik (strain clamp, atau dead and compression). Klem tersebut terpasang pada ujung-ujung conductor/penghantar. Apabila conductor busbar atau cross bar menggunakan jenis ACSR, maka pelaksanaannya berbeda dengan AAAC. Sebagai contoh sekarang adalah pelaksanaan pengkleman ACSR pada Dead and Compression (Clem mati yang di press) kita press ujung kabel/ACSR, sesuai dengan caracara pengepresan. Pertama adalah press kawat bajanya setelah itu baru alumuniumnya. Siapkan rangkaian insulator tarik (tension string insulator) complete (tension string insulator and accessories). Pasangkan insulator beserta conductor digantung pada gelagar, dengan panjang AAAC yang kita perkirakan, kurang lebih sebagai berikut: A = (S-2L):1,2 Dimana : A = Panjang conductor (ACSR atau AAAC) S = Jarak Span, diukur dari as tengah tower L = Panjang String insulator beserta peralatannya. Bila kita merasa ragu, berilah kelebihan agar tidak susah dalam penarikan. Lakukan penarikan sesuai dengan cara-cara pemasangan block tackle dan lain-lain seperti gambar. Saat menarik conductor tersebut, bila gaya tarik yang sudah diijinkan dalam tabel tercapai, maka perlu kita lihat andongan. Kita perkirakan saja dahulu, apakah sudah cukup? Tetapi dapat juga kita ukur dengan water pass sagging. Tetapi bilamana terjadi andongan sudah cukup (perkirakan) atau sudah terlalu renggang, sedangkan gaya tarik belum tercapai, kita hentikan penarikan tersbeut. Hal ini bisa terjadi beberapa penyebab rasionya perhitungan yang salah, atau hanya karena salah cetak dalam tabel. Atau kadang kala material kurang sesuai dengan tabel sagging. Bila hal-hal tersebut sudah kita musyawarahkan, ketentuan mana yang dipakai, maka kita bisa meneruskan pekerjaan penarikan tersebut (biasanya andongan/sagging yang dipakai). Setelah sagging tercapai, maka berilah tanda pada conductor pada letak yang mau dipasang klem. Pengurangan panjang string insulator bisa diukur dibawah. Turunkan lagi conductor tersebut. Perlu kita ingat, bahwa sewaktu pengepressan akan terjadi penambahan panjang. Jadi bilamana tidak memakai turn buckle (alat atau peralatan untuk mengatur tarikan) kita harus lebih berhati-hati.



-



3.



Setelah conductor di press, kita bisa segera menarik lagi. Ada dua cara penarikan, yaitu dengan insulator string kita tarik lagi, atau conductor saja. Untuk 150 kV bisa langsung dengan string insulator.



ANALISA PENGARAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



Dilakukan pengecekan terhadap jarak tarikan, besar gaya tarik dan andongan yang terjadi pada saat dilakukan penarikan. Pengukuran tarikan dengan menggunakan dynamo meter, water pass sagging dan juga klem tarik (comelog). Selain itu diperlukan blok tackle untuk pekerjaan tarikan ACSR. 4.



ANALISA PEKERJAAN PERSONIL DAN K3



Supervisor harus mengetahui prosedur-prosedur pemasangan dan ketentuan perhitungan pemasangan dengan baik. Pekerjaan dilakukan dengan menggunakan peralatan K3 seperti menggunakan safety belt, helm, safety shoes. Supervisor harus mengawasi langsung pada saat pemasangan dilakukan. 5.



PENGENDALIAN MUTU



Dalam pelaksanaan hasil pekerjaan yang dilakukan harus mendapatkan hasil yang baik dengan kesesuaian jarak tarikan, besarnya gaya tarik, andongan yang terjadi pada saat tarikan dan pemasangan insulator. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan dilakukan dengan pengawasan/quality control (QC) yang ketat pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.



H. PEKERJAAN : PEMASANGAN PERALATAN GARDU INDUK 150 KV 1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan diantaranya pemasangan seluruh material 150 kV equipment : Transformer, CB, DS, DSE, CT, CVT, LA. 2.



TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN



Pengerjaan pemasangan peralatan tegangan tinggi (high voltage equipment) pada suatu gardu induk diawali dengan pemasangan conductor AAAC (untuk bus bas maupun cross bar) kemudian dilanjutkan dengan pemasangan peralatan-peralatan tegangan tinggi.



Karena peralatan tegangan tinggi ini terbuat dari bahan keramik dan beratnya bisa mencapai ratusan kilogram maka hal-hal yang menyangkut dengan keselamatan peralatan dan pekerja harus diperhatikan: - Seluruh pekerjaan yang sekiranya berbahaya harus diawasi seorang supervisor - Apabila tempat kerja berdekatan dengan daerah lain yang bertegangan, berilah pembatas daerah bertegangan dengan pita plastik merah. Kalau tidak ada, boleh juga dipasang tambang plastic dengan digantungkan suatu spanduk peringatan “Awas Tegangan Tinggi”. - Untuk memasang peralatan (equipment) CT, LA, CVT, dll, jangan memakai cara konvensional. Sebaiknya dengan memakai mobil crane 3 ton. - Apabila diperlukan pemasangan skor (guy wire/rope), usahakan jangan terlalu dekat dengan daerah-daerah yang dipergunakan lalu lalang pekerja atau pengangkutan material. - Sebelum melakukan perkerjaan, semua peralatan kerja, peralatan safety harus sudah tersedia di lokasi pekerjaan. - Pada saat pengangkatan HV material yang mempunyai bahan dari keramik, supaya menggunakan soft sling (dari bahan Nylon) agar permukaan keramik tidak lecet,tergores atau terkupas permukaannya. - Dalam mengangkat dan menurunkan peralatan dengan menggunakan crane, supaya berhatihati, dan kerja sama antara operator crane dan pemandu pemasangan peralatan bisa bekerja sama dengan baik dan saling mengerti dalam bahasa isyarat untuk mengendalikan crane.



3.



ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



Pemasangan dilakukan dengan mengikuti prosedur pemasangan masing-masing material peralatan yang digunakan seperti yang telah dirinci sebelumnya. 4.



ANALISA PENGARAHAN PERSONIL DAN K3



Dalam pemasangan supervisor harus melakukan pengontrolan dan arahan terhadap setiap pekerjaan. Pemasangan harus sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada prosedu pemasangan. Tenaga operator harus memiliki keahlian dan pengalaman dalam pekerjaan pemasangan ini. Supervisor juga berkewajiban untuk mengawasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan keselamatan kerja. 5.



PENGENDALIAN MUTU



Dilakukan pengawasan secara ketat pada setiap proses dan tahapan perakitan dan pemasangan. Pekerjaan dilakukan dengan mengacu terhadap kesesuaian spesifikasi teknik dan prosedur yang telah di tentukan.



H-1 PEMASANGAN PERALATAN (DISCONNECTING SWITCH/DS) 1.



PEMISAH



TENAGA



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan perakitan bagian-bagian DS, pemasangan dudukan insulator frame sesuai urutannya, pengukuran jarak dan level-nya frame, pemasangan insulator, pemasangan pisau pemisah, penyetelan posisi mekanik, percobaan dengan pemasukan tegangan. 2.



TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN



Disconnecting Switch/DS -



-



-



-



-



-



Setelah penyetelan dudukan DS, maka DS ini sudah bisa mulai pekerjaan assembling. Sebelumnya, perlu dilihat terlebih dahulu dalam pengepakan sewaktu transportasi, biasanya pengiriman dibuat dengan peti-peti terpisah antara insulator dan fame/rangka serta dudukan. Juga mekanik dibuat terpisah lain-lain peti. Hal ini untuk menjaga agar insulator tidak retak atau pecah karena beradu dengan alat lain selama dalam pengiriman ada kalanya DS sudah terangkai setiap phase lengkap pada dudukannya, namun pada umumnya bagian-bagian DS ini masih terpisah. Selanjutnya persiapkan dudukan-dudukan insulator frame kemudian pasang sesuai urutan yang telah ditentukan dari pabrik. Misalnya dengan tanda-tandan urutan ABC. Dan ada juga dengan urutan biasanya dengan 1,2, 3. Biasanya dengan ABC, dimana A phasa R, B phasa S, dan C phasa T. Setelah frame terpasang, lakukan pengukuran jarak, serta levelling. Usahakan setepat mungkin, meskipun selisih jarak 1 cm antar phase tidak menjadi suatu masalah besar. Kemudian pemasangan insulator, bilamana pipa-pipa penggerak telah terpasang, meskipun belum tepat dan masih dirubah-rubah ini termasuk juga untuk pemasangan mekanik. Ada dua jenis, yaitu dengan motor penggerak atau manual, untuk menggerakkan pisau-pisau pemisah. Begitu pula untuk penggerak pisau-pisau pentanahan untuk DS line. Setelah kondisi siap, kemudian memasang insulator. Check pemasangan insulator ini, hingga benar-benar tegak lurus. Karena bilamana tidak tegak lurus, akan mempengaruhi berputarnya insulator serta posisi pisau-pisau pemisah. Setelah insulator terpasang, kita dapat memasang pisau-pisau pemisah. Lihat kondisi kedudukannya dari letak/posisi insulator. Usahakan pemasangan sesuai dengan posisi insulator. Ukur jarak-jarak pada contact setiap pemsiah sesuai ketentuan fabric. Cobalah perputarannya, apakah sudah benar phase (R, S, T) dalam keadaan sama. Bila semua sudah



sama, maka kita bisa setting pipa-pipa penggerak, yang terhubung antara phase, juga pipapipa penghubung untuk pemisah, baik manual atau electrical. Bila telah terpasang penghantar kita harus setting ulang. A – Penyetelan: -



-



-



lihat keadaan mekanik dalam posisinya misalnya dalam posisi DS masuk atau keluar. Sesuaikan kedaan pisau-pisau DS, baru kita pasang stang untuk ke mekanik DS. Keraskan sedikit baut-baut, pemegang batang pipa penggerak. Setelah itu, putar handle dengan manual, pelan-pelan dan jangan sampai posisi berat pada putaran. Bila terjadi harus kita selidiki, penyebab daripada putaran tersebut menjadi berat. Lanjutkan percobaan-percobaan tersebut hingga kelihatan insulator berputar, untuk penutup pisau-pisau pemisah ataupun membuka pisau-pisau pemisah. Membuka/menutup harus serempak, atau kondisi sama antara ketiga phase tersebut. Bila belum sama kita bisa menggeser batang pemisah (pipa) dari klemnya. Berulang kali kita coba, untuk dapat menemukan kondisi yang kita inginkan. Jika hal ini sudah tercapai, maka jangan dulu kita memasang pim untuk stang/kopel DS, untuk DS dengan earthing, kita lakukan sebagai berikut: Pertama kita lakukan setting/penyetelan seperti yang kita lakukan pada DS busbar, setelah hal tersebut selesai, kita pasang peralatan lain serta pisau-pisau pemisah hubung tanah, dalam posisi masuk. Jadi DS posisi membuka. Perlu diingat ada perbedaan sedikit untuk DS + E, karena titik penyambung kontak harus kita pasang dulu (ada pula yang sudah terpasang).



Setelah itu selesai, kita lihat suatu system interlock mekanikal: Pisau-pisau pemisah dapat masuk bilamana pentanahan dalam kondisi terbuka, atau juga sebaliknya setting bisa dikalukan setelah kedua penyetelan pisau-pisau selesai. Baru kita ulang lagi setting untuk pisau-pisau pentanahan serta pemutus tenaga. Ada juga interlock yang bersifat electrical. B – Percobaan Elektrikal: Supply motor penggerak dapat berupa supply AC (Arus Tukar) maupun DC (Arus Rata dari Battery) yang pada prinsipnya adalah sama. Mulai percobaan dengan elektrika. Buka tutup mekanik DS nya kita lakukan sebagai berikut: - Test tegangan masuk bila suda ada, kita berlaku hati-hati untuk tidak sembarang tekan tombol IN/OUT. - Letakkan posisi pisau-pisau pemisah tenaga pada setengah masuk, atau tengah-tengah antara masuk/keluar. - Awasi/check barang-carang yang sekitarnya mengganggu misalnya kunci-kunci dan lain-lain.



-



3.



Sebelumnya berilah tanda-tanda tangan spidol batas-batas klem pemegang untuk penghubung pipa-pipa. Setelah persiapan diatas selesai, kita akan segera meneliti arah putaran, dengan sedikit memutar tombol pada mekanik DS. Tekan misalnya tombol untuk IN. Maka pisau-pisau akan berputar kearah menutup. Bila pertama penyetelan kita sudah benar, maka putaran pada DS pun akan benar. Mungkin juga, atau terjadi kesalahan berputar, maka langkah-langkah harus kita ambil sebagai berikut: - Kendorkan sambungan kopel/stang penggerak yang dari DS ke mekanik. - Usahakan motor penggerak bebas dari pada beban. - Putarlah kembali dengan jalan memutar tombol, maka motor akan bebas berputar. - Lihat, apakah arah putaran benar? - Bila putaran benar, maka biasanya ada kesalahan wiring pada IN menjadi OUT maka sesuaikan dengan gambar pengawatan (wiring diagram). Untuk membuka maka bisa kita set lagi antara batang penggerak dari DS ke mekanik, dan DS diputar dengan tangan. - Check sekali lagi, apakah tanda-tanda yang kita buat pada batang penggerak berubah? Kadang kala berubah juga, karena kita belum pasang pin. Pin boleh dipasang bilamana pekerjaan untuk DS ini telah selesai semua, juga termasuk setelah sambungan conductor antar peralatan ke DS selesai. Maka dengan itu selesailah untuk pemasangan DS serta penyetelannya. ANALISA PENGARAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



Pemasangan dilakukan dengan mengikuti prosedur perakitan dan pemasangan DS serta mengikuti ketentuan-ketentuan prosedur pemasangan. Peralatan yang digunakan berupa tool kit, water pas dan beberapa alat bantu lainnya. 4.



ANALISA PENGARAHAN PERSONIL DAN K3



Dalam proses pemasangan, supervisor harus melaukan pengontrolan dan arahan terhadap setiap perkerjaan. Pemasangan harus sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada prosedur pemasangan. Tenaga operator harus memiliki keahlian dan pengalaman dalam pekerjaan pemasangan ini. Supervisor juga berkewajiban untuk mengawasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan keselamatan kerja. 5.



PENGENDALIAN MUTU



Dilakukan pengawasan secara ketat pada setiap proses dan tahapan perakitan dan pemasangan. Pekerjaan dilakukan dengan mengacu terhadap kesesuaian spesifikasi teknik dan prosedur yang telah di tentukan.



H-2 PEMUTUS RANGKAIAN/ARUS (CIRCUIT BREAKER) 1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan diantaranya hadling CB ke steel structure, pengukuran jarak ketinggian, perakitan bagian-bagian CB, pemasangan dan penyetelan posisi. 2.



TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN



Telah diuraikan pemasangan untuk dudukan pemutus tenaga, termasuk ketelitian jarak serta ketinggiannya. Bilamana perlu kita check ulang. Kembali pada masalah pemasangan pemutus tenaga, seperti kita uraikan terdahulu, ada beberapa type dalam cara pembuatannya, yang tidak akan menimbulkan terlalu banyak perbedaan dalam pemasangan. Dalam hal ini kita bagi saja menjadi 2 (dua) type: a. Pemutus tenaga 3 phase (CB 3 phase) Adalah CB untuk 3 (tiga) phase, yang digerakkan secara serempak oleh satu rangkaian mekanik saja, dan batang-batang penggerak. Bekerjanya CB ini selalu bersamaan antara phasa R,S, dan T. b. Pemutus tenaga 1 phase (CB 1 phase) Adalah CB untuk 3 phase, yang setiap phase masing-masing digerakkan oleh satu rangkaian mekanik. Bekerjanya CB ini bisa secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan antara phase R, S, dan T. Type “a” Untuk pemasangannya, biasanya sudah ada dalam buku petunjuk dari fabrikan. Tetapi untuk lebih memantapkan lagi, maka berikut cara-cara pemasangannya: -



-



Pertama-tama lihat dahulu cara-cara transport peralatan tersebut. Biasanya ditransport secara terpisah, mekanik, base frame support, isolator. Apabila transport isolator (arching chamber dan earth isolator) dalam posisi tegak maka pemasangan relative lebih mudah, bilamana kondisi transport dalam posisi tidur makapemasangan isolator agar sedikit berbeda. Ada juga transportnya dibuat semua jadi satu, hanya bisa dipisah-pisah antara isolator dan base frame. Hal ini perlu, karena kita harus memasang secara terpisah, juga transport dari gudang ke lapangan harus diperhatikan. Apabila type material yang harus tegak jadi satu dengan base frame. Dapat diangkat bersama-sama dan dipasang pada dudukan. Bilamana sling dipasang pada mata baut (lifting eye) yang tersedia pada base frame maka pada atas isolator harus diikat tambang keliling agar tidak jatuh. Ada juga yang diangkat dari ujung kepala isolator.



-



-



Setelah terpasang, baru mekanik serta batang-batang penyambung untuk ke mekanik beserta pipa-pipa pelindung kita pasang. Bilamana jarak-jarak support/dudukan sesuai dengan ukuran di gambar, maka pemasangan selanjutnya tidak akan sulit. Sebaiknya pengangkatan dilakukan dengan truck crane, telescopic crane, dan harus dilihat pula posisi/letak mekanik, sesuai gambar pemasangan.



Type “b” Pemasangan sama saja dengan type “A”. 1. -



-



2. -



-



-



3.



PENGECEKAN MATERIAL Check sewaktu penerimaan material di site secara visual mungkin isolator ada yang rusak atau cacat, mekanik lengkap dan lain-lain, jumlah material dicocokkan dengan packing list. Selain itu agar diperjelas juga apakah dalam isolator CB telah diisi gas SF6 atau belum karena dalam pengiriman dari pabriknya menuju lokasi/kelapangan ada yang sudah terisi dan ada yang masih kosong belum ada SF6 nya. Apabila sudah terisi SF6, maka harus dicheck, apakah tidak ada kebocoran atau tidak. Hal ini dapat kita lakukan dengan memijat kran yang akan disambung untuk pengisian. Bila masih terisi gas maka akan terdengar suatu bunyi, lebih bagus bilamana baca buku instruksi CB. CARANYA MENGANGKAT CB. Bilamana kita dapati isolator di transport dalam kondisi tidur, maka untuk mengangkat harus dari dua ujung, jangan sampai posisi bawah menjadi tumpuan berat seluruhnya, hingga ada kemungkinan isolator patah. Bilamana kita hanya ada satu buah crane, maka pengait crane kita pasang pada ujung atas. Ujung bawah kita berikan suatu takel rante (capasitas -/+ 500 kg) yang kita pasang pada tiang atau bisa juga dengan takel black tambang ganda. Angkat ujung atasnya kurang lebih dengan tinggi 50 cm, baru bagian bawah kita angkat. Selanjutnya sedikit demi sedikit diangkat bersamaan. Setelah kira-kira, tinggi 60 cm pada bagian bawah, maka pada bagian atas kita angkat untuk ditegakkan kearah bagian atas. Setelah agak tegak, bagian bawah kita kendorkan dan bagian atas diangkat naik hingga isolator kontak tergantung pada crane. ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



Pemasangan dilakukan dengan mengikuti prosedur pemasangan masing-masing HV equipment. Peralatan yang digunakan berupa tool kit, water pas, katrol atau crain kecil (bila memungkinkan), tambang dan beberapa alat bantu lainnya. 4. ANALISA PENGARAHAN PERSONIL DAN K3 Dalam pemasangan supervisor harus melakukan pengontrolan dan arahan terhadap setiap pekerjaan. Pemasangan harsu sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada prosedur pemasangan. Tenaga operator harus memiliki keahlian dan pengalaman dalam pekerjaan pemasangan ini. Supervisor juga berkewajiban untuk mengawasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan keselamatan kerja. 5. PENGENDALIAN MUTU Dilakukan pengawasan secara ketat pada setiap proses dan tahapan perakitan dan pemasangan. Pekerjaan dilakukan dengan mengacu terhadap kesesuaian spesifikasi teknik dan prosedur yang telah di tentukan.



PEMASANGAN CURRENT TRANSFORMER (CT), CURRENT VOLTAGE TRANSFORMER (CVT) & LIGHTING ARRESTER (LA)



1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan diantaranya handling HV equipment ke steel structur, pemasangan HV equipment terhadap steel structure, penyetelan posisi. 2.



TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN



A. Untuk pemasangan CT, CVT, dan LA kita dapat kerjakan dengan car – cara atau ketentuan – ketentuan sesuai dengan cara yang tertera dalambuku petunjuk. Disamping itu masih ada halhal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: -



Dapatkah crane dimasukkan kelokasi? Bila mungkin, masalah pengangkatan tidak ada lagi. Tetapi bila tidak memungkinkan ada beberapa cara pemasangan yang akan dibahas selanjutnya. Untuk CT , kita sesuaikan dengan letak / penentuan polarity. Dalam sigle line diagram dapat dilihat untuk P1 dan P2 pada arah tertentu jadi CT kita sesuaikan dengan single line diagram untuk LA perlu kita lihat sambungan nantinya untuk discharge counter. Dan untuk CVT , hanya masalah pada cable saja letaknya / posisinya.



B. Cara untuk mengangkat atau memasang peralatan tersebut bisa dengan crane kecil ( Truck Crane 3 ton , jarak jangkau 7.5 m) saja atau kita dapat angkat dengan beberapa cara convensional bila crane tidak masuk. Kita dapat menggunakan beberapa cara sbb: a. Dengan menggunakan satu tihang yang dipasang pada lier dengan penolong pipa pembantu dengan skor. b. Bisa diagkat dengan mengaitkan takel pada 2 tower. Karena beban tidak begitu besar ( ± 450 sampai dengan 750 kg) maka tower tersebut tidak akan mendapat beban terlalu berat. Lebih baik kita tidak melakukan cara in bila tidak terpaksa sekali. 3.



ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



Pemasangan dilakukan dengan mengikuti prosedur pemasangan masing – masing HV equipment Peralatan yang digunakan berupa tool kit, water pas, katrol atau crane kecil ( bila memungkinkan ), tambang dan beberapa alat bantu lainnya. 4.



ANALISA PENGARAHAN PERSONIL DAN K3



Dalam pemasangan supervisor harus melakukan pengontrolan dan pengarahan terhadap setiap pekerjaan. Pemasangan harus sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada prosedur pelaksanaan. Tenaga operator harus memilikikeahlian dan pengalaman dalam pekerjaan pemasangan ini. Supervisor juga berkewajiban untuk mengawasi pekerjaan sesuai dnegan ketentuan keselamatan kerja. 5. PENGENDALIAN MUTU Dilakukan pengawasan secara ketat pada setiap proses dan tahapan peralatan dan pemasangan. Pekerjaan dilakukan dengan mengacu erhadap kesesuaian spesifikasi, teknik dan prosedur yang telah ditentukan .



I.



PEKERJAAN : PEMASANGAN TRANSFORMER 150 KV



1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan in adalah pemasanga, pengaturan / pengukuran, pengencangan dan koneksi pada peralatan High Voltage. 2. -



TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN Menentukan posisi trafo sesuai dengan layut yang sudah disetujui PLN Menyiapkan alat angkut / crain untuk memasang: Radiator Consenvator HV Bushing



-



3.



Dalam pemasangan HV bushing, diperhatikan agar tidak ada barang – barang kecil (baut, sampah dan jenis batu kecil) masukk kedlam tank trafo Dalam pemasangan HV Bushing, harus menggunakan soft sling dari nylon khusus untuk mengangkat material berat yang berbahan dari keramik (Bushing) Pemasangan material ini berdasarkan instruction manual yang diberikan oleh pabrikan dengan persetujuan PLN. Untuk memaanga radiator dan conservator tidak perlu soft sling, bisa digunakan steel sling yang umum digunakan dengan diameter antara 8 mm sampai dengan 10 mm. ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



a. Kelengkapan eralatan standart eperti alat ukur, tambang, kunci – kunci dan peralatan lain yang diperlukan dalam pemasangan. b. Peralatan khusus seperti Jacking, block, crane, crain Block, pengindraan jarak jauh dan peralatan lain yang diperlukan dalam kondisi layak pakai tersedia dalam jumlah yang cukup. c. Transformer diassembling pada posisi ‘’on pondation’’ dengan kelengkapan assesoris ditempatkan berdekatan dengan transformer dan tidak mengganggu safety site plan. 4.



ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3



Personil yang teribat didalam proses pekerjaan ini adalah : a. Project manager b. Supervisor c. Erctor / Mechanic d. Operator e. Safety officer



5.



PENGENDALIAN MUTU



a. b. c.



Pekerjaan pemasangan mengacu kepada gambar, manual instruction yang sudah disetujui PLN Penggunaan alat kerja mendapatkan persetujuan dari PLN Pekerjaan dilakukan dalam kondisi yang aman dan sesuai dengan site safety plan



II.



PEKERJAAN PEMATANGAN TANAH



1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan pematangan tanah ini adalah merupakan pekerjaan awal dari pada pekerjaan Gardu Induk , dibagi dalam beberapa tahapan: a. Pemebrsihan lokasi spt : pengangkata akar – akar bekas tanaman dan membuang ketempat yang sudah ditentukan b. Penggalian tanah ( Pekerjaan untuk memangkas tanah yang tinggi untuk disesuaikan dengan level yang dikehendaki ) c. Urugan tanah dan pemadatan ( pekerjaan pengangkutan tnah dari luar lokasi yang akan ditimbunkan pada daerah yang rendah elevasinya 2. 3.



TAHAPAN DAN CARA PELAKSAAN Menentukanpatok batas area yang akan enjadi lokasi pembangunan yang sesuai dengan layout yang telah ditentukan oleh PLN Menyiapkan alat ukur untuk mengukur batas – batas tanah yang diperuntukan membanguna gardu induk Menentukan lokasi pndasi diswitchyard, gedung control , jalan komplex, dll ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



a. Kelengkapan peralatan standart seperti alat ukur, patok, tali dan peralatan lain yang diperlukan. b. Peralatan khusus seperti excavator, truck, dan alat – alat lain yang diperluan untuk menunjang kegiatan tersebut c. Mengusahakan tanah yang baik dari luar lokasi untuk menimbun sebagian lokais yang sekiranya kurang memadai kualitasnya. 4.



ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3



Personil yang teribat didalam proses pekerjaan ini adalah : a. b. c. d. e. f. 5.



Project manager Supervisor surveyor Erector / Mechanic Operator Safety officer PENGENDALIAN MUTU



a. Pekerjaan pemasangan mengacu kepada gambar, manual instruction yang sudah disetujui PLN



b. Penggunaan alat kerja mendapatkan persetujuan dari PLN c. Pekerjaan dilakukan dalam kondisi yang aman dan sesuai dengan site safety plan



III. PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG CONTROL DAN POS JAGA 1.



LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan gedung control meliputi : a. Pembersihan lokasi , menentukan patok batas , menentukan elevasi dan pembuatan bowplank untuk persiapan pekerjaan pondasi gedung. b. Penggalian tanah untuk memulai pekerjaan pondasi c. Pembesian untuk tiang penyangga dgedung dan tiang pondasi d. Pembuatan rangka atap, plafon, pintu dan jendela e. Pemasanagn instalasi listrik dan air 2.



TAHAPAN CARA PELAKSANAAN



a. Menentukanpatok batas area yang akan enjadi lokasi pembangunan yang sesuai dengan layout yang telah ditentukan oleh PLN b. Peralatan khusus seperti excavator, truck, dan alat – alat lain yang diperluan untuk menunjang kegiatan tersebut c. Mengusahakan tanah yang baik dari luar lokasi untuk menimbun sebagian lokais yang sekiranya kurang memadai kualitasnya. 3.



ANALISA PENGERAHAN PERALATAN DAN MATERIAL



a. Kelengkapan peralatan standart seperti alat ukur, patok, tali dan peralatan lain yang diperlukan. b. Peralatan khusus seperti excavator, truck, dan alat – alat lain yang diperluan untuk menunjang kegiatan tersebut c. Mengusahakan tanah yang baik dari luar lokasi untuk menimbun sebagian lokais yang sekiranya kurang memadai kualitasnya. 4.



ANALISA PENGERAHAN PERSONIL DAN K3



Personil yang teribat didalam proses pekerjaan ini adalah : a. Project manager b. Supervisor



c. d. e. f.



surveyor Erector / Mechanic Operator Safety officer



5.



PENGENDALIAN MUTU



a. Pekerjaan pemasangan mengacu kepada gambar, manual instruction yang sudah disetujui PLN b. Penggunaan alat kerja mendapatkan persetujuan dari PLN c. Pekerjaan dilakukan dalam kondisi yang aman dan sesuai dengan site safety plan



IV.



PEKERJAAN FINISHING



a. Pekerjaan finishing bisa dilakukan setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, sehngga dapat diketahui apabila terdapat kekurangan atau kesalahan. b. Melaksanakan pengecekan terhadap semua pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. c. Melaksanakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap pekerjaan yang salah yang tidak sesuai dengan bestek atau yang kurang sempurna. d. Pengencangan bolt and nut , sekrup – sekrup dan setting pada semua peralatan e. Membersihakan lokasi pekerjaan dari sisa – sisa dan potongan – potongan material, kupasan kabel dan kotoran (limbah) lainnya. f. Melaksanakan retour material ke gudang PLN



V.



PENGOPERASIAN GARDU INDUK



a. Melaksanakan oengecekan masing – masing komponen / material / barang apakah telah sesuai dengan kontrak, telah terpasang dengan baik dan tidak terdapat kerusakan. b. Melaksanakan pengetesan ( uji kebenaran ) dari komponen yang telah terpasang apakah sudah bisa bekerja dengan bai atau tidak. Komponen koponen tersebut antara lain : on off CA dan DS, motor – motor listrik, tap charger , fan traf , rangkaian AC/DC, meter – meter, alat pengaman listrik , dll. c. Melkasnakan pengetesan terhadap kemampuan masing – masing peralatan pada saat beroperasi secara terpisah (indivual test) dan dalam satu sub sistemserta secara sistem keseluruhan. d. Melaksanakan pengetesan terhadap penampilan unjuk kerja (performance test) sesungguhnya dari gardu induk yang telah dibangun, apakah telah sesuai dengan sertifikasi dalam kontrak yang telah siap untuk dioperasikan.



VI.



PENGOPERASIAN GARDU INDUK



a. Apabila tahapan commissioning test telah dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik serta memenuhi ketentuan yang berlaku, maka gardu induk telah siap untuk dioperasikan. b. Dalam pengoperasian gardu induk ini melibatkan banyak pihak, karena siste terintegrasi menjadi satu dengan sub sistem yang lain c. Pihak – pihak yang terlibat dalam pengoperasian antara lain : - Pihak pemberi kerja (Pengguna Jasa) - PT. PLN Jasa sertifikasi, bertanggungjawab terhadap kelaikan pengoperasian gardu induk. - Pihak kontraktor yang mengerjakan gardu induk - Jika diperlukan, juga dilibatkan pihak pabrikan , misalnya : Pabrikan Trafo, CB, DS, Cubicle, Panel Control, Panel Relay, dll. d. Dengan dilibatkannya berbagai pihak yang terkait, maka jika terjadi permasalahan segera dapat diatasi.



VII. SERAH TERIMA PEKERJAAN 1.



SERAH TERIMA PEKERJAAN TAHAP PERTAMA (ST I)



a. Setelah gardu induk beroperasi dengan baik, maka pekerjan tersebut dapat dikatakan selesai, sehinggap dapat serah terima pekerjaan pertama (ST I) b. Dengan dilaksanakannya serah terima pekerjaan pertama ini berarti phisik pekerjaan sudah mencapai 100%. Tetapi pada umumnya pembayaran terminhanya diberikan 95% dari total nilai kontrak. c. Pada saat serah terima pertama ini, pelaksana pekerjaan (Kontraktor) masih memuyai tanggungan pekerjaan yang akan dilaksanakan (jika terdapat kekekurangan yang signifikan) selama masa pelaksanaan. d. Selanjutnya kontraktor berkewajiban memberi jaminan pemeliharaanyang berupa Bank Garansi.



2.



MASA PELAKSANAAN



a. Masa pemeliharaan adalah masa atau periode waktu tertentu dimana kontraktor harus melakukan pemeliharan terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan. b. Pada masa pemeliharaan ini, ada beberapa pekerjaan yang diperbolehkan masuk dalam Pending item antara lain : - Membersihkan lokasi gardu induk dari limbah, potongan kabel, merapikan tanah , dll. - Pembuatan as built drawing - Pembuatan / penyelesaian cable schedule



-



Penyambungan outdoor termination ke JTM ( ini dilaksankan apabila pada serah terima pertama JTM belum siap) - Pekerjaan lain yang disebabkan ketidaksiapan pihak pemberi kerja dan bukan karena ketidaksiapan kontraktor. c. Lamanya waktu pelaksanaan 6 enam bulan atau 180 hari kalender atau tergantung kesepakatan awal dalam kontrak.



3. SERAH TERIMA PEKERJAAN TAHAP KEDUA ( ST II ) a. Apabila masa pemeliharan ( garansi ) telah dilampaui dan sisa pekerjaan selama masa pemeliharaan telah diselesaikan dengan baik maka dapat dilaksanakan penyerahan pekerjaan kedua ( Serah Terima Kedua ) b. Dengan dilaksanakannya serah terima kedua, maka hubungan kontraktor antara Pemberi Kerja (PLN) dengan kontraktor telh berakhir Catatan : -



Meskipun secara legal aspect seharusnya hubungan kontraktor berakhir, kenyataannya kontraktor masih harus memberikan jaminan terhadap peralatan / material terpasang. Pada umumnya jaminan diberikan selama 1 (satu) tahn sejak Serah Terima Kedua. Jaminan yang diberikan berupa jaminan Bank ( Bank Garansi ). Jadi kalau ada kerusakan peralatan / material yang disebabkan bukan karena kesalahan operasi atau bencana alam , maka pihak kontraktor masih berkewajiban memperbaikinya. Dengan telah dilaksanakannya Serah Terima Kedua, maka pembayaran retensi sebesar 5 % (lima persen) dilaksanakan (dibayarkan).