Tadabbur Alquran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

http://d1399.wordpress.com/2012/05/11/tadabbur-dan-tafakur/ Tadabbur adalah salah satu cara untuk memahami Al-Qur‟an. Kitab-kitab Tafsir yang kita kenal dan kita baca sekarang adalah hasil usaha yang optimal dari para ulama dalam mentadabburi dan memahami Aquran. Tadabbur menurut bahasa berasal dari kata ‫ دبــر‬yang berarti menghadap, kebalikan membelakangi. Tadabbur menurut ahli bahasa Arab adalah ‫ الـتـفـ ّكـر‬memikirkan. Maka, tadabbur bisa berarti memikirkan akibat dari sesuatu atau memikirkan maksud akhir dari sesuatu. Sedangkan, tadabbur menurut istilah adalah “penelaahan universal yang bisa mengantarkan kepada pemahaman optimal dari maksud suatu perkataan “.



Tadabbur (penelaahan) Al-Qur’an diperintahkan oleh Allah swt dan ini adalah salah satu cara berinteraksi (ta’amul) dengan Al-Qur’an. Allah berfirman pada surat As Shaad : 29 ْ ‫ٌِولِ َي َت َذ َّك َرٌأ ْول‬ َ َ‫ِك َتابٌٌأ‬ ِ ‫وااْلَ ْل َبا‬ ٌ‫ب‬ َ ‫اركٌلِّ َيدَّ َّبرواآ َياتِه‬ َ ‫نز ْل َناهٌٌإِلَ ْي َكمٌ َب‬ Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Alquran kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya. Alquran itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi. Alquran itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjukpetunjuk Rasul, dengan dibantu oleh Ilmu Pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan bahasa ataupun yang berhubungan dengan perkembangan kemasyarakatan. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan Rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka. Untuk memberikan pengertian yang lebih terperinci mengenai pengertian ayat ini baik kiranya dikemukakan pendapat Hasan Basry.



“Banyak hamba Allah dan anak-anak yang tidak mengerti makna Alquran, walaupun telah membacanya di luar kepala. Mereka ini hafal betul hingga tak satupun huruf yang ketinggalan. Mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Alquran itu hingga salah seorang di antara mereka mengatakan. “Demi Allah saya telah membaca Alquran, hingga tak satu hurufpun yang kulewatkan.” Sebenarnyalah orang demikian itu telah melewatkan Alquran seluruhnya, karena pengaruh Alquran tak tampak pada diri orang itu, baik pada budi pekertinya maupun pada perbuatannya. Demi Allah apa gunanya ia menghafal setiap hurufnya, selama mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah. Mereka itu bukan ahli hikmah dan ahli Pemberi pengajaran. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah orang yang seperti itu”. Untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an dan melakukan tadabur yang optimal membutuhkan kiat-kiat sebagai berikut: 1. Memperhatikan adab dalam tilawah 2. Memperhatikan cara- cara talaqqi ( menerima ajaran ) 3. Memperhatikan tujuan pokok dari Al Qur’an 4. Mengikuti jejak langkah para sahabat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. 5. Berusaha hidup dalam ruh Al-Qur’an. 6. Dibantu dengan disiplin ilmu-ilmu lain. Dan juga telah djelaskan pada Al Qur’an Surat An Nisa’ : 82 َّ ‫ٌِغ ْي ِر‬ َ ‫ٌولَ ْوٌ َكانَ ٌمِنْ ٌ ِع ْند‬ ‫ِيرا‬ ً ‫ٌَّللاٌِلَ َو َجدواٌفِيهٌِا ْخت ََِل ًفاٌ َكث‬ َ َ‫أَ َف ََلٌ َي َت َد َّبرونَ ٌا ْلق ْرآن‬ Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran? Kalau kiranya Al quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. “ Ayat ini mencela orang-orang kafir dan orang-orang munafik tersebut ! karena mereka tidak mengerti tentang kerasulan Muhammad dan tidak mau memahami Alquran yang menjelaskan tentang kerasulan Nabi Muhammad itu, karena kalau mereka mau mengerti dan mau memperhatikan, niscaya mereka mengetahui bahwa kerasulan Muhammad dan Alquran itu memang sebenarnya dari Tuhan. Demikian janji Allah kepada orang mukmin dan ancaman Nya kepada orang kafir dan orang munafik sebagaimana yang disampaikan oleh Muhammad adalah suatu hal yang pasti sebagaimana pasti benarnya ayat-ayat yang disampaikan oleh Muhammad, tentang isi hati yang dikandung oleh orang munafik dan orang kafir itu. Demikian pula pasti benarnya ayat-ayat yang dibawa Muhammad tentang nasib buruk mereka di akhirat nanti, karena kalau kiranya Alquran itu dibuat-buat Muhammad bukan datangnya dari Allah yang mengutus niscaya mereka akan



menemui dalam Alquran itu ayat-ayat yang bertentangan satu sama lain. Tafakur berasal dari kata TAFAKKARO yang artinya merenungkan atau memikirkan. Tafakur merupakan perbuatan yang diperintahkan dalam agama dan ditujukan bagi mereka yang memiliki pengetahuan untuk merenungkan berbagai fenomena alam. Allah swt Berfirman: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S 3 Ali-Imran: 190191) Secara umum, objek tafakur adalah memikirkan dan merenungkan makhluk Allah swt.. Termasuk dalam katagori Makhluk Allah ialah alam semesta beserta segala yang dikandungnya. Perenungan terhadap gejala alam sangat bermanfaat dalam rangka mengungkap tanda-tanda kekuasaan Allah sehingga manusia menjadi tunduk, patuh, dan taat kepada Penciptanya, yakni Allah swt. Batasan penting yang harus diperhatikan dalam bertafakur ialah bahwa kaum Mukminin dilarang memikirkan atau merenungkan Dzat Allah swt. Seseorang pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas tentang bagaimana bersemayamnya Allah (istawa) di atas Arasy, maka sang imam pun berfikir sejenak lantas memberikan jawaban : ‫االستواءمعلوم والكيف غير معلوم وااليمان به واجب والسوءال عنه بدعة‬ Istiwa‟ itu telah diketahui maknanya, tetapi bagaimana caranya tidak diketahui, mengimaninya adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bidah. Jawaban Imam Malik ini selanjutnya jadi kaidah yang terkenal di kalangan para ulama dalam menyikapi persoalan seputar Dzat dan Sifat Allah. Dengan demikian, terlarang hukumnya bagi seorang Mukmin untuk bertafakur memikirkan Dzat atau Sifat Allah swt. Syekh Sa‟id bin Wahf al-Qahthan menjelaskan dalam kitab Syarhu „Aqidatil Wasithiyyah, bahwa yang harus kita lakukan mengenai keberadaan dalil-dalil yang memaparkan tentang Dzat atau Sifat Allah ialah mengimani dan menetapkan tanpa takwil (tafsir), takyif (bertanya tentang caranya), ta‟thil (menolak sebagian atau seluruhnya), dan tamtsil (menyetarakannya dengan zat atau sifat makhluk).



Selanjutnya, termasuk dalam aktivitas tafakur ialah menelaah Ayat-ayat Allah swt. sehingga dapat dipahami dan di amalkan dengan benar dalam kehidupan seharihari. Yang patut menjadi perhatian, sebagaimana disinggung di atas, perintah menafakuri Ayat-ayat Allah hanya ditujukan bagi mereka yang memiliki pengetahuan, terutama pengetahuan agama. Memikirkan Ayat-ayat Allah tidak dapat dilakukan kecuali terlebih dahulu mengetahui ilmu yang berhubungan dengan ayat- tersebut. http://www.kesturi.net/wp-content/uploads/2012/10/9.Epistemologi-Ulu-L-AlbobMohd-Nasir-Mohd-Tap.pdf



NABI Muhammad SAW merupakan utusan Allah SWT yang menjadi rahmat kepada sekalian alam. Firman Allah: Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (al-Anbiyaa': 107). Dalam menyeru manusia mentauhidkan Allah, baginda Rasulullah telah dibekalkan sebuah kitab yang menjadi sebesar-besar mukjizat kepadanya iaitu al-Quran. Kitab terakhir ini mengandungi pertunjuk dan pengajaran yang sedikit pun tidak terdapat keraguan, apatah lagi kesalahan. Firman Allah: Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang yang (hendak) bertakwa (al-Baqarah: 2). Mukjizat al-Quran sungguh berbeza dengan mukjizat Rasulullah kerana mukjizatmukjizat tersebut hanya boleh disaksikan oleh mereka yang hidup di zaman baginda sahaja. Sedangkan al-Quran boleh dilihat sehingga ke akhir zaman. Di dalamnya terkandung pelbagai rahsia yang tersembunyi dan hikmah yang boleh dikaji, diselidiki dan diterokai oleh umat manusia bagi mencari kebenaran sehingga ke hari kiamat. Membaca al-Quran dan bertadabbur dengannya menjadikan hati yang keras bertukar lembut. Ramai tokoh-tokoh manusia yang pada awalnya menolak Islam akhirnya beriman kepada Allah setelah mendengar, membaca dan mengkaji al-Quran. Sebagai contoh di zaman Rasulullah antara mereka ialah Saidina Umar al-Khattab manakala di zaman moden pula ialah Malcolm X, Mike Tyson dan ramai lagi.



Allah menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril melalui dua peringkat. Peringkat pertama al-Quran diturunkan sekali gus dari Luh Mahfuz (langit ketujuh) ke Baitul Izzah (di langit dunia) pada malam Lailatul Qadar iaitu malam yang penuh keberkatan di bulan Ramadan. Peringkat kedua al-Quran diturunkan dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril secara beransur-ansur selama 23 tahun. Oleh kerana Allah yang menurunkan al-Quran, maka Dia jugalah yang berhak menjaga dan memelihara kesucian kitab ini daripada dicemari oleh pengubahsuaian manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran, dan Kamilah yang memelihara dan menjaganya (al-Hijr: 9). Buktinya dari dulu sehingga sekarang dan sampai hari kiamat, tidak ada seorang manusia yang sanggup mencipta satu ayat yang setanding dengan al-Quran. Sedangkan jika dilihat dari sudut sejarah ketika al-Quran diturunkan kepada Rasulullah, masyarakat Arab jahiliah cukup mahir dalam mengarang sajak dan juga bersyair. Biar pun begitu mereka tidak sanggup membuat satu ayat yang setanding dan setara dengan al-Quran. Maka benarlah firman Allah: Dan kalau kamu ada menaruh syak tentang apa yang Kami turunkan (al-Quran) kepada hamba kami (Muhammad), maka cubalah buat dan datangkanlah satu surah yang sebanding dengan al-Quran itu, dan panggillah orang-orang yang kamu percaya boleh menolong kamu selain dari Allah, jika betul kamu orang-orang yang benar. Maka kalau kamu tidak dapat membuatnya, dan sudah tentu kamu tidak dapat membuatnya, maka peliharalah diri kamu dari api neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu-batu (berhala), (iaitu neraka) yang disediakan untuk orang-orang kafir (al-Baqarah: 23-24). Berdasarkan ayat ini jika manusia masih berdegil dan tidak mahu beriman dengan apa yang terkandung di dalam al-Quran maka bersiap sedialah dengan azab neraka di akhirat.



Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2011&dt=0726&pub=Utusan_ Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_02.htm#ixzz2YLQw9TiL © Utusan Melayu (M) Bhd



http://www.wahdahsidrap.com/2013/06/sidrap-bertadabbur-al-quran.html Sungguh, Tadabbur al-Qur‟an itu sangat urgen. Karena ia merupakan sebab kemuliaan (izzah) kita. Tadabbur juga merupakan manhaj/metode nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam dalam berinteraksi dengan al-Qur‟an dan mengajarkannya kepada para sahabat. Imam Malik rahimahullah berkata, “Generasi Akhir ummat ini tidak akan membaik, kecuali dengan mengikuti metode yang telah mejadikan generasi awal ummat ini membaik”. Generasi awal membaik dan berjaya karena berpedoman pada al-Qur‟an dan as-ssunah. Mentadabburi ma‟na Qur‟an dan Sunnah merupakan jalan untuk memperbaiki keadaan umat dengan Qur‟an dan Sunnah. Tadabbur merupakan cara terbaik untuk mengakrabkan ummat dengan Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana dalam sabdanya, “Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang dengan kedua hal tersebut, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Dan seseorang tidak mungkin bisa tamassuk berpegang teguh dengan Qur‟an dan Sunnah tanpa diawali dengan pemahaman dan tadabbur terlebih dahulu. Paragraf di atas dikutip dari pengantar Syekh. Prof.Dr Nashir al-„Umar pada websitehttp://www.tadabbor.com/. Sebuah web site Tadabbur Al-Qur‟an. Tujuan dari web tersebut adalah menggalakkan tadabbur al-Qur‟an yang saat ini masih belum diperhatikan secara serius oleh umat Islam. Sedangkan Syekh Nashir merupakan ketua Lembaga Tadabbur al-Qur‟an Internasioanal. Sebuah lembaga yang didirikan untuk memasyarakatkan Tadabbur al-Qur‟an di tengah-tengah masyarakat Islam. Kembali ke soal tadabbur. Alhamdulillah, saat ini perhatian kaum Muslimin untuk membaca dan menghafal al-Qur‟an kembali muncul. Kesadaran untuk berinterksi dengan al-Qur‟an melalui bacaan dan hafalan kembali lahir. Hal ini dapat dilhat dengan munculnya lembaga penghafalan al-Qur‟an (pesantren tahfidz, halaqah tahfidz, rumah tahfidz, dsb) bermunculan di mana-mana. Tentu saja ini merupakan fenomena yang patut disyukuri. Karena ini menunjukan semangat kaum Muslimin untuk kembali kepada al-Qur‟an. Akan tetapi kesadaran kaum Muslimin untuk membaca dan menghafal al-Qur‟an belum disertai oleh kesadaran untuk bertadabbur. Fenomena inilah yang disoroti oleh Syekh Nashir al-„Umar hafidzahullah. Dalam salah satu tulisannya yang dipublikasikan oleh http://www.almoslim,beliau menulis: Setiap orang yang memperhatikan keadaan kaum Muslimin hari ini, maka ia akan menyaksikan perhatian yang besar dari kaum Muslimin terhadap al-Qur‟an. Perhatian tersebut ditunjukan oleh seluruh lapisan masyarakat baik pria maupun wanita, anak-anak dan orangtua dengan membaca (tilawah) dan menghafal (hifdz). Lembaga-lembaga penghafalan al-Qur‟an (tahfidz) tersebar di seluruh penjuru negeri. Masjid-masjid penuh dengan halaqah-halaqah (kelompok) yang membaca dan mengahafal al-Qur‟an (halaqah tilawah dan tahfidz). Demikian pula dengan daurah-daurah tahfidz yang setiap tahun menelorkan puluhan sampai ratusan penghafal al-Qur‟an (hufadz). Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa abad ini merupakan abad emas penghafalan al-Qur‟an. Semua ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Sebab, ini menunjukan perhatian/semangat umat Islam terhadap Kitabullah dan antusiasme mereka untuk



memperoleh pahala besar yang dijanjikan oleh Allah kepada para hamba-Nya, pembaca dan penghafal al-Qur‟an. Akan tetapi sangat disayangkan, semangat dan antusiasme dalam membaca dan menghafa al-Qur‟an tidak disertai dengan semangat yang sama dalam mentadabburi dan memahami. Hingga kita menyaksikan ada diantara mereka yang menamatkan dan menyemuprnakan hafalan, tapi tidak mengetahui makna dari awal surat yang dihafalkannya. (http://www.almoslim.net/node/137355) http://e-usrah.com/v2/tip-tadabbur-al-quran/



Beliau juga memandang bahwa Tadabbur merupakan satu bentuk interaksi dengan al-Qur‟an yang tidak dapat dipisahkan dengan tilawah (membaca) dan hifdz (menghafal). Sebab Allah yang menurunkan al-Qur‟an sendiri tidak sekadar menganjurkan tilawah dah hifdz, tapi Allah juga menganjurkan untuk bertadabbur. Dalam catatan Sekjen Ikatan Ulama Muslim Sedunia ini, setidaknya ada tiga metode yang digunakan oleh Allah dalam mengajak dan memotifasi untuk tadabbur. Pertama, Dengan menjelaskan bahwa tadabbur merupakan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Quran, sebagaimana dalam surat Shad ayat29: َ َ‫] ِك َتابٌ أ‬ ٌ ‫ار‬ ٖ٢:ٕ٣[ ‫ب‬ ِ ‫ك لِّ َي َّد َّبرُوا آ َيا ِت ِه َو ِل َي َت َذ َّك َر أُولُو ْاْلَ ْل َبا‬ َ ‫ك ُم َب‬ َ ‫نز ْل َناهُ إِلَ ْي‬ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS:Shad ayat29) Kedua, Dengan mengingkari sikap orang-orang yang meninggalkan tadabbur, sebagaimana dalam surat al-Mu‟minun ayat 68: ٕٖ:٣٢[ ‫ِين‬ ِ ْ‫]أَ َفلَ ْم َي َّد َّبرُوا ْال َق ْو َل أَ ْم َجا َءهُم مَّا لَ ْم َيأ‬ َ ‫ت آ َبا َء ُه ُم ْاْلَ َّول‬ Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? (QS Al-Mu‟minun ayat 68) Ketiga, Dalam ayat lain Allah mewajibkan tadabbur [secara tersirat] sebagaimana dikatakan oleh Imam Syaukani berdasarkan surat an-Nisa ayat 82 dan Muhammad ayat 24. ْ ‫َّللا لَ َو َج ُدوا فِي ِه‬ ٗ:٢ٕ[ ‫اخت ََِل ًفا َك ِثيرً ا‬ ِ َّ ‫ان ِمنْ عِ ن ِد َغي ِْر‬ َ ‫آن ۚ َولَ ْو َك‬ َ ْ‫ُون ْالقُر‬ َ ‫]أَ َف ََل َي َت َد َّبر‬ Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS: An-Nisa ayat 82). ٗ٢:ٕٗ[ ‫ب أَ ْق َفالُ َها‬ ٍ ‫آن أَ ْم َعلَ ٰى قُلُو‬ َ ْ‫ُون ْالقُر‬ َ ‫]أَ َف ََل َي َت َد َّبر‬ Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? Ayat-ayat di atas menunjukan pentingya tadabbur dalam berientekasi dengan al-Qur’an. Bahkan Syekh Nashir mengategorikan tadabbur sebagai satu dari tiga kewajiban terhadap al-Qur‟an. Dalam salah satu tulisannya yang berjudul Tsalats Wajibat al-Muslim Ma‟a al-Qur‟an beliau menegaskan bahwa kewajiban seorang Muslim terhadaap al-Qur‟an ada tiga, yakni (1)Mengikhlaskan niyat dalam berinteraksi dengan al-Qur‟an, baik saat



mendengarkan, membaca, menghafal, menadabur, dan mengamalkan; (2) Mengagungkan al-Qur‟an; dan (3)Merenungkan (tadabbur) dan memikirkan (tafakkur) ma‟na-ma‟na al-Qur‟an. (http://www.almoslim.net/node/137355). Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah gerakan untuk mengakrabkan umat Islam dengan Al-Qur‟an melalui metode dan pendekatan tadabbur. Karena metode dan pendekataan ini merupakan metode yang disebutkan dan paling disukai oleh AlQur‟an, sebagaimana dikatakan oleh ustad Bachtiar Nasir. Sebab hanya dengan tadabbur seseorang akan dapat merasakan bukti dan mukjizat bahwa Al-Qur‟an berasal dari Allah (QS An-Nisa:82). (Bachtiar Nasir, Tadabbur Al-Qur‟an, hlm.19)



Dengan kegitan Tabligh Akbar Sidrap Bertadabbur Al-Qur‟an ini diharapkan akan tumbuh kesadaran umat Islam Indonesia untuk mentadaburi al-Qur‟an. Semoga kegiatan ini menjadi pendorong Gerakan Nasional Tadabbur al-Qur‟an (GenTaQu) yang telah digagas dan dijalankan oleh ustad Bachtiar Nasir. Sebuah gerakan yang menginspirasi dan memandu ummat menuju bangsa dan generasi cerdas dan Qur‟ani. Gerakan berskala nasional ini bertujuan meraih dan menebarkan rahmat/kasih sayang terbesar Allah yaitu hidayah/petunjuk Al-Qur‟an kepada segenap komponen bangsa Indonesia. Gerkan ini juga bertujuan menebarkan nilainilai universal Al-Qur‟an untuk membangun tatanan masyarakat Indonesia yang beradab, cinta damai dan bersatu dalam membangun kebersamaan. (Bachtiar, Tadabbur, hlm.19).



BERTADABBUR DENGAN AL-QURAN Posted on August 9, 2011 by irfanirsyad



Oleh MOHD. HISHAMUDDIN MANSOR NABI Muhamad SAW merupakan utusan Allah SWT yang menjadi rahmat kepada sekalian alam. Firman Allah:



﴾ٔٓ٢﴿ ‫ِين‬ َ ‫ك إِ َّال َرحْ َم ًة لِّ ْل َعالَم‬ َ ‫َو َما أَرْ َس ْل َنا‬ Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (al-Anbiyaa’: 107). Dalam menyeru manusia mentauhidkan Allah, baginda Rasulullah telah dibekalkan sebuah kitab yang menjadi sebesar-besar mukjizat kepadanya iaitu al-Quran. Kitab terakhir ini mengandungi pertunjuk dan pengajaran yang sedikit pun tidak terdapat keraguan, apatah lagi kesalahan. Firman Allah: ﴾ٕ﴿ ‫ِين‬ َ ‫ْب فِي ِه ه ًُد لِّ ْل ُم َّتق‬ َ ‫ك ْال ِك َتابُ َال َري‬ َ ِ‫َٰذل‬ Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang yang (hendak) bertakwa (al-Baqarah: 2). Mukjizat al-Quran sungguh berbeza dengan mukjizat Rasulullah kerana mukjizatmukjizat tersebut hanya boleh disaksikan oleh mereka yang hidup di zaman baginda sahaja. Sedangkan al-Quran boleh dilihat sehingga ke akhir zaman.



Di dalamnya terkandung pelbagai rahsia yang tersembunyi dan hikmah yang boleh dikaji, diselidiki dan diterokai oleh umat manusia bagi mencari kebenaran sehingga ke hari kiamat. Membaca al-Quran dan bertadabbur dengannya menjadikan hati yang keras bertukar lembut. Ramai tokoh-tokoh manusia yang pada awalnya menolak Islam akhirnya beriman kepada Allah setelah mendengar, membaca dan mengkaji alQuran. Sebagai contoh di zaman Rasulullah antara mereka ialah Saidina Umar al-Khattab manakala di zaman moden pula ialah Malcolm X, Mike Tyson dan ramai lagi. Allah menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril melalui dua peringkat. Peringkat pertama al-Quran diturunkan sekali gus dari Luh Mahfuz (langit ketujuh) ke Baitul Izzah (di langit dunia) pada malam Lailatul Qadar iaitu malam yang penuh keberkatan di bulan Ramadan.



Peringkat kedua al-Quran diturunkan dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril secara beransur-ansur selama 23 tahun. Oleh kerana Allah yang menurunkan al-Quran, maka Dia jugalah yang berhak menjaga dan memelihara kesucian kitab ini daripada dicemari oleh pengubahsuaian manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah: ُ ‫الذ ْك َر َوإِ َّنا لَ ُه لَ َحاف‬ ِّ ‫إِ َّنا َنحْ نُ َن َّز ْل َنا‬ ﴾٣﴿ ‫ون‬ َ ‫ِظ‬ Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran, dan Kamilah yang memelihara dan menjaganya (al-Hijr: 9) Buktinya dari dulu sehingga sekarang dan sampai hari kiamat, tidak ada seorang manusia yang sanggup mencipta satu ayat yang setanding dengan al-Quran.



Sedangkan jika dilihat dari sudut sejarah ketika al-Quran diturunkan kepada Rasulullah, masyarakat Arab jahiliah cukup mahir dalam mengarang sajak dan juga bersyair. Biar pun begitu mereka tidak sanggup membuat satu ayat yang setanding dan setara dengan al-Quran. Maka benarlah firman Allah: ُ ‫ُور ٍة مِّن م ِّْثلِ ِه َو ْادعُوا‬ ‫ِين ﴿ٖٕ﴾ َفإِن لَّ ْم‬ ٍ ‫َوإِن ُكن ُت ْم فِي َر ْي‬ َ ‫صا ِدق‬ َ ‫َّللا إِن ُكن ُت ْم‬ ِ َّ ‫ون‬ َ ‫ب ِّممَّا َن َّز ْل َنا َعلَ ٰى َع ْب ِد َنا َفأْ ُتوا ِبس‬ ِ ‫ش َه َدا َء ُكم مِّن ُد‬ ْ ‫ارةُ ۖ أُعِ د‬ ﴾ٕٗ﴿ ‫ين‬ َ ‫َّت ل ِْل َكاف ِِر‬ َ ‫ار الَّتِي َوقُو ُد َها ال َّناسُ َو ْالح َِج‬ َ ‫َت ْف َعلُوا َولَن َت ْف َعلُوا َفا َّتقُوا ال َّن‬ Dan kalau kamu ada menaruh syak tentang apa yang Kami turunkan (al-Quran) kepada hamba kami (Muhammad), maka cubalah buat dan datangkanlah satu surah yang sebanding dengan al-Quran itu, dan panggillah orang-orang yang kamu percaya boleh menolong kamu selain dari Allah, jika betul kamu orangorang yang benar. Maka kalau kamu tidak dapat membuatnya, dan sudah tentu kamu tidak dapat membuatnya, maka peliharalah diri kamu dari api neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu-batu (berhala), (iaitu neraka) yang disediakan untuk orang-orang kafir (al-Baqarah: 23-24). Berdasarkan ayat ini jika manusia masih berdegil dan tidak mahu beriman dengan apa yang terkandung di dalam al-Quran maka bersiap sedialah dengan azab neraka di akhirat. http://www.hafizfirdaus.com/ebook/Ushul%20Tafsir/tafsir.htm



Tadabbur ialah penelitian lafaz-lafaz supaya dapat sampai ke maksudnya. Sekiranya ini tidak dilakukan, luputlah hikmah penurunan al-Quran. Ianya akan tinggal lafaz-lafaz yang tidak memberi kesan. Mengambil iktibar juga tidak mungkin tanpa memahami maksud al-Quran. 2 - Firman Allah Ta„ala (Muhammad 47:24) - Maksudnya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci? Ayat ini menunjukkan bahawa Allah Ta„ala mencela orang yang tidak meneliti alQuran. Allah Ta„ala menerangkan bahawa perbuatan ini merupakan kesan daripada hati yang telah dikunci dan kebaikan tidak dapat sampai kepadanya. Para salaf (generasi terdahulu) telah merintis jalan yang wajib ini. Mereka mempelajari lafaz-lafaz dan maksud-maksud al-Quran kerana dengan ini mereka dapat beramal dengannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Ta„ala. Ini semua adalah kerana tidak mungkin untuk beramal dengan sesuatu yang tidak diketahui maksudnya. Abu Abdul Rahman al-Sulami telah berkata, Mereka yang telah mengajar kami al-Quran seperti Uthman bin Affan, Abdullah bin Mas‟ud dan lain-lain telah memberitahu kami bahawa dahulu apabila mereka mempelajari sepuluh ayat daripada Nabi s.a.w., mereka tidak akan menambah sehinggalah mereka mempelajari kandungannya samada ilmu ataupun amalan. Mereka berkata, “Dengan itu kami telah mempelajari al-Quran, iman dan amalan sekaligus.” Ibnu Taimiyah telah berkata, Kebiasaannya, adalah tidak mungkin sesuatu kaum itu boleh membaca kitab tentang ilmu-ilmu seperti perubatan dan matematik tanpa mengetahui huraiannya. Justeru, bukankah begitu juga sepatutnya dilakukan terhadap kata-kata Allah yang menjadikan mereka selamat, berjaya, sejahtera dan terurus agama serta dunia mereka? Para cendekiawan wajib menjelaskan al-Quran kepada manusia samada dengan penulisan atau percakapan berdasarkan firman Allah Ta„ala (Ali Imran 3:187) Maksudnya: Dan (ingatlah) ketika allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (iaitu) “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan jangan kamu menyembunyikannya.”



Penerangan al-Quran kepada manusia merangkumi penerangan lafaz dan maksudnya. Dengan ini, tafsir al-Quran adalah salah satu daripada perkara yang Allah Ta„ala ambil pengakuan para cendekiawan supaya menjelaskannya. Tujuan pengajian tafsir ialah untuk sampai ke matlamat terpuji dan memetik hasil-hasil suci iaitu membenarkan berita-berita al-Quran, mengambil faedah daripadanya dan melaksanakan hukum-hukumnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Ta„ala. Semua ini bertujuan membuahkan perlaksanaan ibadah kepada Allah Ta„ala berdasarkan ilmu yang jelas.



http://muzir.wordpress.com/2009/09/11/al-quran-kita/



http://tinta-perjalananku.blogspot.com/2012/03/al-quran-ruh-yangmenghidupkan.html TADABBUR, JALAN MEMAHAMI AL QUR’AN Sebenarnya nas-nas Al-Quran sangat jelas dalam menekankan akan kepentingan bertadabbur ketika membaca atau mendengarkan Al-Qur'an, supaya tadabbur itu dijadikan sebagai wasilah untuk memahami perintah Allah dan mempengaruhi diri kita untuk kemudiannya diamalkan. Ini sebagaimana firman Allah swt : "Kitab ini kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS Shaad : 29) Firmana Allah lagi : "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (QS Muhammad : 24) Tadabbur bererti berusaha untuk merenungi dan menghayati ayat-ayat Al Qur‟an serta memahami pesanan-pesanan yang terkandung dalam ayat yang sedang kita baca atau kita dengar sehingga akan terasa luasnya makna dan keagungan satu ayat yang difirmankan oleh Allah swt. Inilah rahsia mengapa Rasulullah saw sering mengulang-ulang satu ayat sampai berpuluh-puluh kali kerana ketika itu Rasulullah sedang mentadabbur satu ayat dan merasakan luasnya pesanan-pesanan Al-Qur‟an. Untuk memahami pesanan-pesanan Al-Qur'an, kita mestilah membiasakan diri untuk membacanya dengan penuh tadabbur.



Oleh kerana itu Rasulullah saw menasihati Abdullah bin Amr bin Ash ra supaya tidak mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari sebagaimana sabda baginda : "Tidak akan faham seseorang yang membacanya (Al-Qur'an) kurang dari tiga hari." (Hadits dalam Shahih Jami' As Shaghir) Bukankah kita sentiasa bersungguh-sungguh untuk memahami setiap perkataan yang kita baca atau kita dengar? Jadi, mengapa kita tidak praktikkan kaidah ini terhadap Al-Qur'an? Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Sudah menjadi maklum bahwa setiap perkataan itu, tujuannya untuk dapat difahami, bukan untuk sekadar mengetahui lafaz-lafaznya sahaja, maka AlQur'an lebih utama (untuk difahami) dari semua itu." Perkara ini juga dikuatkan oleh Ustaz Hasan Al-Hudhaibi yang berkata : "Yang menjadi panduan seseorang dalam tilawah Al-Qur'an bukanlah seberapa banyak ia membacanya, namun sejauh mana ia dapat mengambil manfaat dari hasil bacaannya. Al-Qur'an tidak akan turun sebagai barakah kepada Nabi saw dengan lafaz-lafaz yang tidak bermakna. Sesungguhnya barakah Al-Qur'an itu adalah pada saat kita mengamalkannya, dan saat kita mengambilnya sebagai manhaj hidup yang menerangi jalan orang-orang yang menempuhnya. Maka ketika kita membaca Al-Quran, mestilah diniatkan untuk merealisasikan kandungan makna tersebut dan itu hanya boleh dilakukan dengan mentadabbur ayat-ayatnya, memahami dan mengamalkannya." TADABBUR, WASILAH BUKAN TUJUAN Apabila kita bertilawah Al Qur‟an, maka ianya hendaklah di atas asas kefahaman dan tadabbur sebagaimana Imam Al-Qurtubi menyatakan dalam tafsirnya tentang ayat : "Apakah kamu tidak mentadabbur Al-Qur'an. Kalaulah ia bukan dari sisi Allah tentu mereka akan mendapati pertentangan yang banyak didalamnya.” (QS An-Nisa’ : 82) Ia mengatakan : "Ayat ini menunjukkan atas (hukum) wajibnya mentadabbur Al-Qur'an untuk mengetahui maknanya." Maka tadabbur Al-Qur'an, sekalipun diwajibkan ke atas para pembacanya atau atas pendengarnya, tetapi tadabbur itu sendiri bukanlah merupakan tujuan utama melainkan ia adalah wasilah untuk membangkitkan kembali mu'jizat agung yang dikandungnya dan merealisasikan mu'jizat itu pada jiwa-jiwa yang menerimanya. ANTARA REALITI BUMI DAN KISAH DARI LANGIT Ada tiga (3) situasi di mana tadabbur Al Qur'an akan sentiasa menghasilkan kefahaman dan keyakinan baru yang hebat.



PERTAMA : Tadabbur Al Qur'an yang kita lakukan di saat kita memerlukan perspektif Ilahiah di atas sebuah idea, fikiran atau kisah. KEDUA : Tadabbur Al Qur'an yang kita lakukan di saat kita memerlukan perspektif Ilahiah ke atas sebuah peristiwa, situasi atau fakta. KETIGA : Tadabbur Al Qur'an yang kita lakukan di saat kita memerlukan perlindungan Ilahiah ke atas berbagai emosi negatif seperti sedih, takut, putus asa dan lain-lain. Dalam ketiga-tiga situasi itu, hubungan kita dengan Al Qur'an akan menjadi sangat interaktif dan bersifat„personal‟ di mana teks Al Qur‟an akan menemui konteksnya yang berbagai. Dalam interaksi yang bersifat rasional dan emosional dengan Al Qur'an, apa yang berlaku adalah kita akan lebih memahami realiti yang berlaku di bumi dengan kisahkisah dan cerita-cerita yang diturunkan dari langit. MUKJIZAT YANG TERAGUNG Kita semua tahu bahwa Al-Qur'an yang ada di tangan kita merupakan mukjizat yang besar dan agung yang datang dari Allah swt. Bahkan ianya lebih agung dari tongkat Nabi Musa as dan dari unta Nabi Soleh as dan dari mukjizat-mukjizat lainnya. Lalu apakah rahsia yang menjadikannya lebih tinggi dari mukjizat-mukjizat sebelumnya? Sebahagian nereka menjawab bahwa mukjizat Al-Qur'an tersembunyi dalam : 1. Uslub dan gaya bahasanya. 2. Cabaran terhadap seluruh umat manusia yang tidak mampu mencipta ayat yang semisal dengannya. 3. Kesesuaian untuk setiap zaman, tempat dan masa. Semua jawaban ini benar dari beberapa segi kemukjizatan Al-Qur'an, akan tetapi ada rahsia kemukjizatannya yang lebih besar iaitu : “Keajaibannya untuk mengubah.” Al Qur‟an mampu mengubah manusia walau macam mana dan lingkungan yang bagaimana sekalipun bahkan ia mengubah mereka menjadi manusia baru yang : a. Lebih „alim (berpengetahuan luas). b. Lebih „abid (tekun beribadah). dalam segala perkara dan keadaannya sehingga membentuk keperibadian yang digambarkan oleh Al-Qur'an : "Katakanlah sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk



Allah Rabb semesta alam"(QS Al-An'am : 162) KEAJAIBAN ITU BERLAKU Perubahan yang berlaku melalui Al-Qur'an bermula dari masuknya cahaya Al-Qur'an ke dalam hati. Maka setiap kali cahaya tersebut menerangi suatu bahagian dari bahagian-bahagian hati, kaburlah kegelapan yang disebabkan oleh kemaksiatan, kelalaian dan mengikuti hawa nafsu. Sedikit demi sedikit bertambahlah cahaya ke dalam hati dan merangkaklah kehidupan hati di setiap sisinya memulai hidup baru yang belum pernah berlaku sebelumnya. Allah swt berfirman : "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian ia kami hidupkan dan kami berikan ia cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan dengan orang yang keadaannya berada dalam keadaan gelap gulita yang sekali-sekali tidak dapat keluar daripadanya? (QS AlAn'am : 122) Al-Qur'an merupakan Ruh yang menyebar dalam seluruh penjuru hati maka ia akan menghidupkan setiap hati yang mati. Allah swt berfirman : "Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu Ruh (Al-Qur'an) dengan perintah kami . Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami tunjuki siapa yang kami kehendaki diantara hambahamba kami". (QS As-Syura : 52) Ketika Ruh tersebut melekat ke dalam hati dan setiap penjurunya dipenuhi dengan cahaya iman, maka ia mampu mengusir hawa nafsu dan rasa cinta terhadap dunia dan kemudiannya akan mempengaruhi perilaku seorang hamba dan tujuan hidupnya. Inilah yang dijelaskan oleh Rasulullah saw kepada para sahabatnya ketika ia ditanya tentang makna'insyirah shadr' (keterbukaan dada) dalam firmanNya : "Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? (QS Az-Zumar : 22) Nabi saw menjelaskan : “Apabila cahaya iman masuk, terbukalah hatinya” (untuk menerima kebenaran).” Kami bertanya : “Wahai Rasulullah, apa ciri-cirinya?” Rasulullah saw bersabda :



“Kerinduan kepada kampung keabadian, merasa jauh dari dunia yang menipu, bersiap-siap untuk menghadapi kematian sebelum ia datang." http://mahadulilmi.wordpress.com/2012/09/12/definisi-tadabbur-al-quran/ http://cnurcholik.blogspot.com/2009/11/pengertian-tafakur.html MAKSUD tadabbur dalam al-Quran ialah memerhati dengan mengkaji dan menyelidik. Allah jadikan alam ini sebagai sumber hikmah dan daripadanya terdapat rahsia-rahsia kebesaran-Nya. Berfikir tadabbur bermaksud pemikiran manusia terhadap sesuatu yang menjadi sumber kajian, telitian dan penyelidikan tidak terputus dengan maksud penciptaan itu sendiri.



http://farairina.blogspot.com/2013/03/tadabbur-alam.html



10 kunci untuk mentadabburi Al-Quran supaya ianya memberikan kesan yang mendalam terhadap kehidupan kita. Hati yang cinta pada Al-Qur’an Hati ada raja, dan alat untuk menghayati Al-Quran adalah hati, bukannya akal. Sedangkan hati seringkali berbolak balik antara tarikan keimanan dan syaitan. Jika hati kita memang inginkan kepada Allah SWT, tanda-tanda rabbani akan mudah untuk diterima walhal jika hati kita rosak akibat virus dunia, bagaimana mungkin tanda-tanda rabbani ini akan masuk dengan baik? Justeru kita perlu senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan hati yang jernih, hati yang hidup, hati yang sentiasa terawat dan dijaga. Tujuan-tujuan membaca Al-Qur’an Apakah tujuan anda membaca Al-Quran? Untuk menghabiskan target tilawah? Atau kerana janji Allah terhadap 10 kebaikan pada setiap hurufnya? Atau kerana pelbagai tujuan yang lain kerana apa yang kita akan dapatkan daripada Al-Quran adalah sesuai dengan motivasi yang menolak kita untuk membacanya. Justeru kita akan mendapatkan manfaat yang lebih daripada Al-Quran apabila tujuan yang kita letakkan adalah untuk mendapat cahayanya yang akan memandu kita dalam menjalani kehidupan.



Mendirikan solat dengan membaca Al-Quran Kita dianjurkan untuk melakukan proses tadabbur di dalam solat kerana sewaktu solat, kita dituntut untuk menghadirkan hati, mengkhusyu’kan jiwa dan memusatkan penumpuan kita sepenuhnya kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Isra ayat 79 :



Maksudnya :



ِ ً‫ك َم َقاماً ََّّْم ُمودا‬ َ ُّ‫ك َرب‬ َ َ‫ك َع َسى أَن يَْب َعث‬ َ َّ‫َوِم َن اللَّْي ِل فَتَ َه َّج ْد بِِه نَافلَةً ل‬



“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.



Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Tidak ada hasad kecuali pada dua orang; seseorang yang Allah anugerahkan AlQur’an kemudian dia berdiri membacanya sepanjang siang dan malam, dan seseorang yang Allah anugerahkan harta kemudian dia menginfaqkannya sepanjang siang dan malam”.



Membacanya pada waktu malam Al-Hasan bin Ali r.a berkata : “Sesungguhnya orang sebelum kalian melihat Al-Quran adalah surah-surah dari Tuhan mereka, maka mereka mentadabburinya pada waktu malam, dan mereka mencarinya pada waktu siang”. (At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal.29) Inilah yang dikatakan fitrahnya Allah SWT menciptakan malam untuk istirehat, baik istirehat fizikal mahupun jiwa. Kerana pada waktu malam, suasananya tenang, damai, bebas daripada kesibukan dan hingar bingar dunia dan akan membuatkan tanda-tanda rabbani mudah untuk masuk kepada penerimanya iaitu hati manusia.



Mengulang-ulang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam seminggu atau sebahagiannya Menjadi kewajipan bagi setiap muslim untuk mentargetkan khatam Al-Quran sekali dalam seminggu. Di awalnya mungkin kita merasakan berat berbanding novel, cerpen dan facebook yang mampu kita berikan penumpuan lebih daripada sejam. Tetapi insyallah dengan latihan setahap demi setahap, kita mampu untuk melakukannya. Daripada 3 bulan sekali khatam, kepada 2 bulan dan seterusnya hingga semingu sekali khatam akan terasa mudah sekali.



Abdulloh bin Mas’ud berkata : “Al-Qur’an janganlah dibaca kurang dari tiga hari, bacalah dalam tujuh hari, dan seseorang menjaga hizibnya”.



Membacanya dengan hafalan Apakah tujuan kita menghafaz Al-Quran? Adakah sekadar menghafaz ayat-ayat tanpa mengambil sebarang manfaat darinya? Sedangkan hak Al-Quran yang lebih utama untuk kita penuhi adalah menjaganya dan mengambil manfaat darinya sebagai cahaya yang menerangi kehidupan. Dengan hafazan, ianya akan memudahkan bacaan tersebut untuk meresapi jiwa kita dan kita tidak disibukkan untuk membolak-balik mushaf dan hurufnya.



Mengulang-ulang ayat Membaca dengan berulang kali penting untuk memastikan ayat-ayat Allah dapat meresap masuk ke dalam jiwa kita. Pengulangan akan membuatkan kita ingat, cuba untuk menikmati lafaz tersebut dengan lebih lama dan mampu melahirkan penghayatan yang lebih terhadap apa yang dibaca, baik sebuah kisah atau kalimah. Inilah yang menjadi amalan Nabi saw dan generasi kemudiannya. Abu Dzar r.a berkata, Nabi SAW berdiri dengan satu ayat dan beliau mengulang-ulangnya sampai subuh : “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Surah Al-Maidah: 118)



Mengaitkan lafaz-lafaz dengan makna-makna Supaya tadabbur lebih berkesan, perlu kita untuk mengaitkan setiap bacaan dengan realiti yang sedang kita hadapi. Dengan cara ini, kita dapat memastikan kehidupan kita selari dengan arahan yang terdapat di dalam Al-Quran dan Al-Quran hidup di dalam hati kita. Apatah lagi apabila kita mampu untuk mengaitkan setiap permasalahan dengan kitab Allah, kerana nescaya dalam setiap permasalahan itu, selalunya Al-Quran ada penyelesaiannya.



Membaca dengan tartil



Jangan tergesa-gesa ketika membaca Al-Quran hanya kerana mahu mencapai target tilawah atau mengejar orang lain. Inilah kaedah bagaimana Rasulullah SAW membaca Al-Quran. Aisyah r.a berkata : “Baginda (Nabi SAW) membaca Al-Quran dengan tartil seolah-olah menjadi surah terpanjang.”



Membaca dengan keras Bacalah dengan suara yang keras, kerana ia akan lebih membantu untuk memberikan penumpuan dan perhatian. Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda : “Bukanlah sebahagian daripada golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an dan mengeraskannya”. (Hadis Riwayat Al-Bukhori) http://dakwah.info/supplemen/10-formula-cemerlang-tadabbur-al-quran/



:



Daripada Abdullah B. Amru, Rasulullah SAW bersabda



‫الَ يَ ْف َقهُ َم ْن قَ َرأَ الْ ُقْرآ َن ِِف أَقَ َّل ِم ْن ثَالَث‬



“Orang yang membaca (mengkhatamkan) kurang dari tiga hari tidak akan dapat memahami bacaan al-Qur’an.” (Hadis Riwayat Abu Daud)



Kebiasaannya, adalah tidak mungkin seseorang itu boleh membaca kitab tentang ilmu-ilmu seperti perubatan dan matematik tanpa mengetahui huraiannya. Justeru, bukankah begitu juga sepatutnya dilakukan terhadap kata-kata Allah yang menjadikan mereka selamat, berjaya, sejahtera dan terurus agama serta dunia mereka?