Teknik Relaksasi Pada Masa Intranatal [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ziyan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Teknik relaksasi pada masa intranatal (pernafasan, massase) 1. Hypnobirthing Hypnobirthing sering disebut juga dengan hypnosis persalinan. Hypnosis adalah perubahan keadaan kesadaran, dimana subyek melakukan apa saja yang yang diperintahkan oleh penghipnosis. Hypnobirthing merupakan metode relaksasi yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahwa melahirkan itu nikmat (Devi, Sulastriningsih, dan Tiawaningrum, 2018). Hypnobirthing merupakan salah satu teknik otohipnosis (Self hipnosis) yaitu upaya alami menanamkan niat positif/sugesti ke jiwa/pikiran bawah sadar dalam menjalani masa kehamilan dan persiapan persalinan (Ardhiyanti dan safitri, 2015). Hypnobirthing dapat digunakan dalam proses pengurangan rasa nyeri pada ibu intranatal kala I. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marfu’ah (2010) tentang perbedaan intensitas nyeri pada 30 ibu primipara menunjukkan ibu yang di lakukan hypnotherapy dalam persalinan normal mengalami nyeri berat (40%) sedangkan yang tidak diberi hypnoterapi mengalami nyeri berat (66,7%) (Ardhiyanti dan safitri, 2015). 2. Deep Back Massage Deep back massage dilakukan dengan menekan pada bagian sakrum dengan menggunakan telapak tangan dan posisi ibu dalam berbaring miring. Penatalaksanaan nyeri secara non-farmakologi yang berkaitan dengan deep back massage yaitu penelitian Katili (2018) yang berjudul Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rsud Dr. M.M Dunda Limboto bahwa ada pengaruh deep back massage terhadap nyeri pesalinan kala I fase aktif dengan hasil p value 0.047 < 0.05 (Susanti, Susilawati, dan Febriani, 2019). 3. Couterpressure Counterpressure yaitu dilakukan menggunakan tumit tangan untuk memijat daerah lumbal selama kontraksi yang dapat membantu mengurangi sensasi rasa sakit dan transmisi impuls nyeri ke otak. Counterpressure dapat dilakukan dalam posisi ibu tiduran ataupun posisi setengah duduk, sesuai dengan kenyamanan ibu (Susanti, Susilawati, dan Febriani, 2019).



Pada intervensi counterpressure, penelitian terkait yang dilakukan oleh M. Satria (2017) yang berjudul Pengaruh Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pijat Punggung Teknik Counterpressure Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Di Klinik Bidan Elviana Tahun 2017 menyatakan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan pijat punggung teknik counterpressure terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin kala I fase aktif dengan nilai p = 0,000 dan diketahui α = 0,05, hal ini menunjukkan nilai p lebih kecil dari nilai α atau p < α (Susanti, Susilawati, dan Febriani, 2019). 4. Teknik Relaksasi Otot Progresif Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi tetapi hanya memusatkan perhatian pada suatu aktivitas yang mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan sehingga mendapatkan perasaan relaks. Teknik ini memaksa individu untuk berkonsentrasi pada ketegangan ototnya dan kemudian melatihnya agar relaks. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kenender (2015), bahwa teknik relaksasi otot progresif dapat memberikan ketenangan baik pikiran maupun perasaan yang tidak menyenangkan. Relaksasi mempunyai efek sensasi menenangkan anggota tubuh, ringan dan merasa kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem para- simpatis. Dalam keadaan ini, hipersekresi katekolamin dan kortisol diturunkan dan meningkatkan hormon para -simpatis serta neurotransmitter seperti DHEA (Dehidroepinandrosteron) dan dopamine atau endorfin. Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine. Endorfin atau Endorphine mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi. Regulasi sistem parasimpatis ini akhirnya menimbulkan efek ketenangan (Trisetyaningsih, Pratama, dan Rohmani, 2017). Terapi relaksasi otot progresif akan masuk dalam kategori meditasi yang dapat memberikan efek ketenangan karena adanya unsur relaksasi yang terkandung di



dalamnya. Rasa tenang ini selanjutnya akan memberikan respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif. Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem limbik dan korteks serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks antara batang otak hipotalamus prefrontal kiri dan kanan hipokampus amigdala. Transmisi ini menyebabkan keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus dan amigdala. Persepsi positif yang diterima dalam sistem limbic akan menyebabkan amigdala mengirimkan informasi kepada LC (locus coeruleus) untuk mengaktifkan reaksi saraf otonom. LC akan mengendalikan kinerja saraf otonom ke dalam tahapan homeostasis. Rangsangan saraf otonom yang terkendali menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medulla adrenal menjadi terkendali. Keadaan ini akan mengurangi semua manifestasi kecemasan. Gangguan mekanisme kerja relaksasi otot progresif terhadap penurunan kecemasan merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada sistem kerja saraf simpatis dan parasimpatis. Ketika otot-otot sudah direlakskan maka akan menormalkan kembali fungsi-fungsi organ tubuh. Setelah seseorang selesai melakukan relaksasi dapat membantu tubuh menjadi relaks, sehingga dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik dan didalam sistem saraf pusat dan saraf otonom. Sistem saraf pusat berfungsi mengendalikan gerakan yang dikehendaki contohnya gerakan tangan, kaki, leher, dan jari. Sedangkan sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan



gerakan-gerakan



yang



otomatis



contohnya



fungsi



digesti



dan



kardiovaskuler.Sistem saraf otonom ini terdiri atas subsistem yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Saraf simpatis yang bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan pembesaran darah pusat. Sedangkan saraf parasimpatis bekerja memperlambat denyut jantung dan pernafasan, serta melebarkan pembuluh darah (Styoadi dan Kushariyadi, 2011). Manfaat relaksasi otot progresif adalah meningkatkan ketrampilan dasar relaksasi sehingga membuat keseluruhan tubuh menjadi santai yang dapat menurunkan tingkat hormon stres, tekanan darah, nadi, dan gula darah. Selain itu, relaksasi otot progresif juga dapat mengatasi berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat



permasalahan tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan psikologis bila tidak diatasi (Foreman, Elliot, dan Smith, 2011). 5. Endhorpin Massage Pada kala I, nyeri persalinan merpakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi serviks, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di serviks. Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan ialah dengan endorphine massage. Endorphin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting untuk diberikan pada wanita hamil ketika waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa Endorphin yan merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman. Endhorpin Massage merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit (Azizah, Iin Nur. Widyawati, Melvana Nurul. Anggraini, 2011). 6. Akupresure Asuhan sayang ibu sangat diperlukan untuk mengelola nyeri persalinan yang sesuai dengan dokumen WHO dengan safe motherhood dengan misi untuk mempromosikan kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat meningkatkan proses persalinan fisiologis. Model asuhan kebidanan ini mendukung dan melindungi proses kelahiran normal. Oleh karena itu, asuhan persalinan diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri. Akupresur merupakan salah satu metode non farmakologis yang dapat mengurangi rasa nyeri proses persalinan. Akupresor adalah suatu teknik penyembuhan dengan menekan, memijat, dan mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan perederan energi. Metode ini merupakan salah satu pengobatan tradisional dengan melakukan pemijatan pada titik akupuntur. Li 4 dan SP6 merupakan titik akupresur yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan (Karlinah, 2014). 7. Birthball Salah satu teknik relaksasi dan tindakan nonfarmakologis dalam penanganan nyeri saat persalinan dengan menggunakan birth ball yang dikenal dalam senam pilates sebagai



fitball, swiss ball dan petzi ball. Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu pada kala I ke posisi yang membantu kemajuan persalinan. Alat ini merupakan terapi fisik yang membantu kemajuan persalinan dan dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya yaitu dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang dapat membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi. Hal ini dapat meningkatkan pelepasan endorfin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi endorphin Latihan birthball posisi upright (berdiri, berjalan, berjongkok) sangat membantu ibu untuk mengurangi nyeri pada awal fase persalinan. Posisi seperti ini akan mengurangi respon nyeri pada area lumbar dengan berkurangnya tekanan pada saraf di sendi iliosakral dan sekitarnya. Maka dari itu, ibu bersalin dengan posisi ini pada umumnya hanya memerlukan sedikit narkose atau analgesik epidural dibandingkan posisi supine saat bersalin (Kurniawati, Dasuki and Kartini, 2016). Dari hasil uji statistik, latihan birth ball mengurangi tingkatan nyeri pada persalinan Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Mathew et al yang menyatakan bahwa ketidaknyamanan pada ibu bersalin dapat diatasi dengan posisi tubuh yang menunjang gravitasi dan posisi yang mempercepat dilatasi serviks seperti berjalan, berjongkok, berlutut, dan duduk. Penggunaan Birth Ball akan mendukung ibu untuk menggunakan posisi tersebut selama proses persalinan. Hal ini akan membantu janin untuk turun ke dalam rongga panggul dan ibu hanya mengalami sedikit nyeri (Kurniawati, Dasuki and Kartini, 2016). 8. Teknik Relaksasi Bernafas Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukkan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernafas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan (Rohyanti dan Warsiti, 2011). Teknik relaksasi bernapas merupakan tindakan pengendalian nyeri non farmakologis yang dapat membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya ketika rahim berkontraksi (Ahmad, 2013).



Beberapa jenis pernapasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan tahap 1 (Sebelum diperbolehkan mengedan): a. Menarik napas dalam (untuk membantu ibu rileks) dilakukan pada awal akhir kontraksi. b. Menarik napas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat kontraksi mencapai puncaknya. c. Menarik napas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan napas melalui mulut dan dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan lengkap). Keuntungan Teknik Relaksasi Bernapas: a. Keuntungan Emosional 1. Memberikan pengalaman positif tentang melahirkan pada ibu 2. Mengurangi ketegangan dan ketakukan ibu pada saat persalinan 3. Berpartisipasi nyata dalam melahirkan anaknya 4. Membantu tumbuhnya hubungan antara orang tua dan anak 5. Membantu tumbuhnya hubungan antara ibu dan bapak b. Keuntungan Fisiologis 1. Dapat mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat-obatan dandapat mengurangi resiko terhadap bayi 2. Mencegah terjadinya komplikasi seperti nyeri sampai dengan menurunnya oksigen. 3. Ibu dapat bekerja sama pada saat pemeriksaan 4. Ibu tidak merasa lelah pada saat dan sesudah melahirkan



DAFTAR PUSTAKA Devi, Sulastriningsih, dan Tiawaningrum. 2018. Pengaruh Yoga Prenatal Dan Hypnobirthing Terhadap Proses Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin Di Bpm Restu Depok Periode Januari-Juni Tahun 2017. Jurnal Bidan, Vol.5 No.01 hal 26-32. Ardhiyanti dan Safitri. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Hypnobirthing Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Kala I Persalinan Normal Pada Primipara di BPM Evi. Jurnal Maternity adn Neonatal Volume 2 no 2 hal 85-90. Azizah, Iin Nur. Widyawati, Melvana Nurul. Anggraini, N. N. (2011) ‘Pengaruh Endhorphin Massage Terhadap Intesitas Nyeri Kala I Persalinan Normal Ibu Primipara Di BPS S dan B Demak Tahun 2011’. Susanti, Susilawati, dan Febriani. 2019. Efektifitas Deep Back Massage dan Counterpressure Massage Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di PMB Yusnimar Kota Pekanbaru Tahun 2019. Jurnal Ibu dan Anak Volume 7 no 1 hal 55-63. Foreman, Elliot, dan Smith. 2011. Overcoming Anxiety For Dummies. England: John Wiley. Styoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika. Kenender, Palandeng, dan Kallo. 2015. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Insomnia Pada Lansia di Panti Werdha Manado. e journal Keperawatan Vol 3 No 1. Trisetyaningsih, Pratama, dan Rohmani. 2017. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Ibu Bersalin Fase Laten. Ahmad, F. 2013. Pengaruh Latihan Napas Dalam Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala I Di Ruang Intra Natal Care RSUD Haji Makassar.



Rohyanti dan Warsiti. 2011. Pengaruh Tekhnik Relaksasi Lamaze Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten pada Ibu Intranatal di RSUD Wates Kulonprogo. Karlinah, N. 2014 ‘Pengaruh Akupresur Dan Tens Terhadap Intesitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif’, pp. 1–10. Kurniawati, Dini. 2017. Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada Kemajuan Persalinan