Taeniasis Pada Anjing Dan Kucing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Adita Novianti | 2016| FKH-IPB



TAENIASIS PADA ANJING DAN KUCING Taksonomi dan Morfologi Taeniasis pada anjing dan kucing disebabkan oleh cacing Taenia dewasa. Cacing Taenia memiliki telur berbentuk spherical, berwarna coklat dan mengandung



embrio.



Telur



cacing



dapat



ditemukan



di



feses



dengan



pemeriksaan menggunakan metode uji apung. Cacing Taenia dapat diidentifikasi berdasarkan skoleks dan proglotid. Proglotid Taenia dapat dibedakan dengan cacing pita yang lain dengan cara membedakan morfologi dari proglotid tersebut (Estuningsih 2009). Taenia memiliki taksonomi sebagai berikut menurut Keas (1999) dan Ideham dan Pusarawati (2007) Kingdom



: Animalia



Filum



: Platyhelminthes



Kelas



: Cestoidea



Ordo



: Cyclophyllidea



Famili



: Taeniidae



Genus



: Taenia



Spesies



: Taenia spp.



Menurut Estuningsih (2009) anjing dan kucing merupakan induk semang definitif dari T. ovis, T. taeniaeformis, T. hydatigena, T. multiceps, T. serialis dan T. brauni. Berikut merupakan induk semang definitif dan induk semang antara dari Taenia spp dan identifikasi cacing Taenia spp. dewasa berdasarkan skoleks dan proglotidnya. Tabel 1. Induk semang definitif dan induk semang antara dari Taenia spp.



Sumber: Uruquhart et al (1996) dalam Estuningsih (2009)



Adita Novianti | 2016| FKH-IPB



Tabel 2. Identifikasi cacing Taenia spp. dewasa berdasarkan skoleks dan proglotidnya.



Sumber: (OIE 2008) dalam Estuningsih (2009) Menurut Urquhart et al (1996) T. ovis merupakan cacing pita yang memiliki induk semang definitif anjing sedangkan induk semang antara yaitu domba dan kambing. Cacing dewasa memiliki panjang 200 cm. Larva T. ovis disebut Cysticercus ovis yang dapat ditemukan pada daging domba dan kambing, sebagai induk semang antara. Bentuk larva dapat menyebabkan muscular cysticercosis pada domba dan kambing (Gaafar 1985). Kista atau larva stadium kedua mudah dideteksi pada karkas saat pemotongan karena bentuk kista kecil dan biasanya sudah mati/ mengalami kalsifikasi. Kista yang mengalami kalsifikasi memiliki kapsul yang tampak mengeras, tanpa cairan dan ditemukan adanya pengapuran (Dharmawan et al 1993). T. hydatigena memiliki induk semang definitif yaitu anjing, serigala, anjing hutan dan jarang ditemukan pada kucing. Induk semang perantaranya adalah domba, kambing, sapi, babi, rusa kutub dan hewan domestik lain. Kelinci dan manusia jarang terinfeksi oleh T. hydatigena. Cacing dewasa mempunyai panjang antara 75 – 500 cm. Larva T. hydatigena sangat besar dengan diameter 8 cm dan disebut sebagai Cysticercus tenuicollis (Soulsby 1982; Urquhart et al 1996). Biasanya C. tenuicollis ditemukan pada domba saat pemeriksaan daging pada saat pemotongan. T. multiceps hidup di usus anjing dan serigala. Anjing dan serigala merupakan induk semang definitif dari T. Multicep, sedangkan induk semang perantara adalah domba, sapi dan kuda. Morfologi cacing dewasa memiliki panjang mencapai 100 cm. Larva cacing T. multiceps bisa mencapai otak yang



Adita Novianti | 2016| FKH-IPB



disebut Coenurus cerebralis (Urquhart et al (1996), dan memerlukan waktu selama 8 bulan untuk menjadi matang. Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu hyperaesthesia atau paraplegia pada induk semang antara (ruminansia). T. taeniaeformis disebut juga Hydatigena taeniaeformis. T. taeniaeformis memiliki indung semang definitif yaitu kucing. Selain itu, induk semang definitif cacing T. Taeniaeformis adalah anjing, serigala dan hewan sejenis kucing dan anjing lainnya. Infeksi pada kucing adalah lebih sering ditemukan daripada infeksi pada anjing. Hewan rodensia termasuk tikus dan mencit sebagai induk semang antara dari T. taeniaeformis, dan larvanya disebut Cysticercus fasciolaris yang sering dijumpai di parenkim hati. Manusia sangat jarang terinfeksi oleh cacing ini (Estuningsih 2009). Menutrut Soulsby (1982) cacing dewasa hidup di dalam usus halus kucing dan mempunyai panjang 60 cm. Siklus Hidup



Gambar 1. Siklus hidup Taenia spp. Siklus hidup Taenia terjadi pada induk semang definitif dan indunk semang antara. Taenia bersifat hermafrodit sehingga satu ekor cacing dapat menghasilkan telur sendiri  pada masing – masing segmen/ proglotid. Usus anjing atau usus kucing yang menderita taeniasis mengandung cacing dewasa Taenia. Cacing dewasa Taenia memiliki proglotid matang berisi telur yang mengandung onchosphere/ embryo hexacant. Proglotid akan terlepas dari tubuh



Adita Novianti | 2016| FKH-IPB



cacing dan keluar bersama feses induk semang definitif (anjing dan kucing). Dilingkungan yang mendukung telur cacing akan keluar dari dalam segmen. Telur tersebut bersifat infektif dan apabila termakan oleh induk semang antara (tikus, domba, kambing, sapi, kelinci) maka telur akan menetas didalam usus induk semang antara dan menjadi larva stadium pertama (hexacanth). Setelah itu, bermigrasi ke dinding usus dan masuk ke dalam otot, hati, sistem saraf pusat, dan peritoneum (tergantung spesies) kemudian berkembang menjadi larva stadium kedua atau kista. Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus. Apabila anjing atau kucing memakan induk semang antara yang  terinfestasi kista Taenia, maka anjing atau kucing tersebut akan terinfeksi. Kista di saluran pencernaan anjing atau kucing membentuk scoleks dan akan menempel pada dinding-dinding usus dan tumbuh menjadi dewasa yang kemudian menghasilkan telur yang nantinya keluar bersama feses. DAFTAR PUSTAKA Depkes



(Departemen



Kesehatan).



2010.



Petunjuk



Pemberantasan



Taeniasis/Sistiserkosis di Indonesia. Jakarta(ID): Depkes. Dharmawan NS, Simon HE, Geerts S. 1993. Kemungkinan kehadiran Sistiserkosis/cacing Taenia saginata taiwanensis di Bali. Hemerazoa 76(2): 1 – 9. Estuningsih SE. 2009. Taeniasis dan Sistiserkosis merupakan Penyakit Zoonosis Parasiter. Wartazoa. 19(2). Gaafar SM. 1985. Parasites, Pests and Predators. New York: Elsevier Science, Amsterdam Publishing Company Inc. OIE. 2008. Cysticercosis. Dalam: Taeniasis dan Sistiserkosis merupakan Penyakit Zoonosis Parasiter. Wartazoa. 19(2). Soulsby EJL. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals, Seventh Edition. London UK: Balliere. Urquhart EM, Armour J, Duncan JL, Dunn AM, Jennings FW. 1996. Veterinary Parasitology. 2nd Edition. Blackwell Science, Ltd.