TAHAP Pertumbuhan Ekonomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pada abad ke 19 banyak ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta mengemukakan teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi, diantaranya Frederich List, Bruno Hilder Brand, Karl Bucher dan Walt Whitman Rostow. a. Frederich List Beliu adalah penganut paham Laisser Faire dan berpendapat bahwa sistem ini dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industriindustri tetap diperlukan. Pertumbuhan ekonomi sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah, organisasi swasta, entrepreneur, dan kebudayaan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Menurutnya negara-negara yang   paling sedanglah yang paling cocok untuk industri, sebab pendapatan penduduk yang sedang merupakan pasara yang cukup, disamping sektor pertanian yang sudah efisien. Sedangkan di daerah tropis paling cocok untuk pertanian, karena pada umumnya jumlah penduduk sangat padat. Pertanian belum begitu efisien dan persediaan sumber-sumber alam masih sangat sedikit. Disini yang terpenting adalah bahwa industri atau pabrik diperlukan untuk perkembangan ekonomi. Meskipun pada permulaannya diperlukan perlindungan. Ia menyusun tahap-tahap pembangunan ekonomi dimulai dari fase primitif biadab, beternak, pertanian, pabrik dan perdagangan. b. Bruno Hilder Brand Beliau adalah pengkritik Frederich List, mereka mengatakan bahawa perkembangan ekonomi bukan berasal dari sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode distribusi yang digunakan. Ia mengemukakan 3 sistem distribusi, yaitu: 1) Natural atau perekonomian barter 2) Perekonomian uang 3) Perekonomian kredit Sayangnya Bruno Hilder Brand tidak mengemukakan bagaimana fase-fase tersebut berkembang menuju fase berikutnya. c. Karl BucherIa berpendapat serupa denga Bruno walaupun tidak sama. Karl mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah melalui 3 tingkat, yaitu: 1) Produksi untuk kebutuhan sendiri 2) Perekonomian kota, dimana pertukaran sudah meluas 3)  Perekonomian nasional dimana peranan pedagang-pedagang makin penting. Jadi barang-barang itu diproduksi untuk pasar (merupakan gambaran evolusi Jerman) d. Walt Whitman Rostow W. W. Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth” mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari lima tahap



pertumbuhan ekonomi tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik dan sosial serta transportasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat modern, tahap-tahap itu adalah: 1) Tahap Masyarakat Tradisional (the traditional society) Struktur fungsi produksi yang terbatas, cara-cara produksi yang relatif primitif, dan sikap masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhim oleh nilainilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun temurun. Tingkaat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pekerja masih sangat terbatas. Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah dan dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa. 2) Tahap Prasyarat Lepas Landas (the precondition for take off) Tahap prasyarat untuk lepas landas adalah suatu masa transisi pada saaat masyarakat mempersiapkan dirinya, ataupun dipersiapkan dri luar untuk mencapai pertumbuhan yan mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (selfsustain growth) setelah itu pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Dalam tahap ini ia memberikan dua prasyarat yaitu: i. Tahap prasyarat untuk lepas landas dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktrur masyarakat tradisional yang sudah ada. ii. Bom Free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai oleh Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional yang ada, karena masyarakat negara-negara itu terdiri dari emigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas. Pembangunan ekonomi ini akan tercapai apabila diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat yaitu:  Pembangunan fasilitas/prasaran umum terutama di bidang transportasi  Revolusi teknik dibidang pertanian karena banyaknya orang-orang yang pindah ke kota-kota  Perluasan impor yang dibiayai oleh hasil produksi sumber-sumber alam yang ada  Terjadinya saving, meningkatnya tingkatan pendidikan dan keterampilan, sikap masyarakat terhadap pekembangan ilmu pnegetahuan serta sikap pengambilan resiko dalam bekerja  Munculnya kepemimpinan baru yang mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif, yaitu bereaksi secara positif atas tekanan-tekanan yang datang dari negara-negara yang lebih maju. 3) Tahap Lepas Landas (take off) Tahap ini merupakan tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini beberapa penghalang petumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan serta mendominasi masyarakat



sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan masyarakat. Ciri-cirinya yaitu: i. Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk Nasional Bruto/NNP(Net National Product = NNP) →NNP = GNP – D (penyusutan) ii. Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi iii.  Adanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan instutisional yang akan menciptakan (1) kenyataan yang memperluas sektor modern, (2) potensi ekonomi ekstern sehingga menyebabkan pertumbuhan secara terus-menerus berlangsung Sifat-sifat perubahan dari berbagai jenis kegiatan ekonomi didalam tahap-tahap lepas landas digolongkan atas tiga sektor pertumbuhan, yaitu: i. Sektor pertumbuhan primer, yaitu sektor-sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan menciptakan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor dalam kegiatan perekonomian ii.  Sektor pertumbuhan suplementer, yaitu sektor yang berkembang dengan cepat sebagai akibat langsung dari perkembangan di sektor pertumbuhan primer iii. Sektor pertumbuhan terkait yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang berkembang sejalan dengan kenaikan pendapatan penduduk dan produksi sektor pertanian. 4)  Gerakan ke Arah Kedewasaan (the drive of maturity) Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern dalam mengelolah sebahan besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Kedewasaan adalah tingkat dimana suatu industri perekonomian menunjukan kapasitas untuk bergerak melampaui industri-industri dasar yang telah memberikan kekuatan kepada periode take off untuk mengabsorsir serta menerapkan secara efisien hasil perkembangan teknologi modern. Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan yaitu: i. Kematangan teknologi dimana struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan ii. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan iii.  Masyarakat serta keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang. 5)



Masa Konsumsi Tinggi (The age of high mass comsumption) Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi, dimana lebih bergerak kepada barang-barang yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politisi yaitu:



Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain ii. Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif iii. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana atas makanan. Tahapan pembangunan yang digambarkan oleh Rostow adalah sistem pentahapan dimana suatu tahapan tidak mungkin terjadi tanpa melalui tahapan yang lain. Artinya tahapan kedua tidak mungkin terjadi tanpa tahapan pertama, tahap ketiga tidak akan terjadi tanpa tahap kedua, dan seterusnya. Namun kenyataannya ada negara yang tidak pernah melewati tahap pertama dari teori pertumbuhan eknomi Rostow, tetapi langsung ke tahap kedua, misalnya Amerika Seirkat dan Australia karena penduduknya adalah orang-orang Eropa yang kemudian mentransfer ilmu pengetahuan ke benua tersebut. i.



e.



2.



Simon Kuznets Teorinya muncul atas kritikan terhadap teori Rostow, yaitu: “bagaimana mungkin suatu desain sederhana dapat menjadi suatu rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitif dari suatu perubahan historis yang beragam dan berfariasi?”. Kuznets juga mencatat kemiripan dan perbedaan teori Rostow dengan tori Karl Marx. Kesamaan teori Rostow dan Marx antara lain: 1) Kedua teori menginterpretasikan evolusi sosial khususnya sektor ekonomi 2) Kedua ekonomi tersebut telah mencoba mengeksploitasi permasalahan dan konsekuensi dari pembangunan sosial yang dilakukan 3) Keduanya menyadari bahwa perubahan sistem ekonomi pada dasarnya merupakan konsekuensi logis dari perubahan yang terjadi di bidang politik, sosial dan kebudayaan.



Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi sejak kemerdekaan sampai sekarang, peralihan dari masa orde lama ke orde baru ini memberikan iklim politik yang dinamis, apalagi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan, berikut merupakan penjelasannya a.



Masa Orde Lama (1945 – 1966) Pada masa ini perekonomian berkembang kurang menggembirakan, sebagai dampak ketidakstabilan kehidupan politik dan seringnya pergantian kabinet. Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang sangat drastis sebesar 5%, dari 6,9% hingga 1,9%, sementara itu defisit anggaran belanja pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun dalam membiayai pencetakan uang baru, sehingga tingkat harga terus membumbung dan mencapai puncaknya pada tahun 1966.



Perilaku kenaikan harga secara agresif sudah terlihat dari tahun 1955, ketika itu laju inflasi naik 33% dan terus meningkat bahkan pada akhir kekuasaan orde lama laju inflasi mencapai 650%. b.



Masa Orde Baru (1966 - 1997) Pada masa peralihan orde lama ke orde baru, ditandai dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu, antara lain: 1) Ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban utang luar negeri kurang lebih sebesar US $ 2 miliar 2) Penerimaan devisa ekspor hanya setengah dari pegeluaran untuk impor barang dan jasa 3) Ketidakmampuan pemerintah mengendalikan anggaran belanja dan memungut pajak 4) Percepatan laju inflasi mencapai 30 – 40 % perbulan Buruknya kondisi prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produksi sektor industri dan ekspor Menghadapi keadaan perekonomian yang demikian pemerintah menetapkan beberapa langkah prioritas kebijakan ekonomi yaitu dengan (1) memerangi inflasi, (2) mencukupkan stok cadangan bahan pangan, (3) merehabilitasi prasarana perekonomian, (4) meningkatkan ekspor, (5) menciptakan dan menyediakan lapangan kerja, (6) mengundang kembali investor asing. Selain itu pemerintah juga membuat program-program untuk memperbaiki keadaan perekonomian baik program yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Pada masa transisi ini, perekonomian Indonesia masih tidak menentu. Dari segi ekonomi saja banyak sekali masalah pelik yang diwariskan oleh orde lama kepada orde baru. Untuk menyelamatkan perekonomian ini, pemerintah menetapkan beberapa langkah prioritas kebijakan ekonomi dengan membagi dalam program jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek ditempuh dalam dua tahun dengan empat tahap penyelamatan. Setelah dua tahun, dilanjutkan dengan program jangka panjang yang terdiri atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang berjalan penuh hingga Pelita VI, sedangkan pelita VII sempat berjalan satu anggaran tahun saja. Pada era orde baru baru ini, terjadi krisis yang berkelanjutan dari krisis moneter, krisis ekonomi, krisis politik, hingga krisis sosial yang selalu diwarnai aksi demonstrasi mahasiswa. Aksi-aksi mahasiswa ini berujung turunnya Presiden Soeharto dari jabatannya yang menandai runtuhnya rezim orde baru. Selama rezim orde baru tersebut pembangunan diarahkan pada pencapaian Trilogi Pembangunan yang termasuk dalam rangkaian Pelita. Pada Pelita VI yang seharusnya direncanakan sebagai era pembangunan ekonomi tinggal landas (take off). Namun yang awalnya sektor pertanian sebagai penyumbang utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kemudian digantikan oleh sektor industri pengolahan. Langkah ini ternyata gagal, bukannya menjadi penghasil devisa, industri pengolahan ini malahan menjadi penghambur devisa.  



Strategi industrialisasi import yang diterapkan pemerintah Indonesia ternyata telah gagal membawa perekonomian Indonesia tinggal landas dan mengurangi kesenjangan dengan negara-negara maju. Perekonomian Indonesia malahan semakin terpuruk karena fundamentalnya kurang kuat memegang sektor industri. Berarti dalam kasus ini, teori Fedrich List telah terbukti, bahwa di daerah berhawa tropis hanya cocok untuk sektor ekonomi pertanian. c.



3.



Masa Reformasi (1998 - Sekarang) Pada masa reformasi ini perekonomian Indonesia ditandai denga krisis  moneter yang berlanjut menadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belim menunjukan tandatanda ke arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi, namun laju inflasi masih cukup tinggi, sehingga dikatakan negatif karena sama sekali tidak mengalami pertumbuhan malah semakin menurun. Sejak tahun 1999 hingga sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin menunjukan kearah yang menggembirakan. Di bawah kepemimpinan yang demokratis, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami pemulihan. Dari sini, Indonesia telah mendapatkan pengakuan di mata dunia hingga dinobatkan sebagai terbaik ketiga di dunia. Bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, ke depannya menargetkan pertumbuhan ekonomi selama 2010-2014 rata-rata sekitar 6,3 bahkan 6,9 % persen per tahun dengan pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 7 % 7,2 %. Namun tetap saja, semuanya dikembalikan lagi pada fluktuasi stabilitas sosial, politik, dan keamanan bangsa. Jika tidak terjadi pasang surut, maka semuanya bisa berjalan dengan lancar. Namun yang sangat membingungkan dari tahapan perkembangan ekonomi Indonesia adalah sebelum Indonesia menyelesaikan tahap Lepas Landas (take off), Indonesia langsung meloncat ke arah Konsumsi Tinggi (the age of high mass consumtion) seperti sekarang ini. Munculnya banyak masyarakat yang konsumtif di daerah perkotaan tanpa peduli dengan keadaan ekonomi bangsa. Belum lagi tingkat belanja para pejabat Negara yang tinggi sekali dengan memakai uang rakyat. Tentunya hal ini tanpa melewati tahap gerakanke arah kedewasaan (the drive of maturity).



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari permasalahn kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilil modal besar selalu mendapatkan kesemptan yang lebih luas dibandingkan dengan para pengusaha kecil dan menengah yang serba kekurangan modal. Disamping itu akses untuk mendapatkan bantuan modal ke perbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha besar dibandingkan dengan pengusaha ekonomi lemah. Disamping itu pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional juga memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. ketidakpastian perekonomian dan perdagangan dunia yang semakn meningkat meyebabkan kemungkinan-kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang kurang  



menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum adalah: a. Faktor produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan penggunaan bahan baku industri dalam negeri semakin mahal b. Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan berpihak pada dasar c. Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, harus surplus sehinga mampu meningkatkan cadangan devisa dan menstabilakan nilai rupiah d. Faktor kebijakan moneter dan inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga ini juga harus antisipatif dan dapat diterima pasar e. Faktor keuangan negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang konstruktif dan mampu membiayai pengeluaran pemerintah (tidak defisit)



DAFTAR PUSTAKA 1. Hudaya, Rezky. ”Tahap-Tahap Pertumbuham Ekonomi Indonesia”. 04 November 2010. http://artdevilinspired.blogspot.com/2010/11/tahap-tahap-pertumbuhan-ekonomi.html 2. Campur Aduk. “Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi”. 25 April 2016. http://aksaput.blogspot.com/2016/04/tahap-tahap-pertumbuhan-ekonomi.html 3. Nagawa, Koori. “Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi”. https://administrasinegaraku.blogspot.com/2011/03/tahap-tahap-pertumbuhanekonomi.html



TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA “TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA”



OLEH NUR AFNI AYU ASKAR NIM: 1833213169



JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG 2018/2019