22 0 111 KB
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klirens obat adalah suatu parameter farmakokinetika untuk menggambarkan eliminasi obat dari tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme prosesnya. Kliren obat menganggap seluruh tubuh sebagai system pengeliminasi obat tunggal dimana beberapa proses eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi. Setiap Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami proses farmakokinetik dimana ini sangat penting diketahui sebagai seorang farmasis apalagi apoteker. Eliminasi yang terjadi pada obat itu ada di metabolisme dan di ekskresi. Dimana jika obat dimetabolisme dan masih bisa digunakan maka dia akan di metabolism kembali, sedangkan kalau obat yang tidak dapat lagi dimetabolisme (dipakai lagi) maka akan di eliminasi dari dalam tubuh atau
ekskresi.
Seorang
farmasis
harus
paham
ini,
rute-rutenya,
parameternya maupun availibillitas obat di dalam tubuh, karena kita mau lihat seberapa lama maupun seberapa banyak obat yang tersedia di dalam tubuh agar kita bisa memberikan lagi obat pada jam keberapa. Oleh karena itu, kita lakukan percobaan ini, untuk mengetahui atau melihat berapa banyak obat yang berada di dalam urin denga menggunakan hewan coba tikus.
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana farmakokinetik urine dari obat Furosemid® didalam tubuh yang diberikan secara oral? C. Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk menganalisa dan mempelajari parameter farmakokinetik urine dari obat Furosemid® didalam tubuh yang diberikan secara oral. D. Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui parameter farmakokinetik urin setelah pemberian dosis tunggal obat Furosemid® pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) melalui pemberian rute oral. E. Prinsip Praktikum Adapun prinsip dari percobaan ini adalah penentuan parameter farmokinetik urin meliputi tetapan eliminasi (K), waktu paruh (t 1/2), klirens obat (Cl) dengan menggunakan obat Furosemid ® secara oral pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan oleh kedua ginjal kiri dan kanan setiap menitnya dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi kandung kemih. Saat kandung kemih sudah terisi urin sebanyak itu mulai terjadi rangsangan pada kandung kemih sehingga yang bersangkutan dapat merasakannya. Keinginan mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa ditahan jika volumenya masih berkisar dibawah 150 cc (Sheerwood, 2011). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormone (Ethel, 2003). Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air ( 96%) air dan sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh ginjal,
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN disimpan sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi (Rustiani, 2011). Proses pembentukan urin, yaitu : (Sheerwood, 2011) 1. Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus (urin primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa, asam amino dan garam-garam. 2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi. 3. Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis Semua obat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi berjalan melewati membran. Disposisi dari obat ditentukan oleh mekanisme obat terhadap membran dan sifat fisikokimia dari molekul dapat mempengaruhi pemindahan obat ke jaringan. Pergerakan obat dan availability obat tergantung pada ukuran dan bentuk molekul, derajat ionisasi, kelarutan relative lipid dari bentuk ionik dan nonionik dan yang mengikat protein serum dan jaringan (Brunton, 2006).
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan.Ketersediaan hayati obat yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan bagian dari salah satu tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat tersebut.Pegkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut. Dalam menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya diukur yang an profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari obat yang diberikan (Issel, 2007). Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolinya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif ditubulus proksimal, dan rebasorpsi pasif disepanjang tubulus (Gunawan, 2007). Organ lain yang memiliki kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan (Dipiro, 2008). B. Uraian Bahan 1. Alkohol (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi
: Aethanolum
Nama Lain
: Alkohol
Rumus Molekul : C2H6OH SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN Berat Molekul
: 46,07
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan Mudah
bergerak,
bau
khas, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan eter P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
Kegunaan
: Sebagai antiseptic
2. Aquadest (Ditjen POM, 1979) Nama resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama lain
: Air suling
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan putih tidak berwarna dan tidak berbau
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
3. Na.CMC (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi
: NATRII CARBOXYMETHYLCOLLULOSUM
Nama Lain
: Natrium karboksimetilselulosa
Rumus Molekul
: C23H46N2O6.H2SO4.H2O
Berat Molekul
: 694,85
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN Pemerian
: Serbuk atau butiran putih atau putih kuning gading tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan
: Mudah
mendispersi
dalam
air,
membentuk
suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter dan dalam pelarut organic Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai pelarut C. Uraian Obat
1. Furosemid® (Harvey, 2013) Golongan
: Loop Diuretik
Indikasi
Sangat efektif pada keadaan udema di otak dan : paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam bertahan 4-6 jam, intravena dalam
Kontraindikasi
beberapa menit, 2-5 jam lamanya. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, antara : lain hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
Efek samping
Pendengaran : hiperurisemia,
bisa
mendapat
hipovolemia
pengaruh
akut,
dan
buruk, deplesi
kalsium. Interaksi obat
Penghambat ACE, obat-obat rema, kortikosteroida, : aminoglikosida, antidiabetika oral. Pada udema oral 40-80 mg pagi p.c, jika perlu.
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN Dosis
: sehari dalam 2-3 dosis.
Farmakodinamik :Menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa henle asendens bagian epitel tebal. Loop diuretic diberikan per oral atau parental. Durasi Farmakokinetik
:kerja obat-obat ini relative singkat 2 sampai 4 jam. Obatobat ini disekresikan di urin. D. Uraian Hewan Coba
1. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989) Kingdom Phylum Class Ordo Sub ordo Family Genus Species
: Animalia : Chordata : Mamalia : Rodentia : Seluroanathi : Muridae : Rattus : Rattus norvegicus
2. Karakteristik Tikus Putih (Malole, 1989) Berat badan dewasa : 20 – 40g jantan; 25 – 40g betina Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina) Lama kehamilan : 19 – 21 hari Jumlah pernapasan : 94 – 163/menit, turun menjadi
80
dengan
Tidal volume Detak jantung
anestesi, naik sampai 230 dalam stress. : 0,09 - 0,23 : 325-780/menit, turun menjadi 350 dengan
Volume darah Tekanan darah Kolesterol
anestesi, naik sampai 750 dalam stress. : 76-80 ml/kg : 113-147/ 81-106 mmHg : 26,0-82 mg/dL
3. Morfologi (Malole, 1989) SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN Tikus atau rat ( Rattus novergicus ) telah diketahui sifat – sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur atau varietas tikus yan memiiki kekhususan tertentu antara lain galut spraguk-dowly. Berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya; galur wister ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur long-evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan.
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN BAB III METODOLOGI PERCOBAAN A. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan Adapun alat yang digunakan adalah kapas, hansaplast, gunting bedah, kandang fisiologis, sentrifuge, dan spektrofotometer. 2. Bahan yang digunakan Adapun bahan yang digunakan adalah obat Furosemid®, alkohol, aquadest, betadine, Na-CMC, spoit 1 mL, spoit 5 mL, dan tissue. B. Cara Kerja 1. Pembuatan Bahan Praktikum a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditimbang obat Furosemid® c. Disuspensikan obat dengan Na-CMC sebanyak 10 mL ke dalam lumpang d. Dimasukkan suspensi ke dalam vial 2. Penyiapan Hewan Coba Pertama tama hewan coba tikus (Rattus norvegicus) di pilih. Lalu hewan coba yang dipilih terlebih dahulu dipuasakan dan ditimbang berat badannya. 3. Perlakuan Percobaan a. Disiapkan bahan, alat dan hewan coba tikus (Rattus norvegicus) SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN b. Hewan coba diberikan air suling 5 mL c. Diinduksikan obat Furosemid® 2,2 mL d. Dimasukkan ke dalam kandang fisiologis e. Dikumpulkan urinnya pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50 f. Diukur dengan spektrofotometer g. Dicatat nilai absorbansinya h. Ditentukan parameter farmakokinetik data urin
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Praktikum Tabel 1. Data Sampel t (jam) 1 2 3 4 5 6 Kliren
Du 45 90 185 230 170 80 obat
DuK Duu - DuK 45 755 135 665 320 480 550 250 720 80 800 0 B. Pembahasan menganggap
seluruh
tubuh
Log Duu-DuK 2,877 2,822 2,681 2,397 1,903 ᷉᷉ sebagai
system
pengeliminasi obat tunggal dimana beberapa proses eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi. Setiap Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami proses farmakokinetik dimana ini sangat penting diketahui sebagai seorang farmasis apalagi apoteker. Eliminasi yang terjadi pada obat itu ada di metabolisme dan diekskresi. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menetapkan parameter farmakokinetik obat setelah pemberian oral dosis tunggal menggunakan data eksresi urin. Adapun parameter-parameter pada data urin yakni konstanta eliminasi (ke), waktu paruh (t1/2), dan clearance/klirens (Cl). Sedangkan obat yang digunakan adalah furosemid.
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN Adapun parameter farmakokinetik yang dihitung dalam percobaan kali ini mengikuti orde satu yakni laju eliminasi, waktu paruh dan klirens. Adapun hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus). Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu disiapkan hewan coba tikus, kemudian diberikan air suling sebanyak 5 mL setelah itu diinjeksikan dengan obat furosemid. Setelah itu tikus dimasukkan kedalam kandang fisiologis untuk dikumpulkan urinnya pada menit ke 10, 20, 30, 40 dan 50. Setelah itu urin disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm kemudian diukur pada spektrofotometer. Adapun hasil percobaan parameter farmakokinetik urin ini diperoleh nilai koefisien eliminasi sebesar 0,545 jam-1,
waktu paruhnya adalah
1,271 jam dan di dapatkan nilai klirens yaitu 0,0003 L/jam.
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan yaitu perhitungan parameter farmakokinetik urin dari obat furosemid® yang diperoleh adalah didapatkan hasil tetapan laju eliminasi adalah 0,545 jam-1, waktu paruh (t1/2) adalah 1,271 jam dan klirens adalah 0,0003 L/jam. B. Saran Sebaiknya asisten mendampingi praktikan pada saat praktikum agar kesalahan-kesalahan dapat dihindari.
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2019, Penuntun Praktikum Farmakokinetik, Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Depkes RI, Jakarta. Brunton, Laurence L.2006. “Goodman And Gilman's The Pharmacological Basis Of Therapeutics, 11/e”. Mcg Graw-Hill : New York. Dipiro, Joseph T. 2008. “Pharmacoteraphy ed. 7 th”. The MC Graw Hill Companies:New York. Ethel, S. 2003. “Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula”. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Gunawan, Sulitia gan.2007.”Farmakologi dan Terapi ed.5”.Badan penerbit FKUI: Jakarta Harvey, Richard , dkk. 2013, “ Farmakologi Ulasan Bergambar”, EGC, Jakarta. Issel Bacher, dkk.,2007. “Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam”. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. Malole, MB., Pramono, CS., 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Laboratorium, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IPB, Bogor. Sherwood Lauralee, “Fisiologi manusia, Edisi 6”. 2011. Buku kedokteran : Jakarta
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI OBAT LEWAT URIN LAMPIRAN A. Skema Kerja Hewan coba tikus
Diberikan air suling 5 mL
Diberikan obat Furosemid® 2,2 mL
Dimasukkan ke dalam kandang fisiologis
Dikumpulkan urinnya pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50
Diukur di spektrofotometer
Dicatat nilai absorbansinya
Tentukan parameter farmakokinetik data urin
SULISTIAWATI YUNUS MUHAMMAD WAHFIUDDIN ARSYAD 150 2016 0031