TEKNIK PEMERIKSAAN Antebrachi  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan akhir praktek kerja lapangan dengan judul “Laporan Hasil Akhir Praktek Kerja Lapangan di RS Harapan Bunda”. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir praktek kerja lapangan di RS Harapan Bunda. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh radiographer yang telah membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan tugas laporan ini, serta teman-teman yang telah membantu dalam memberikan informasi dan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi para mahasiswa dan mahasiswi khususnya Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II. Laporan ini tidak luput dari sebuah kekurangan dan juga kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun laporan ini menjadi lebih baik.



Jakarta, 1 Desember 2014



Sri Setya Widyastuti



1



DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi



……………………………………………………………....



1



……………………………………………………………………….



2



BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.



Latar Belakang ………………………………………………. Priofil Rumah Sakit ………………………………………………. Durasi dan Lokasi PKL ………………………………………. Rumusan Masalah ………………………………………………. Tujuan Penulisan ………………………………………………. Manfaat Penulisan ……………………………………………….



3 3 4 4 5 5



BAB II : KAJIAN TEORI A. B. C. D. BAB III



Anatomi Fsiologi ………………………………………………. Macam – Macam Fraktur ………………………………………. Patofsiologi ………………………………………………………. Teknik Pemeriksaan ………………………………………………. : HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Identitas Pasien ………………………………………………. B. Prosedur Pemeriksaan ………………………………………. BAB IV



6 9 12 12



16 16



: PENUTUP



A. Kesimpulan ……………………………………………………….. B. Saran ……………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA



20 20



………………………………………………………..



21



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2



Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakan diagnose suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 Nopember 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. penemuan ini merupakan suatu refolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang di dunia radiologi sudah banyak perkembangan. Pemeriksaan ossa antebrachi adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa yang sering terjadi adalah fraktur. fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur antebrachi merupakan suatu patahan pada lengan bawah yaitu pada tulang radius dan ulna dimnana kedua tulang tersebut mengalami patahan. Dibagi atas tiga patahan yaitu bagian proksimal, medial serta distal dari kedua corpus tulang tersebut. Menurut Ballinger (2003), proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiografi ossa antebrachi adalah proyeksi antero posterior (AP) dan Lateral. B. Profil Rumah Sakit Rumah Sakit Harapan Bunda diresmikan pada tgl. 29 Agustus 1984, dan kini RS. Harapan Bunda sudah 30 tahun berkarya dan melayani masyarakat dari semua lapisan ekonomi Komitmen kami untuk melayani masyarakat menjadikan Rumah Sakit Harapan Bunda Baru menjadi salah satu rumah sakit rujukan di Jakarta.



Visi dan Misi RS Harapan Bunda Visi : “Menjadi rumah sakit pilihan dengan memberikan pelayanan yang terbaik” Misi : Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, tepat, ramah dan Informatif kepada masyarakat dengan biaya terjangkau Layanan Terpadu RS Harapan Bunda 3



Pelayanan Terpadu Rumah Sakit Harapan Bunda merupakan unit pelaksana teknis yang berada dibawah naungan RS Harapan Bundadengan memberikan pelayanan yang Ramah Cepat Tepat Informatif dengan Hati dan Bertanggung jawab. Dengan kapasitas poli spesialis dan didukung oleh dokter spesialis dan sub spesialis berbagai multidisiplin ilmu Rumah Sakit Harapan Bunda mampu menangani kasus yang semakin kompleks. Komitmen kami adalah memberikan tatalaksana terbaik bagi pasien. Layanan Terpadu Kami : 1. Pelayanan 24 Jam 2. Ragam Spesialis Klinik 3. Jakarta timur Eye Centre 4. Harapan Bunda Dental Centre 5. Radiologi C. Durasi PKL Waktu : 17 November 2014 – 6 Desember 2014 Tempat: RS Harapan Bunda D. Rumusan Masalah Bagaimana prosedur pemeriksaan ossa antebrachi dengan indiksi fraktur di Instalasi Radiologi RS Harapan Bunda ?



E. Tujuan Penulisan a. Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi ossa antebrachi dengan proyeksi AP dan Lateral pada kasus Fraktur yang dilakukan di RS Harapan Bunda. b. Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi ossa antebrachi c. Dapat menerapkan kaidah proteksi radiasi dalam pemeriksaan ossa antebrachi d. Memenuhi tugas laporan praktek kerja lapangan I di RS Harapan Bunda F. Manfaat Penulisan a. Terhadap Penulis Untuk memenuhi tugas Laporan Kasus PKL serta menambah wawasan pengetahuan bagi penulis terutama tentang teknik pemeriksaan Ossa Antebrachii. b. Terhadap Rumah Sakit



4



Dengan hasil laporan kasus ini dapat memberi masukan dan saran yang berguna bagi rumah sakit, dalam hal ini instalasi radiologi pada umumnya dan radiografer pada khususnya mengenai teknik pemeriksaan Ossa Antebrachi dengan kasus fraktur. c. Terhadap Pembaca Memberikan gambaran yang jelas tentang teknik pemeriksaan Ossa Antebrachii dengan kasus fraktur.



BAB II DASAR TEORI



5



A. Anatomi Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus memperhatikan syarat pada setiap pemeriksaan tulang panjang, selain objek inti yang kita



foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan ossa antebrachi kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sedi siku yaitu 1/3 distal humerus. a. Radius Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.



6



 Ujung atas radius Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisisisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendondari insersi otot bisep.  Batang radius Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung



bawah.



Batangnya



melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radus ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.  Ujung bawah radius Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan skafoid (os navikular radii ) dan tulang semilunar ( linatum ) dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radioulnar inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius. b. Ulna Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah 7



dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.  Ujung atas ulna Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku. Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari humerus bila siku dibengkokan.  Batang ulna Makin mendekati ujung bawah



makin



mengecil. Memberi kaitan kepada otot yang mengendalikan



gerakan



dari



pergelangan



tangan dan jar. Otot-otot flexor dating dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan, dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna.  Ujung bawah ulna Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah. c. Karpal Tulang carpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah berikut, navikular ( skafoid ), lunatum ( semilunar ), trikwertum dan psiform. Baris bawah adalah trapezium ( multangulum mayus ), trapezoid ( multangulum minus ), kapitatum, hamatum.



8



Navikulare (skafoid ) adalah tulangberbentuk perahu, lunatum ( semilunare ) adalah berbentuk seperti bulan sabit dan dua tulang itu bersendi di atas dengan ujung bawah radius dalam formasi pergelangan, dan di bawah bersendi dengan beberapa dari tulang karpal dari baris kedua. d. 1/3 distal humerus Ujung bawah humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling bawah terdapat permukaan sendi yang di bentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terletak di sini sebelah dalam berbentuk gelondong-benang tempat persendian dengan ulna, dan di sebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat dua epikondil, yaitu epikondil medial di sebelah dalam. B. Macam – Macam Fraktur Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah : 1. Complete Noncominuted Fracture Secara radiologis akan terlihat sebagai garis Radioluscent di tempat fraktur dimana terjadi diskontinuitas tulang. Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain : a. Fraktur transversal Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. b. Fraktur oblik Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. c. Fraktur spiral Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan



9



lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. d. Fraktur



multipel



Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang. e. Fraktur avulse Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut. f. Chip Fracture Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada phalanges. 2. Incomplete fracture Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologis. Ada beberapa golongan fraktur inkomplet : a. Green stick fracture Adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal. b. Impacted fracture Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens dan disertai terjadinya pemendekan tulang. c. Fraktur kompresi Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada



orang



muda



fractur



kompresi



dapat



disertai



perdarahan



retroperitoneal yang cukup berat. 10



d. Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis. e. Fraktur traumatis Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan menyebabkan suatu fraktur. f. Fraktur beban lainnya Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-garis radio-opak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Penderita semacam ini harus dianjurkan untuk memakai alat proteksi seperti tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan radiografi. C. Patofisiologi Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.



11



Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996). D. Teknik Pemeriksaan Proyeksi Anteroposterior (AP) Pada proyeksi AP antebrachi ini kaset yang digunakan harus cukup untuk mencakup seluruh lengan dari prosesus olecranon dari ulna sampai prosesus styloid dari radius. Kedua gambar antebrachi dapat diambil pada satu kaset dengan membagi kaset menjadi dua bagian menggunakan lead mask. Harus memperhatikan penempatan identifikasi pasien sehingga tidak ada bagian dari gambar radiografi yang terpotong. Kaset : Kaset yang digunakan pada proyeksi AP adalah 18 x 43 cm tunggal; 35 x 43 cm dibagi memanjang. Karena di Indonesia jarang penggunaan kaset ukuran tersebut maka digunakan kaset ukuran 24 x 30 cm untuk dua proyeksi. Posisi Pasien :Pasien diatur duduk di samping meja radiografi dan cukup rendah untuk menempatkan seluruh lengan pada bidang yang sama. Posisi Objek :  Atur antebrachi pada



posisi



supinase,



ekstensikan siku, dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan antebrachi. Pastikan kedua persendian masuk pada kaset.  Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan antebrachi.  Pada pasien yang lateral sampai anebrachi berada dalam posisi true supinated.  Karena proksimal antebrachi umumnya dalam posisi ini memutar, raba dan sesuaikan epicondylus humeri sampai berjarak sama dari kaset.



12



 Pastikan bahwa tangan dalam posisi supinated. Pronasi tangan akan mengakibatkan persilangan radius di atas ulna pada proksimal ketiga dan humerus berputar dibagian tengah, mengakibatkan proyeksi oblique dari antebrachi.  Pakaikan pasien apron untuk poteksi radiasi. CR



: Tegak lurus kaset pada pertengahan antebrachi



Tampilan Struktur :Sebuah proyeksi AP antebrachi menunjukkan elbow joint, radius dan ulna, dan baris tulang karpal proksimal sedikit mengalami pemendekan.



Kriteria Evaluasi :    



Pergelangan tangan dan distal humerus nampak. Sedikit superimposisi caput, colum, tuberosity radial, pada daerah proksimal ulna. Tidak ada perpanjangan atau foreshortening dari epicondyles humeri. Memungkinkan elbow joint terbuka jika shoulder ditempatkan pada bidang yang



sama dengan antebrachi.  Densitan yang sama antara daepah distal dan proksimal antebrachi.



13



Lateral Antebrachi Projection (Lateromedial) Kaset : Pada projeksi lateral antebrachi digunakan 18 x 43 cm tunggal; 35×43 cm dibagi dua memanjang. Tapi di indonesia digunakan kaset 24 x 30 cm dibagi dua untuk da proyeksi. Posisi Pasien : Dudukan pasien di samping meja pemeriksaan dan rendahkan humerus, shoulder joint, dan elbow joint sejajar pada bidang yang sama. Posisi Objek :  Fleksikan elbow 90 derajat, dan pusatkan antebrachi di atas setengah permukaan kaset yang membuka dan sejajar dengan long axis antebrachi.  Pastikan bahwa kesua sendi masuk pada gambaran radiograf.  Atur lengan pada posisi true lateral position. Sisi ibu jari dari tangan harus berada di atas.  Pakaikan apron pada pasien untuk mengurangi dosis radiasi. CR : Tegak lurus pada pertengahan antebrachi Tampilan Struktur : Proyeksi lateral menunjukkan tulang dari antebrachi, elbow joint, dan baris proksimal tulang carpal. Kriteria Evaluasi :  Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.  Superimposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.  Superimposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.  Radial tuberositas menghadap depan.  Epicondilus humerus superposisi.  Elbow fleksi 90 derajat.  Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros radial dan ulnaris.



14



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Permintaan Klinis



: M. Bintang : 14 Tahun : Laki - laki : Antebrachi : Fraktur



B. Prosedur Pemeriksaan 1. Persiapan Pasien 15



Tidak ada persiapan khusu dalam pemeriksaan ossa antebrachi, cukup memberikan penjelasan kepada pasien mengenai jalannya pemeriksaan supaya pasien merasa nyaman. Pasien juga diberitahu untuk melepas benda-benda yang dapat mengganggu hasil radiograf seperti gelang ataupun jam tangan. 2. Persiapan Alat a.Kaset ukuran 35 x 35 cm b. Pesawat Sinar-X c.Alat proteksi radiasi (Apron) d. CR 3. Teknik Pemeriksaan Proyeksi AP (Antero Posterior) : Posisi Pasien : Pasien diatur duduk di samping meja radiografi dan cukup rendah untuk menempatkan seluruh lengan pada bidang yang sama. Posisi Objek :  Atur antebrachi pada posisi supine dan letakan pada pertengahan kaset yang sudah dibagi 2.  Pastikan kedua persendian masuk dalam kaset.  Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan antebrachi.  Raba dan sesuaikan epicondylus humeri sampai berjarak sama dari kaset.  Pakaikan apron pada pasien untuk proteksi radiasi. CR



: Tegak lurus film pada pertengahan antebrachi



Struktur Gambaran : Tampak proyeksi AP dari antebrachi, elbow joint, radius dan ulna, baris bagian proximal carpal mengalami pemendekan Kriteria Evaluasi



:



 Tampak jelas wrist joint dan distal humerus  Sedikit superposisi caput radii, colum, dan tuberositas dari proximal ulna  Tidak ada perpanjangan atau foreshortening dari epicondyles humeri.  Memungkinkan elbow joint terbuka jika shoulder ditempatkan pada bidang yang sama dengan antebrachi.  Densitas yang sama antara daepah distal dan proksimal antebrachi.



16



Proyeksi Lateral (Lateromedial) Posisi Pasien



: Dudukan pasien di samping meja pemeriksaan dan rendahkan humerus, shoulder joint, dan elbow joint sejajar pada bidang yang sama.



Posisi objek



:



 Fleksikan elbow 90 derajat, dan pusatkan antebrachi di atas setengah permukaan kaset sehingga sejajar dengan pinggiran kaset.  Pastikan bahwa kesua sendi masuk pada gambaran radiograf.  Atur lengan pada posisi true lateral position. Sisi ibu jari dari tangan harus berada di atas.  Pakaikan apron pada pasien untuk mengurangi dosis radiasi. CR



: Tegak lurus pada pertengahan antebrachi 17



Tampilan Struktur : Proyeksi lateral menunjukkan antebrachi, elbow joint, dan baris proksimal tulang carpal. Kriteria Evaluasi :  Pergelangan tangan dan



tulang



dari



distal humerus nampak.  Superimposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.  Superimposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.  Radial tuberositas menghadap depan.  Epicondilus humerus superposisi.  Elbow fleksi 90 derajat.  Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros radial dan ulnaris.



C. Analisa  Tampak terpasang fiksasi interna pada bagian distal radius sinistra  Kedudukan tampak baik  Reposisi eksterna  Fragmen fraktur tampak sudah menyatu dengan minimal pembentukan callus  Ulna sinistra tampak baik  Tak tampak lesi litik/blastik maupun dislokasi pada tulang-tulang  Tak tampak penyempitan sela sendi



18



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan kasus Ossa Antebrachi dengan indikasi Fraktur di Instalasi Radiologi RS Harapan Bunda dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan pemeriksaan Antebrachi posisi AP (Antero-Posterior) dan Lateral telah terjadi perbaikan pada distal radius sinistra. 2. Pemasakan fiksasi interna membuat fraktur sudah tampak menyatu dengan minimal pembentukan callus 3. Foto proyeksi AP dan Lateral sudah cukup menegakan Diagnosa pada pemeriksaan tersebut. B. Saran 19



Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan penulisan laporan kasus ini adalah 1. Untuk petugas radiasi saat melakukan pemeriksaan selalu menjaga komunikasi yang baik dengan pasien. 2. Proteksi radiasi bagi pasien, karena yang di rontgen hanyalah bagian tangan sehingga pasien harus diberikan apron sebagai proteksi dari radiasi.



DAFTAR PUSTAKA Ballinger, Philip W. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Position & Radiologic Prosedures volume one. USA: Mosby. http://fachri-rizal.blogspot.com/2011/10/prosedur-pemeriksaan-ossa-antebrachii.html http://www.rsi.co.id/index.php/tentang-kami/sejarah http://ubpreneur.com/pengertian-anatomi-antebrachii.php



20