Spiral of Silence [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI “Spiral of Silence Theory—Elisabeth Noelle-Neumann”



Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi Semester Ganjil Tahun 2016



Disusun Oleh : Linangkung Diah Ayu Rengganis 210510150091



Program Studi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 2016



A. Pendahuluan Berdiskusi mengenai suatu hal adalah hal yang lumrah pada kehidupan manusia. Dua orang atau lebih yang berdiskusi saling mengemukakan pendapat



mereka.



Perbedaan pendapat tentu pula hal yang biasa, karena manusia merupakan makhluk yang memiliki akal sehingga mampu untuk berpikir dan memiliki sudut pandang yang berbeda antara satu orang dengan orang lain. Namun, bagaimana jika dalam suatu diskusi terkadap pendapat minoritas dan mayoritas? Akankah diskusi tetap berjalan lancar? Menurut penelitian Elisabeth Noelle, hal tersebut disebut disebut dengan opini publik. Yang akhirnya melahirkan sebuah teori bernama spiral keheningan atau spiral of silence. Menurut teori ini, pendapat kaum minoritas lebih ditekan atau lebih berhati-hati dalam mengungkapkan pendapatnya. Dikarenakan adanya rasa takut dikucilkan atau terisolasi oleh kaum mayoritas. Pendapat minoritas biasanya menjadi kontrovensi terhadap pendapat mayoritas. Karena keadaan ini, orang-orang yang memiliki pendapat mayoritas memiliki kepercayaan diri untuk menyuarakan pendapat mereka. Penjelasan lebih lanjut tentang teori spiral keheningan kan dijelaskan lewat makalah ini.



B. Latar Belakang Pencetus Teori Spiral Keheningan



Elisabeth Noelle-Neumann adalah seorang ilmuan politik di Jerman. Beliau lahir di Berlin, 19 Desember 1916 dan wafat 25 Maret 2010. Setelah lulus dari sekolah tinggi di Goettingen pada musim semi 1935, Elisabeth Noelle pertama mengikuti kursus di akademi seni pribadi Atelier Breuhaus di Berlin. Seperti dari musim gugur 1935, ia belajar jurnalisme, sejarah, dan filsafat di Berlin, Koenigsberg, Munich, dan Columbia / Missouri. Pada tahun 1940, ia menerima gelar Phd di Berlin dengan disertasi tentang “Survei Amerika Mass Politik dan Pers”. Noelle mempelajari tentang pengaruh media terhadap opini publik, yang dapat dilacak



kembali



pada



tahun



1930-an



dan



1940-an.



Tetapi,



Ia



baru



mengonseptualiasikan Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence) pada awal 1970an. Dalam penelitiannnya tentang Teori Spiral Keheningan Noelle berfokus pada apa yang terjadi ketika orang menyatakan opini mereka mengenai topik-topik yang telah didefinisikan oleh media bagi publiknya.



C. Latar Belakang Teori Pengaruh Media adalah awal mula penelitian tentang teori spiral keheningan pada akhirnya dilakukan. Media telah membentuk siapa kita sekarang ini. Sering kali, pengaruh media tidak terlihat; namun, pada kesempatan yang lain pengaruh media akan terasa lebih nyata. Pengaruh media terhadap opini publik adalah apa yang dipelajari oleh Elisabeth Noelle-Neumann. Noelle-Neumann berfokus pada apa yang terjadi ketika orang menyatakan opini mereka mengenai topik-topik yang telah didefinisikan oleh media publiknya. Noelle-Neumann (1983) menyatakan bahwa media akan berfokus lebih pada pendangan mayoritas, dan meremehkan pandangan minoritas. Mereka yang minoritas akan lebih berhati-hati dalam menyampaikan opini mereka dan karenanya hal ini memunculkan spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Sebaliknya, mereka yang berada di dalam kaum mayoritas akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan dapat menjadi semakin berani dalam mengungkapkan pendapat mereka. Kemudian dengan pendapat mayoritas, media akan melaporkan kegiatan opini mereka. Karena, kekuasaannya yang begitu besar, media memiliki dampak yang awet dan mendalam terhadap opini publik. Media massa bekerja secara berkesinambungan dengan meyuarakan opini mayoritas dan membungkam opini minoritas khususnya mengenai isu-isu budaya dan sosial. Rasa takut akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang memiliki pandangan minoritas pada akhirnya belajar mempelajari keyakinan orang lain. Individu-individu yang takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas.



D. Opini Publik Opini Publik merupakan inti dari teori Spiral of Silence. Noelle-Neumann berpendapat bahwa interprtasi mengenai opini publik sering kali keliru. Bahkan, walaupun Ia mengidentifikasi lebih dari lima puluh definisi istilah ini semenjak teori ini dicetuskan, taka da satu definisi pun yang dapat membuatnya puas. Noelle-Neumann (1984,1993) memisahkan opini publik menjadi dua istilah yang terpisah: opini dan publik. Ia melihat bahwa terdapat tiga makna dari publik. Pertama, terdapat asosiasi hukum dengan istilah ini. Publik mengisyaratkan keterbukaan bagi semua orang, seperti “ruang publik”. Kedua, publik berkaitan dengan konsep yang berhubungan dengan isu-isu atau orang, seperti dalam “tanggung jawab publik para jurnalis”. Ketiga, publik mewakili sisi sosial-psikologis dari manusia. Yaitu, orang yang tidak hanya berpikir di dalam dirinya saja tetapi juga berpikir mengenai hubungan mereka dengan orang lain. Noelle-Numann menyimpulkan bahwa individu-individu mengetahui apakah mereka terpapar atau terlindung dari tatpan publik, dan mereka menyesuaikan diri berdasarkan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa sisi sosial psikologis dari publik telah diabaikan dalam interpretasi-interpretasi sebelumnya mengenai opini publik. Opini adalah ekspresi dari suatu sikap. Opini dapat bervariasi baik dalam intensitas dan stabilitas. Noelle-Neumann menyatakan bahwa opini adalah tingkat persetujuan dari populasi tertentu. Dalam proses spiral of silence, opini sama artinya dengan sesuatu yang dianggap berterima. Menggabungkan kedua definisi tersebut, Noelle-Neumann mendefinisikan opini publik sebagai “sikap atau perilaku yang harus diekspresikan seseorang di depan publik jika Ia tidak ingin menyebabkan dirinya terisolasi; dalam area-area kontroversi atau perubahan, opini publik adalah sikap yang dpat diekspresikan tanpa harus memunculkan bahaya akan isolasi terhadap dirinya”.



Pada intinya, opini publik merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Sering kali, media menentukan subjek apa yang menarik bagi orang, dan media sering membuat suatu subjek menjadi kontroversial. NoelleNeumann (1991) menyatakan bahwa opini publik mungkin dipengaruhi oleh siapa yang mengakui atau tidak mengakui pandangan kita.



E. Pengertian Teori Spiral of Silence Spiral of Silence adalah salah satu bagian dari teori komunikasi massa, dan secara bahasa Spiral berarti lingkaran atau perputaran dan Silence berarti diam atau sunyi. Sedangkan menurut Ilmu Komunikasi bahwa Spiral of Silence adalah salah satu teori komunikasi massa dimana ketika seorang individu memiliki opini yang berbeda dengan opini publik individu tersebut akan mengalami ketakutan akann terisolasinya dia oleh orang-orang sekitar apabila Ia menyuarakan pendapatnya.



F. Asumsi Teori Spiral of Silence Dengan dasar opini publik, Noelle-Neumann menjabarkan adanya tiga asumsi pada teori Spiral of Silence yang sudah disinggung sedikit diawal. Tiga asumsi ini antara lain



:







Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya







isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa. Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat







mencoba menilai iklim opini. Pengaruh publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik



Ketiga asumsi tersebut diperoleh oleh Noelle-Neumann dengan cara penelitian yang bertahap. Penelitian- penelitian dilakukan tidak hanya satu kali melainkan berkali-kali disertai sudut pandang yang berbeda.



Asumsi yang pertama menyatakan bahwa masyarakat memegang kekuasaan terhadap mereka yang tidak sepakat melalui ancaman atau isolasi. Noelle-Neumann percaya bahwa struktur masyarakat bergantung pada orang-orang yang secara bersama menentukan dan mendukung seperangkat nilai. Dan opini publiklah yang menentukan apakah nilai-nilai ini diyakini secara sama di seluruh populasi. Ketika orang sepakat mengenai seperangkat nilai bersama, maka ketakutan akan isolasi akan berkurang. Dan sebaliknya, ketika terdapat perbedaan nilai, ketakutan akan isolasi muncul. Asumsi ini diuji dengan menggunakan penelitian dari Solomon Asch (1951), seorang psikolog sosial di tahun 1950-an. Asch mengadakan eksperimen laboraturium lebih dari lima puluh kali dengan delapan hingga sepuluh subjek (peserta) penelitian : Penelitiannya dilakukan sebagai berikut  manakah dari ketiga garis di bawah ini yang sama panjang dengan garis sebelah kiri?



1. 2. 3.



Orang yang pertama kali melihatnya, mungkin dengan cepat akan menjawab bahwa garis nomor 3 sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Tetapi kelompok subjek penelitian tidak sepakat dengan hal ini. Setelah berkeliling ruangan, para asisten peneliti (yang juga ikut menjadi partisipan dalm penelitian) semuanya menyebutkan bahwa garis nomor satu adalah garis yang sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Para subjek penelitian ini mulai menyebutkan jawaban yang salah itu sebagai jawaban yang benar. Asch percaya bahwa individu-individu sering kali merasa tekanan yang besar untuk sepakat dengan orang lain, walaupun orang lain mungkin saja tidak benar.



Merespons kritik utama terhadap penelitian Asch—bahwa orang tidak benarbenar memiliki rasa takut akan isolasi melainkan hanya kekurangan rasa percaya diri mengenai penilaian mereka sendiri—Noelle-Neumann melakukan uji ancaman yang lebih realistis. Ia yakin bahwa meminta subjek penelitian untuk menilai keyakinan moral atau estetika lebih realistis disbandingkan dengan eksperimen laboraturium mana pun yang dilakukan oleh Asch. Asumsi kedua dari teori ini menyatakan bahwa orang secara terus-menerus menilai iklim dari opini publik. Noelle-Neumann berpendapat bahwa individuindividu menerima informasi mengenai opini publik dari dua sumber : observasi pribadi dan media. Noelle-Neumann (1991) menyatakan bahwa orang terlibat di dalam kemampuan kuasistatistik untuk menguasai opini publik. Indra kuasi-statistik berarti bahwa orang mampu untuk memperkirakan kekuatan dari sisi-sisi yang berlawanan di dalam sebuah debat publik. Kita mampu melakukan ini dengan mendengarkan pendapat orang lain dan menggabungkan pengetahuan itu ke dalam pengetahuan mereka sendiri. Misalnya, kita sedang berada dalam sebuah diskusi dan membahas sebuah topik. Dalam diskusi tersebut kita mendengarkan pendapat orang lain dan sudah sebagian besar kita mendengar pendapat tersebut. Di sisi lain, beberapa orang belum menyampaikan pendapatnya namun mengekspresikan secara nonverbal bahwa mereka juga setuju dengan pendapat-pendapat sebelumnya. Apabila pendapt kita kontra dengan pendapat-pendapat sebelumnya maka dapat dipastikan bahwa pendapat kita kalah suara dengan pendapat-pendapat sebelumnya. Noelle-Neumann menyebut hal ini sebagai organ frekuensi kuasi-statik karena ia yakin bahwa dengan contoh tadi berarti kita mampu memperkirakan secara angka dimana orang berpihak pada suatu topik. Para teoritikus menyatakan bahwa organ ini sedang “sangat waspada” selama masa-masa ketidakstabilan. Jadi, indra kuasi-



statistik kita bekerja dengan keras ketika kita melihat bahwa opini kita mengenai suatu topik berbeda dengan pendapat mereka yang mayoritas dan berada di sekeliling kita. Orang tidak hanya menggunakan observasi personal mereka mengenai opini publik tetapi juga bergantung pada media. Tetapi, Noelle-Neumann bersikeras bahwa dampak media sering kali tidak langsung. Karena orang pada dasarnya memiliki sifat sosial, mereka berbicara mengenai pengamatan mereka kepada orang lain. Orang mencari media untuk mengonfirmasi atau tidak mengonfirmasikan pengamatan mereka dan kemudian menginterpretasikan pengamatan mereka sendiri melalui media. Asumsi yang terakhir dari teori ini adalah bahwa perilaku publik dipengaruhi evaluasi opini publik. Noelle-Neumann (1991) mengemukakan bahwa perilaku publik dapat berupa berbicara mengenai suatu topik atau tetap diam. Jika individu-individu merasakan adanya dukungan mengenai suatu topik, maka mereka akan cenderung mengomunikasikan hal itu; jika mereka merasa bahwa orang-orang lainnya tidak mendukung suatu topik, maka mereka akan tetap diam. Ia melanjutkan, “kekuatan sinyal ari sekelompok pendukung dan kelemahan yang dari kelompok lain, merupakan tenaga pendorong yang menggerakkan sebuah spiral. Noelle-Neumann percaya bahwa manusia memiliki keengganan untuk mendiskusikan suatu topik yang tidak memiliki dukungan dari kaum mayoritas.



G. Pengaruh Media Kesediaan untuk mengemukakan pendapat sangat bergantung pada media. Tanpa dukungan dari orang lain bagi pandangan yang berbeda, orang akan tetap bersikap konsonan terhadap pandangan yang ditawarkan media. Noelle-Neumann percaya bahwa media menyediakan berbagai kata atau frase sehingga orang dapat berbicara dengan percaya diri mengenai suatu topik. Noelle-Neumann percaya bahwa publik tidak diberi interpretasi peristiwa dalam berita yang luas dan seimbang. Oleh karenanya, publik diberi pandangan mengenai realitas yang terbatas. Pendekatan yang terbatas ini meliput berita yang mempersempit persepsi seseorang. Pertimbangan tiga karakteristik media yang dikemukakan oleh teoretikus: ubikuitas, kekumulatifan, dan konsonansi.



Ubikuitas merajut pada fakta bahwa media adalah sumber informasi yang berkuasa. Karena media ada dimana-mana, banyak orang bergantung pada media ketika mencari informasi. Kekumulatifan dari media merujuk pada proses media yang mengulangi dirinya sendiri melintasi program dan waktu. Seringkali, kita akan membaca suatu cerita di surat kabar pagi, mendengarkan cerita yang sama di radio ketika kita berkendara menuju kantor, dan kemudian menonton cerita tersebut pada berita sore. NoelleNeumann menyebut hal ini “pengaruh respirokal dalam berbentuk kerangka referensi”. Konsonansi berhubungan dengan kesamaan keyakinan, sikap, dan nilai yang dipegang oleh media. Noelle-Neumann menyatakan bahwa konsonansi dihasilkan dari tendensi orang-orang berita untuk mengonfirmasikan ide dan opini mereka sendiri, dan ini membuat bahwa sepertinya opini ini berasal dari publik. Tiap dati tiga kualitas ini memungkinkan pendapat mayoritas untuk didengar. Mereka yang ingin menghindari isolasi akan tetap diam. Kesimpulannya, ketika orang melihat pada media untuk mendapatkan gambaran dan persepsi dari populasi, mereka cenderung menerima apa pun kecuali representasi yang tidak parsial. Iklim ganda dalam teori sering kali ada, yaitu iklim yang dipersepsikan secara langsung oldh populasi dan iklim dari liputann media.



H. Uji Kereta Api Uji kereta api adalah penilaian mengenai sejauh mana orang kan mengemukakan opini mereka. Menurut teori spiral of silence, orang dari dua sisi yang berbeda mengenai suatu isu akan bervariasi dalam kesedihan mereka untuk mengungkapkan pandangan mereka ke publik. Uji ini mengungkap beberapa faktor yang membantu menentukan apakah seseorang akan menyuarakan opini. Hal tersebut adalah sebagai berikut :







Pendukung dari opini yang dominan lebih bersedia untuk menyuarakan opini







dibandingkan mereka yang memiliki opini minoritas Orang dari kota-kota besar yang adalah pria berusia antara 45 dan 49 tahun lebuh







bersedia untuk menyuarakan pendapat Terdapat berbagai cara untuk menyuarakan pendapat—misalnya menempelkan







poster, menempelkan stiker pada mobil, dll. Orang akan lebih menyuarakan pendapat jika pendapat ini sesuai dengan keyakinan mereka dan juga sesuai dengan tren terkini dan semangat dari







kelompok usianya. Orang akan mengemukakan pendapat jika itu sejajar dengan pandangan







masyarakat Orang cenderung berbagi pendapat dengan mereka yang sepakat dibandingkan







dengan mereka yang tidak sepakat. Orang mendapatkan kekuatan akan keyakinan melalui berbagai sumber,







termasuk keluarga, teman dan kenalan. Orang mungkin akan terlibat dalam ayunan menit terakhir, atau melompat ke sisi opini yang popular pada saat-saat terakhir percakapan.



I. Hard Core Hard core adalah kelompok-kelompok pada ujung akhir dari spiral yang bersedia untuk menyuarakan pendapat apa pun yang terjadi. Noelle-Neumann mengemukakan mengenai karya dari psikolog sosial Gary Shulman dalam usahanya untuk lebih memahami hard core. Shulman berargumen bahwa jika opini mayoritas menjadi cukup besar suara mayoritas menjadi berkurang kekuatannya karena tidak terdapat opini alternatif. Pada suasana seperti ini para hard core mungkin saja mengubah pendapat mayoritas. Noelle-Neumann menyimpulkan bahwa para hard core adalah kaum minoritas pada ujung akhir spiral keheningan yang menentang ancaman akan isolasi.



J. Contoh Kasus Orde Baru pada Pemerintahan Indonesia. Pada masa pemerintahan ini, masyarakat di Indonesia tidak diberikan kebebasan berpendapat dan cenderung dilarang untuk mengritik pemerintah. Seolah-olah masyarakat pada masa pemerintahan ini, taat pada presiden dan mau mengikuti semua aturan yang dibuat olehnya. Banyak orang takut bersuara karena, jika ketahuan bahwa ada yang mengritik kinerja pemerintah maka akan langsung ditangkap tak jarang juga ada yang ditangkap dan kembali dalam keadaan tidak bernyawa. Pada akhirnya, setelah 31 tahun (alm) Soeharto memimpin pemerintahan Indonesia(1967-1998) para kaum hard core yaitu mahasiswa menunjukkan suaranya menentang pemerintahan yang dipimpin oleh (alm) Soeharto. Meskipun banyak rintangannya, banyak mahasiswa yang jadi korban selama menyuarakan pendapatnya. Pada akhirnya mahasiswa mampu membuat sebuah revolusi di Indonesia dan membawa Indonesia ke sistem Pemerintahan Reformasi.



Referensi 



West, Richard and Lynn H. Turner. 2013. Introducing Communication Theory : Analysis and Application. Jakarta



: Salemba Humanika.



 



academia.edu document.tips