Telaah Jurnal Promosi Kesehatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hubungan Pemecah Masalah Dan Pengambilan Keputusan



1.



2. 3.



4.



5.



6. 7. 8.



9.



Masalah adalah situasi dimana seseorang atau kelompok yang dihadapkan dgan sebuah tugas yang tidak mudah untuk diselesaikan dengan menggunakan prosedur tertentu. Seharusnya hal itu ditambahkan bahwa individu atau kelompok tersebut memiliki keinginan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Hal itu didukung oleh Cooney dalam Fadjar Shadiq sebagai berikut: … for a question to be a problem, it must present a challenge that cannot be resolved by some routine procedure known to the student. Implikasi dari definisi di atas , termuatnya ‘tantangan’ serta ‘belum diketahuinya prosedur rutin’ pada suatu pertanyaan yang akan diberikan kepada para siswa akan menentukan terkategorikan tidaknya suatu pertanyaan menjadi ‘masalah’ atau hanyalah suatu ‘soal’ saja (Kusmanto, 2014). Pengertian Masalah Menurut Para Ahli Di bawah ini adalah Pengertian Masalah menurut beberapa pendapat ahli, diantaranya : Irmansyah Effendi Masalah adalah salah satu bentuk pelajaran ketika anda sadar, sebagai kesadaran jiwa anda dapat melihat dengan mudah berbagai kelemahan dan masalah dalam kehidupan anda. Kartini Kartono Masalah merupakan kondisi atau situasi yang memiliki karakteristik yang belum mapan atau belum diketahui untuk selesaikan atau diketahui secara pasti. Mustika Zed Masalah merupakan sesuatu yang belum ditemukan cara penyesaiannya atau jawabannya, yang menjadi teka-teki yang menuntut pemecahan (penelitian) ilmiah, karena untuk menemukan jawabannya hanya mungkin didapatkan melalui penelitian atau cara kerja ilmiah.  Notoadmojo Masalah yakni merupakan suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sudah terjadi tentang suatu hal atau kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta harapan dan kenyataannya dari masalah tersebut. Hudojo Masalah adalah salah satu bentuk pertanyaan kepada seseorang yang dimana orang tersebut tidak mempunyai hukum yang bisa digunakan dengan segera untuk menemukan jawaban dari pertanyaan (masalah) tersebut. Dorothy Craig Masalah merupakan situasi yang akan datang yang tidak diharapkan. James Stoner Masalah merupakan kondisi atau situasi yang dapat menghambat organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di harapkan. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Seperti yang telah tercantum dalam kamus besar bahsa indonesia, yakni masalah adalah sesuatu yang harus dipecahkan atau diselesaikan. ( Lindsay C Martin, 2014). Roger Kaufman Masalah merupakan suatu kesenjangan yang harus rahasiakan antara hasil yang telah  dicapai pada saat ini atau sebelumnya dengan hasil yang diharapkan.



1



Merriam-Webster mendefinisikan suatu keputusan sebagai “untuk mencapai hal itu setelah memikirkannya: hasil dari memutuskan.” 2 Suatu masalah didefinisikan sebagai “sesuatu yang sulit untuk ditangani: sesuatu yang merupakan sumber masalah, kekhawatiran, dll.” 3 Oleh karena itu , pengambilan keputusan dan pemecahan masalah adalah proses-proses di mana pilihan sulit dibuat. Untuk keperluan makalah ini, mereka akan dianggap sama. Langkah penting dalam proses pengambilan keputusan adalah framing Pembuat keputusan yang baik membuat kerangka keputusan yang dirancang untuk masalah tertentu. 5 Kerangka pengambilan keputusan menggambarkan bagaimana sebuah pertanyaan diatur untuk dijawab. Pembingkaian mempertimbangkan isu-isu yang harus dipertimbangkan, elemen-elemen dari masalah yang akan dipertimbangkan, dan kriteria yang digunakan untuk memilih satu solusi daripada yang lain. Pembingkaian membantu menyederhanakan pembangkrutan termasuk termasuk dan tidak termasuk informasi lainnya. pendekatan klinis, etika, manajerial, ekonomi dan hukum untuk pengambilan keputusan yang penting untuk pemecahan masalah ( Lindsay, 2014). Pemecahan masalah adalah kemampuan megidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat memilih dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, Kesumawati (Reno, Melisa dan Jusuf, 2014) Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Hermawan Decision Support System atau sistem penunjang keputusan secara umum didiefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah terstruktur. Tinjauan Umum Bahasa Pemrograman Visual Basic 6. Menurut Sudarjo Visual Basic adalah salah satu development tools untuk membangun aplikasi dalam lingkungan windows. Dalam pembangunan aplikasi, visual basic menggunakan pendekatan visual untuk merancang user interface dalam bentuk form, sedangkan untuk kodingnya menggunakan dialek bahasa basic yang cenderung mudah dipelajari. Visual Basic telah menjadi tools yang terkenal bagi para pemula maupun para developer. Pada pemograman visual, pengembangan aplikasi dimulai dengan pembentukan user interface, kemudian mengatur properti dari objek-objek yang digunakan dalam user interface, dan baru dilakukan penulisan kode program untuk menangani kejadian-kejadian (event). Konsep Perancangan Database Menurut Pahlevi Database adalah sekumpulan data yang saling berhubungan secara logis beserta deskripsinya, yang digunakan secara bersama-sama dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi disuatu tempat. Sistem Database adalah suatu sistem yang terdiri dari kumpulan file atau tabel yang saling berhubungan yang memungkinkan beberapa pemakai mengakses dan memanpulasi file-file tersebut (Reno, Melisa dan Jusuf, 2014).



2



Flowchart



Gambar 1. Basic Flowchart Flowchart atau bagan alur merupakan metode untuk menggambarkan tahap-tahap penyelesaian masalah (prosedur), beserta aliran data dengan simbolsimbol standar yang mudah dipahami. Dalam kehidupan sehari-hari, flowchart banyak digunakan di pusat-pusat layanan seperti kantor pemerintahan, bank, rumah sakit, organisasi masyarakat, dan perusahaan. Data Flow Diagram (DFD)



Gambar 2. Data Flow Diagram (DFD) Menurut Al fatta data flow diagram (DFD) adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan proses-proses yang terjadi pada sistem yang akan dikembangkan, dengan model ini, data-data yang terlibat pada masingmasing proses dapat diidentifikasi ( Reno, 2014).



3



Entity Relationship Diagram (ERD) Menurut Supriyanto Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang mendiskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data. HIPO (Hierarkhi Input Proses Output)



Gambar 3. Hierarchical Input/Process/Output (HIPO) Chart Diagram HIPO (Hierarkhi Input Proses Output) Merupakan serangkaian diagram yang terdiri dari serangkaian level yang mengalir dari atas kebawah yang menggambarkan sistem yang lebih detail. Diagram HIPO dirancang sebagai alat bantu dan alat dokumentasi yang digunakan untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah ( Reno, 2014). Menurut Polya (Wardhani, 2010) terdapat empat aspek kemampuan memecahkan masalah sebagai berikut: 1. Memahami masalah Pada aspek memahami masalah melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah yang tertulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama. 2. Membuat rencana pemecahan masalah Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Dalam proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki pengalaman menerapkan berbagai macam strategi pemecahan masalah. ( Mawaddah, 2015). 3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan hatihati. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah masalah tidak akan



4



4.



1. 2. 3. 4.



1. 2. 3. 4.



bingung. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah. Melihat (mengecek) kembali Selama melakukan pengecekan, solusi masalah harus dipertimbangkan. Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah menurut BSNP (2006) yakni meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Menurut Kesumawati (Chotimah, 2014) indikator kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut: Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan mengidentifikasi unsurunsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. Mampu membuat atau menyusun model matematika, meliputi kemampuan merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika. Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi kemampuan memunculkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah tersebut. Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, meliputi kemampuan mengidentifikasi kesalahan ( Mawaddah Siti, 2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Agar memahami apa yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah, kita terlebih dahulu harus mengetahui apa itu masalah. Masalah dalam KBBI didefinisikan sebagai “sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan.” Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Selanjutnya masalah menurut sebagian ahli matematika merupakan pertanyaan yang harus dijawab dan direspon, namun demikian, tidak semua pertanyaan secara otomatis akan langsung menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan tersebut menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan cara atau prosedur rutin yang sudah dikenali. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Pemecahan masalah juga didefinisikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi (Zulfah, 2017). Tahapan-tahapan Pemecah Masalah Menurut Herbert A. Simon, pemecah masalah akan terlibat dalam empat hal: Aktivitas intilijen Mencari kondisi yang membutuhkan solusi didalam lingkungan Aktivitas perancangan Menemukan, mengembangkan, dan menanalisi kemungkinan-kemungkinan tindakan (Universitas Gunadarma,2012). Aktivitas pemilihan Memilih satu tindakan tertentu dari berbagai tindakan yang tersedia Aktivitas peninjauan Memilai pilihan-pilihan masa lalu



5



1. 2. 3.



4.



1. 2.



3.



Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah : G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan. Fase Pengambilan Keputusan Aktivitas intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak. Aktifitas desain ; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan. Aktifitas desain meliputi : a. menemukan cara-cara/metode b. mengembangkan metode c. menganalisa tindakan yang dilakukan Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan. Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan keputusan adalah : a. Mengidentifikasi masalah utama b. Menyusun alternatif c. Menganalisis alternatif d. Mengambil keputusan yang terbaik (Universitas Gunadarma,2012). Teknik Pengambilan Keputusan 1. Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan pemecahan persoalan. 2. Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis. 3. Gaming War Game ; Teori penentuan strategi. 4. Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak normal.



6



1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.



Proses Pengambilan Keputusan: Menurut G. R. Terry : a. Menganalisa problem tersebut b. Menetapkan sejumlah alternatif c. Mengevaluasi alternatif d. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan e. Merumuskan problem yang dihadapi Menurut Peter Drucer : a. Menetapkan masalah b. Manganalisa masalah c. Mengembangkan alternatif d. Mengambil keputusan yang tepat e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif Bentuk bentuk pengembilan keputusan (decision making) Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dari manajer , yang dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan, siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll, Bentuk keputusan ini bisa berupa keputusan yang di program atau tidak, bisa juga di bedakan antara keputusan yang dibuat antara kondisi kepastian , resiko dan ketidak pastian. Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. contoh: penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah masalah khusus atau tidak biasanya.contoh: pengalokasian sumber daya - sumber daya organisasi,penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern,dan lain sebagainya (Universitas Gunadarma,2012). Menjadi pengambil keputusan yang efektif. Sebuah pengambilan keputusan yang efektif mempunyai enam sifat, yaitu : Berfokus pada apa yang penting. Yang logis dan konsisten Meliputi pemikiran yang subyektif dan obyektif, serta menggabungkan pemikiran yang analistis dengan intuitif Memerlukan se-banyak2nya informasi dan analisis untuk memecahkan persoalan yang biasa. Mendorong dan menuntun pengumpulan informasi yang berkaitan dan opini yang diinformasikan. Langsung, dapat diandalkan, mudah digunakan dan fleksibel. Yang perlu dilakukan manajer untuk membuat keputusan yang efektif di era persaingan yang semakin tajam dewasa ini : Mengetahui kapan saatnya untuk menyerah. Ketika terbukti bahwa suatu keputusan tidak berhasil, jangan takut untuk menariknya kembali. Pengakuan oleh pembuat keputusan bahwa keputusan mereka ternyata buruk atau menolak untuk menyadari bahwa perlu ada perbaikan,



7



2.



1.



2.



3.



jelas merupakan pemikiran yang tidak tepat pada lingkungan yang dinamis seperti sekarang ini. Mempraktekan lima duduk perkara. Ketika lingkungan menjadi sangat tidak pasti, satu cara untuk mendorong pengmbilan keputusan yang baik adalah dengan membuat orang berpikir lebih luas dan mendalam tentang suatu masalah. Karena tekanan waktu yang semakin sering dihadapi manajer, mungkin analisisnya tegolong analisis yang dangkal. Pendekatn “lima duduk perkara” menganjurkan karyawan untuk bertanya “WHY” tidak hanya sekali melainkan lima kali, sehingga diharapkan mampu untuk menggali lebih dalam lagi apa sebenarnya penyebab masalah sekaligus mendapatkan solusi yang layak. Dalam membuat suatu keputusan ,manajer dihadapkan pada tiga kondisi yang terdiri dari kepatian, risiko dan ketidak pastian. Kepastian situasi yang ideal untuk mengambil suatu keputusan adalah situasi dimana ada kepastian, artinya situasi yang memungkinkan manajer mampu mengambil keputusan yang tepat karena hasil dari setiap alternative telah diketahui. Misal ketika bendahara propinsi. A memutuskan bank mana yang akan menjadi tempat penyimpanan kelebihan dana propinsi tsb, dia tahu dengan tepat berapa bungan yang ditawarkan oleh masing bank dan berapa bunga yang akan diperoleh dari dana yang disimpan. Dia yakin tentang hasil masing alternatif. Namun demikian situasi seperti ini bukanlah cirri kebanyakan keputusan situasi manajerial. Risiko Situasi yang jauh lebih lazim adalah adanya risiko, yaitu kondisi dimana pengambil keputusan mampu untuk memperkirakan probabilitas alternatif tertentu atau hasil tertentu. Kemampuan untuk memperkirakan probabilitas hasil tsb mungkin diperoleh dari pengalaman atau informasi data sekunder. Dalam kondisi risiko manajer mempunyai data histories yang memungkinkannya untuk memperhitungakan probabilitas bagi alternative yang ber-beda Ketidak Pastian Apa yang terjadi jika seandainya anda mengambil keputusan saat anda merasa tidak yakin tentang hasilnya atau bahkan tidak dapat membuat perkiraan probabilitas yang masuk akal? Hal demikian ini disebut sebagai ketidak pastian. (Universitas Gunadarma,2012). Para manajer benar menghadapi pengambilan keputusan dalam ketidak pastian manakala pilihan pilihan alternative tsb dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah informasi yang tersedia bagi si pengambil keputusan. Faktor lain yang mempengaruhi pilihan dalam keadaan tidak pasti adalah orientasi psikologis si pengambil keputusan. Manajer yang optimis akan mengikuti pilihan maksimaks, sedangkan manajer yang pesimis akan mengejar pilihan maksimin (memaksimalkan hasil minimum), dan manajer yang ingin meminimalkan “penyeslan” maksimumnya akan memilih pilihan minimaks. Menurut Stephen P.Robbin dan Mary Coulter Proses pengambilan keputusan merupakan rangkaian delapan langkah yang terdiri dari : 1. Identifikasi masalah 2. Identifikasi criteria keputusan 3. Alokasi bobot pada criteria 4. Penyusunan alternatif



8



1. a. b. c.



2.



a.



b.



5. Analisis alternatif 6. Pemilihan sebuah alternatif 7. Penerapan/implementasi alternatif 8. Evaluasi efektivitas keputusan. Hubungan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah sebuah proses memilih tindakan diantara berbagai alternatif untuk mencapai sebuah tujuan atau beberapa tujuan. Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan adalah kegiatan pengumpulan informasi dari mana suatu apresiasi mengenai situasi keputusan yang dapat dibuat. Pembuatan keputusan bisa perorangan atau kelompok, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan kelompok. Agar kualitas keputusan yang diambil lebih baik maka diperlukan suatu sistem berbasis komputer yang dapat membantu keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan permasalahan (Ahmadi, 2013). Simon mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama : intelegensia, desain dan kriteria. Ia kemudian menambahkan fase keempat, yakni implementasi. Seperti tergambar pada gambar 2 berikut ini : Ada aliran aktivitas yang terus menerus berlangsung mulai dari intelegensi sampai desain sampai pilihan (blod line), namun pada sembarang fase bisa jadi ada fase dimana perlu kembali ke fase sebelumnya (umpan balik). Fase Intelegensi Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (pemindahan) lingkungan, baik secara intermiten ataupun terus menerus.. Identifikasi Masalah Fase intelegensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran organisasional yang berkaitan dengan isu yang diperhatikan dan determinasi apakah kejadian tersebut telah terpenuhi. Klasifikasi Masalah Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap suatu masalah dalam rangka menempatkannya dalam suatu kategori yang dapat didefinisikan (Turban, 2005 ) Masalah terstruktur dan Masalah tidak terstruktur Simon (Turban, 2005 ) membedakan dua ekstrem yang berkaitan dengan strukturisasi suatu masalah keputusan. Pertama adalah masalahmasalah yang terstruktur dengan baik yang berulang secara rutin, dan untuk masalah-masalah tersebut telah dikembangkan model-model standar, yang disebut masalah terprogram. Kedua adalah masalah tidak terstruktur, disebut juga masalah tidak terprogram yang belum dikenal sebelumnya dan tidak terjadi lagi. Fase Desain Fase desain meliputi penemuan atau mengembalikan dan menganalisis tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji solusi yang layak. Model Normatif Model normatif adalah model dimana alternatif yang dipilih merupakan alternatif terbaik dari semua alternatif yang mungkin. Untuk menemukan alternatif terbaik, kita harus menguji semua alternatif dan membuktikan bahwa alternatif yang dipilih benar-benar alternatif terbaik, alternatif itulah yang biasanya diinginkan.. Model Deskriptif Model deskriptif menggambarkan berbagai hal sebagaimana adanya, atau bagaimana hal-hal tersebut diyakini. Model ini umumnya didasarkan secara matematis.



9



c. Mengukur Hasil Akhir Nilai dari sebuah alternatif dievaluasi dalam hal pencapaian tujuan. d. Skenario Skenario adalah suatu pernyataan mengenai berbagai asumsi tentang lingkungan pengoperasian sebuah sistem tertentu pada waktu tertentu, yaitu suatu deskriptif naratif mengenai situasi pengambilan keputusan. 3. Fase Pemilihan Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah fase dimana suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Pemecahan sebuah model pengambilan keputusan melibatkan pencarian terhadap suatu tindakan yang tepat. Pendekatan pencarian melibatkan teknik analitik (memecahkan suatu formula), algoritma (prosedur langkah demi langkah), heuristik (aturan utama), dan blind search (menembak di dalam gelap, idealnya salam suatu cara yang logis). Penelitian ini menggunakan teknik algoritma (prosedur langkah demi langkah) dimana 4. Fase Implementasi Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan batasan-batasan yang tidak jelas. Implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak memerlukan implementasi suatu sistem komputer. a. Metode Metode yang digunakan adalah metode penarikan kesimpulan yang ada dalam sistem pakar. Sistem pakar atau expert system adalah cabang dari kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) yang membuat penggunaan pengetahuan yang dikhususkan secara ekstensif untuk memecahkan masalah pada level human expert (seseorang yang mempunyai expertise dalam bidang tertentu) . (Universitas Gunadarma, 2012). b. Sedangkan dalam Arhami (2005:3) mengemukakan sistem pakar sebagai “. ..suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge (pengetahuan) dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup sulit sehingga membutuhkan seseorang yang ahli untuk menyelesaikannya”. c. Tree Suatu tree (pohon) adalah suatu hierarki struktur yang terdiri dari node (simpul/verteks) yang menyimpan informasi atau pengetahuan dan cabang (link/edge) yang menghubungkan node. atau jaringan sederhana sering digunakan sebagai istilah sinonim dari graph bila menggambarkn suatu kasus dari graph seperti jaringan telepon. Contoh sederhana graph adalah sebuah peta dimana kota sebagai node dan linknya adalah jalan. Link merupakan merupakan panah atau arah. Sebagai analoginya adalah salah satu jalan dengan batasan bobot yang menunjukkan bagaimana truk dapat melewati jalan tersebut. Jika graph merepresentasikan rute pesawat terbang maka bobotnya dapat berupa jarak antara kota, biaya penerbangan, kebutuhan minyak dan lain sebagainya. Aplikasinya tree adalah pembuatan keputusan dan disebut dengan decision tree (pohon keputusan). Struktur keputusan dari skema representasi pengetahuan dan metode penalaran tentang pengetahuan ini. d. Forward Chaining Forward chaining Suatu stategi pengambilan keputusan yang dimulai dari premis (fakta) menuju konklusi (kesimpulan akhir). Salah satu aspek penting dari perolehan fakta adalah dengan menanyakan pertanyaan yang benar. Pertanyaan



10



1.



2.



1. 2.



benar yang diajukan menghasilkan efisiensi dalam menentukan jawaban yang benar. Salah satu syarat yang nyata untuk hal ini adalah sistem pakar hanya akan menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan hipotesis yang dicoba dibuktikan (Setyowibowo, 2014). Proses Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan banyak langkah, Simon (1960) menyatakan ada empat tahapan berbeda dalam pengambilan keputusan, yaitu: kecerdasan, rancangan, pilihan, dan implementasi. Tahapan pengambilan keputusan diantaranya : kecerdasan, rancangan, pilihan, dan implementasi(lihat gambar) Proses pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi empat tahapan. 1. Kecerdasan Kecerdasan terdiri atas menemukan, mengidentifikasi, dan memahami masalah yang terjadi pada organisasi- mengapa maslah itu terjadi, dimana, dan akibat apa yang dialami. 2. Rancangan Rancangan melibatkan identifikasi dan pecarian berbagai solusi masalah. 3. Pilihan Pilihan adalah tentang memilih alternatif solusi yang ada. 4. Implementasi Implementasi dalah tentang membuat alternatif yang dipilih dapat bekerja, dan tetap mengawasi seberapa baik kerja solusi tersebut (Setyowibowo, 2014).. Macam-Macam Pengambilan Keputusan Menurut H.A. Simon, keputusan yang dibuat oleh manajer dalam mengambil berbagai keputusan dihadapkan pada dua tipe pada situasi yang berbeda, yaitu: Keputusan yang terprogram Dibuat untuk mengatasi hal-hal yang bersifat rutin yang terjadi berulang-ulang pada pekerjaan yang sama, digunakan untuk mengatasi masalah yang mempunyai sebabakibat secara jelas dalam suatu organisasi Keputusan yang tidak terprogram Tidak akan diprogramkan jika sifatnya baru dan tidak berstruktur, unik dan kompleks. Oleh karena itu tidak ada prosedur tertentu secara pasti yang dapat digunakan untukmengatasi masalah-masalah yang timbul, karena masalah tersebut tidak muncul dengan cara yang sama dengan sebelumnya Sedangkan Menurut Mc. Farland, ia mengklasifikasikan macam-macam keputusan menjadi Keputusan Dasar dan Keputusan Rutin. Keputusan Dasar Merupakan keputusan unit, investasi dalam jumlah besar, keputusan yang satu kali menyangkut komitmen jangka panjang dan relatif permanen. Keputusan Rutin Merupakan keputusan-keputusan setiap hari, bersifat repetitive (berulang-ulang) dan mempunyai sedikit dampak terhadap organisasi secara keseluruhan. Proses Pengambilan Keputusan 1. Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi 2. Mencari alternatif pemecahan bagi masalah yang dihadapi 3. Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah 4. Melaksanakan alternatif tersebut



11



1.



2. 3. 4.



5.



1. 2.



1. 2. 3. 4.



5.



5. Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan Erich Form membedakan 5 tipe pengambil keputusan dikaitkan dengan macam keputusannya: Tipe Ketergantungan Tidak mempunyai pendirian yang tegas. Ketidak-tegasan bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ia kurang menguasai permasalahan dan tidak mempunyai pengalaman dalam memutuskan suatu persoalan Tipe Eksploitatif Mengeksploitasi orang lain atau bawahan untuk kepentingan diri sendiri. Tipe Tabungan Mempunyai kecenderungan mengumpulkan ide-ide untuk kepentingan diri sendiri guna memperkuat posisinya dan wibawanya dalam organisasi. Tipe Pemasaran Sengaja ingin menjual idenya pada pihak lain atau sengaja ingin memamerkan ideide kepada bawahannya agar ia dipuji pihak lain atau sekedar ingin memperlihatkan wibawanya sebagai pemimpin Tipe Produktif Benar-benar memiliki kemampuan dalam pengetahuan, keterampilan, dan pandangan jauh ke depan. Definisi konsep untuk pohon keputusan menurut berbagai ahli, sebagai berikut: Azhar Kasim Model grafik yang menggambarkan urutan-urutan suatu keputusan serta peristiwa-peristiwa yang terdiri dari situasi keputusan yang berangkai Susan Welch dan John C. Coner Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya ke dalam komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masingmasing alternatif Menurut George R. Terry yang disarikan dari Ibnu Syamsi, dasar pengambilan keputusan dibedakan 5 (lima) macam, yaitu: Berdasarkan Intuisi Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan perasaan seseorang yang mempunyai tendensi subjektif. Berdasarkan Rasional Lebih banyak menggunakan daya pikir yang bisa diterima oleh akal sehat. Berdasarkan Fakta Berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup merupakan keputusan yang solid, sehat dan akurat. Berdasarkan Pengalaman Pengalaman dapat dijadikan pijakan atau dasar dalam pengambilan keputusan dengan cara mengingat-ingat apakah masalah yang sama atau hampir sama pernah terjadi masa sebelumnya, dengan melacak arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang tersimpan. Berdasarkan Otoritas/Wewenang Merupakan hak untuk melakukan suatu perintah agar tujuan dapat tercapai. Biasanya keputusan dibuat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:



12



1.



2. 3. 4.



Ciri-ciri Keputusan Selanjutnya peneliti akan mencoba mengemukakan ciri-ciri keputusan dalam usaha memecahkan masalah yang akan dihadap di dalam organisasi pemerintah maupun di dalam organisasi swasta dan untuk itu ada beberapa ciri yang harus dimiliki di dalam keputusan. Berikut ini peneliti akan mencoba mengemukakan definisi. ciri-ciri keputusan menurut para pakar diantaranya menurut Soewarno Handayaningrat. Keputusan adalah suatu proses yang terus-menerus (continue), sebab kalau tidak adanya suatu proses yang berkesinambungan berarti tidak adanya hubungan dengan keputusan tersebut. Apabila tidak ada tindakan lebih lanjut maka keputusan itu tidak ada artinya. Kalau suatu keputusan menyangkut sejumlah besar orangorang, maka hal penting adalah kemampuan untuk menghadapi reaksi dan menyesuaikan perbedaanperbedaan dengan kedua belah pihak. Pemilihan dari pengambilan keputusan tidak atas dasar pertimbangan, tetapi atas dasar beberapa alternatif yang oleh pengambilan keputusan dianggap penting. Suatu penilaian dalam pemilihan alternatif tersebut diatas harus dibandingkan satu nama lain dari pada pemilihan yang dirapikan dari salah satu alternatif yaitu yang berhubungan dengan maksud dan tujuan organisasi. 2.2. Elemen-Elemen yang Harus Ada untuk Memecahkan Masalah Elemen pemecahan masalah yaitu manajer, standar, dan informasi. Pemecahan terhadap masalah tersebut harus memberikan kemampuan terbaik kepada sistem untuk dapat mencapai tujuannya, sebagaimana yang ditentukan dalam standar penampilan. Oleh karena itu standar harus ditentukan dengan jelas. Standar ini menjelaskan keadaan yang diinginkan, yaitu apa yang harus dicapai oleh sistem. Selanjutnya manajer harus mempunyai informasi yang menjelaskan keadaan saat itu, yaitu apa yang dicapai sistem sekarang. Jika keadaan saat itu dan keadaan yang diinginkan sama, maka tidak ada masalah dan manajer tidak mengambil tindakan apa-apa. Jika kedua keadaan tersebut berbeda maka ada beberapa masalah yang menjadi penyebabnya dan harus dipecahkan. Perbedaan antara keadaan saat itu dan keadaan yang diinginkan menunjukkan kriteria pemecahan, yaitu apa yang akan dilakukan untuk membuat keadaan pada saat itu menjadi keadaan yang diinginkan. Bila keadaan pada saat itu mencapai tingkat penampilan yang lebih tinggi dari keadaan yang diinginkan, maka tugas manajer bukannya membawa keadaan pada saat itu pada jalur yang sama. Namun, menjaga keadaan pada saat itu berada pada tingkat yang tinggi. Jika tingkat penampilan yang lebih tinggi lagi dapat dicapai, maka keadaan yang diinginkan harus dinaikkan. Jika terjadi salah langkah dalam proses pemecahan masalah maka tanggung jawab manajer untuk mengidentifikasi pemecahan pengganti dan untuk mengevaluasi masing-masing. Didalam mengidentifikasi manajer dapat menggunakan sistem informasi seperti input dari orang lain dalam organisasi maupun diluar organisasi. Bila pilihan telah ditentukan sistem informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi masing-masing pilihan tesebut. Evaluasi ini harus mempertimbangkan kemungkinan adanya hambatan yang bersifat internal maupun lingkungan, hambatan internal berupa terbatasnya



13



1.



2.



3. 4.



sumber, sedangkan hambatan lingkungan berupa tekanan dari berbagai elemen lingkungan yang berlaku aneh atau tidak berlaku sama sekali. Proses pemecahan masalah dijelaskan sebagai proses kompleks yang membutuhkan banyak keterampilan untuk digunakan bersama. Unsur-unsur dari proses ini adalah Memahami Masalah, Memilih Informasi yang Diperlukan di antara Pilihan yang Diberikan. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah: Pertimbangkan langkah-langkah yang paling sering digunakan dalam gaya pemecahan masalah alami. Adakah kecenderungan untuk meraih unsurunsur emosional dari keadaan solusi, atau sebaliknya, untuk meraih komponen analisis rasional? Pemecah masalah juga harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka inklusif atau eksklusif dalam proses penyelesaian masalah. Mengingat kecenderungan manusia untuk menghindari bidang-bidang kelemahan yang dirasakan, penting untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang paling tidak nyaman dari proses penyelesaian masalah dan akan membuat diri sendiri untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam domain itu untuk menghilangkan ketidak nyamanan (James, 2014). Langkah-langkah Pemecahan Masalah Tindakan: Dalam mengingat masalah dan solusi yang memengaruhi orang lain secara negatif, renungkan konsekuensi negatif yang dialami dan bagaimana solusi itu membuat orang lain merasa. Sekarang identifikasi bagaimana proses pemecahan masalah seharusnya dilaksanakan. Identifikasi solusi dalam organisasi yang tidak konsisten dengan nilai-nilai dan budaya organisasi dan catat nilai-nilai yang dilanggar. Pemecah masalah dapat mengambil manfaat dengan menentukan bagaimana solusi dapat ditangani agar lebih konsisten dengan nilai-nilai organisasi (James, 2014). Hambatan yang dilakukan oleh pesaing, pemasok, dan pemegang saham dapat membatasi adanya pilihan tertentu. Bila semua elemen ini ada dan dipahami oeh manajer maka dimungkinkan terjadinya pemecahan terhadap masalah. Analisis bagian-bagian sistem dapat digambarkan sebagai berikut : Urutan menggambarkan prioritas tiap elemen dalam pemecahan masalah. Misalnya, masalah dalam elemen 4 tidak bisa dipecahkan kalau ada masalah dalam elemen tiga. Elemen 1 : Mengevaluasi standar. Standar kinerja dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran, dan kuota. Standar memiliki karakteristik tertentu : Standar harus sah (valid). Standar harus realistis. Standar harus dimengerti oleh mereka yang diharapkan untuk mencapai. Standar harus terukur. Elemen 2 : Elemen 3 : Membandingkan output sistem dengan standar. Mengevaluasi manajemen. Suatu penilaian kritis bdilakukan atas manajemen sistem dan struktur organisasi. Sinyalsinyal adanya masalah : a. manajer bekerja dalam jam yang sangat panjang dan b. keputusan keputusan terbukti salah. Elemen 4 : Mengevaluasi pemroses informasi. Elemen 5 : Mengevaluasi input dan sumberdaya input. Pada analisis ini konseptual sistem tidak lagi merupakan persoalan, permasalahan ada pada sistem fisik.



14



5.



6.



Elemen 6 : Mengevaluasi proses transformasi. Contoh-contoh modern dalam memecahkan masalah transformasi adalah: otomatisasi, penggunaan robot, computer aided design dan computer-aided manufacturing (CAD/CAM) dan computer integrated manufacturing. Elemen 7 : Mengevaluasi sumber daya output. Mengidentifikasi berbagai alternatif solusi. Manajer mengidentifikasi bermacam-macam cara untuk memecahkan Permasalahan yang sama. Manajer jarang memecahkan masalah sendirian, biasanya dilakukan tukar menukar pikiran (brain storming). Pendekatan formal disebut sesi JAD (Joint Application Design), suatu rancangan aplikasi bersama dan merupakan pendekatan sistem pendukung keputusan secara kelompok (group decis ion s upport system) untuk memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah yang tidak sanggup menangani volume aktivitas pekerjaan yang meningkat. (James, 2014).



2.3. langkah-langkah pendekatan sistem Ada beberapa pengertian tentang sistem antara lain : 1. Sistem ialah satu kesatuan yang utuh diperkirakan berhubungan, serta satu sama lain saling mempengaruhi, yang ketemunya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Azrul Azwar) 2. Suatu sistem adalah merupakan suatu penggabungan, penyatuan dari dua atau lebih bagian-bagian, komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang interdependen dan ditandai oleh batas-batas yang jelas dari lingkungan suprasistemnya. (Fremont) 3. Suatu sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari beberapa bagian (subsistem) yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan bersama. (Loomba) Dari ketiga pengertian sistem di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan ada beberapa kata kunci yang perlu kita perhatikan dalam pengertian suatu sistem yaitu : 1. Kesatuan yang utuh/penggabungan/tatanan. 2. Terdiri dari sebagai faktor/bagian-bagian (subsistem). 3. Saling tergantung satu sama lain. 4. Dalam upaya mencapai tujuan. Tahap-tahap dan langkah-langkah pendekatan sistem : Tahap I : Usaha Persiapan Langkah 1. Memandang perusahaan sebagai suatu sistem. 2. Mengenali sistem lingkungan. 3. Mengidentifikasi subsistem perusahaan. Tahap II : Usaha Definisi Langkah 1. Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem. 2. Menganalisa bagian sistem dalam urutan tertentu. Tahap III : Usaha Solusi Langkah 1. Mengidentifikasi solusi alternatif. 2. Mengevaluasi solusi alternatif. 3. Memilih solusi terbaik.



15



1. 2.



a. b.



4. Menerapkan solusi terbaik. 5. Membuat tindak lanjut bahwa solusi itu efektif Faktor-faktor Pribadi yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah : Tiap manajer memiliki gaya pemecahan masalah yang unik. Gaya ini mempengaruhi keterlibatannya dalam merasakan masalah, mengumpulkan informasi, dan menggunakan informasi. Merasakan masalah : Ada tiga kategori dasar dalam gaya merasakan masalah (problem- sensing style), yaitu : 1. Menghindar masalah (problem avoider), 2. mengambil sikap positif dan 3. menganggap bahwa semua baik-baik saja. Gaya mengumpulkan informasi ada dua : Gaya teratur (preceptive styles), manajer jenis ini mengikuti management by exception dan menyaring segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan area minatnya. Gaya menerima (receptive style), manajer jenis ini ingin melihat semuanya, kemudian menentukan apakah informasi tersebut bernilai baginya atau orang lain dalam organisasi. Menggunakan informasi : Manajer juga cenderung menggunakan salah satu dari dua gaya menggunakan informasi, yaitu : Gaya sistematik (systematic style). Manajer memberi perhatian khusus u ntuk mengikuti suatu metode yang telah ditetapkan, misalnya pendekatan sistem. Gaya intuitif (intuitive style).Manajer tidak lebih menyukai suatu metode tertentu tetapi menyesuaikan pendekatan dengan situasi. Di dalam pendekatan sistem, tiga komentar berikut perlu diperhatikan yaitu : 1) Pendekatan sistem sebenarnya hanyalah akal sehat (common sense). 2) Pendekatan sistem hanyalah satu cara memecahkan masalah. 3) Pendekatan sistem adalah metodologi sistem dasar. Suatu metodologi adalah suatu cara yang telah ditetapkan untuk melaksanakan sesuatu. Pengembangan Sistem Pengembangan sistem informasi adalah kumpulan kegiatan para analis sistem, perancang, dan pemakai yang mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.Pengambangan sistem informasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan selama pembangunan sistem informasi. Agar sistem informasi bekerja secara tepat, kita harus mengelola secara aktif, menyesuaikan teknologi dengan situasi, dan menerima tanggung jawab baik untuk sukses atau kegagalannya. Untuk dapat memilih dan mempertimbangkan hal-hal diatas perlu beberapa dasar pokok yang bisa dipakai sebagai patokan, antara lain yaitu pengembangan sistem. Pengembangan sistem ini terdiri dari 5 tahapan (Sabarguna, 2003): 1. Analisis system 2. Rancangan sistem 3. Implementasi sistem 4. Pemeliharaan sistem 5. Peningkatan system Analisis Sistem Analisis sistem adalah proses koleksi, pengaturan dan evaluasi fakta tentang informasi yang dibutuhkan dan lingkungan tempat sistem akan dijalankan.



16



Dalam rangka pengumpulan fakta tentang informasi dan lingkungan sistem, diantaranya meliputi hal-hal: a. Latar belakang informasi, meliputi asal informasi, pemakai dan beban penggunaan. b. Prosedur, yaitu cara atau tugas yang selama ini berjalan dan dikerjakan. c. Aliran informasi, meliputi aliran data informasi dari satu bagian ke bagian lain d. Penentuan masalah, yaitu melalui langkah mulai dari penelaahan latar belakang informasi, prosedur dan aliran informasi, maka akan dapat diketahui masalah yang ada. Rancangan Sistem Rancangan sistem ini meliputi kegiatan yang bertujuan untuk menggambarkan wujud sistem yang akan dibuat, seperti halnya apabila kita akan membangun rumah, maka rancangan sistem ini dapat kita analogikan dengan bentuk gambar rumah yang akan kita bangun. Untuk memperoleh rancangan yang baik, keterlibatan pada pemakai diperlukan. Hal ini disebabkan karena tujuan utama adalah pemanfaatannya, disamping adanya proses kreatif dari ahli teknis Dengan kata lain, keterlibatan pemakai dari tahap analisis sampai rancangan sistem diperlukan untuk menjaga agar system yang dirancang benar-benar sesuai denga kebutuhan (Sabarguna, 2003). Implementasi Sistem Pada implementasi sistem, tahapan yang perlu diikuti antara lain: a. pembuatan program b. pelatihan c. konversi file d. uji coba sistem e. dokumentasi Secara umum, yang perlu diperhatikan adalah perangkat keras, perangkat lunak dan pemakai agar bisa berjalan sesuai dengan tujuan dan diperoleh manfaat. Pemeliharaan Sistem Sistem yang telah terbentuk dan berjalan, harus dipelihara agar: a. bisa terus berjalan secara mulus b. bila ada kerusakan kecil dapat segera diketahui dan tidak menjadi besar c. menjamin agar sistem yang ada bisa dikendalikan dari kemungkinan kerusakan yang fatal Manfaat pemeliharaan yang terarah sudah bisa dilihat, tetapi pelaksanaanya sering tidak semudah itu karena kemalasan atau karena alasan penghematan biaya. Padahal pemeliharaan merupakan dasar penghematan biaya pada sektor perbaikan Peningkatan Sistem Bentuk dari Sistem Informasi adalah manual atau komputerisasi. Untuk bentuk komputerisasi ini diperlukan pengembangan sistem, dengan urutan sebagai berikut: a. analisis sistem, yaitu proses pengumpulan, pengorganisasian dan pengevaluasian informasi yang membutuhkan untuk berjalannya sistem informasi. b. pemilihan rancangan sistem, yaitu memilih rancangan sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa dijalankan. c. implementasi, yaitu menerapkan sistem informasi yang dibuat sesuai dengan rancangan dan mencapai tujuan yang diharapkan (Sabarguna, 2003).



17



d. pemeliharaan, yaitu sistem dipelihara agar tidak rusak dan penyesuaiannya diperlihatkan sesuai dengan perkembangan. Proses pengembangan sistem informasi dapat menciptakan efisiensi dalam manajemen sumber daya yang ada, dan perlu diperhatikan bahwa pengembangan sistem harus memenuhi kriteria atau aturan dalam meningkatkan keunggulan sistem dalam berkompetensi. Pengembangan sistem dari sistem yang lama ke sistem yang baru dan terintegrasi dengan perangkat komputer akan mempermudah dalam pengolahan data agar dapat menghasilkan informasi berbasis komputer yang lebih berkualitas guna dalam pengambilan keputusan. Dalam pengembangan sistem informasi terdiri dari System Analysis dimana upaya atau usaha untuk mendapatkan gambaran bagaimana sistem lama itu bekerja dan menganalisa masalah-masalah apa saja yang ada pada sistem yang lama, dan System Development dimana langkah-langkah untuk mengembangan sistem informasi yang lama ke sistem yang baru sesuai dengan cara kerja sistem dan masalahmasalah yang telah dianalisa. Beberapa hal yang mengacu suatu sistem lama harus dikembangkan menjadi sistem yang baru diantaranya yaitu : 1) Masalah (Problem) Dimana kondisi yang tidak diingkan pada sistem yang lama, diantaranya yaitu keterbatasan cara kerja sistem yang lama dapat menyebabkan sistem tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya kebutuhan informasi yang semakin luas dan semakin bertambah akan berujung dengan pengelohan data yang dibutuhkan semakin mengingkat, dikarenakan sistem yang lama tidak dapat memenuhi kriteria tersebut mengakibatkan sistem yang lama tidak efektif, maka tidak akan dihasilkan informasi yang dibutuhkan dan akan menghambat kinerja manajemen sumber daya yang ada. 2) Kesempatan (Opportunity) Kesempatan untuk mengembangkan sistem yang lama ke sistem yang baru sangatlah penting terutama tentang kecepatan informasi dalam dunia pasar. Persaingan pasar yang semakin ketat memicu untuk memasang rencanarencana strategis untuk meraih peluang pasar dengan berhasil. Hal ini dapat menjadi acuan untuk suatu mengembangkan sistem lama ke sistem baru dapat menyediakan kebutuhan informasi dengan efektif dan efisien dalam persaingan pasar, agar  dalam proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan sesuai rencana. 3) Perintah (Directive) Suatu sistem lama bisa dikembangan ke sistem yang baru bisa terjadi dengan adanya perintah dari seorang pimpinan atau adanya pengaruh dari pihak luar. Adanya instruksi-instruksi yang ada, maka sistem yang lama dapat dikembangkan sesuai dengan instruksi pimpinan, dari cara kerja sistem itu sendiri sampai informasi yang akan dihasilkan. 4) Ancaman (Treath) Suatu sistem informasi yang dibangun tidak menutup kemungkinan terjadi adanya ancaman dari pihak luar. Misalnya seorang pemimpin merasa ada pihak dalam atau luar yang mencoba untuk merusak akses kerja perusahaan, dengan terjadinya hal tersebut bisa dilihat bahwa sistem yang ada terancam dirusak. Hal tersebut terjadi kemungkinan kurang keakuratan sistem itu sendiri dan banyaknya pihak yang dapat mengakses sistem. Maka sistem lama tersebut dikembangkan ke sistem yang baru dengan adanya pengendalian akses



18



1.



a.



b.



c.



d.



2.



sistem. Pengendalian sistem tersebut dengan lebih mengamankan akses sistem yang baru, dengan mengamankan Id dan Password akses  yang baru dan mengurangi pihak yang dapat mengakses sistem baru tersebut. Pendekatan Pengembangan Sistem Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu: Pendekatan Klasik Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila mengikuti tahapan pada System Life Cycle. Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut : Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan alatalat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan (decision table). Diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan Pengembangan Sistem Informasipengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut . Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan. Kemungkinan kesalahan sistem besar Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahan-kesalahan sistem akan menjadi lebih besar. Keberhasilan sistem kurang terjamin Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya. Pendekatan Terstruktur Pendekatan terstruktur akan dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Melalui pendekatan struktur,permasalahan



19



3.



4.



5.



6.



yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari produktifitas dan kualitasnya lebih baik ( bebas kesalahan ). Keuntungan pendekatan terstruktur : 1) Mengurangi kerumitan masalah 2) Konsep mengarah pada sistem yang ideal 3) Standarisasi 4) Orientasi kemassa datang 5) Mengurangi ketergantungan pada desainer Kekurangan: 1) SSAD berorientasi utama pada proses, sehingga mengabaikan kebutuhan nonfungsional. 2) Sedikit sekali manajemen langsung terkait dengan SSAD. 3) Prinsip dasar SSAD merupakan pengembangan non-iterasi (waterfall) 4) Interaksi antara analisis atau pengguna tidak komprehensif, karena sistem telah didefinisikan dari awal, sehingga tidak adaptif terhadap perubahan (kebutuhan-kebutuhan baru). 5) Selain dengan menggunakan desain logic dan DFD, tidak cukup tool yang digunakan untuk mengkomunikasikan dengan pengguna, sehingga sangat sulit bagi pengguna untuk melakukan evaluasi. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach) Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedurprosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach) Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja). Pendekatan Sistem (systems approach)



20



Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran organisasi secara global. 7. Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach) Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh, sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik). 8. Pendekatan Moduler (modular approach) Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, tepat waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur) 9. Pendekatan Lompatan jauh (great loop approach) Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek. 10. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach) Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasiaplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada. Unsur-unsur atau komponen dasar sistem adalah : 1. Input ialah kumpulan elemen/bagian yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. 2. Proses ialah kumpulan elemen/bagian yang berfungsi mengubah masalah menjadi keluaran yang direncanakan. 3. Output ialah kumpulan elemen/bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Feed back (balikan) ialah kumpulan elemen/bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. 5. Untuk input diperlukan Recources dan output dapat diperluas menjadi impact. Di luar komponen daerah terdapat lingkungan (ekonomi, sosial, budaya) yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh situasi itu sendiri, dan para pelaksana sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan apabila ingin berhasil dengan baik. Ciri-ciri suatu sistem : 1. Mempunyai tujuan. 2. Mempunyai struktur. 3. Terdapat mekanisme input-proses-output yang kadang-kadang disertai feed back. 4. Merupakan satu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain. 5. Mempunyai batasan dengan lingkungan (Ladjamudin, 2005) 6. Mempunyai supra sistem. 7. Ada Hierarki 8. Ada sistem yang lain yaitu subsistem. Kita mengenal beberapa macam sistem yaitu : a. Sistem yang statis dan tertutup contohnya arloji. b. Sistem yang dinamis dan tertutup contohnya . c. Sistem yang statis dan terbuka contohnya stabilisator. d. Sistem yang dinamis dan terbuka contohnya Organisasi. e. Sistem yang dinamis dan terbuka dalam lingkungan yang berubah.



21



1. 2. 3. 4. 5.



6.



Langkah Pokok Pendekatan Sistem Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem ini dilaksanakan antara lain : Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih cepat dan objektif. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program. Jadi beebagai kemungkinan yang tersedia dapat diperhitungkan, sehingga tidak ada yang luput dari perhatian. Sekalipun demikian bukan berarti pendekatan sistem tidak mempunyai kelemahan, salah satu kelemahan yang penting adalah dapat terjebak dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan dapat diselesaikan. Dalam pendekatan sistem upaya pemecahan masalah secara menyeluruh dilakukan dengan analisa sistem. Ada banyak batasan tentang analisa sistem, beberapa di antaranya: a. Analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada dan relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada. b. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian,sehingga membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ladjamudin, 2005) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang baik adalah : 1. Tentukan input dan output dasar dari sistem. 2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap. 3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan : a. Fersibility : cari yang memungkinkan b. Viability : kelangsungan c. Cost : cari yang harganya murah/terjangkau d. Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar. 4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga. 5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru. Sistem adalah bagaian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Secara garis besar ada dua kelompok pendekatan sistem, yaitu Pendekatan sistem yang lebih



22



menekankan pada elemen-elemen atau kelompoknya didefinisikan sebagai Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu aturan tertentu. (Ladjamudin, 2005) Langkah-langkah Sistem 1. Identify : Mengidentifikasi masalah 2. Understand : Memahami kerja dari sistem yang ada. 3. Analyze : Menganalisis sistem. 4. Report :Membuat laporan sistem Mengidentifikasi Masalah Masalah merupakan suatu pertanyaan yg ingin dipecahkan. Masalah inilah yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan oleh analisis sistem adalah mengidentifikasi masalah yg terjadi. Identifikasi masalah meliputi: Identifikasi penyebab masalah Analis sistem harus mempunyai pengetahuan tentang aplikasi yg sedang dianalisisnya. Dimulai dengan mengkaji ulang terlebih dahulu subyek-subyek permasalahan yang telah ditemukan oleh analis sistem di tahap perencanaan sistem. Dari permasalahan yang ada, diidentifikasi penyebab terjadinya masalah. IdentifikasiTitikKeputusan 1. Menunjukkan suatu kondisi yang menyebabkan sesuatu terjadi. 2. Bila telah dapat mengidentifikasi titik keputusan penyebab masalah, maka penelitian dimulai dari titik-titik keputusan tersebut. 3. Sebagai dasar identitifikasi titik keputusan, dapat digunakan dokumen sistem bagan alir formulir. Identifikasi Personil-Personil Kunci 1. Personil kunci dilihat baik yang langsung maupun tidak langsung menyebabkan terjadinya masalah (problem) (Ladjamudin, 2005) 2. Dilakukan dengan mengacu pada bagan alir dokumen serta dokumen deskripsi jabatan. Memahami Kerja Sistem 1. Melalui penelitian terinci (detailed survey) 2. Menggunakan teknik pengumpulan data spt: wawancara, observasi, daftar pertanyaan, dan pengambilan sampel. Meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan jenis penelitian 2. Merencanakah jadwal penelitian: a. Mengatur jadwal wawancara b. Mengatur jadwal observasi c. Mengatur jadwal pengambilan sampel 3. Membuat penugasan penelitian 4. Membuat agenda wawancara 5. Mengumpulkan hasil penelitian. Analisis Hasil Penelitian Dapat diuraikan menjadi beberapaAnalisis, Yakni : a. Analisis Kelemahan Sistem



23



1. 2.



3. 4. 5. 6.



b. Analisis Distribusi Pekerjaan c. Analisis Keandalan d. Analisis Dokumen e. Analisis Laporan f. AnalisisTeknologi PENJELASAN : Analisis Kelemahan Sistem Analisis masalah yg terjadi untuk dapat menemukan jawaban apa penyebab sebenarnya masalah yg timbul. Analisis Distribusi Pekerjaan a. Distribusi pekerjaan menunjukkan beban dari masing-masing personil atau unit organisasi menangani kegiatan yang sama. b. Dengan mengetahui beban dari masing-masing personil, dapat ditentukan personil mana yang masih dapat diberi tambahan beban dan personil mana yang harus dikurangi bebannya. isis Keandalan a. AnalKeandalan menunjukkan banyaknya kesalahan yang dilakukan dlm suatu kegiatan. Semakin andal berarti semakin sedikit kesalahan yang dilakukan. AnalisisDokumen a. Untuk mengetahui dan menganalisis dokumen yang digunakan dalam sistem yang lama. AnalisisLaporan a. Untuk menganalisis laporan yang dihasilkan oleh sistem yang lama. Analisis Teknologi a. Untuk menganalisis teknologi yg digunakan dalam sistem yang lama . (Ladjamudin, 2005) Analisis kebutuhanInformasiPemakai -Agar bisa menyediakan informasisesuai dengan yang dibutuhkan oleh pemakai. Pelaporan Hasil Analisis a. Setelah proses analisis selesai, tugas berikutnya dari analisis adalah membuat laporan hasil analisis. b. Laporan ini diserahkan kepada steering committee yang nantinya diteruskan kepada manajemen. c. Manajemen bersama steering committee dan pemakai sistem akan mempelajari temuan dan analisis yang dilakukan oleh analis yg disajikan dalam laporan ini. Tujuan Pelaporan : Tujuan dari pelaporan ini adalah: a. Pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan. b. Meluruskan kesalah pengertian temuan analis tetapi tidak sesuai menurutmanajemen. c. Memintapendapat dan sarandari manajemen. d. Meminta persetujuan manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya (dapat berupa meneruskan ke tahap desain sistematau menghentikanproyekbila dipandang tidak layak). Langkah – langkah Siklus Hidup Pengembangan Sistem Terdapat enam langkah siklus hidup pengembangan sistem yaitu : 1. Perencanaan Sistem 2. Analisis Sistem



24



3. 4. 5. 6.



Perancangan Sistem secara Umum/Konseptual Evaluasi dan Seleksi Sistem Fase Perancangan Sistem secara Detail/Fungsional Implementasi Sistem dan Pemeliharaan Sistem



Pendekatan Sistem dengan Dukungan Sistem Informasi Berbasis Komputer Pengertian Sistem Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:3), sistem merupakan sekumpulan sumber daya yang saling terkait yang ingin mencapai suatu tujuan. Menurut Hall (2009:6), sistem adalah sekelompok dari dua atau lebih subsistem yang mempunyaii hubungan dan memiliki suatu tujuan yang sama Pengertian Informasi Bodnar dan Hopwood (2006:3), menyatakan informasi merupakan suatu data yang diorganisasi yang dapat mendukung ketepatan pengambilan keputusan. Menurut Mulyadi (2001:43), informasi adalah olahan data ke dalam bentuk yang dapat memberikan arti bagi penerima dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Philip,2011). Pengertian Sistem Informasi Bodnar dan Hopwood (2006:6), mengatakan sistem informasi menyiratkan penggunaan teknologi dengan komputer dalam organisasi atau perusahaan yang dapat menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan pengguna. Pengertian Sistem Informasi Berbasis Komputer Supriyanto Aji (2005:4), sistem komputer merupakan kumpulan elemen komputer yaitu software, brainware, dan hardware yang berhubungan satu dengan lainnya serta saling terintegrasi yang mempuyai tujuan untuk menghasilkan informasi sesuai dengan kebutuhan ( Alanmital, 2014). Pengembangan sistem informasi yang semakin canggih untuk implementasi dalam organisasi layanan manusia telah dikejar dengan antusiasme yang cukup besar oleh pemerintah yang tertarik untuk berinvestasi dalam teknologi (Parton, 2008; Parton & Munro, 2007). Sementara secara luas diakui bahwa IS memiliki potensi untuk mengubah organisasi dengan mempengaruhi, pada setiap tingkatan, sifat praktik kerja pengguna SI, dan mengembangkan pemahaman umum tentang bagaimana SI dapat membantu organisasi layanan manusia untuk mencapai tujuan (Philip,2011). Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah sakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi dari sistem yang lama pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit. tersebut, maka kebutuhan biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan, Pemeliharaan maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu



25



disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan dan mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak menguntungkan bagi rumah sakit tersebut. Perangkat lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar adalah perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi rumah. Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut: 1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah. 2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain. 3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai 4. komponen sistem di masa depan. 5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah. 6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif. 7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders 8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya 9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir. 10. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran. 11. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif. 12. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.



26



Perkembangan teknologi komputer sekarang ini dengan kecepatan prosesnya telah memungkinkan pengembangan sistem informasi berbasis komputer. Dunia teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat ini berkembang pesat, mengakibatkan banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dengan adanya perkembangan teknologi ini setiap pekerjaan akan dapat direalisasikan secara lebih efisien dan efektif. Sebelum adanya komputer, dalam menjalankan aktifitas terasa begitu lamban dan membutuhkan banyak waktu. Dengan adanya teknologi komputer, dapat mempercepat segala aktivitas yang akan dilakukan dengan waktu yang lebih singkat. Khususnya di dalam bidang sistem pengolahan data agar menjadi sebuah informasi yang tepat dan akurat. Menurut kertahadi (1995) dalam buku Hanif Al Fatta, Analisis & Perancangan Sistem Informasi, 2007 mendefenisikan sistem informasi sebagai suatu alat untuk menyajikan sistem informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian. Peran sistem informasi terhadap kemajuan organisasi sudah tidak diragukan lain. Dengan dukungan sistem informasi yang baik maka sebuah perusahaan akan memiliki berbagai keunggulan kompetitif sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain. Persaingan bisnis dalam era informasi telah mencapai tahapan kompetisi yang sangat ketat, dimana sistem pengelolaan bisnis secara konvesional tidak lagi memadai. Oleh karena itu teknologi informasi berperan sebagai alat bantu untuk memudahkan pengelolaan suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian – bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Menurut Robert A. Laitch dan K. Roscoe Bavis sebagai berikut: “ sistem informasi dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan – laporan yang diperlukan. Basis Data



Gambar 4. Data Base Access Example Basis data merupakan komponen terpenting dalam pembangunan SI, karena menjadi tempat untuk menampung dan mengorganisasikan seluruh data yang ada dalam sistem, sehingga dapat dieksplorasi untuk menyusun informasiinformasi dalam berbagai bentuk. Basis data merupakan himpunan kelompok data



27



yang saling berkaitan. Basisdata, menurut Stephens dan Plew (2000), adalah mekanisme yang digunakan untuk menyimpan informasi atau data. Informasi adalah sesuatu yang kita gunakan sehari-hari untuk berbagai alasan. Dengan basisdata, pengguna dapat menyimpan data secara terorganisasi. Setelah data disimpan, informasi harus mudah diambil. Kriteria dapat digunakan untuk mengambil informasi. Cara data disimpan dalam basisdata menentukan seberapa mudah mencari informasi berdasarkan banyak kriteria. Data pun harus mudah ditambahkan ke dalam basisdata, dimodifikasi, dan dihapus. HTML Hypertext Markup Language (HTML)



Gambar 5. HTML sebuah bahasa markah yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web, menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah penjelajah web internet dan pemformatan hiperteks sederhana yang ditulis dalam berkas format ASCII agar dapat menghasilkan tampilan wujud yang terintegerasi. Dengan kata lain, berkas yang dibuat dalam perangkat lunak pengolah kata dan disimpan dalam format ASCII normal sehingga menjadi halaman web dengan perintah-perintah HTML. PHP



28



Gambar 6. Hypertext Preprocessor (PHP) PHP atau kependekan dari Hypertext Preprocessor adalah salah satu bahasa pemrograman open source yang sangat cocok atau dikhususkan untuk pengembangan Web dan dapat di tanamkan pada sebuah skrip HTML. Bahasa PHP dapat dikatakan menggambarkan beberapa bahasa pemrograman seperti C, Java, dan Perl serta mudah untuk dipelajari. (A.M. Hirin &Virgi. 2011) PHP diciptakan untuk mempermudah pengembang web dalam menulis halaman web dinamis dengan cepat, bahkan lebih dari itu kita dapat mengeksplorasi hal-hal yang luar biasa dengan PHP. Sehingga dengan demikian PHP sangat cocok untuk para pemula, menengah maupun expert sekalipun. MySql



29



Gambar 7. My Structured Query Language (MySQL) MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL (bahasa inggris: database management system) atau DBMS yang multithread, multiuser, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL AB membuat MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis dibawah lisensi GNU General Public License (GPL), tetapi mereka juga menjual dibawah lisensi komersial untuk kasus – kasus dimana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan GPL. MySQL adalah sebuah implementasi dari sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License). Setiap pengguna dapat secara bebas menggunakan MySQL, namun dengan batasan perangkat lunak tersebut tidak boleh dijadikan produk turunan yang bersifat komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam basis data yang telah ada sebelumnya, SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian basis data, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukkan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis CSS



30



Gambar 8. Cascading Style Sheet (CSS) Cascading Style Sheet (CSS) merupakan aturan untuk mengendalikan beberapa komponen dalam sebuah web sehingga akan lebih terstruktur dan seragam. CSS bukan merupakan bahasa pemograman. Pada umumnya CSS dipakai untuk memformat tampilan halaman web yang dibuat dengan bahasa HTML dan XHTML. Menurut BPTIK (Badan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi) Cascading Style Sheet atau CSS adalah sebuah pemrogaman atau boleh dibilang script yang mengendalikan beberapa komponen (tag html) dalam sebuah website sehingga tampilan akan menjadi lebih terstruktur dan seragam. Gantt Chart



Gambar 9. Gantt Chart Menurut Henry Laurence Gantt, gantt Chart merupakan gambaran dari macam-macam bagan yang mempunyai fungsi untuk menentukan durasi pekerjaan terhadap perkembangan waktu, perencanaan dan penjadwalan proyek pekerjaan, pemantauan kemajuan proyek pekerjaan. Gantt Chart merupakan alat 31



bantu visual yang sangat berguna dalam pembebanan dan penjadwalan. Pada saat digunakan dalam pembebanan diagram gantt menunjukan waktu pembebanan dan waktu menganggur dari beberapa departemen seperti mesin-mesin atau fasilitas. Diagram ini menampilkan beban kerja relatif di dalam sistem sehingga para menajer bisa tahu penyesuaian seperti apa yang tepat. Menurut Baker (1974) tujuan penjadwalan adalah meningkatkan produktifitas mesin yaitu dengan mengurangi waku mesin menganggur, mengurangi persediaan barang-barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menunggu antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk, mengurangi keterlambatan karena telah melampaui batas waktu dengan cara mengurangi maksimum keterlambatan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat Use Case



Gambar 10. Use Case Use case adalah rangkaian/uraian sekelompok yang saling terkait dan membentuk sistem secara teratur yang dilakukan atau diawasi oleh sebuah aktor. Use case digunakan untuk membentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah model serta di realisasikan oleh sebuah collaboration. Umumnya use case digambarkan dengan sebuah elips dengan garis yang solid, biasanya mengandung nama. Use case gambar 1 menggambarkan proses system (kebutuhan system dari sudut pandang user) Model Proses Waterfall



32



Gambar 11. Model Proses Waterfall Salah satu metode perancangan menurut Pressman (1997) yang dapat digunakan adalah Metode Waterfall. Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Kekurangan 1. Sifatnya kaku, sehingga susah melakukan perubahan di tengah proses. 2. Jika terdapat kekuarangan proses atau prosedur dari tahan sebelumnya, maka tahapan pengembangan harus dilakukan mulai dari awal. Hal ini akan memakan waktu yang cukup lama. Karena jika proses sebelumnya belum selesai sampai akhir, maka proses selanjutnya juga tidak dapat berjalan. Maka, jika terdapat kekuarangan dalam permintaan user, proses pengembangan harus dimulai dari awal. 3. Membutuhkan daftar kebutuhan yang lengkap di awal, tapi jarang konsumen bisa memberikan kebutuhan secara lengkap diawal. 4. Untuk menghindari pengulangan tahap dari awal, user harus memberikan seluruhh prosedur, data dan laporan yang diinginkan mulai dari tahap awal pengembangan. Tetapi di banyak kondisi, user sering melakukan permintaan si tahap pertengahan pengembangan sistem. 5. Dengan metode ini, maka development harus dilakukan mulai dari tahap awal. Karena development disesuaikan dengan design hassil user pada saat tahap awal pengembangan. Activity Diagram



33



Gambar 12. Activity Diagram Menurut Sri Dharwiyanti dan Romi Satria Wahono activity diagrams menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Contoh gambar activity diagram dapat dilihat pada gambar 3. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivita (Oktavian, 2015). Langkah Pemecahan Masalah dengan Metode System Life Cycle Pengertian SDLC Beberapa pengertian Sistem Informasi Manajemen menurut para ahli : Menurut Barry E.Cushing, SIM adalah : Suatu sistem informasi manajemen adalah Kumpulan dari manusia dan sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk mengahasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian Menurut Frederick H.Wu SIM adalah : Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan-kumpulan dari sistem-sistem yang menyediakan informasi untuk mendukung manajemen



34



Menurut L. James Havery , SIM adalah: prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Metode SDLC adalah metode yang menggunakan pendekatan sistem yang disebut pendekatan air terjun ( waterfall approach ) dimana setiap tahapan sistem akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan, analisa, desain, implementasi, dan perawatan Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle / SDLC)merupakan suatu bentuk yang digunakanuntuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah di dalam tahapan tersebutuntuk prosespengembangannya. Siklus hidup pengembangan sistem, merupakan proses evolusioneryang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informal berbasis komputer. SDLC dilakukan dengan pendekatan sistem secarateratur dan dilakukan secara top-down, oleh karenanya sering disebutpendekatan air terjun (waterfall approach)bagi pengembangan danpenggunaan sistem. Tahap-tahap siklus hidup sistem, empat yang pertama dinamakan siklus hidup pengembangan sistem (system developmentlife cycle-SDLC). Tahap kelima, tahap penggunaannya yangberlangsung sampai waktunya untuk merancang sistem itu kembali.Siklus hidup sistem yang pertama dikelola oleh manajer unitjasa informasi, dibantu oleh manajer dari analis sistem, pemrograman,dan operasional. Kecenderungan sekarang ditangani oleh tingkat yang lebihtinggi dan lebih rendah. Saat sistem memiliki nilai strategis atau mempengaruhi seluruhorganisasi, direktur utamaatau komite eksekutifmungkinmemutuskan untuk mengawasi proyek pengembangannya. Ketika lingkupsistem menyempit dan fokusnya lebih operasional, kemungkinan besardipegang oleh yang lebih rendah seperti wakil direktur utama, direktur bagian administrasi dan CIO.Banyak perusahaan membuat suatu komite khusus. Jikatujuannya memberi petunjuk, pengarahan dan pengendalian yangberkesinambungan, komite ini disebut komite pengarah. Komitepengarah yang mengarahkan penggunaan sumberdaya komputerperusahaan disebut komite pengarah SIM. Anggota tetap komite pengarah SIM melibatkan eksekutif tingkat tinggi. Sedangkan anggotasementara meliputi manajer yang lebih rendah dan para konsultanselama keahliannya dibutuhkan. Tugas dan fungsi utama komite pengarah SIM: 1. Menetapkan kebijakan, yang memastikan dukungan komputeruntuk mencapai tujuan strategis perusahaan; 2. Menjadi pengendali keuangan, dengan bertindak sebagai badanyang berwenang memberi persetujuan bagi semua permintaan danayang berhubungan dengan komputer; 3. Menyelesaikan pertentangan, yang timbul sehubungan dengan prioritas penggunaan komputer. Dengan memusatkan manajemen siklus hidup sistem dalamkomite pengarah, diperoleh dua keuntungan, yaitu semakin besar kemungkinan penggunaan komputer untukmendukung aspek manajerial dan operasional perusahaan serta semakin besar kemungkinan proyek-proyek berbasis komputer mempunyai perencanaan dan pengendalian yang lebih baik.



35



Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh manajemenpuncak karena manajemen menginginkan untuk meraih kesempatankesempatanyang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem yang lama atau sistem yang lamamempunyai banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki (misalnya untukmeningkatkan efektifitas manajemen, meningkatkan produktivitas ataumeningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada langganan). Partisipasi dan keterlibatan manajemen puncak masih diharapkan untukkeberhasilan sistem yang akan dikembangkan. Untuk itu manajemen puncakdilengkapi dengan suatu tim penasehat yang disebut dengan komite pengarah(steering commitee) yang umumnya dibentuk dari wakil-wakil pimpinan darimasing-masing departemen pemakai sistem seperti misalnya manajermanajerdepartemen atau manajer-manajer divisi. Seringkali komite ini diketuai sendiri olehdirektur utama. Tahapan dalam SDLC Setiap pengembang mempunyai strategi yang berlainan, namun demikian, pada dasarnya siklus hidup pengembangan sistem informasi terdapat 5 (lima) tahapan, yaitu : 1. Perencanaan Sistem ( Systems Planning); 2. Analisis Sistem (System Analysis); 3. Perancangan Sistem (System Design); 4. Implementasi Sistem (System Implementation); 5. Penggunaan sistem (System Utilization ) Tahap Perencanaan Sistem Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan pedomandalam melakukan langkah selanjutnya. Perencanaan sistem menyangkut estimasi dari kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerjadan dana yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem ini serta untukmendukung operasinya setelah diterapkan. Perencanaan sistem dapat terdiri : perencanaan jangka pendek meliputi periode 1 s.d. 2 tahun dan perencanaan jangka panjang meliputi periode sampai dengan 5 tahun. Perencanaan sistem biasanya ditangani oleh staf perencanaan sistem, bila tidak adadapat juga dilakukan oleh departemen sistem. Proses Perencanaan Sistem dapat dikelompokkan dalam 3 proses utama yaitu : a. Merencanakan proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana sistem b. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan dan dilakukan oleh a. komite pengarah. c. Mendefinisikan proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh analissistem. Adapun langkah-langkah dalam tahap perencanaan sistem ini dapat tahaptahapnya meliputi : 1. Menyadari Masalah: kebutuhan adanya proyek Sistem informasi berbasis komputer biasanyadirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer dan unsurunsurdalam lingkungan perusahaan. 2. Mendefinisikan masalah: setelah sadar akan adanya masalah,manajer harus memahaminya dengan baik agar dapat mengatasinya. 3. Menentukan tujuan sistem: manajer dan analis sistemmengembangkan suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi olesistem untuk memuaskan pemakai.



36



4. Mengidentifikasi kendala-kendala sistem: kendala-kendala inipenting untuk diidentifikasi sebelum sistem benar-benar mulaidikerjakan. 5. Membuat studi kelayakan: studi kelayakan adalah suatu tinjauansekilas pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhikemampuan sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.Kriteria kelayakan dalam hal ini meliputi kelayakan : a. Teknis: tersediakah perangkat keras dan perangkat lunak untukmelaksanakan pemrosesan yang diperlukan? b. Pengembalian ekonomis: dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara keuangan dengan membandingkan kegunaan dan biayanya? c. Pengembalian non ekonomis: dapatkah sistem yang diajukandinilai berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak dapatdiukur dengan uang? d. Hukum dan etika: akankah sistem yang diajukan beroperasidalam batasan hukum dan etika? e. Operasional: akankah rancangan sistem seperti itu akan didukunoleh orangorang yang menggunakannya? f. Jadwal: mungkinkah menerapkan sistem dalam kendala waktuyang ditetapkan? 6. Mempersiapkan usulan penelitian sistem: jika sistem dan proyeklayak, diperlukan penelitian sistem yang menyeluruh. Penelitian siste (system study) akan memberikan dasar yang terinci untuk rancangansistem baru. Analis akan menyiapkan usulan penelitian sistem yan memberikan dasar bagi manajer untuk menentukan perlu tidaknyapengeluaran untuk analis. 7. Menyetujui atau menolak penelitian proyek: manajer dan komite pengarah menimbang pro dan kontra dari proyek dan rancangansistem yang diusulkan, serta menentukan apakah perlu diteruskanatau tidak. 8. Menetapkan mekanisme pengendalian: sebelum proyek dimulaiperlu ditetapkan mekanisme pengendaliannya. Jumlah waktu yangdiperlukan dinyatakan dalam orang-bulan. Setelah proyek jalan perludimonitor. Berbagai teknik dokumentasi yang dapat digunakan antaralain: tabel, grafik, diagram jaringan (network diagram: PERT dan CPM). Tahap Analisis Sistem Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagiankomponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasipermasalahan-permasalahan, kesempatankesempatan, hambatan-hambatan yangterjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkanperbaikan-perbaikan. Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan didalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya Langkah-langkah di dalam tahap analisis sistem hampir sama dengan langkahlangkahyang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyeksistem yang akan dikembangkan ditahap perencanaan sistem. Perbedaannya pada analisis sistem ruang lingkup tugasnyalebih terinci.Didalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harusdilakukan oleh Analis Sistem Yaitu : 1. Identify, yaitu mengidentifikasikan masalah, mengindentifikasikan penyebab masalah; mengidentifikasikan titik keputusan; mengidentifikasikan personilpersonil kunci.



37



2. Understand,yaitu memahami kerja dari sistem yang ada, menentukan jenis penelitian; merencanakan jadual penelitian; Mengatur jadual wawancara; Mengatur jadual observasi; Mengatur jadual pengambilan sampel; Membuat penugasan penelitian; Membuat agenda wawancara; Mengumpulkan hasil penelitian 3. Analyze, Yaitu Menganalis Sistem, Menganalisis kelemahan Sistem; Menganalisis kebutuhan Informasi pemakai / manajemen. 4. Report,Yaitu membuat laporan hasil analisis yang tujuannya :Memberi laporan bahwa analisis telah selesai dilakukan; Meluruskan kesalah-pengertian mengenai apa yangtelah ditemukan dan dianalisisoleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen; Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen; Meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya. Adapun Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya meliputi : 1. Mengumumkan Penelitian Sistem: untuk mengurangi kekuatiranakan adanya aplikasi komputer baru, kiranya perlu dikomunikasikandengan cara : alasan perusahaan melaksanakan proyek; dan bagaimana sistem baru menguntungkan perusahaan dan para karyawan. 2. Mengorganisasikan tim proyek: sebaiknya pemimpin proyek adalahspesialis informasi, jangan pemakai. 3. Mendefinisikan kebutuhan pemakai: pengumpulan informasikebutuhan pemakai dapat dilakukan dengan: wawancara perorangan,pengamatan, pencarian catatan dan survei. Wawancara lebih disukai,karena: a. adanya komunikasi dua arah dan pengamatan terhadapbahasa tubuh; b. meningkatkan antusiasme pada proyek baik daripihak spesialis, maupun pemakai; c. dapat menjalinkepercayaanantara pemakai dan spesialis informasi; d. memberi kesempatan bagipeserta proyek kalau ada perbedaan pandangan. Dokumentasinya dapat berupa flowchart, diagram arus data (data flow diagram), dan grafik serta penjelasan naratif dari proses dan data. Semua dokumentasi ini yang menjelaskan sistem ini disebut kamus proyek. 4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem: setelah kebutuhan informasididefinisikan, langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secaratepat kriteria kinerja sistem. Contoh, manajer pemasaranmenetapkan kriteria laporan biaya bulanan sbb: (Andharsaputri, L Resti, 2017). a. laporan disiapkandalam kertas dan tampilan; b. laporan disediakan tidak lebih dari tiga hari setelah akhir bulan; c. laporan harus membandingkanpendapatan dan biaya aktual dengan anggaran. 5. Menyiapkan usulan rancangan: analis sistem memberikankesempatan bagi manajer untuk membuat keputusanteruskan/hentikan untuk kedua kalinya. Manajer harus menyetujuitahap rancangan dan dukungan bagi keputusan itu termasuk usulanrancangan. 6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek: manajer dan komitepengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukanapakah disetujui atau tidak.



38



1.



2. 3. 4.



5. 6.



1.



Tahap Perancangan Sistem Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telahmendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunyasekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut.Tahap ini disebut dengan perancangan sistem (system design ).Tahap perancangan sistem ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem; untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepadapemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat. Tahap perancangan sistem merupakan tahap penentuan proses dan data yangdiperlukan oleh sistem baru. Untuk sistem berbasis komputer biasanyadalam rancangan ada spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya meliputi : Menyiapkan rancangan sistem yang terinci: analis bekerja samadengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem barudengan alat-alat yang telah dijelaskan dalam modul teknis.Penggambaran dilakukan dari yang besar dan secara bertahap secararinci dengan pendekatan top-down dan ini biasanya dilakukan untukrancangan terstruktur (structured design). Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem: analisharus mengidentifikasikan konfigurasi (bukan merek atau model)peralatan komputer yang akan memberikan hasil terbaik bagi sistemuntuk menyelesaikan pemrosesan. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis bekerjabersama manajer mengevaluasi berbagai alternatif dan dipilih yangpaling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengankendala-kendala yang ada. Memilih konfigurasi yang terbaik: analis mengevaluasi semuakonfigurasi subsistem dengan menyesuaikan kombinasi peralatansehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelahdianalisis kemudian direkomendasikan kepada manajer untukdisetujui. Persetujuan dilakukan oleh Komite pengarah SIM. Menyetujui usulan penerapan: analisis menyiapkan usulan penerapan yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harusdilakukan, keuntungan yang diharapkan dan biayanya. Menyetujui atau menolak penerapan sistem: jika keuntungan darisistem melebihi biayanya, penerapan akan disetujui. Tahap Implementasi Sistem Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci dan teknologi telah diseleksi dandipilih. Tiba saatnya , sistem untuk diimplementasikan. Tahap implementasi systemmerupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Tahap initermasuk juga kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan paket perangkatlunak aplikasi.Implementasi sistem merupakan kegiatan untuk memperoleh dan mengintegrasikansumberdaya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yangbekerja. Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini dapat dilihat pada tahaptahapnya meliputi : Merencanakan penerapan: sebelum sistem baru digunakan, manajerdan spesialis informasi memahami dengan baik pekerjaan yangdiperlukan untuk menerapkan rancangan sistem.



39



2. Mengumumkan penerapan: proyek penerapan diumumkan kepadapara pegawai dengan cara yang sama seperti penelitian sistem.Tujuannya untuk menginformasikan pegawai mengenai keputusanuntuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama pegawai. 3. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras: rancangan sistem disediakan bagi para pemasok berbagai jenis peralatan komputer yang terdapat pada konfigurasi yang disetujui. Setiap pemasok diberikanrequest for proposal (RFP). 4. Mendapatkan sumberdaya perangkat lunak: dapat membuat sendiri oleh programmer dari dokumen yang disiapkan analis sistem ataumenggunakan perangkat lunak aplikasi jadi (prewritten applicationsoftware). 5. Menyiapkan database: DBA bertanggungjawab untuk semua kegiatanyang berhubungan dengan data, dan ini mencakup persiapan database. 6. Menyiapkan fasilitas fisik: fasilitas di sini adalah lantai yangditinggikan, pengendalian suhu ruangan dan kelembaban khusus,keamanan, peralatan pendeteksi api dan pemadam kebakaran, dsb. 7. Mendidik peserta dan pemakai: baik peserta (operator pemasukandata, pegawai coding, dan administrasi) dan pemakai harus dididiktentang peran mereka dalam sistem. Pendidikan sebaiknya setelahsiklus hidup dimulai, tepat sebelum bahanbahan yang dipelajarimulai diterapkan. 8. Masuk ke sistem baru: proses menggantikan sistem lama ke sistembaru disebut cutover. Tahap Penggunaan Sistem langkah – langkah penggunaan sistem ( System Implementation ) adalah : 1. Menggunakan sistem. Pemakai menggunakan sistem untukmencapai tujuan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan. 2. Audit sistem. Penelitian apakah sistem baru memenuhi kriteriakinerja. Studi ini disebut “penelaahan setelah penerapan” (postimplementation). 3. Memelihara sistem. Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikandukungan yang diperlukan. Modifikasi ini disebut pemeliharaansistem. Ada tiga alasan untuk pemeliharaan :Memperbaiki kesalahan; Menjaga kemutakhiran sistemdan Meningkatkan sistem. Tahapan SDLC akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan, analisis, desain, implementasi dan perawatan. Struktur metodologi SDLC dalam pengembangan sistem informasi berbasis Web. Tahapantahapan dalam metode SDLC digambarkan dalam struktur metodologi SDLC sebagai berikut : (Andharsaputri, 2017). 1. Perencanaan Sistem (System Planning) Sebagai tahap awal pengembangan sistem yang mendefinisikan perkiraan kebutuhan-kebutuhan sumber daya seperti perangkat fisik, manusia, metode (teknik dan operasi), dan anggaran yang sifatnya masih umum. Langkah-langkah perencanaan yaitu menyadari adanya masalah, mendefinisikan masalah, dan menentukan tujuan sistem. 2. Analisis Sistem (System Analysis) Tahap penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Rincian langkahnya tahap analisis adalah identifikasi masalah dengan melakukan penelitian, mengorganisasi tim dengan menyusun tim proyek yang terlibat termasuk pemakai sistem yang nantinya digunakan pada kegiatannya, mendefinisikan kebutuhan informasi (seperti: dengan melakukan wawancara, pengamatan, pencarian pencatatan dan survei), mendefinisikan kriteria kinerja



40



a.



b.



c. d.



3.



4. a.



b.



sistem yaitu dengan memahami bagaimana pengguna melakukan pekerjaannya dari awal hingga (bagaimana mulai melakukan hingga mengakhiri aktivitas, data, informasi dan laporan yang dibutuhkan dan dihasilkannya) dan membuat laporan hasil analisis. Analisa Teknologi Menganalisis teknologi apa yang digunakan pemilik desain web seperti menggunakan desain grafis maka memerlukan teknologi seperti Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Macromedia Dreamweaver CS3. Memerlukan data penyimpanan secara informasi produk, Informasi Berita digunakan database seperti MySql, MsAccess. Analisa Informasi Mengenai informasi data yang akan menjadi data tetap dan data dinamis, kategori informasi data tetap adalah: profile perusahaan, visi dan misi, sejarah perusahaan, latar belakang perusahaan. Informasi dinamis adalah informasi yang selalu berubah dalam setiap periodik dapat setiap hari atau setiap jam. Informasi dinamis dalam sistem ini adalah : 1) Informasi persediaan (stock) produk 2) Informasi harga produk 3) Informasi artikel, tips dan trik 4) Informasi dari masing keunggulan produk atau produk yang sedang trend Analisa User Mengkatogorikan user yang digunakan dalam sistem informasiWeb. User yang sudah memahami dan yang belum memahami. Analisa Biaya dan Resiko Dalam tahap ini diperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan seperti biaya maintenance ( membayar domain ke ISP) atau biaya kirim ke user. Resiko yang terjadi adalah tidak sampainya produk ke user atau penipuan dari user. Desain/Perancangan Sistem (System Design) Tahap setelah analisis sistem yang menentukan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Langkahlangkah yang dilakukan adalah menyiapkan rancangan sistem yang terinci/grafis, dan yang umum berupa informasi serta menyiapkan usulan implementasi. a. Desain Informasi Dalam tahap ini dimodelkan informasi link dari setiap halaman, jika dalam sistem tersebut terdapat database maka digunakan tahap development dan database disain. b. Desain Grafis Dalam tahap ini disesuaikan dari warna, layout, gambar dan graphic. (Andharsaputri, 2017). Penerapan/Implementasi Sistem (System Implementation) Penulisan Program dan Instalasi Merupakan tahap penulisan program yang telah dianalisis dan diesain 1) Perencanaan Sistem 2) Analisis Sistem 3) Desain Sistem 4) Penerapan Sistem 5) Perawatan Sistem semua maka perogeram yang digunakan adalah PHP dan database yang digunakan MySql Desain review Dalam tahap ini tidak hanya menguji desain yang digunakan namun menguji semua sistem yang telah diterapkan seperti tidak ada lokasi link, image yang salah, pengujian sistem seperti penyimpanan data, update artikel dan lain-lain.



41



c. Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software Dalam tahap ini software dan hardware digunakan untuk Web server. d. Pengujian Web dan Dokumen Web Menguji Web dengan berbagai teknologi browser yang ada, serta pemeriksaan dokumen Web. Dan dalam memeriksa documen terdapat beberapa hal yang diperhatikan: 1) Akurasi atau ketepatan dokumen 2) Authority Web, document yang telah diterbitkan dalam web 3) Objective information 5. Perawatan Sistem (System Maintenance) Sistem perlu dirawat karena beberapa hal, yang meliputi penggunaan sistem, audit sistem, penjagaan, perbaikan, dan peningkatan sistem (Andharsaputri, 2017). Sistem informasi mereka untuk mencerminkan perubahan dalam jenis informasi yang dibutuhkan. karena perubahan teknologi, proses bisnis organisasi, struktur organisasi, atau lingkungan eksternal. Life Cycle suatu sistem informasi mencakup berbagai fase yang dilalui produk perangkat lunak dimulai dengan konsepsi sampai ke tahap ketika tidak lagi tersedia untuk digunakan. Jenis-jenis Perangkat Lunak Mengembangkan Life Cycle 1. Model Air  Model air terjun adalah aliran sekuensial linier di mana kemajuan dipandang mengalir terus ke bawah (seperti air terjun) melalui fase implementasi perangkat lunak. Ini berarti bahwa setiap fase dalam proses pengembangan dimulai hanya jika fase sebelumnya selesai. Pendekatan air terjun tidak mendefinisikan proses untuk kembali ke fase sebelumnya untuk menangani (Melsatar, 2012). perubahan persyaratan. Pendekatan air terjun adalah pendekatan paling awal dan paling banyak dikenal yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak. Proyek yang tidak fokus pada perubahan persyaratan yang dibutuhkan. Misalnya, proyek yang dimulai dari permintaan proposal (RFP), pelanggan memiliki persyaratan yang sangat jelas didokumentasikan (Melsatar, 2012). 2. Mode V-Shaped   Ini adalah perpanjangan dari model air terjun. Alih-alih bergerak turun secara linear, langkah-langkah proses ditekuk ke atas setelah fase implementasi dan pengkodean, untuk membentuk bentuk V khas. Perbedaan utama antara model berbentuk-v dan model air terjun adalah perencanaan pengujian awal dalam model berbentuk-v. Persyaratan perangkat lunak didefinisikan dengan jelas dan dikenal, teknologi dan perangkat pengembangan perangkat lunak sudah terkenal (Melsatar, 2012). 3. Model Prototyping Ini merujuk pada aktivitas membuat prototipe aplikasi perangkat lunak, misalnya, versi tidak lengkap dari program perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Ini adalah aktivitas yang dapat terjadi dalam pengembangan perangkat lunak. Ini digunakan untuk memvisualisasikan beberapa komponen perangkat lunak untuk membatasi kesenjangan kesalahpahaman persyaratan pelanggan oleh tim pengembangan. Ini juga akan mengurangi iterasi yang mungkin terjadi dalam pendekatan air terjun dan sulit diimplementasikan karena tidak fleksibelnya pendekatan air terjun. Jadi, ketika prototipe akhir dikembangkan, persyaratan dianggap beku. Ini memiliki beberapa jenis, seperti prototyping sekali pakai.



42



1. Prototipe yang pada akhirnya dibuang daripada menjadi bagian dari perangkat lunak yang akhirnya dikirim 2. Prototipe evolusi: Prototipe yang berevolusi menjadi sistem final melalui penggabungan umpan balik pengguna secara berulang. 3. Prototyping tambahan: Produk akhir dibangun sebagai prototipe terpisah. Pada akhirnya, prototipe terpisah digabungkan dalam desain keseluruhan. Extreme prototyping: Terutama digunakan pada aplikasi web. Pada dasarnya, ini memecah pengembangan web menjadi tiga fase, masing-masing didasarkan pada yang sebelumnya. Fase pertama adalah prototipe statis yang sebagian besar terdiri dari halaman HTML. Pada fase kedua, layar diprogram dan berfungsi penuh menggunakan lapisan layanan simulasi. Pada fase ketiga, layanan diimplementasikan. Proses ini dapat digunakan dengan perangkat lunak apa pun yang mengembangkan model siklus hidup. Ini harus dipilih ketika Anda mengembangkan sistem interaksi pengguna. Jadi, jika sistem tidak memiliki interaksi pengguna, sistem seperti itu melakukan beberapa perhitungan yang tidak memiliki prototipe 4. Model Spiral (SDM) Ini menggabungkan elemen dari kedua desain dan prototyping-in-stage, dalam upaya untuk menggabungkan keunggulan konsep top-down dan bottom-up. Model pengembangan ini menggabungkan fitur-fitur model prototyping dan model air terjun. Model spiral disukai untuk proyek-proyek besar, mahal dan rumit. Model ini menggunakan banyak fase yang sama dengan model air terjun, pada dasarnya urutan yang sama, dipisahkan oleh perencanaan, penilaian risiko, dan pembuatan prototipe dan simulasi. Ini digunakan dalam aplikasi dan sistem besar yang memiliki fase atau segmen kecil. 5. Model Iteratif dan Incremental   Ini dikembangkan untuk mengatasi kelemahan model air terjun. Dimulai dengan perencanaan awal dan berakhir dengan penyebaran dengan interaksi siklik di antaranya. Ide dasar di balik metode ini adalah untuk mengembangkan sistem melalui siklus berulang (berulang) dan dalam porsi yang lebih kecil pada satu waktu (tambahan), yang memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk mengambil keuntungan dari apa yang dipelajari selama pengembangan bagian atau versi sistem sebelumnya. Ini terdiri dari air terjun mini. Ini digunakan dalam aplikasi shrink-wrap dan sistem besar yang memiliki fase atau segmen kecil. Juga, dapat digunakan dalam suatu sistem memiliki komponen yang terpisah. Kita bisa mulai dengan modul anggaran sebagai iterasi pertama dan kemudian dengan modul inventaris dan sebagainya (Melsatar, 2012). 6. Pemprograman Extreme (Agile Model) Ini didasarkan pada pengembangan berulang dan bertahap, di mana persyaratan dan solusi berkembang melalui kolaborasi antara tim lintas fungsi. Ini dapat digunakan dengan semua jenis proyek, tetapi perlu keterlibatan lebih dari pelanggan dan bersifat interaktif. Selain itu, dapat digunakan ketika pelanggan harus memiliki beberapa persyaratan fungsional yang siap dalam waktu kurang dari tiga minggu dan persyaratan tidak cukup jelas (Abdullahi 2017). Langkah pertama dalam Daur Hidup Pengembangan Sistem adalah komponen Definisi Masalah pada fase Analisis. Seseorang akan kesulitan untuk menawarkan solusi untuk masalah yang tidak sepenuhnya ditentukan. Bagian



43



Kesehatan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum telah ditata ulang sebagai unit anak perusahaan terpisah yang terletak di dekat rumah sakit utama dengan fasilitas mandiri. Selain itu, perangkat lunak yang mereka gunakan setidaknya berusia tujuh tahun dan tidak bisa mengikuti semua perubahan dalam praktik penagihan dan persyaratan dan pembayaran Medicare. Sistem saat ini tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang dan transformasi dalam lingkungan. Dengan demikian, di samping kriteria spesifik yang diinginkan dari perangkat lunak yang dipilih (dijelaskan dalam bagian berikut), tujuan eksplisit kami dalam membantu Jenderal ada dua: a. untuk memodernisasi operasi mereka dengan teknologi saat ini; dan b. untuk memberikan perawatan pasien terbaik yang tersedia untuk klien mereka di arena Home Health (Mark, 2013) Sistem Informasi kesehatan (SiS) merupakan seperangkat komponen yang bekerja secara mulus sebagai mekanisme pengumpulan data, pemrosesan, analisisdan transmisi informasi, serta penelitian dan perencanaan dalam pengendalian penyakit, mampu menyusun, operasional, mengawasi, memantau dan mengevaluasi kinerja dan kualitas layanan kesehatan, menghasilkan informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan layanan ini. Oleh karena itu, sangat penting bahwa informasi kesehatan akan membuat saran untuk membangun rantai penjelasan masalah sistem informasi, sehingga meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan, karena informasi tersebut penting untuk pengambilan keputusan, sehingga memberikan pengetahuan kepada manajer tentang kondisi kehidupan dan kesehatan populasi. Penggunaan sistem informasi dalam pengambilan keputusan kesehatan 1. penting untuk proses pengambilan keputusan dalam administrasi atau dalam perawatan pasien; 2. Mendukung layanan permintaan data klinis, layanan notifikasi dan komunikasi pengguna 3. Alat untuk merencanakan kegiatan dan layanan yang ditawarkan di unit strategi kesehatan keluarga; 4. menghemat waktu bagi para profesional kesehatan dalam catatan, pemeliharaan, dan pelaporan Anda 5. mengurangi biaya, meningkatkan kualitas perawatan medis karena mendukung keputusan klinis elektronik dan pesanan masuk juga menghilangkan kesalahan pengobatan dan mengurangi tes yang tidak perlu; 6. instrumen untuk pengumpulan data, kontrol dan informasi serta menjadi alat yang membantu dalam diagnosis lokal, membantu mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat 7. Membantu mengubah model perawatan dari komputerisasi terpadu unit perawatan kesehatan primer; 8. Berkontribusi pada pemahaman tentang kebutuhan kota dan mensubsidi pengambilan keputusan dalam manajemen kota; 9. Alat untuk memandu tindakan sesuai dengan realitas lokal; 10 Kemampuan untuk mendapatkan informasi spesifik sesuai dengan kebutuhan setiap profesional kesehatan 10. Penilaian rumah tangga, konstruksi indikator kesehatan, definisi prioritas, organisasi kerja, pemrograman lokal



44



11. Pengetahuan tentang realitas sosial kesehatan disertai dengan penilaian populasi dan kecukupan layanan kesehatan dan penyesuaiannya kapan pun diperlukan; 12. Dukungan penting untuk organisasi dan manajemen layanan, manajemen fasilitas kesehatan Dalam perawatan kesehatan, sistem informasi digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarluaskan data yang dapat berkontribusi pada perencanaan dan pengambilan keputusan. Saat ini, sangat penting untuk memodernisasi sistem ini mengingat perubahan struktural, prosedural dan manajerial yang kuat untuk memberikan jawaban terhadap tuntutan baru dan kompleks. (Abdullahi,2017). Tuntutan ini terutama disebabkan oleh perubahan organisasi, yang telah mengintensifkan aliran informasi yang dibutuhkan dan oleh karena itu proses pengambilan keputusan yang terdesentralisasi, membutuhkan partisipasi yang lebih efektif dari berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengambilan keputusan. dalam hal ini, sangat penting bahwa informasi tersebut berada, dapat diakses, dan data yang bermakna untuk membangun rantai explikatif sistem kesehatan atau masalah wilayah, yang memungkinkan untuk meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan, karena mengetahui kondisi kehidupan dan kesehatan populasi adalah langkah yang perlu untuk menilai dampak dari tindakan yang sebelumnya dilakukan (Ericka, 2016). Pendekatan sistem umum yang dikembangkan adalah pendekatan berbasis Siklus Kehidupan Pengembangan Sistem (Systems Development Life Cycle) yang dimulai dari tahapan analisis, desain, implementasi dan evaluasi. Dalam kaitannya dengan strategi sistem, tahapan dalam pendekatan sistem memberikan model perencanaan terhadap kebiajakan mendasar dalam hal membangun suatu komponen sistem. SDLC adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi. Berbagai metodologi SDLC telah dikembangkan untuk memandu proses yang terlibat termasuk model air terjun (metode SDLC asli), pengembangan aplikasi cepat (RAD), pembangunan bersama aplikasi (JAD), model air mancur dan model spiral. Sebagian besar, beberapa model digabungkan menjadi semacam metodologi hibrida. Dokumentasi sangat penting terlepas dari jenis model yang dipilih atau diciptakan untuk setiap aplikasi, dan biasanya dilakukan secara paralel dengan proses pembangunan. Beberapa metode bekerja lebih baik untuk tipe tertentu proyek, tetapi dalam analisis terakhir, faktor yang paling penting bagi keberhasilan proyek mungkin seberapa dekat rencana tertentu diikuti Dalam perkembangannya SDLC dilengkapi oleh berbagai teknik pengembangan sistem, yaitu: 1. Prototyping Prototyping adalah proses pembuatan model sederhana untuk software final yang mengijinkan pengguna memiliki gambaran dasar tentang program serta melakukan pengujian awal. Jenis-jenis teknik prototyping adalah: a. Trowaway Prototyping b. Evolutionary Prototyping. c. Incremental Prototyping.



45



2.



3.



4.



5.



Keuntungan menggunakan teknik prototyping: a. Mengurangi waktu dan biaya. b. Meningkatkan keterlibatan pengguna. c. Mengurangi kesalahpahaman dan kesalahan interpretasi dengan pegguna Kelemahan menggunakan teknik prototyping: a. Analisis kurang. b. Biaya untuk membuat prototyping cukup tinggi Waterfall Keuntungan menggunakan teknik waterfall a. Proses menjadi teratur b. Estimasi proses menjadi lebih baik c. Jadwal menjadi lebih menentu Kelemahan menggunakan teknik waterfall: a. Sifatnya kaku, sehingga susah melakukan perubahan di tengah proses b. Membutuhkan daftar kebutuhan yang lengkap di awal, tapi jarang konsumen bisa memberikan kebutuhan secara lengkap diawal Spiral Teknik spiral mencoba menggabungkan model prototyping dan waterfall. Biasa digunakan untuk proyek besar yang mahal dan rumit. Digunakan oleh militer Amerika untuk mengembangkan program Future Combat Systems. Keuntungan menggunakan teknik spiral: a. Pengguna dan developer bisa memahami dengan baik software yang dibangun karena progress dapat diamati dengan baik. b. Estimasi menjadi lebih realistik seiring berjalannya proyek karena masalah ditemukan sesegera mungkin. c. Lebih mampu menangani perubahan yang sering terjadi pada software development. d. Software engineers bisa bekerja lebih cepat pada proyek. Kelemahan menggunakan teknik spiral: a. Membutuhkan waktu yang lama. b. Membutuhkan dana yang besar. c. Membutuhkan planning jangka panjang yang baik agar program bisa selesai dengan baik V Model Teknik V model sering disebut sebagai pengembangan dari teknik waterfall V untuk verifikasi dan validasi dan merupakan model standar yang banyak dipakai di negara-negara Eropa seperti standar untuk proyek pertahanan dan administrasi federal di Jerman. Keuntungan menggunakan teknik V model a. Merupakan model pengembangan terstruktur. b. Setiap fase dapat diimplementasikan dengan dokumentasi yang detail dari fase sebelumnya. c. Aktivitas pengujian dapat dimulai di awal proyek, sehingga mengurangi waktu proyek. d. Kelemahan menggunakan teknik V model adalah dokumentasi harus cukup detail agar fase selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Formal Method



46



Teknik formal method adalah teknik yang mengandalkan perhitungan matematika dalam setiap prosesnya.Hanya digunakan pada sistem yang sangat memperhatikan keamanan atau keselamatan dari pengguna.Contoh penggunaan teknik ini adalah aerospace engineering. Keuntungan menggunakan teknik formal method adalah a. meminimalkan resiko dengan adanya perhitungan komputasi. Kelemahannya adalah a. Biaya Tinggi. b. Kompleks c. Tidak Umum untuk Proyek Software pada umumnya 6. Extreme Programming Merupakan bagian dari metode agile software development. Keuntungan menggunakan teknik extreme programming. a. Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Klien. b. Meningkatkan Komunikasi dan Sifat Saling Menghargai antar Developer. Kelemahan menggunakan teknik extreme programming: a. Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan selalu diterima. b. Tidak bisa membuat kode yang detail di awal (prinsip simplicity dan juga anjuran untuk melakukan apa yang diperlukan hari itu juga Alasan menggunakan tahapan ini karena tahapan sistem bisa melakukan revisi atau perbaikan sistem sebelumnya. Tahapan SDLC akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan, analisis, desain, implementasi dan perawatan. Struktur metodologi SDLC dalam pengembangan sistem informasi berbasis Web. Tahapan-tahapan dalam metode SDLC digambarkan dalam struktur metodologi SDLC sebagai berikut : Perencanaan Sistem Analisis Sistem Desain Sistem Penerapan Sistem Perawatan Sistem



Gambar 13. System Devlopment Life Cycle ( SDLC ) (Supriyanto, 2007) 1. Perencanaan Sistem (System Planning) Sebagai tahap awal pengembangan sistem yang mendefinisikan perkiraan kebutuhan-kebutuhan sumber daya seperti perangkat fisik, manusia, metode (teknik dan operasi), dan anggaran yang sifatnya masih umum. Langkah-langkah perencanaan yaitu menyadari adanya masalah, mendefinisikan masalah, dan menentukan tujuan sistem. 2. Analisis Sistem (System Analysis)



47



Tahap penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Rincian langkahnya tahap analisis adalah identifikasi masalah dengan melakukan penelitian, mengorganisasi tim dengan menyusun tim proyek yang terlibat termasuk pemakai sistem yang nantinya digunakan pada kegiatannya, mendefinisikan kebutuhan informasi (seperti: dengan melakukan wawancara, pengamatan, pencarian pencatatan dan survei), mendefinisikan kriteria kinerja sistem yaitu dengan memahami bagaimana pengguna melakukan pekerjaannya dari awal hingga (bagaimana mulai melakukan hingga mengakhiri aktivitas, data, informasi dan laporan yang dibutuhkan dan dihasilkannya) dan membuat laporan hasil analisis. a. Analisa Teknologi Menganalisis teknologi apa yang digunakan pemilik desain web seperti menggunakan desain grafis maka memerlukan teknologi seperti Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Macromedia Dreamweaver CS3. Memerlukan data penyimpanan secara informasi produk, Informasi Berita digunakan database seperti MySql, MsAccess. b. Analisa Informasi Mengenai informasi data yang akan menjadi data tetap dan data dinamis, kategori informasi data tetap adalah : profile perusahaan, visi dan misi, sejarah perusahaan, latar belakang perusahaan. Informasi dinamis adalah informasi yang selalu berubah dalam setiap periodik dapat setiap hari atau setiap jam. Informasi dinamis dalam sistem ini adalah : 1) Informasi persediaan ( stock ) produk 2) Informasi harga produk 3) Informasi artikel, tips dan trik 4) Informasi dari masing keunggulan produk atau produk yang sedang trend c. Analisa User Mengkatogorikan user yang digunakan dalam sistem informasiWeb. User yang sudah memahami dan yang belum memahami. c. Analisa Biaya dan Resiko Dalam tahap ini diperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan seperti biaya maintenance ( membayar domain ke ISP) atau biaya kirim ke user. Resiko yang terjadi adalah tidak sampainya produk ke user atau penipuan dari user. 3. Desain/Perancangan Sistem (System Design) Tahap setelah analisis sistem yang menentukan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Langkahlangkah yang dilakukan adalah menyiapkan rancangan sistem yang terinci/grafis, dan yang umum berupa informasi serta menyiapkan usulan implementasi. a. Desain Informasi Dalam tahap ini dimodelkan informasi link dari setiap halaman, jika dalam sistem tersebut terdapat database maka digunakan tahap development dan database disain. b. Desain Grafis Dalam tahap ini disesuaikan dari warna, layout, gambar dan graphic ( Wulan, 2015). 4. Penerapan/Implementasi Sistem (System Implementation) a. Penulisan Program dan Instalasi Merupakan tahap penulisan program yang telah dianalisis dan diesain semua maka perogeram yang digunakan adalah PHP dan database yang digunakan MySql b. Desain review Dalam tahap ini tidak hanya menguji desain yang digunakan namun menguji semua sistem yang telah diterapkan seperti



48



c. d.



tidak ada lokasi link, image yang salah, pengujian sistem seperti penyimpanan data, update artikel dan lain-lain. Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software Dalam tahap ini software dan hardware digunakan untuk Web server. Pengujian Web dan Dokumen Web Menguji Web dengan berbagai teknologi browser yang ada, serta pemeriksaan dokumen Web. Dan dalam memeriksa documen terdapat beberapa hal yang diperhatikan : 1) Akurasi atau ketepatan dokumen 2) Authority Web, document yang telah diterbitkan dalam web 3) Objective information 4) Perawatan Sistem (System Maintenance) Sistem perlu dirawat karena beberapa hal, yang meliputi penggunaan sistem, audit sistem, penjagaan, perbaikan, dan peningkatan sistem. ( Wulan, 2015).



Langkah Pengembangan SIK 1. fektif serta efisien. DukungaKebutuhan terhadap data/informasi yang akurat makin meningkat namun ternyata sistem informasi saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan SIK, diantaranya adalah belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara SIK terhadap SIK. Penyelenggaraan SIK itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, terjadi “Redundant” data, dan duplikasi kegiatan, selain itu kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu laporan juga masih rendah, sistem umpan balik tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di tingkat. daerah (Kabupaten/Kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara lain karena adanya “overlapping” kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data, di setiap unit kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan pengelolaan data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Hal tersebut merupakan masalah-masalah yang dihadapi SIK saat ini dan perlu dilakukan upaya untuk perbaikan dan penguatannya. Dari evaluasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan hingga saat ini, dapat disimpulkan isu-isu strategis yang perlu menjadi prioritas untuk ditanggulangi dalam rencana pengembangan dan penguatan SIK. Isu strategis tersebut adalah : 1. Kemampuan Pengelolaan SIK masih terbatas, antara lain tentang landasan hukum, kerja sama dan koordinasi. 2. Data dan informasi serta indikator yang perlu dikumpulkan dan digunakan belum seluruhnya dan setepatnya ditetapkan. 3. Kemampuan sumber data untuk menyediakan data dan informasi pada umumnya masih lemah. 4. Kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta informasi masih belum menyeluruh, tepat mekanisme dan belum terselenggara secara en sumber daya terutama sumber daya manusia, Teknologi Informasi dan Komunikasi, sarana dan prasarana serta pembiayaan masih terbatas.



49



5. Kemampuan pengembangan dan peningkatan mutu data dan informasi kesehatan masih kurang. 6. Data dan informasi yang dihasilkan belum sepenuhnya didesiminasikan kepada para pemangku kepentingan yang berkaitan dan belum digunakan dengan semestinya. Pengembangan dan penguatan SIK dilakukan dengan memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut: 1. Pemanfaatan TIK. Pemanfaatan TIK diperlukan untuk mendukung sistem informasi dalam proses pencatatan data agar dapat meningkatkan akurasi data dan kecepatan dalam penyediaan data untuk diseminasi informasi dan untuk meningkatkan efisiensi dalam proses kerja serta memperkuat transparansi. 2. Keamanan dan Kerahasiaan data. Sistem Informasi yang dikembangkan dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan data. 3. Standarisasi. Agar SIK terstandar perlu menyediakan pedoman nasional untuk pengembangan dan pemanfaatan TIK. 3. Integrasi. SIK yang dikembangkan dapat mengintegrasikan berbagai macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan TIK. 4. Kemudahan akses. Data dan informasi yang tersedia mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. 5. Keterwakilan. Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri lebih dalam secara individual dan aggregate, sehingga dapat mengambarkan perbedaan gender, status sosial ekonomi, dan wilayah geografi. 6. Etika, integritas dan kualitas Penguatan SIK dilakukan dengan mengembangkan model SIK nasional yaitu SIK yang terintegrasi. SIK yang terintegrasi adalah sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai. Dengan demikian data dari satu sistem secara rutin dapat mengalir, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Integrasi mencakup sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Bentuk fisik dari SIK terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi. Bila digambarkan model SIK yang terintegrasi adalah seperti gambar di bawah ini. Pada model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait, yaitu : 1. Sumber Data Manual 2. Sumber Data Komputerisasi 3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan 4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan 5. Bank Data Kesehatan Nasional SIK terintegrasi yang berbasis elektronik adalah pengembangan SIK yang akan diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di lapangan. Dengan SIK terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali, data yang sama akan disimpan secara elektronik, dikirim dan kemudian diolah. Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib



50



menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dengan jadwal yang telah ditentukan. 1. Sumber Data Manual Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy berupa data individual ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Bagi petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring Puskesmas yang belum komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan data di Puskesmas. 2. Sumber Data Komputerisasi Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi Puskesmas (aplikasi SIKDA Generik). 3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi. 4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati. 5. Bank Data Kesehatan Nasional Bank data kesehatan nasional selanjutnya akan mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data. 7. Penggunaan Data oleh Kementerian Kesehatan Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003



51



tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Kondisi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun sistem informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini, terutama belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara sistem informasi kesehatan terhadap sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan masih belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi kegiatan, dan kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan balik tidak optimal, pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya, juga pengelolaan data informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Masalah inilah yang sedang dihadapi sistem informasi kesehatan dan perlu dilakukan upaya penguatan dan perbaikan Masalah Sistem Informasi Kesehatan Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada. Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan tetrkait penerapan Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang ada. Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu : a. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program. b. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah bayi. c. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda. d. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang berbeda-beda dari masing-masing bagian. e. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis data sering terlambat. f. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data berbeda dan keterlambatan laporan.



52



Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa faktorfaktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah (SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),human resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer, software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional). Kendala Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara optimal. SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang komprehensif belum mampu berperan dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari Puskesmas di Tingkat Kecamatan sampai dengan Kementrian Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal tersebut disebabkan karena Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum dapat diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan dan validitasnya. Padahal informasi tersebut sangat penting dan diperlukan keberadaannya dalam menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan nasional. Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh data yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya data dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum dibawah ini: a. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas relatif rendah. b. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu hamil dan anak hingga usia 2 tahun. c. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis. iv. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta pengembangan jaminan pelayanan kesehatan d. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung oleh sistem perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan didukung oleh peraturan perundangan. e. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat, f. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan administrasi kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan teknologi kesehatan dan pengembangan sistem informasi kesehatan g. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan bidang kesehatan masing- masing pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi kesehatan yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan dalam pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum, diantaranya :



53



a. b. c. d.



Akurasi data tidak terjamin Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas Kesehatan maupun ke Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang diterima sudah tidak up to date lagi. e. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format pelaporan. f. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat Kementrian Kesehatan. g. file data tersimpan secara terpisah, h. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan tidak mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak lengkap.(Kemenkes, 2012) Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus dibuat berdasarkan permintaan dari berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data antara satu laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya memiliki dataset yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda. Sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu dari petugas puskesmas. Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga ke Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik). Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara cepat, akurat dan terkini sesuai Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global.



54



Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2012) Dasar hukum pengembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia adalah : 1. UUD 1945, Pasal 28 ; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan mengamanatkan pusat data dan informasi ( PUSDATIN ) sebagai pelaksana tugas kementrian kesehatan di bidang data dan informasi kesehatan; 5. Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) 6. Kepmenkes RI Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten / Kota; 7. Kepmenkes RI Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan; 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat; 9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer ( SIKNAS ) Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional Tujuan dari dikembangkannya sistem informasi kesehatan adalah : 1. Sistem informasi kesehatan ( SIK ) merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yang berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang adminisratif kesehatan baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti Rumah Sakit ataupun Puskesmas 2. Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ), dengan tujuan dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi data yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah informasi. 3. Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk: 4. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan,  pengendalian dan penilaian (Kemenkes, 2012).



55



5. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya penanggulangannya 6. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri 7. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan meliputi : 1. Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi dan atau tersedianya tenaga fungsional pengelola data / informasi yang terampil di seluruh tingkat administrasi 2. Ditetapkannya kebutuhan esensial data / informasi di tiap tingkat dan pengembangan instrumen pengumpulan dan pelaporan data 3. Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat administrasi secara teratur, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan atau atas permintaan dari pengguna data / informasi 4. Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam rangka pemantapan dan pengembangan otomasi pengolahan data di seluruh tingkat administrasi 5. Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi komputer dan informasi Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual (Kemenkes, 2012). Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut,



56



infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, difahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat. Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama. 2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai. 3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi 4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi. 5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi. Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut: 1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap. 2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnosa dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien. 3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.



57



4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain. 5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan lain-lain. 6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain: 1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah : a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi. b. Informasi yang tersedia, tidak relevan. c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen. d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu. e. Terlalu banyak informasi. f. Informasi yang tersedia, tidak akurat. g. Adanya duplikasi data (data redundancy). h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel. 2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti. 3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak



58



guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh: a. Perkembangan organisasi tersebut Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut. b. Perkembangan teknologi informasi Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untukmendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan: 1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat keras. 2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga telah berkembang. Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut. Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah: a) Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat. b) Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan. c) Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru. Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat keras: a. Peningkatan kecepatan. b. Peningkatan kemampuan. c. Penurunan harga. d. Turn over alat yang semakin cepat. Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.



59



Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data (database management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity). c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi. Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi : 1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi, 2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan 3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem. Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi. (Syukron, 2015). Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri. Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut. Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan



60



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Operasionalisasi. Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan operasionalisasi sistem informasi. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik). Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. (Syukron, 2015). Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut: SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedinimungkin. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masingmasing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.



61



9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly). 10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru. 11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut: a. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit. b. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu. c. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis. d. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan. (Syukron, 2015). e. Terjaminnya konsistensi data. f. Orientasi ke masa depan. 12. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS. Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang secara terus menerus atau secara rutin terjadi. Untuk memudahkan pemahamam mengenai sistem pertama – tama kita ketahui dulu definisinya. Karena hal tersebut mempunyai peranan yang penting dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem. Menurut Jogiyanto (2005:2) menyatakan bahwa Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu. Menurut Davis dalam Al Fatta (2007:8) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang dan lebih berarti bagi yang menerimanya . Menurut Loudon (2007:15) mengemukakan bahwa “Sistem Informasi (informasion System) secara teknis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi ”. Dalam pengembangan sistem tahap perancangan merupakan tahap yang paling penting, dimana pada tahap perancangan akan diadakan identifikasi masalahmasalah apa yang akan digunakan sebagai bahan rancangan, sehingga dapat menghasilkan sistem informasi yang baik (Syukron, 2015).



62



1. 2. 3. 4. 5. 6.



1. 2.



1. 2. 3.



Penggunaan sistem informasi kesehatan berpotensi meningkatkan performa fasilitas kesehatan, menghemat biaya operasional, dan meningkatkan kepuasan pelanggan/pasien (Goldwzweig e t a l . , 2009). Manajemen informasi kesehatan berfokus pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi kesehatan guna menghasilkan informasi untuk kelangsungan dan kemajuan pelayanan kesehatan. Untuk itu, penanggung jawab manajemen informasi kesehatan harus mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data pelayanan kesehatan bagi kepentingan penelitian, pendidikan, perencanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi. sistem informasi kesehatan membutuhkan enam komponen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan informasi yang lebih baik. Komponen tersebut adalah: sumber daya sistem informasi kesehatan, yang meliputi sistem koordinasi dan kepemimpinan, kebijakan, finansial, sumber daya manusia, dan infrastruktur (sarana dan prasarana pendukung) (Pusat Data dan Informasi, 2011). indikator-indikator yang merupakan domain utama informasi kesehatan, meliputi determinan kesehatan, sistem kesehatan, dan status kesehatan; sumber data kesehatan; manajemen data, yang meliputi penyimpanan, penjaminan kualitas, dan pemrosesan dat proses perubahan data menjadi informasi penyebaran dan pemanfaatan informasi yang dapat digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Proses pengelolaan data/informasi kesehatan memerlukan standar tertentu. Standar data/informasi di Indonesia masih belum memadai. Hal ini juga diperparah dengan akses dan sumber daya kesehatan yang tidak merata. Akibatnya, setiap fasilitas kesehatan mulai mengembangkan dan menerapkan sistem informasi menurut kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Hal ini membuat sistem informasi dan teknologi informasi yang dipakai berbeda-beda dan sulit untuk dikomunikasikan. Selain itu, kepemilikan dan keamanan data yang dipertukarkan menjadi penghalang untuk penyediaan data yang bisa diakses oleh stakeholder terkait (Pusat Data dan Informasi, 2011). Ada beberapa alasan penting mengapa sistem informasi ini patut dikembangkan: Sistem informasi ini dapat membantu petugas di puskesmas untuk melakukan rekapitulasi laporan periodik. Sistem informasi ini dapat berperan sebagai media layanan informasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan administrasi kesehatan Tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan puskesmas ini yakni dapat menyajikan informasi kesehatan meliputi rekapitulasi kegiatan puskesmas, laporan kunjungan pasien dan informasi penting lainnya. Karena luasnya cakupan kegiatan di puskesmas, maka sistem yang dikembangkan terbatas pada perekaman data kunjungan rawat jalan dan kegiatan luar yang dilakukan oleh puskesmas. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Tinjau sistem yang ada Menentukan kebutuhan data unit terkait dalam sistem kesehatan Menentukan aliran data yang paling tepat dan efektif



63



4. Desain alat pengumpulan dan pelaporan data 5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data 6. Mengembangkan dan mengimplementasikan program pelatihan untuk penyedia data dan data pengguna 7. Pra-tes, dan jika perlu, mendesain ulang sistem untuk pengumpulan data, aliran data, pengolahan data dan pemanfaatan data 8. Memantau dan mengevaluasi sistem 9. Mengembangkan mekanisme penyebaran dan umpan balik data yang efektif 10. Tingkatkan HMIS (Angga, 2018). Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor (Raden,2007). kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang perrumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktorfaktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidangbidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar



64



untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. (Raden,2007). Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual. Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, difahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama. 2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai. 3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi



65



4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi. 5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain: (Raden,2007). 1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah 2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti. 3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh (Raden,2007).



66