Steam Pakan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang PT. Mabar Feed Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak



di bidang industri pakan ternak ayam petelur dan daging. Produk lain yang dihasilkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia berupa pakan ternak udang dan hewan lainnya. PT. Mabar Feed Indonesia mulanya merupakan bentuk usaha perorangan yang didirikan oleh Bapak Rachman pada tanggal 15 Maret 1976. PT. Mabar Feed Indonesia memproduksi 2 jenis produk pakan ternak utama yaitu pakan komplit dan pakan konsentrat. Dimana dua jenis produk pakan ternak ini diklasifikasikan berdasarkan jenis ayam petelur dan pedaging serta umur ayam tersebut. Adapun produk yang dihasilkan antaranya : 1. Pakan komplit Pakan ternak jenis komplit adalah pakan ternak yang dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa bahan tambahan dan jenis pakan ternak ini dibagi adalam dua jenis, yaitu : a. Pakan komplit tepung b. Pakan komplit butiran



2. Pakan konsentrat Pakan konsentrat merupakan pakan ternak yang harus ditambahkan lagi dengan jagung, dedak dan tepung batu dengan komposisi tertentu. Pakan ternak jenis konsentrat ini berbentuk tepung. Adapun tahap-tahap proses pembuatan pakan ayam yang terjadi PT. Mabar Feed Indonesia adalah sebagai berikut :



2



1. Pengeringan (Drying) 2. Penggilingan (Milling) 3. Pencampuran (Mixing) 4. Pembutiran (Pelleting) 5. Pendinginan (Cooling) 6. Penghancuran (Crumbling) 7. Pengayakan (Screening) 8. Pengemasan (Packing)



Salah satu tahap atau proses yang terpenting dalam pengolahan pakan adalah proses pembutiran (pelleting). Pembutiran bertujuan untuk membetuk hasil pencampuran menjadi bentuk pellet, hasil pencampuran terlebih dahulu dipanaskan dengan uap panas bersuhu 980 yang dialirkan ke dalam chamber pellet sehingga bentuk bahan tersebut menajadi bubur panas. Bubur panas ini kemudian dialirkan menuju hygieneser yang suhunya 920 dan bertujuan untuk menghigieniskan pakan, kemudian dialirkan menuju cetakan berbentuk lingkaran dengan saringan berdiameter 3-5 mm disisinya yang terdapat di ujung mesin pellet dan ditekan/dipress keluar melalui saringan tersebut. Hasil pengepresan adalah pakan berbentuk bulat memanjang dengan diameter yang sesuai dengan diameter saringan pellet. Selanjutnya, pakan dipotong sesuai ukuran oleh pisau-pisau yang bergerak secara otomatis. Hasil dari proses ini berbentuk butiran-butiran yang disebut pellet. Pellet kemudian dialirkan melalui pipa ke mesin pendinginan (cooler). Pembentukan pelet itu sendiri membutuhkan uap panas (steam) yang berasal dari boiler.



3



Hal inilah yang mendasari penulis memilih judul karya akhir ini yaitu:



“PERHITUNGAN KEBUTUHAN STEAM DI UNIT PELLETING PADA PEMBUATAN PELET B-422 DI PT. MABAR FEED INDONESIA”



4



1.2



Perumusan Masalah Pada proses pembuatan pakan ternak kondisi operasi alat seperti tekanan,



laju masuk bahan, resep atau komposisi bahan, temperature dan yang lainnya harus selalu dikontrol. Sehingga dengan adanya pengontrolan tersebut dapat mengurangi terjadinya perubahan perubahan yang tidak diinginkan dan memperoleh hasil yang sesuai. Salah satu jenis pakan ternak yang diperoduksi adalah pelet. Dalam pembentukan pelet itu sendiri tidak terlepas dari kadar air yang berpengaruh terhadap keawetan bahan pakan. Dengan adanya sejumlah air yang berasal dari proses conditioning atau pengaliran uap. Proses conditioning adalah proses pemanasan dengan uap air pada bahan yang ditujukan untuk gelatinisasi agar terjadi perekatan antar partikel bahan penyusun. Disamping itu juga bertujuan untuk membuat pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit pada suhu tertentu. Proses conditioning dilakukan dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Pengukusan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Selama proses kondisioning terjadi penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses conditioning akan optimal bila kadar air bahan berkisar 15 – 18%. Oleh karena itu, menghitung jumlah kebutuhan steam yang digunakan sangat dibutuhan. Dari gambaran masalah diatas, maka untuk pengaliran uap pada pembentukan pelet agar memperoleh hasil yang sesuai maka yang perlu ditemtukan adalah :  Berapa jumlah kebutuhan steam yang dibutuhkan untuk pengaliran uap atau conditioning pada alat pembentuk pelet.



5



1.3



Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan a. Mengetahui jumlah kebutuhan panas yang diserap oleh pelet. b. Mengetahui jumlah steam yang dibutuhkan pada proses pembentukan pelet.



1.3.2



Manfaat Penelitian



a. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan panas yang dibutuhkan



oleh



pakan jenis pelet pada proses pelleting. b. Menjelaskan kegunaan steam yang digunakan pada pembuatan pakan ternak pelet.



6



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakan Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak juga harus memadai. (Suprijatna, 2005:163) Pada usaha ternak, pakan berperan sangat strategis. Ditinjau dari aspek ekonomis, biaya pakan sangat tinggi, mencapai 70% dari total biaya produksi. Ditinjau dari aspek biologis, pertumbuhan dan produksi maksimal terjadi apabilakualitas dan kuantitas pakan memadai. Produksi efisien terjadi apabila tersedia pakan murah dan kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi. (Suprijatna, 2005: 163) Untuk mendapatkan pakan murah dengan zat makanan terpenuhi, pengetahuan mengenai prinsip-prinsip penyusunan pakan, bahan-bahan pakan, dan kebutuhan pakan ternak perlu diketahui oleh peternak. Dengan pengetahuan tersebut, peternak mampu merekayasa pakan sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan kondisi harga-harga bahan pakan sea produk. (Suprijatna, 2005: 164) Dimana dua jenis produk pakan ternak ini diklasifikasikan berdasarkan jenis ayam petelur dan pedaging serta umur ayam tersebut. Adapun produk yang dihasilkan antaranya : a. Pakan komplit Pakan ternak jenis komplit adalah pakan ternak yang dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa bahan tambahan dan jenis pakan ternak ini dibagi adalam dua jenis, yaitu :



7



c. Pakan komplit tepung d. Pakan komplit butiran



b. Pakan konsentrat Pakan konsentrat merupakan pakan ternak yang harus ditambahkan lagi dengan jagung, dedak dan tepung batu dengan komposisi tertentu. Pakan ternak jenis konsentrat ini berbentuk tepung. (Rika, 2010:3) 2.2 Bahan Baku Dalam menghasilkan produk pakan ternak ayam dengan mutu yang baik digunakan bahan-bahan yang mengandung zat-zat makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak yang mengkonsumsinya. Untuk menghasilkan produk tersebut, dibutuhkan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan baku ialah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dan berperan dalam penentuan mutu produk. Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan kualitas produk dan digunakan sebagai pelengkap pada produk akhir, biasanya untuk pengemasan produk. Bahan penolong digunakan untuk mendukung proses produksi agar proses produksi berjalan lancar, tetapi tidak tampak pada produk akhir. (Rika, 2010:28) Berikut merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pakan ternak adalah : 2.2.1



Bahan Baku Utama a. Jagung Jagung merupakan sumber bahan baku utama dalam pakan ternak karena memberikan energi metabolisme terbesar. Jenis jagung yang dipakai adalah jagung kuning. Jagung digunakan sekitar 4050%. (Rika, 2010:28)



8



Jagung kuning lebih baik digunakan daripada jagung putih karena mengandug provitamin-A umtuk meningkatkan kualitan daging dan telur. Vitamin A memberikan warna kuning pada kulit dan kuning telur. Penggunaan jagung putih juga harus diberengi dengan bahann lainnya yang mengandung vitamin A. kelemahan jagung yaitu kadungan asam amino esensialnya rendah, terutama lisin dan triptofan. Itulah sebabnya mengapa pengunaan jagung yang tinggi harus diimbangi dengan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam aminonya tinggi, seperti tepung kedelai. (Ruhyat, 2005:174) b. Bungkil Kacang Kedelai Bungkil Kacang Kedelai merupakan hasil ikutan dari proses pengambilan minyak kacang mengandung sumber protein nabati terbesar bagi hewan. Bungkil kacanng kedelai yang digunakan sebanyak 18-38%. (Rika, 2010:28 ) Kandungan lemak dalam biji disimpan lebih dulu, protein belakangan sehingga biji masak. Karena itu, budidaya dan waktu panen lebih mempunyai pengaruh terhadap kandungan protein. Pengolahan kacang kedelai memperoleh 56% protein, dan 35% minyak. Selama pengolahan kedelai dibuang kulitnya sekitar 4% dari total. (Ruhyat, 2005:175) c. Bungkil Kelapa Bungkil kelapa adalah hasil ikutan dari proses pengambilan



9



minyak kelapa. Bungkil Kelapa sebagai bahan baku makanan ternak dapat menghasilkan energi yamg timggi. Diantara bahan baku, bungkil kelapa yang mempunyai kadar protein paling rendah dan kandungan serat kasar yang cukup tinggi sehingga diketahui bahan baku ini sangat potensial untuk meningkatkan kualitas ayam pedaging. Bungkil kelapa digunakan kurang dari 15%. d. Dedak Halus Dedak halus yang dimaksud adalah campuran pecahan kulit gabah/padi dan sedikit pecahan kulit beras. Dedak halus mengandung kalori yang cukup tinggi, serat kasar, dan sedikit protein. Dedak halus digunakan sekitar 10-20%. e. Tepung Ikan Tepung ikan mengandung protein, lemak, dan kalsium yang sangat tinggi. Bahan baku ini termasuk bahan baku yang diimpor karena di Indonesia sendiri masih belum mampu. Tepung ikan digunakan sekitar 4-11%. f. Tepung Batu Kapur Tepung batu kapur berfungsi sebagai alat pembantu didalam pencernaan dan sumber kalsium (Ca) bagi ternak. Bahan baku ini berasal dari kulit kerang atau batu - batuan gunung. Batu kapur yang dibutuhkan sekitar 2-5%. g. Dikalsium Fospat (Dicalsium Phospate / DPC) DCP merupakan bahan untuk melengkapi kebutuhan kalsium



10



dan phosphate bagi ternak. DCP yang dibutuhkan adalah 1-2%. h. Corn Gluten Meal Corn Gluten Meal merupakan hasil fermentasi jagung, dimana kadar proteinnya sangat tinggi mencapai 61%. Corn Gluten Meal yang digunakan sekitar 2-4%. i.



CPO (Crude Palm Oil) CPO digunakan sebagai bahan pembantu untuk menambah kalori bagi ternak.



j.



Tepung Bulu Bulu unggas memiliki kandungan sebagai sumber protein hewani dan kaya akan asam amino esensial. Bulu unggas yang digunakan dalam peroses produksi disuplasi dalam bentuk tepung dan siap digunakan.



k. Tepung Daging Tepung daging di gunakan sebagai pengganti tepung ikan karena memiliki kandungan protein kasar yang sebanding dengan tepung ikan. Tepung daging juga disuplai dalam bentuk tepung dan siap digunakan. l.



Tepung Sawi Tepung sawi mengandung protein yang cukup tinggi. Tepung sawi digunakan sekitar 2-5%.



m. Vitamin dan Mineral Vitamin ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pakan



11



ternak. Vitamin yang digunakan yaitu vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D3, E, K, biotin, asam folat, niasin, asam pantotenat, kolin klorida, metionim, dan 1ysin. Mineral yang digunakan mangan, besi sulfat, tembaga, magnesium, seng, iodine, selenium dan kolbalt. n. Obat-obatan Obat-obatan seperti anti oksidan, anti jamur dan toksin serta antibiotik. o. CPO CPO (Crude Palm Oil) yang akan ditambahkan bersamaan dengan obat- obatan. (Rika, 2010: 29)



2.2.2



Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia adalah air yang dipanaskan menjadi uap panas dan dialirkan untuk mengepres bahan hasil pencampuran agar padat untuk selanjutnya dibentuk menjadi pellet.



2.3 Uraian Proses Urutan proses pembuatan pakan ayam yang terjadi pada proses produksi adalah pengeringan (drying), penggilingan (milling), pencampuran (mixing), pembutiran (pelleting), pendinginan (cooling), penghancuran (crumbling), pengayakan (screening) dan pengemasan (packing). a. Pengeringan (Drying) Dari semua jenis bahan baku yang ada, yang mengalami proses pengeringan hanya jagung. Bahan baku lain tidak mengalami proses



12



pengeringan karena dipasok dengan kadar air yang telah sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam keadaan normal, umumnya jagung memiliki kadar air 1720 %. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air jaguhg%. Jagung berkadar air > 16% tidak tahan lama disimpan karena terjadi proses penjamuran. Untuk jagung memiliki proses yang lain dari jika dibandingkan dengan bahan baku yang lain sebelum masuk ke dalam penampungan sementara pada proses produksi di lantai produksi. Sebelum dikeringkan, terlebih dahulu jagung ditimbang di bagian penerimaan (receiving), untuk mengetahui berapa jumlah bahan baku jagung yang masuk dan petugas pengawas mutu (quality control) mengambil sampel yang akan diperiksa kadar airnya di laboratorium. Selanjutnya jagung diayak di mesin pengayak jagung basah untuk memisahkan biji jagung dengan sampah-sampah, seperti tungkul jagung, batu, pasir, tali plastik dan kotoran lainnya. Kemudian diteruskan ke penampungan jagung basah (chamber) sementara dengan conveyor dan elevator untuk selanjutnya dikeringkan. Pengeringan dapat berlangsung karena adanya udara panas yang disemburkan oleh blower secara merata di dalam mesin pengering PT. Mabar Feed Indonesia menggunakan mesin pengering yang semi otomatis dan terkomputerisasi sehingga suhu dan waktu dapat diatur untuk memperoleh kadar air jagung yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah dikeringkan, jagung dibawa ke silo jagung kering sebagai tempat penyimpanan sementara agar kadar air tetap terjaga.



13



b. Penggilingan (Milling) Proses penggilingan dilakukan terhadap bahan baku berbentuk butiran, yaitu jagung, bungkil kelapa dan bungkil kacang kedelai untuk diolah menjadi tepung halus. Sebelum digiling bahan disaring dengan scanner yang di dalamnya dipasang magnet untuk memisahkan bahan dari benda-benda logam halus yang dapat mengakibatkan rusaknya mesin giling. Bahan-bahan halus hasil penggilingan kemudian disimpan sementara di dalam Bin (chamber) dengan conveyor dan elevator untuk proses selanjutnya.



c. Pencampuran (Mixing) Pencampuran bertujuan untuk mencampur semua bahan baku dan bahan tambahan dengan komposisi tertentu untuk menjadi pakan. Pencampuran dilakukan berdasarkan formula atau ramuan pakan ternak yang akan diproduksi. Sebelum dicampur semua bahan ditimbang dengan timbangan otomatis yang terdapat diatas mesin pencampur dan kemudian dicurahkan ke dalam mesin pencampur (mixer) untuk dicampur dan diaduk dengan CPO (Crude Palm Oil), obat-obatan, vitamin dan mineral. d. Pembutiran (Pelleting) Pembutiran bertujuan untuk membetuk hasil pencampuran menjadi bentuk pellet, hasil pencampuran terlebih dahulu dipanaskan dengan uap panas bersuhu 980 yang dialirkan ke dalam chamber pellet sehingga bentuk bahan tersebut menajadi bubur panas. Bubur panas ini kemudian dialirkan



14



menuju hygieneser yang suhunya 920 dan bertujuan untuk menghigieniskan pakan, kemudian dialirkan menuju cetakan berbentuk lingkaran dengan saringan berdiameter 3-5 mm disisinya yang terdapat di ujung mesin pellet dan ditekan/dipress keluar melalui saringan tersebut. Hasil pengepresan adalah pakan berbentuk bulat memanjang dengan diameter yang sesuai dengan diameter saringan pellet. Selanjutnya, pakan dipotong sesuai ukuran oleh pisau-pisau yang bergerak secara otomatis. Hasil dari proses ini berbentuk butiran-butiran yang disebut pellet. Pellet kemudian dialirkan melalui pipa ke mesin pendinginan (cooler).



e. Pendinginan (cooler) Pendinginan bertujuan untuk mendinginkan pellet dan mengurangi kelembaban pada pellet akibat dipanaskan dengan uap panas di chamber pellet. Karena pellet yang masih panas dan mengandung kadar air tinggi akan mudah terserang jamur sehingga produk tidak tahan lama. Pellet didinginkan di mesin pendingin (cooler) dengan bantuan dua blower, blower pertama mengalirkan udara dingin ke pellet, sedangkan blower kedua menghisap dan mengalirkan udara panas ke udara bebas. Serpihan atau debu halus dari pellet yang telah dingin akan dihisap oleh suatu alat penghisap debu (cyclone) yang terdapat pada mesin pendingin dan dialirkan kembali ke chamber pellet untuk diproses ulang.



15



f. Penghancuran (Crumbling) Proses ini khusus digunakan untuk produk crumble. Penghancuran bertujuan untuk menghancurkan pellet menjadi butiran-butiran yang lebih kecil dan halus yang disebut crumble. Selanjutnya crumble dibawa ke mesin pengayak dengan elevator.



g. Pengayakan (Screening) Proses pengayakan untuk memisahkan crumble yang sesuai dengan ukuran dengan yang melebihi ukuran. Ukuran saringan yang digunakan pada mesin pengayak adalah 4 dan 6 mesh. Pakan yang sesuai ukurannya langsung dicurahkan ke penampungan untuk dikemas, sedangkan yang melebihi ukuran dibawa kembali ke chamber pellet untuk diproses ulang.



h. Pengemasan (Packing) Produk jadi, baik berupa tepung maupun butiran (pellet), dicurahkan dari tempat penampungan (bin) masing-masing ke dalam karung plastik sambil ditimbang di timbangan manual dengan berat 50kg tiap karung. Kemasan produk jadi kemudian dijahit dengan mesin jahit secara otomatis dan diangkut ke gudang produk jadi dengan forklift. (Rika, 2010:30-34)



16



Gambar 2.1 Block Diagram Proses Produksi



2.4



Pelet Pelet adalah pakan yang berbentuk silinder yang berasal dari pencetakan bahan-bahan baku pakan dengan menggunakan mesin die sehingga berbentuk silinderis dengan ukuran dan kekerasan yang berbeda. Pelet yang berukuran besar umumnya mengandung serat uang berasal dari dedaunan. Pakan dalam bentuk pelet meruppakan salah satu bentuk



17



pengawetan agar lebih terjamin untuk mempertahankan kualitas pakannya. (Mathius, 2006: 55) 2.4.1



Pelet Pakan Ternak Pada umumnya bentuk pakan ayam broiler adalah pelet. Bentuk



ini



lebih



disukai



karena



tidak



banyak



terbuang



dibandingkan dengan jenis tepung. Pakan dalam bentuk pelet dapat memacu pertumbuhan dan memperbaiki efisiensi pakan. Pakan berbentuk



pelet



dapat



dikonsumsi



2-3



kali



lebih



cepat



dibandingkan jenis tepung. (Amrullah, 2003b:126) 2.4.2



Pelet Akuatik Pelet aquatic digunakan untuk udang dan ikan. Pelet akuatik mempunyai 4 kategori yaitu adalah mengapung, semi basah, tenggelam dan melayang. Pakan akuatik menggunakan ekstruder untuk menghasilkan pakan mengapung dan tenggelam. Perbedaan waktu ekstrusi menyebabkan pakan bersifat tenggelam atau mengapung. (Yuli, 2011: 126-127)



2.4.3



Pelet Pet Food Pelet pakan yang digunakan untuk hewan prliharaan seperti anjing, kucing, atau hamster. Pet food bias berbentuk pakan kering yang mengembang, berbentuk pelet pakan lunak, pelet pakan lembut dan snack untuk kucing. (Yuli, 2011: 129)



2.5



Pelleter



Peletter adalah mesin pencetak pellet menjadi produk pakan yang berbentuk silinder. Pelet adalah bentu penggumpalan pakan melalui proses pemasukkan (extruding) pada tiap bahan atau campuran adonan dengan



18



pemapatan dan tenaga tekanan melalui lubang die dengan proses mekanik. (Robinson, 1971:103) Komponen utama dalam mesin pelet adalah dua buah roller dan diering. Kedua roller terletak pada die yang berputar dengan arah yang sama dan mendesak lubang ke arah die pada diering. Keuntungan mencetak pakan berbentuk pellet, antara lain sebagai berikut: 1) Meningkatkan densitas pakan 2) Mempermudah handling produk 3) Mengurangi terbentuknya debu 4) Mengurangi penyusutan akibat tercecer 5) Lebih tahan terjadinya kerusakan pada saat penyimpanan 6) Tidak memberi kesempatan pada ternek untuk memilih 7) Meningkatkan jumlah konsumsi pakan 8) Meningkatkan palatabilitas 9) Meningkatkan konversi ransum 10) Menurunkan ongkos oemberian pakan Klasifikasi mesin pelet berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) Bentuk atau jenis produk yang dihasilkan: Hard pelleter dan soft pelleter 2) Letak atau banguna poros: Horizontal pelleter dan vertical pelleter 3) Penambahan uap air: Pellet mill dan feed pelleter 4) Pengarah gerak : Belt drives pelleter dan gear drives pelleter Fairfield menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas atau pembentukan pelt, yaitu bahan baku yang digunakan dalam adonan campuran pakan, jenis dan kondisi pelleter, suhu pemrosesan di



19



dalam pelleter, dan proses pedinginan setelah pelet keluar dari mesin. (Yuli, 2011:64-68) Jenis dan kondisi bahan baku pembuatan adonan campuran pakan yang dipakai akan mempengaruhi kualitas pelet yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan harus mengikuti persyaratan yang diperkenankan untuk membuat pelet. (Thomas, 1998: 59-78) 2.5.1



Pellet Mill Komponen-komponen yang terdapat pada pellet mill adalah sebagaoi berikut : a. Sugre bin : tempat pemasukan adonan mash. b. Mixing cahmber : tempat pencampuran adonan. c. Steam conditioning chamber : tempat penambahan uap air pada bahan baku. d. Pelleting chamber : tempat pembentukan pelet. e. Feed plough : meratakan adonan dalam die. f. Die : lubang tempat pencetakan. g. Shear pin : pengaturan otomatis dan pelindung dari bahan logam. h. Knife : pempton atau pengatur ukuran panjang pelet yang keluar dari lubang die. Bahan baku adona masuk melewati sugre bin ruang



pengadukan



dan



dicampur



secara



kedalam



merata



dengan



penambahan beberapa bahan premiks. Bahan dimasukkan ke tempat penambahan uap, panas, dan air. Hal ini dilakukan untuk mencaoai keadaan gelatinisasi pati. Kemudian dimasukan kedalam ruang pemcetakan pelet dan penekanan pada lubang die



yang



diinginkan. Dan kemudian pelet dipotong dengan pisau sesuaiyang dikehendaki. (Yuli, 2011: 71-72)



20



2.5.2



Pendingin Pelet Pelet yang keluar dari lubang die basah dan temperaturnya tinggi. Untuk pembuatan pelet itu sendiri maka pelet siap untuk didinginkan agar temperaturnya turun dan strukturnya kokoh. Pendinginan pelet biasanya dilakukan menggunakan pellet cooler. (Yuli, 2011 : 79)



2.6



Steam Uap adalah salah satu unit pendukung dibagian produksi. Uap yang digunakan dihasilakan melaluiu boiler dan seluruhnya dihunakan dibagian produksi. Steam adalah jenis fluida yang diperoleh dari air yang telah mengalami pemanasan sampai temperature mendidih dibawah tekanan tertentu, atau dengan kata lain stean adalah sejenis fluida yang tidak berwarna dan bahkan tidak terlibat dalam keadaan murni. (Soejardi, 1989:51) Kebanyakan pemakaian steam ini digunakan untuk pemanasan, pemekatan, pemisahan kompponen berdasarkan titik didihnya, dan lainlain. Alasan penggunaan steam sebagai media pemanas adalah karena mempunyai panas laten yang bernilai tinggi, kurang korosif, dan harganya murah. Steam dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu:



a. Uap Basah Uap basah adalah campuran Antara air dan uap dalam keadaan tertentu, pemanasan dilakukan pada air dengan temperatur 100°C dibawah tekanan standar. b. Uap Jenuh (Saturated Steam) Uap jenuh (saturated steam) adalah uap basah yang dipanaskan sehingga mencapai keadaan jenuh. Bila kalor panas yang ditambahkan pada uap basah akan mengakibatkan air mengalami penguapan. Uap semakin bersifat kering apabila terus-menerus dipanaskan sehingga



21



mencapai keadaan jenuh (saturated steam). Selama penguapan ini berlangsung, temperature uap akan tetap konstan untuk setiap peningkatan daripada tekanan uap jenuh mempunyai massa jenis yang cenderung meningkat. c. Uap Panas Lanjutan (Super Heated Steam) Uap panas lanjutan (super heated steam) adalah uap panas yang



dipanaskan



lanjutan



secara



terus-menerus



dengan



cara



mengalirkan melalui pipa yang dipanasi oleh aliran gas sampai keadaan jenuh kering (super heated), selama penguapan sampai keadan jenuh kering suhu uap tetap konstan. Pemanasan secara terusmenereus dilakukan terhadap uap ini menyebabkan sifat-sifat gas sempurna. Perbedaan suhu Antara uap panas jenuh dan uap jenuh tersebut adalah deraat panas. Kalor spesifik dari uap panas lanjut akan berubah sesuai dengan perubahan tekana dan derajat pemanas lanjut. Peningkatan tekanan akan



mengakibatkan kalor spesifik semakin



besar dan sebaliknya semakin tinggi derajat panas lanjutannya menyebabkan kalor spesifik semakin turun. (Santoso, 2011:107-109)



2.7



Sistem Distribusi Steam Sistim distribusi steam



merupakan hubungan penting antara



pembangkit steam dan pengguna steam.



Terdapat berbagai macam



metoda untuk membawa steam dari pusat sumber ke titik penggunaan. Pusat sumber mungkin berupa ruang boiler atau pengeluaran dari plant kogenerasi. Boiler dapat menggunakan bahan bakar primer, atau boiler limbah panas yang menggunakan gas buang dari proses bersuhu tinggi, mesin-mesin atau bahkan insinerator. Apapun sumbernya, sistim distribusi steam yang efisien adalah penting untuk pemasokan steam dengan kualitas dan tekanan yang benar ke peralatan yang menggunakan steam. Pemasangan dan perawatan sistim steam merupakan hal penting dan harus sudahdipertimbangkan mulai tahap perancangan. Diperlukan suatu pemahaman mengenai dasar sirkuit steam atau



22



loop kondensat dan steam. Ketika steam mengembun didalam proses, kondensat dialirankan kembali kedalam pipa suplai air boiler. Kondensat memiliki volum yang sangat kecil dibandingkan dengan steam, dan hal ini menyebabkan penurunan tekanan, yang membuat steam mengalir melalui pipa-pipa. Steam yang dihasilkan pada boiler harus dibawa melalui pipa kerja ke titik dimana energi panasnya diperlukan. Pada awalnya hanya terdapat satu atau lebih pipa utama, atau saluran pipa steam, yang membawa steam dari boiler kearah plant yang menggunakan steam. Pipa-pipa cabang yang lebih kecil membawa steam ke masing-masing peralatan. Ketika kran isolasi boiler utama dibuka, steam dengan segera melintas dari boiler menuju dan sepanjang saluran pipa steam ke titik pada tekanan rendah. Pipa kerja pada mulanya lebih dingin daripada steam, sesampai panas dipindahkan dari steam ke pipa. Udara disekitar pipa-pipa juga sebelumnya lebih dingin dari steam, kemudian pipa kerja akan mulai memindahkan panas steam ke udara.



Gambar 2.2 Sirkuit Steam



23



Steam yang berkontak dengan pipa yang lebih dingin akan mulai mengembun dengan segera. Pada saat start-up, laju kondensasi akan berada pada nilai maksimumnya, hal ini merupakan waktu dimana terjadi perbedaan suhu yang maksimum antara steam dan pipa kerja. Laju kondensasi ini biasanya disebut beban permulaan. Begitu pipa kerja telah dihangatkan, perbedaan suhu antara steam dan pipa kerja menjadi minimal, namun kondensasi akan terjadi kaerna pipa kerja masih terus memindahkan panas ke udara sekitar. Laju kondensasi ini disebut beban berjalan. Hasil dari kondensasi (kondensat/embun) jatuh ke bagian bawah pipa dan dibawa oleh aliran steam yang dibantu oleh gaya gravitasi, karena sudut kemiringan pada saluran pipa steam dibuat diatur turun pada arah aliran steam. Kondensat kemudian harus dikeluarkan dari berbagai titik strategis pada saluran pipa steam. Ketika kran pada pipa steam yang melayani bagian plant yang menggunakan steam dibuka, steam mengalir dari sistim distribusi masuk ke plant dan terjadi lagi kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Steam kemudian memindahkan energinya dan menghangatkan peralatan dan produk (beban permulaan), dan bila telah mencapai suhunya, pemindahan panas berlanjut ke proses (beban berjalan). Sekarang terdapat pasokan steam yang sinambung dari boiler untuk mencukupi beban terhubung dan untuk menjaga pasokan ini, harus dihasilkan steam yang lebih banyak lagi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, dibutuhkan air yang lebih banyak (dan bahan bakar untuk memanaskan air ini) untuk dipasok ke boiler sebagai air make up yang sebelumnya sudah diuapkan menjadi steam. Kondensat yang terbentuk dalam pipa distribusi steam dan dalam peralatan proses dapat dipakai sebakai pasokan sebagai



24



Lampiran 1. Diagram Alir pada Unit Peletting



IN



MIXING



CONDITIONER



HYGINIESER



PRESS FEEDER



OUT



25



BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1



Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Mabar Feed Indonesia Jalan. Rumah Potong Hewan no.44, Mabar, Medan, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada pukul pada tanggal 1 Mei hingga 15 Mei 2016 hari Rabu, Kamis dan Jumat pukul 14.00 sampai dengan selesai.



3.2



Pengumpulan Data a. Mempelajari gambaran proses pembuatan pakan ternak dari pemsukan bahan baku hingga pengemasan. b. Melakukan peninjauan lapangan dan pengamatan secara langsung terhadap proses pembuatan pakan. c Melakukan peninjauan terhadap unit yang telah ditentukan.



26



d. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap monitor yang terhubung langsung dengan mesin pelleting.



PENUTUP



Proposal karya akhir ini dibuat murni berdasarkan pemikiran penulis dan berdasarkan sumber yang sebenar-benarnya. Sekian proposal karya akhir ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan. Terima kasih.



27



DAFTAR PUSTAKA



Amrullah, I. 2003b. nutrisi Ayam Boiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor. Mathius, J. 2006. Pengaruh Bentuk Dan Lama Penyimpana Terhadap Nilai dan Kualitas Biologis Pakan Komplit. Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Retnani, Yuli. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Bogor. Cinata Indonesia. Rika. 2010. Perencanaa Kebutuhan Distribusi Dengan Metode Distribution Requitment Planning Pada Gudang Produk Jadi PT.Mabar Feed Indonesia. Medan. Program Sarjana Peternakan Universitas Sumatera Utara.



28



Robinson, R. 1976. Pelleting Introduction And General Definitions. In Feed Manufacturing Technology. Amerika. Ruhyat, dkk. 2005. Pakan Ternak Ayam Petelur. Jakarta. Percetakan Gramedia Indonesia. Santoso, BE. 2011. Analisa Kualitas Nira Dan Bahan Alur Untuk Pengawasan Pabrikasi di Pabrik. Penelusuran : Pusat Penelitian Perkebunan Indonesia (P3GI). Soejardi, Ir. 1989. Alat Pemanas. Lembaga Pendidikan Perkebunan (Lpp) . Yogyakarta. Soejardi, Ir. 1980. Peti Reaksi Dan Alat Bantu Pemurnian. Yogyakarta : Lpp. Yogyakarta. Suprijatna, S. 2005. Analisa Bahan Makanan dan Peternakan. Yogyakarta. Penerbit Liberty. Thomas, M. and A.F.B. 1996. Physical Quality Of Pelleted Animal Feed. 1. Criteria For Pellet Quality. Animal Feed Science Technology.