T.1 Epidemiologi Global Dan Lokal Kecenderungan HIV-AIDS - Mulhayana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “EPIDEMIOLOGI GLOBAL DAN LOKAL KECENDERUNGAN HIV/AIDS & ASPEK PSIKO, SOSIO KULTURAL DAN SPIRITUAL KLIEN HIV/AIDS ” HIV/AIDS Untuk memenuhi salah satu tugas HIV/AIDS dalam Pembelajaran jarak Jauh (PJJ) Dosen Pembimbing: Ns. Lisna Agustina, S.Kep., M.Kep.



Disusun oleh: MULHAYANA 18.156.01.11.089 2C KEPERAWATAN (S1)



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawalumbu-Bekasi 17114 2019/2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Epidemiologi Global Dan Lokal Kecenderungan Hiv/Aids & Aspek Psiko, Sosio Kultural Dan Spiritual Klien Hiv/Aids”. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mata kuliah HIV/AIDS. Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang HIV/AIDS. Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan mudah dipahami, dalam pembuatannya saya mendapatkan informasi dari berbagai literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan. Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-teman mahasiswa, Terimakasih. 



Karawang, April 2020



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .....................................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2 C. Tujuan..........................................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3 A. Epidemiologi Global dan Lokal Kecenderungan HIV/AIDS.....................................................3 B. Aspek Psiko, Sosio Kultural dan Spiritual Klien HIV/AIDS....................................................10 BAB III PENUTUP......................................................................................................................15 A. Kesimpulan...............................................................................................................................15 B. Saran..........................................................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. HIV



(Human



Immunodeficiency



Virus)



adalah



sejenis



virus



yang



menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. (Depkes, 2014). Kemenkes (2018) bagian pencegahan dan pengendalian penyakit (P2) menjelaskan bahwa jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Desember 2017 sebanyak 280.623. jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (51.981). diikuti Jawa Timur (39.633), papua (29.083), Jawa Barat (28.964), dan Jawa Tengah (22.292). jumlah AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2017 relatif stabil setiap tahunnya. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 samai Desember 2017 sebanyak 1002.667 orang. Presemtase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (32,5%). Kemudian iikuti



kelompok umur 30-39 tahun (30,7%). 40-49 tahun (12,9%), 50-59 tahun (4,7%), dan 15-19 tahun (3,2%). Presemtasi AIDS pada laki-laki sebanyak 57% dan perempuan 33%. Sementara itu 20% tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS terbanyak di wilayah Papua (19.729), Jawa Timur (18,243), DKI Jakarta (9.215), Jawa Tengah (8.170), Bali (7.441), dan Jawa Barat (5.502). angkay kematian (CFR) AIDS meningkat dari 1,07% pada tahun 2015 menjadi 1,08% pada Desember 2017. B. Rumusan Masalah 1. Penyakit AIDS disebabkan oleh apa? 2. Bagaimana cara penularan penyakit HIV/AIDS? 3. Bagaimana perjalanan penyakit HIV/AIDS? 4. Bagaimana cara pencegahan penyakit HIV/AIDS? 5. Bagaimana pengkajian aspek psiko, sosio, kultursl dsn spritual pada pasien dengan HIV/AIDS C. Tujuan 1. Mengetahui Penyebab utama HIV/AIDS 2. Mengetahui cara penularan HIV/AIDS 3. Mengetahui cara penanganan dan pencegahan HIV/AIDS 4. Dapat menjelaskan Penyakit HIV/AIDS 5. Mengetahui pengkajian aspek psiko, sosio, kultural dan spiritual pada pasien dengan HIV/AIDS



BAB II PEMBAHASAN A. Epidemiologi Global dan Lokal Kecenderungan HIV/AIDS a. Definisi HIV/AIDS HIV yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS. HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani atau cairan vagina. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. b. Fakyor Agent (penyebab) Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali di isolasi oleh Montagnier dan kawan-kawannya di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada Tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas ksepakatan internasional pada Tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV. Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam



Bentuknya yang asli merupakan



partikel yang inert, tidak apat berkembang atau Melukai sampai ia masuk ke sel



target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,Karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap Hidup lama dalam sel dengan keadaan in aktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh Pengidap HIV selalu di anggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat Di tularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan Bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120).Gp 120 Berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap Pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan Dengan berbagai disinfektan seperti eter , aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan Sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar Tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak. c. Faktor Host (penjamu) Kerentanan Wanita Pada Infeksi HIV :Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi “menampung”,



dan



alat



reproduksi



wanita



sifatnya



“masuk



kedalam”



dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor sosiologisgender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival. Status yang rawan terjangkit HIV ; 1) Bayi dan anak dari ibu yang menderita HIV



2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda, karena maraknya pergaulan bebas. 3) PSK ( Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya 4) TKI/TKW 5) Biseksual yang sering berganti-ganti pasangan. d. Faktor Environment (lingkungan) Kondisi lingkungan dapat pula menjadi faktor penyebab penularan HIV. Kondisi lingkungan yang selau berubah dapat menurunkan kondisi fisik manusia sehingga dia rentan terhadap penyakit atau kondisi lingkungan yang berubah sehingga agent dapat berkembang biak dengan pesat pada lingkungan tersebut yang menyebabkan timbulnya penyakit. Seseorang yang tinggal dengan lingkungan orang-orang yang terjangkit HIV akan beresiko lebih tinggi untuk tertular Virus HIV. Tempat masuk kuman Human imuno defisiensi virus ada 3 cara : 1) Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV. 2) Transfusi darat atau penggunaan jarum suntik secara bergantian. 3) Mother-to-Child Transmission : Dari ibu yang terjangkit HIV pada anaknya Perlu diketahui HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah. a) Masa Inkubasi Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata- rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV.Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak



menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini. b) Transmisi Di bawah ini beberapa transmisi pada HIV/AIDS : a. Transmisi seksual Penularan seksual terjadi dengan kontak antara sekresi seksual dari satu orang dengan membran mukosa rektum, alat kelamin atau mulut pasangannya. Unprotected tindakan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada tindakan seksual insertif, dan risiko penularan HIV melalui hubungan seks dubur tanpa kondom lebih besar daripada risiko dari hubungan seksual vagina atau seks oral. Namun, seks oral tidak sepenuhnya aman, karena HIV dapat ditularkan melalui seks oral reseptif maupun insertif. b. Paparan patogen melalui darah Ini rute transmisi sangat relevan dengan pengguna narkoba intravena, penderita hemofilia dan penerima transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi HIV merupakan risiko utama untuk infeksi HIV. Berbagi jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi HIV baru-di Amerika Utara, Cina, dan Eropa Timur. Risiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang telah digunakan pada orang yang terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 1 dalam 150 (lihat tabel di atas). Profilaksis pasca pajanan dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko ini. Rute ini juga dapat mempengaruhi orang-orang yang memberi dan menerima tato dan tindik. c. Transmisi perinatal Transmisi virus dari ibu ke anak dapat terjadi in utero''''selama mingguminggu terakhir kehamilan dan saat melahirkan. Dengan tidak adanya perawatan, tingkat transmisi antara ibu dan anaknya selama kehamilan, persalinan dan melahirkan adalah 25%. Namun, ketika ibu membutuhkan terapi antiretroviral dan melahirkan melalui operasi caesar, tingkat transmisi hanya 1%. ibu yang terinfeksi HIV harus menghindari menyusui bayi mereka. Namun, jika hal ini tidak terjadi, menyusui eksklusif direkomendasikan selama bulan-bulan



pertama kehidupan dan dihentikan sesegera mungkin. Perlu dicatat bahwa wanita dapat menyusui anak-anak lain yang tidak mereka sendiri.  Fakta Transmisi HIV/AIDS : a.



Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.



b.



Jarum suntik/tindik/tato yang tidka steril dan dipakai bergantian



c.



Mendapatkan tarnsfusi darah yang mengandung virus HIV



d.



Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)



e.



HIV tidak ditularkan meallui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan



tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan,



penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), menggunakan toilet duduk, berbagi alat makan makanan atau gelas minum, berjabat tangan, atau melalui ciuman. f.



HIV tidak dapat bertahan untuk waktu yang lama di luar tubuh.



g.



Virus hanya dapat ditularkan dari orang ke orang, bukan melalui gigitan binatang atau serangga



h.



Orang yang terinfeksi HIV yang memakai ART masih dapat menulari orang lain melalui hubungan seks dan jarum-berbagi



c) Metode pencegahan HIV/AIDS Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang 1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE, memerikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya. Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan



jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-BC. a.



A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Atau PUASA melakukan hubungan seks.



b.



B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah harus SETIA hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja.



c.



C adalah CONDOM artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi



maka



harus



digunakan



alat



pencegahan



dengan



menggunakan kondom 2. Upaya pencegahan jangka panjang Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah: a) Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali. b) Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy). c) Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.\ d) Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual. e) Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin. f) Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin g) Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS. h) Tidak melakukan hubungan anogenital. i) Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama, penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui penataran P4 dan lain-lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab. Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab di harapkan mampu mencegah penyebaran penyakit AIDS di Indonesia.



d) Pemberantasan HIV/AIDS Tujuan pemberantasan HIV/AIDS adalah untuk meningkatkan usia harapan hidup penduduk indonesia, menekan angka kematian remaja dan demi mewujudkan salah satu sasaran MDG’s. lima langkah untuk berantas epidemi AIDS. Wapres Boediono mengatakan “angka prevalensi penderita AIDS memang masih rendah, yakni 0,17% dari seluruh penduduk, namun jumlah penderita baru terus meningkat”. Oleh karena itu di bentuklah 5 Langkah pemberantasan HIV/AIDS yaitu: 1. perluasan jaringan fasilitas pelayanan bagi penderita HIV/AIDS. 2. peningkatan



keikutsertaan



masyarakat



dalam



pencegahan



dan



penanganan HIV/AIDS. 3. perbaikan koordinasi dan tata kelola dari semua pihak dan instansi yang ikut menangani masalah HIV/AIDS di tanah air. 4. perbaikan sistem informasi. 5. mobilisasi dana, baik dari luar maupun dalam negeri, untuk membiayai peningkatan kuantitas dan kualitas penanganan HIV/AIDS di tanah air.Wapres juga mengatakan kelompok yang paling rawan terhadap HIV/AIDS adalah kelompok usia 15-49 tahun, atau kelompok produktif. Oleh karena itu, sangat perlu kelompok ini dibekali dengan pengetahuan dan layanan, sehingga mampu melindungi dirinya dan melindungi orang lain terhadap risiko-risiko penularan HIV/AIDS. "Marilah kita amankan sasaran MDG’s yang telah kita tetapkan di bidang penanggulangan penyakit ini di tanah air. Dan akhirnya marilah kita mantapkan niat dan tekad kita semua untuk mencapai sasaran itu, dengan semangat baru mengiringi peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini” tandasnya. e. Pengobatan Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV. Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS. B. Aspek Psiko, Sosio Kultural dan Spiritual Klien HIV/AIDS



a. Aspek Psikologis Respons adaptasi psikologis terhadap stesor , menurut Potter & Perry (2005) dalam Nursalam dkk (2014) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap stresor yakni, pengingkaran, marah, tawar menawar, depresi, dan menerima. Tahapan Psikologis Tindakan yang dibutuhkan Tahap pengingkaran - Mengidentifikasi terhadap penyakit pasien (denial)



-



Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan takut menghadapi kematian dan



Tahap kemarahan (anger)



-



mengeluarkan keluh kesahnya Memberikan kesempatan mengekspresikan marahnya



Tahap



tawar



menawar



-



(bergaining)



Memahami kemarahan pasien Mendorong pasien agar mau mendiskusikan perasaan kehilangan dan takut menghadapi penyakit pasien



Tahap depresi



-



Mendorong



pasien



-



kelebihan (positif) yang ada pada dirinya Memberikan dukungan dan perhatian



-



Mendorong



pasien



untuk



untuk



menggunakan



melakukan



aktivitas sehari-hari sesuai kondisi



Tahap menerima



-



Membantu menghilangkan rasa bersalah,



-



bila perlu mendatangkan pemuka agama Memotivasi pasien untuk mau berdoa dan sembahyang



-



Memberikan bimbingan keagamaan sesuai keyakinan pasien



b. Aspek Sosial Respons adaftif sosial individu yang menghadapi stressor tertentu menurut Stewart (1997) dalam Nursalam dkk (2014) dibedakan dalam 3 aspek yang antara lain : 1) Stigma sosial memperparah depresi dan pandangan yang negatif tentang harga diri individu



2) Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV, misalnya penolakan bekerja dan hidup serumah juga akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan 3) Terjadinya waktu yang lama terhadap respons psikologis mulai penolakan, marah-marah, tawar menawar, dan depresi berakibat terhadap keterlambatan upaya pencegahan dan pengobatan. Adanya dukungan sosial yang baik dari keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Payuk, dkk (2012) tentang hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA di daerah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Bentuk dukungan sosial terutama kepada ODHA menurut Nurbani & Zulkaida (2012) antara lain emotional support, informational support, instrumental or tangible support, dan companionship support, dukungan tersebut berdampak positif pada kehidupan ODHA. Untuk kesehatan, ODHA menjadi lebih memperhatikan kesehatannya. Adapun dampak sosial, ODHA menjadi lebih banyak teman, merasa dirinya berarti, serta ODHA diikutsertakan dalam kegiatan kelompok. Selain



dampak



tersebut,



ada



pula



dampak



pekerjaan



yang



dapat



mengoptimalkan kemampuannya, menjadikan kemampuan ODHA bertambah, ODHA dapat mengevaluasi pekerjaannya serta mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sehingga ODHA dapat membantu dalam memberikan informasi mengenai akses kesehatan kepada kelompok anggota dukungan. Kelompok anggota dukungan : a. Jenis dkungan sosial 1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan 2) Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang tersebut 3) Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung, misalnya memberi pnjaman uang kepada orang yang membutuhkan, dll 4) Dukungan



informatif,



mencakup



pemberian



nasihat,



saran,



pengetahuan, dan informasi serta petunjuk b. Dampak bagi lingkungan 1) Menurunnya produktivitas masyarakat Salah satu masalah sosial yang dihadapi ODHA adalah menurunnya produktivitas mereka. Daya tahan tubuh yang melemah, dan angka



harapan hidup yang menurun, membuat daya produktivitas ODHA tidak lagi sama seperti orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan kebanyakan dari mereka kehilangan kesempatan kerja ataupun permasalahan dalam aspek ekonomi yang mereka hadapi. 2) Mengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan Berkaitan dengan point yang pertama, ketika ODHA mengalami penurunan produktivitas, mereka akan kehilangan pekerjaan mereka dan mulai menggantungkan hidupnya kepada keluarganya ataupun orang lain. Tanpa disadari hal ini akan menggangu terhadap program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. 3) Meningkatnya angka pengangguran Meningkatnya angka pengangguran ini juga merupakan salah satu dampak sosial yang ditimbulkan HIV/AIDS. Daya tahan tubuh yang melemah, antibody yang rentan dan ketergantungan kepada obat membuat ODHA merasa di diskriminasi dalam hal pekerjaan, sehingga mereka susah untuk mencari pekerjaan yang sesuai. 4) Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat Pola hubungan sosial di masyarakat akan berbuah ketika masyarakat memberikan stigma negatif kepada ODHA dan mulai mengucilkan ODHA. Hal ini bukan saja terjadi pada diri ODHA namun berdampak juga pada keluarga ODHA yang terkadang ikut dikucilkan oleh masyarakat sekitar. 5) Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial Kesenjangan sosial dapat terjadi ketika masyarakat disekitar tempat ODHA tinggal mulai memperlakukan beda atau mendiskriminasi, memberi stigma negatif dan mengucilkan ODHA. 6) Munculnya reaksi negatif dalam bentuk deportasi, stigmatisasi, diskriminasi dan isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV dan penderita AIDS. c.



Aspek Kultural Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh tindakan diskriminasi dari masyarakat umum terhadap penderita HIV/AIDS, serta pengabaian nilai-nilai dari kebudayaan itu sendiri. Perilaku seksual yang salah satunya dapat menjadi faktor utama tingginya penyebaran HIV/AIDS dari bidang



budaya. Ditemukan beberapa budaya tradisional yang ternyata meluruskan jalan bagi perilaku seksual yang salah ini. Meskipun kini tidak lagi nampak, budaya tersebut pernah berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat. Seperti budaya di salah satu daerah provinsi Jawa Barat, kebanyakan orang tua menganggap bila memiliki anak perempuan, dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak perempuan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan meningkatkan penghasilan keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya menjadi PSK sebagian warga wilayah pantura tersebut bisa menjadi otang kaya di kampungnya. Hal tersebut merupakan permasalahan HIV/AIDS dalam aspek budaya, dan budaya adat seperti ini seharusnya dihapuskan. d. Aspek Spiritual Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep-konsep Ronaldson (2000) dalam Nursalam dkk (2014). Respons adaptif spiritual meliputi : menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan. Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat. 1) Ketabahan hati Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati falam mengahdapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat ornag bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umat/NYA, melebihi kemampuannya (Al-Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya. 2) Pandai mengambil hikmah Peran perawat dalam hal ini adalah meningkatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berpikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari



Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipa dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melaluihubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairancairan tubuh tersebut. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika SubSahara. ini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDSbekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni1981. B. Saran Makalah ini jauh dari kata kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan maka saya selaku penyusun mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi pengembangan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Departemen



Kesehatan



RI



”Petunjuk



Pengembangan



Program



Nasional



Pemberantasan dan Pencegahan AIDS, Jakarta 1992. Syarifuddin Djalil “Pelayanan Laboratorium Kesehatan Untuk Pemeriksaan Serologis AIDS”AIDS; Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 1989. Lindayani, L., & Maryam, N. N. 2017. Tinjauan sistematis : Efektivitas Palliative Home Care untuk pasien dengan HIV/AIDS. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(1) https://gema017.blogspot.com/2019/03/makalah-epidemiologi-global-dan-lokal.html https://www.academia.edu/39352939/ASPEK_PSIKO_SOSIO_DAN_KULTURAL_ HIV_AIDS