SOP Budidaya Ikan Paradise [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan praktikum m.k Budidaya Ikan Hias



Hari/Tanggal Kelompok Dosen Asisten



: Kamis, 4 Maret 2021 : 2 P2 : Giri Maruto D., S.Pi, M.Si : Dinda Wahyu Rezki, A.Md Radin Wicaksana, A. Md



TEKNIK PENGEMBANGBIAKAN KOMODITAS FAMILY CYPRINIDAE IKAN PARADISE (Macropodus opercularis) Ahmad Hafizh



Disusun oleh : J3H219094



Fakhri Ahmadi



J3H219103



Fatimatul Zahro



J3H219105



Melly Sukmawati



J3H219117



Miftahul Lukman Asrofi



J3H219118



Yufendira Dharmasanti



J3H119066



PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2021



I.PENDAHULUAN I.1.



Latar Belakang Produktivitas adalah hubungan antara output dan input dimana dalam hal



ini bertujuan untuk mewujudkan peningkatan produksi. Produktivitas yang tinggi merupakan unsur penting dalam menjaga operasional perusahaan. Hal ini akan terjadi jika jumlah tenaga kerja yang ada dapat memenuhi target yang direncanakan bahkan baik kualitas maupun kuantitas menunjukkan hal yang lebih baik dari target. Untuk menciptakan produktivitas yang optimal perusahaan telah memberikan standar operasional prosedur yang bertujuan untuk mempermudah tenaga kerja melaksanakan tugasnya dan meminimalisasi tingkat kesalahan dalam menjalankan tugasnya (Agil 2018). Menurut Irawati (2016) Standard Operating Procedure (SOP) adalah satu set instruksi tertulis yang digunakan untuk kegiatan rutin atau aktivitas yang berulang kali dilakukan (Hartatik 2014). Sistem ini berfungsi sebagai acuan dan dapat memperlancar arus bisnis antara pegawai/karyawan, unit kerja, dan pihak yang terkait dalam suatu usaha sebagai dasar hukum apabila terjadi penyimpangan (Irawati 2016). Setiap



perusahaan



bagaimanapun



bentuk



dan



apapun



jenisnya,



membutuhkan sebuah panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap elemen atau unit perusahaan. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Implementsi SOP yang baik, akan menunjukan konsistensi hasil kinerja, hasil produk dan proses pelayanan yang kesemuanya mengacu pada kemudahan karyawan dan kepuasan pelanggan. Keberhasilan penggunaan sistem budidaya dalam rangka menaikkan produktivitas harus sesuai dengan standar atau SOP yang diberlakukan. Kaitannya dengan biaya, meningkatnya harga sarana dan prasarana produksi seperti pakan, benih, pupuk, obat-obatan dan peralatan teknologi.



1.2



Tujuan



Mengetahui dan memahami standar operasional prosedur dalam teknik pengembangbiakan ikan family anabantidae khususnya ikan paradise (Macropodus opercularis).



II. II.1.



METODOLOGI



Waktu dan Tempat



Penugasan ini dilakukan di rumah masing-masing praktikan pada hari Kamis, 25 Maret 2021 pukul 08.00 -08.50 WIB. II.2.



Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah litter box 19 liter, seser, mangkok, media penempel telur (plastik sterofoam, & tanaman air). Bahan yang digunakan adalah air media budidaya, induk Ikan Paradise, garam ikan, dan methylene blue. II.3.



Prosedur Kerja Prosedur praktikum ini dimulai dari persiapan wadah, penyeleksian induk, pemijahan induk, penetasan telur, kultur pakan alami, pemanenan larva, maskulinasi larva, pemeliharaan larva, dan pendederan benih. Adapun metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan kajian pustaka.



III.



HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1. Pengenalan secara Mendasar Ikan Paradise (Betta splendens) 3.1.1. Klasifikasi Menurut Kottelat (2013), ikan paradise yang dikenal masyarakat umum dimasukkan kedalam klasifikasi sebagai berikut: Class: Pisces Sub class: Teleostei Ordo: Perciformes Subordo: Anabantoidei Family: Osphronemidae Genus: Macropodus Species: Macropodus opercularis  Ikan Surga, paradisefish , betta paradise atau ikan paradise (Macropodus opercularis ) adalah spesies dari keluarga ikan gurami yang ditemukan di perairan tawar Asia Timur , mulai dari Semenanjung Korea ke utara Vietnam . Spesies ini dapat mencapai panjang standar 6,7 cm (2,6 inci), meskipun sebagian besar hanya sekitar 5,5 cm (2,2 inci) (Froese 2019). Ikan Paradise adalah salah satu ikan hias pertama yang tersedia untuk penghobi ikan di Eropa dan ikan pardise telah diimpor pada tahun 1869 ke Prancis oleh importir ikan yaitu Pierre Carbonnier di Paris . Ikan surga merupakan salah satu anggota yang paling agresif. Ikan ini lebih agresif bila dibandingkan dengan ikan sepat, namun dialam kurang agresif bila dibandingkan dengan gurami combtail . Namun untuk ikan paradise albino, Banyak aquarists menganggap bentuk ini kurang agresif daripada yang tipe liar, kurang kuat, dan tidak tahan terhadap suhu rendah. 3.1.2. Standar Parameter Air Media Budidaya Dalam memproduksi ikan paradise (Macropodus opercularis), persyaratan kualitas air yang digunakan dalam proses produksi disesuaikan berdasarkan standar parameter berikut ini: Nomor 1 2 3 4 5 6



Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Parameter Satuan Suhu °C pH Oksigen Terlarut Mg/L Amoniak Total (TAN) Mg/L Nitrit Mg/L Kesadahan Mg/L



Nilai 24-27,5 6-8 Min. 4 Maks. 1 Maks. 0.1 75-150



Selama kegiatan budidaya Ikan Paradise berlangsung, dalam menjaga kualitas air budidaya maka dilakukan pergantian air total pada fase pembesaran yang dilakukan satu kali seminggu, serta penyiponan dilakukan dua hari sekali dan ditambah air sebanyak air yang dibuang.



3.1.3. Penyebaran Alami Ikan Paradise dapat hidup di perairan tawar, payau maupun pelagis. Ikan Paradise dapat hidup dengan parameter kualitas air minimal yaitu pH: 6.0 - 8.0, dH: 5 - 19. Ikan Paradise merupakan ikan yang berasal dari Kawasan tropis dengan rentang suhu 16 ° C - 26 ° C dan tersebar dari koordinat 30 ° LU - 20 ° LU, 102 ° BT - 122 ° BT (Freyhos 2002). Dimana ikan ini berasal dari negara Cina, lembah Yangtze di selatan, di Pulau Hainan, di Taiwan, serta Vietnam bagian utara. Ikan ini diperkenalkan ke kawan tropis dan subtropi. Ikan Paradise sangat populer di kalangan aquarists dan telah banyak didistribusikan ke seluruh dunia. Ikan paradise toleran terhadap berbagai kondisi air, bertahan hidup di perairan yang sejuk dan hangat. Di alam liar paling banyak ditemukan di perairan dangkal yang memiliki vegetasi lebat, seperti rawa atau persawahan (Miklosi 1997). Namun mereka dapat dipelihara di kolam outdoor, atau bahkan di akuarium sederhana yang tidak memiliki pemanas (heater). Ikan Pradise merupakan ikan yang hampir memakan semua makanan, tetapi ikan ini harus diberi diet protein yang cukup tinggi. Ikan Paradise memakan larva nyamuk, cacing hitam, udang air asin , dan lalat kecil. 3.1.4. Morfologi Ikan Paradise (Macropodus opercularis) Ikan Paradise dewasa mendiami berbagai jenis habitat terutama dataran rendah mulai dari tepian vegetasi yang heterogen atau bagian belakang sungai baik sungai besar hingga sungai kecil maupun saluran irigasi di lahan pertanian (Freyhof 2002). Dapat menjajah badan air yang tergenang dengan kandungan oksigen yang sangat rendah (pernafasan udara). Ditemukan di sungai, sawah dan parit (Man 1981). Ikan paradise termasuk predator bagi ikan kecil. Ikan ini merupakan hias pertama yang dibawa ke Eropa (Perancis pada tahun 1869 dan Jerman pada tahun 1876) setelah ikan mas (Riehl 1996).  Ikan Paradise jantan akan bertarung satu sama lain karena bersifat territorial (Riehl 1996).  Pemeliharaan ikan paradise di akuarium dapat dilakukan pada akuarium yang memiliki ukuran minimal 80 cm (BMELF 1999). Ikan Paradise memiliki duri punggung sebanyak 11 – 17, sirip punggung lunak sebanyak 5-10, tulang sirip anal keras sebanyak 722; tulang sirip anal yang lunak sebanyak 9 – 15, serta memiliki sirip ekor bercabang dua dengan kedua lobus memanjang pada jantan (Masuda 1984), serta memilki ekstensi berserabut di setiap lobus (Ref. 43281 ), margin bawah preorbital bergerigi tajam (Masuda 1984), bintik operkular coklat tua yang mencolok dengan margin posterior keputihan (margin merah terang) serta memiliki panjang total 7,5 cm.



3.2. Persiapan Wadah Dalam budidaya Ikan Paradise terdapat fase pra produksi, fase pra produksi merupakan rangkaian kegiatan persiapan dalam kegiatan budidaya yang terdiri atas lokasi, sumber air, wadah, induk, benih, dan peralatan. Fase ini terdiri atas penyiapan lahan yang terbebas banjir, bebas dari pencemaran serta sumber air tersedia sepanjang tahun. Adapun air yang digunakan merupakan air yang telah memenuhi baku mutu dalam melakukan produksi Ikan Paradise. Sedangkan untuk wadah budidiaya harus memiliki syarat yaitu ketinggian air untuk proses pemijahan memiliki volume wadah 30x30x60cm, tinggi air 20 - 25 cm, dengan padat tebar (ekor) adalah 1 pasang Sedangkan pada proses pendederan Ikan Paradise syarat wadah kolam dengan dimensi 2x1 meter, tinggi air 40 cm, dengan padat tebar adalah 500 ekor/m2. Pada proses pembesaran dimensi wadah yang digunakan adalah 3x2 meter, tinggi air 40 cm, dengan padat tebar yang sama yaitu 250 ekor/m2. 3.3. Penyeleksian Induk Ikan Paradise (Betta splendens) 3.3.1. Diferensiasi dan Ciri Matang Gonad Induk Ikan Paradise Seperti yang diketahui, Ikan Paradise merupakan jenis ikan hias yang dapat dibedakan secara dimorfisme. Dalam membedakan jenis kelamin Ikan Paradise, keduanya dapat dilihat dari ukuran tubuh, warna dan sirip. Umumnya ikan jantan mempunyai sirip punggung dan sirip ekor dengan ukuran lebih panjang dibandingkan betina, ukuran tubuh jantan lebih kecil namun lebih memanjang dibandingkan betinanya. Dalam hal warna, jantan lebih menarik dan indah. Pada ikan betina umummya perut lebih gemuk, dan membulat bila dilihat dari tampak atas induk betina. Dalam produksi Ikan Paradise, induk jantan harus memiliki syarat sehat, tidak cacat, berwarna cerah, bentuk badan memanjang dan ramping, telah matang gonad serta memiliki ciri siap pijah, sedangkan pada betina, induk betina harus memiliki sehat, tidak cacat, warna tidak secerah jantan, badan lebih pendek dan gemuk, ukuran lebih kecil dari jantan serta mempunyai ciri ciri siap pijah. 3.3.2. Proses Rematurasi Ikan Paradise Maturasi Ikan Paradise dapat dilakukan dengan menggunakan tubifex. Hal ini terbukti jika banyak jenis ikan diberi perlakuan pakan dengan tubifex akan bertumbuh secara somatic maupun gonadik. Selain dalam mempercepat pertumbuhan gonadik, fekunditas induk Ikan Paradise juga perlu diperhatikan. Daphnia sp disinyalir mampu membuat induk ikan memiliki fekunditas 500 butir. Penggunaan kedua pakan tersebut diberikan saat 2 minggu sebelum pemijahan dilakukan dengan menggunakan Tubifex. Dan satu minggu sebelum pemijahan diberikan kutu air.



3.4. Pemijahan Induk Ikan Paradise Wadah pemijahan diisi air dan dilakukan pre-treatment. Untuk mempersingkat waktu dapat diletakan tanaman air (apu-apu) sebagai substrat penempel sarang (bubble nest) yang dibuat jantan. Selain sebagai substrat sarang, tanaman air juga mampu dalam menjaga dan memperbaiki kualitas air. Proses ini dilakukan seharian (24 Jam). Pada proses ini juga ditambahkan garam sebanyak 2 ppt dan methylene blue. Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi jamur saat penetasan telur Ikan Paradise. Apabila kondisi air telah sesuai dan cukup stabil, wadah pemeliharaan baik jantan maupun betina dimasukan ke dalam wadah pemijahan secara berdekatan. Proses pengenalan ini berlangsung seharian. Keesokan harinya ketika jantan sudah tidak agresif maka induk jantan dilepas ke wadah pemijahan. Proses ini dilakukan untuk melihat apakah pasangan ini berjodoh atau tidak. Jika berjodoh, maka dalam sehari sang induk jantan terlihat membuat sarang gelembung yang ditempelkan pada substrat (tanaman air). Jika jantan telah membuat sarang gelembung, pada keesokan harinya induk betina dapat dilepaskan. Induk paradise akan memijah ketika kondisi telah memungkinkan. Pemijahan induk ikan paradise ini berlangsung selama seharian. Setelah proses pemijahan terjadi, induk betina dapat dikembalikan ke dalam wadah pemeliharaan untuk dapat dilakukan rematurasi. 3.5. Penetasan Telur Telur telur yang telah terbuahi akan dijaga dan diinkubasi oleh sang jantan. Telur Ikan Paradise yang telah terbuahi akan menetas setelah 36-48 jam pasca inkubasi. Laju proses inkubasi tergantung kepada suhu air pada media penetasan telur, semakin hangat suhu air maka telur akan semakin cepat menetas. larva yang telah menetas akan dijaga oleh sang jantan sampai endogenous feeding yang dimiliki larva telah habis. Endogenous feeding larva akan habis pada hari keempat, dimana larva telah dapat berenang pada kolom air budidaya. setelah proses ini terjadi, induk jantan dapat dipisahkan dan dikembalikan ke dalam wadah pemeliharaan untuk dilakukan rematurasi. 3.6. Kultur Pakan Alami Saat telur Ikan Paradise telah terbuahi, maka seorang aquarist dapat melakukan persiapan dalam menyediakan pakan alami bagi larva ikan sebelum menetas. Proses persiapan yang dilakukan ini diharapkan ketika endogenous larva telah habis maka proses overlapping pakan dapat dilakukan sesegera mungkin. Proses ini dapat meminimalkan jumlah larva mencapai fase point of no return. Fase point of no return merupakan fase larva tidak dapat mencari makanan dan cenderung mengarah kepada kematian. Kultur pakan alami yang dapat dilakukan untuk ukuran larva ikan yang baru saja menetas adalah infusoria. Kultur infusoria dapat dilakukan dengan menggunakan toples sebagai wadah, air sebagai media



pemeliharaan, daun pisang yang telah kering sebagai substrat, dan pelet udang sebagai pakan infusoria. Langkah yang pertama dilakukan adalah dengan memasukan air pada media kultur, lalu daun pisang kering diremas di dalam media air pada wadah serta langkah terakhir adalah memasukan pelet ikan kedalam wadah sambal terus diaduk hingga tenggelam. Infusoria dapat dipanen setelah 5 hari dengan ciri air pada wadah kultur telah bening kembali serta apabila air di berikan cahaya maka akan terlihat seperti debu putih di air tersebut. Pakan infusoria ini dapat dipanen dengan plankton nett maupun kapas dakron dengan cara khusus. Pakan infusoria ini diberikan bagi larva berumur 4 hingga 10 hari. Pada hari ke 10 pasca telur menetas. aquarist dapat melakukan penetasan artemia. Penetasan pada hari ke 10 ini diharapkan larva pada hari ke 11 dapat dilakukan overlapping pakan artemia. Dalam penetasan artemia diperlukan salinitas 30 ppt dengan sebuah aerasi. Dalam 1gram siste artemia terdapat satu juta siste. Setiap larva umur 11 hari biasanya akan memakan 10-15 ekor artemia yang baru ditetaskan. 3.7. Pemanenan Larva Apabila larva sudah dapat berenang di kolom air, maka larva tersebut dapat segera dipanen dan dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang lebih besar sesuai dengan anjuran volume wadah. Pemindahan larva ini dilakukan secara perlahan dan penuh kehati hatian. Sikap tersebut dilakukan untuk menghindari larva ikan yang lethal akibat proses tersebut. Seperti yang diketahui, fase larva merupakan fase paling kritis dan paling sensitive terhadap perubahan parameter air lingkungan budidaya. Oleh sebab itu, sebelum larva dimasukan ke wadah yang lebih besar maka perlu dilakukan aklimatisasi air. 3.8. Pemeliharaan Larva Proses Pemeliharaan larva dilakukan sampai memasuki fase benih (sekitar 1 bulan). Larva usia 4 hari dilakukan overlapping pakan dari endogenous feeding ke infusoria. Larva usia 11 hari dilakukan overlapping pakan kembali dari infusoria ke artemia. Selain menyesuaikan bukaan mulut pada larva, nutrisi pada artemia mampu meningkatkan persentase pertumbuhan dan meningkatkan kecepatan mutasi warna pada fase benih nantinya. Setelah larva berusia 14 hari, larva diberikan pakan kutu air. Alasan mengapa tidak diberikan kutu air pada fase larva usia 4 hari karena daphnia ukuran yang lebih besar dari larva mampu menyerang dan memakan larva (predasi). Pemberikan daphnia dilakukan sampai larva berusia 21 hari. Larva usia 21 hari dapat diakukan overlapping pakan kembali dari daphnia ke cacing sutera. Cacing sutera dapat diletakan pada wadah cone cacing sutera, setiap pagi dan sore senantiasa dilakukan pengecekan ketersediaan pakan tersebut. Pemberian pakan alami larva Ikan Paradise dilakukan secara ad libitum (pemberian pakan secukupnya sesuai dengan nafsu makan ikan).



3.9. Pendederan Benih Ikan Paradise Pendederan Benih Ikan Paradise dimulai saat anak Ikan Paradise berusia 1 bulan hingga 2 bulan. Selama pendederan ikan paradise diberikan pakan alami cacing sutera dan pakan pelet berprotein tinggi. 3.10. Pembesaran Ikan Paradise Pada fase pembesaran, anak anak Ikan Paradise diletakan pada kolam yang lebih besar. Perlakuan ini berikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan penyerapan pakan yang diberikan, sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik. Pakan yang diberikan pada fase ini bisa berupa pelet ukuran mikro dengan protein tinggi serta dapat diberikan penambahan pigmen warna berdasarkan warna dasar ikan tersebut. Pemanenan ikan ini dapat dilakukan saat ukuran ikan mulai 2 cm berusia kurang lebih 3,5bulan.



IV. 4.1



KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan Kesimpulan pada penugasan ini adalah SOP Budidaya Ikan Paradise dapat dilakukan secara alami dengan pola budidaya yang sangat mirip dengan ikan cupang hias pada umumnya serta induk ikan paradise merupakan induk ikan yang bersifat parental care dimana jantan yang akan membuat sarang berbentuk gelembung. 4.2 Saran Praktikan sebelum melakukan praktik pembenihan Ikan Paradise diharapkan piawai dalam monitoring kualitas air yang sesuai untuk pembenihan Ikan Paradise tersebut.



DAFTAR PUSTAKA Agil T. 2018. Pengaruh implementasi standar operasional prosedur kerja terhadap peningkatan produktivitas buruh berdasarkan perspektif ekonomi islam [Skripsi]. Lampung (ID): Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Bundesministerium für Ernährung Landwirtschaft und Forsten (BMELF). 1999. Gutachten über Mindestanforderungen an die Haltung von Zierfischen (Süßwasser). Bonn (DE): Bundesministerium für Ernährung, Landwirtschaft und Forsten (BMELF). Freyhof J, Herder F. 2002. Review of the paradise fishes of the genus Macropodus in Vietnam, with description of two species from Vietnam and southern China (Perciformes: Osphronemidae). Ichthyology Explore Freshwater. 13(2):147-167. Froese, Rainer, Pauly, Daniel. 2019. Macropodus opercularis. di FishBase . Versi Agustus 2019. Hartatik PI. 2014. Buku Pintar Membuat S.O.P. Jogjakarta (ID): FlashBooks. Irawati R, Hardiastuti EBW. 2016. Perancangan standard operating procedure (SOP) proses pembelian bahan baku, proses produksi dan pengemasan pada industri jasa boga (studi kasus pada PT. KSM Catering & Bakery Batam). Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis. 4 (2): 186193. Kottelat M. 2001. Fishes of Laos. Colombo (LK): WHT Publications Ltd. Man SH, Hodgkiss IJ. 1981. Hong Kong Freshwater Fishes. Hongkong (CH): Wishing Printing Company. Masuda H, Amaoka K, Araga C, Uyeno T, Yoshino T. 1984. The fishes of the Japanese Archipelago Volume 1. Tokyo (JPN): Tokai University Press. Miklosi, Adam, Vilmos Csanyi, Robert Gerlai. 1997. Perilaku Antipredator Pada Larva Ikan Surga (Macropodus Opercularis): Peran Faktor Genetik Dan Pengaruh Ayah. Behav Genet. 27(3): 191-200.  Riehl R, Baensch HA. 1996. Aquarien Atlas, Band 1 10th edition. Melle (DE): Mergus Verlag GmBH.