Teori Keperawatan Keluarga-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. TEORI KEPERAWATAN KELUARGA 1. Health Care System Betty Neuman a. Pengertian model health care system Model konseptual betty neuman ini memberi penekanan pada penurunan stres dengan cara memperkiuat garis pertahanan diri yang bersifat: 1) Fleksibel 2) Normal 3) Resisten Intervensi diarahkan terhadap ketiga garis pertahanan tesebut yang terkait dengan tiga level prevensi. b. Perkembangan Sistem Model Neuman Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan. Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau



positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi. c. Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman. Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan. Yang termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah : a) Tekanan Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman tentang tekanan yaitu : -



Intra Personal : Secara individu atau perorangan



-



Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang lain lebih dari satu



-



Ekstra Personal : Di luar individu 



b) Struktur Pokok Sumber Energi Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas. c) Tingkat Ketahanan Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan. d) Garis Normal Pertahanan Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas normal. e) Gangguan Pertahanan Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan. f) Tingkat Reaksi Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan. g) Intervensi Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul. h) Tingkat-Tingkat Pencegahan Dibagi menjadi : 1) Pencegahan primer Sebelum terjadi tindakan 2) Pencegahan sekunder



Ketika terjadi tindakan 3) Pencegahan tersier Adaptasi atau pengaruh kerusakan 4) Penyesuain Kembali  Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra personal dan ekstra personal. d. Keyakinan dan Tata Nilai Model ini menginteraksi 4 variabel yang menunjang dalam keperawatan komunitas atau keluarga yaitu: 1) Aspek Fisik 2) Aspek Psikologi 3) Aspek Sosial 4) Aspek Kultural dan Spiritual Adapun tujuan  keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam limgkumgan



yang



dinamis.



Asumsi



yang



dikemukakan



oleh



Betty



Neuman  tentang 4 konsep utama yang terkait dengan keperawatan keluarga adalah  sebagai berikut: a) Manusia Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel: fisiologis, psikologis,sosiokultural,perkembangan dan spritual. b) Lingkungan Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruhpengaruh dari sekitar klien atau sistem klien. c) Sehat. Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor. d) Kepeawatan Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurunkan stressor melalui pencegahan primer, sekunder dan tertier.



2. Teori Keperawatan Orem Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktek keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self care di antaranya: a. Perawatan Diri Sendiri ( Self Care ) Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care  meliputi Self Care  itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan



oleh



individu



itu



sendiri



dalam



memenuhi



serta



mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan. 1) Self Care Agency, merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. 2) Adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat. 3) Kebutuhan Self Care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh. b. Self Care Defisit Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care  baik secara kualitas. Dalam pemenuhan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak



atau



berbuat



untuk



orang



lain,



sebagai



pembimbing



orang



lain,memberi support  , meningkatkan pengembangan lingkungan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain. c. Teori Sistem Keperawatan Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya : 1) Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory system) Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Contohnya, pemberian bantuan pada pasien koma (penurunan kesadaran akibat penyakit). 2) Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System ) Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan



luka.



Contohnya



perawatan



pada  pasien  post



operasi apendikstomi(operasi pembuangan total apendiks pada saluran pencernaan) dimana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan pada luka bekas operasi tersebut. 3) Sistem Suportif dan Edukatif Merupakan



sistem



bantuan



yang



diberikan



pada



pasien



yang



membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu



memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu



melakukan



tindakan



keperawatan



setelah



dilakukan



pembelajaran. Contoh pemberian pendidikan kesehatan pada ibu dan bapak



(keluarga) yang



kelahiran anak



dengan



memerlukan



informasi tentang pengaturan



menggunakan kontasepsi (alat



mencegah



pembuahan). 3. Teori Struktural Fungsional Struktural-fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari. Jika tujuan dari kajian-kajian evolusionari adalah untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan budaya manusia, maka tujuan dari kajian-kajian strukturalfungsionalisme adalah untuk membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui pengajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok, atau antara institusi-institusi sosial di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu (Marzali, 2018). Konsep strukturalfungsionalis yaitu masyarakat sebagai bagian suatu sistem yang berinteraksi untuk mempromosikan stabilitas atau transformasi melalui interaksi mereka. Pendekatan konseptual ini menunjukkan bahwa, untuk memahami sistem sosial, kita harus melihat bagian-bagian dari sistem yang mendukung kegiatan tertentu dan keterkaitan mereka (Chilcott, 1998 dalam Potts, Vella, Dale, & Sipe, 2014). Pendekatan struktural fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat. Dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah system (Megawangi dalam Lestari & Pratiwi, 2018). Persyaratan struktural yang harus dipenuhi menurut Levy dalam (Lestari & Pratiwi, 2018) agar struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi: 1. Diferensiasi peran.



Dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor. 2. Alokasi solidaritas. Distribusi relasi antaranggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan menggambarkan hubungan antaranggota. Misalnya, keterikatan emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak lelaki mungkin lebih utama daripada hubungan antara suami dan istri pada suatu budaya tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antaranggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan. 3. Alokasi ekonomi. Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas juga ada dalam hal ini terutama dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga. 4. Alokasi politik. Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan. 5. Alokasi integrasi dan ekspresi. Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang beriaku untuk setiap anggota keluarga. Teori struktural fungsional ini menekankan pada keseimbangan sistem pada keluarga dan masyarakat. Setiap anggota keluarga memiliki peran, tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Seperti ayah yang berperan sebagai pencari nafkah, ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus anak, memasak dan merapihkan rumah serta anak yang berperan untuk belajar dan membantu orang tua.



4. Teori Perkembangan Setiap keluarga harus berkembang untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Perkembangan yang dimaksud disini adalah ketika keluarga dapat melalui masalah dengan baik tanpa hambatan berarti. Menurut Duvall, terdapat 8 tahapan perkembangan yang harus dilalui keluarga (Eight-Stage Family Life Cycle), yaitu; a. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki anak). b. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan seorang anak pertama yang baru lahir). c. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga dengan anak pertama yang berusia prasekolah). d. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan anak yang telah masuk sekolah dasar). e. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak yang telah remaja). f. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving home)” (Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah). g. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua yang telah pensiun). h. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga dengan orang tua yang telah lanjut usia). Tugas Perkembangan Setiap Tahapan Keluarga Terdapat perbedaan tugas perkembangan keluarga pada setiap tahap perkembangan keluarga: a. Tahap “Married couples (without children)” (pasangan nikah dan belum memiliki anak). Tugas perkembangan pada tahap ini adalah: 1) Membina hubungan intim dan memuaskan. 2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.



3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga istri, dan keluarga sendiri. b. Tahap Keluarga “Child bearing” (kelahiran anak pertama) Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah: 1) Persiapan menjadi orang tua. 2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan. 3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. c. Tahap Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan pada tahap ini ialah: 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. 2) Membantu anak untuk bersosialisasi 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun dengan masyarakat. 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak. 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang. d. Keluarga dengan anak sekolah Tugas perkembangan pada tahap ini yakni: 1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah. e.



Keluarga dengan anak remaja Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.



2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan anaknya yang berusia remaja. F f. Tahap Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan pada tahap ini adalah: 1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Membantu orang tua memasuki masa tua. 4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. 5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. g.



Keluarga usia pertengahan Tugas perkembangan pada usia perkawinan ini adalah: 1) Mempertahankan kesehatan. 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak. 3) Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus utama dalam usia keluarga ini antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.



h. Keluarga usia lanjut Tugas perkembangan pada tahap usia perkawinan ini ialah: 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan. 3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat. 4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.



5. Teori ekologi Teori Ekologi dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-2005) dalam (Gamayanti, 2005) menggambarkan tentang proses interaksi beberapa sistem lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu mikrosistem, mesosistem, exosistem, makrosistem dan crhonosistem. Melalui teori ini, bisa dipahami proses dan konteks perkembangan manusia dengan menekankan pada faktor lingkungan. Masing-masing subsistem dalam teori Brefenbrenner tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut: a. Mikrosistem Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat yaitu meliputi keluarga, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan hal-hal lain yang seharihari ditemui. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial tersebut. Keluarga terutama orangtua dan lingkungan masyarakat merupakan agen sosialisasi terdekat dalam kehidupan seseorang, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan karakter dan kebiasaan seseorang (Salsabila, 2018). b. Mesosistem Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain (Bronfenbrenner dalam Salsabila, 2018). Misalnya hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya, serta hubungan keluarga dengan tetangga (Salsabila, 2018). c. Ekosistem Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana seseorang tidak terlibat interaksi secara langsung (Salsabila, 2018). Sebagai contoh, ketika seorang ayah yang sedang mengalami masalah di tempat kerjanya, kemudian ketika pulang ia melampiaskannya kepada anaknya dengan melakukan tindakan kekerasan. d. Makrosistem



Makrosistem adalah sistem lapisan terluar. Subsistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di mana individu berada. Prinsipprinsip yang terdapat dalam lapisan makrosistem tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi di semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat menggariskan bahwa orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan anak-anaknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur di mana orangtua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya. Budaya yang dimaksud dalam subsistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi (Berk dalam Salsabila, 2018) e. Kronosistem Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku (Purnama dalam Salsabila, 2018) Contohnya seperti perkembangan teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat seseorang mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk pendidikan maupun hiburan. Demikian halnya dengan maraknya fenomena semakin berkembangnya teknologi. Dimana uang tunai di ganti dengan pembayaran digital. Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris (Salsabila, 2018).



B. PEMBERDAYAAN KELUARGA Pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat keluarga, terutama keluarga miskin atau keluarga tidak sejahtera atau istilah lainnya yang menunjukkan masih belum berfungsinya keluarga sehingga tidak bisa mencapai tujuan kehidupan berkeluarga Menurut Sunarti (2008), tujuan pemberdayaan keluarga adalah : 1. Membantu sasaran untuk menerima / melewati / mempermudah proses perubahan yang harus /akan dijalani/ditemui individu/keluarga



2. Menggali kapasitas/potensi laten anggota keluarga (kepribadian,ketrampilan manajerial dan keterampilan kepemimpinan). 3. Mendorong sasaran agar memiliki daya ungkit/daya lompat serta sebagai lecutan untuk lari mengejar cita – cita keluarga. 4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup seluruh anggota keluarga sepanjang tahap perkembangan dan siklus hidupnya. 5. Membangun daya tahan dan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan agar mampu menjalani kehidupan dengan sukses tanpa kesulitan dan hambatan yang berarti. 6. Membina dan mendampingi proses perubahan sampai pada tahap kemandirian dan tahap tujuan yang dapat diterima. Agar tujuan pemberdayaan dapat tercapai, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip pemberdayaan keluarga, diantaranya adalah : 1. Pemberdayaan



keluarga



hendaknya



tidak



memberikan



bantuan



atau



pendampingan yang bersifat charity yang akan mendatangkan ketergantungan dan melemahkan, melainkan bantuan, pendampingan dan atau pelatihan yang mempromosikan



self



reliance



dan



meningkatkan



kapasitas



sasaran



pemberdayaan. 2. Hendaknya menggunakan metode pemberdayaan yang menjadikan pihak yang dibantu/dibina/didamping menjadi lebih kuat melalui latihan daya juang/tahan, menghadapi masalah. 3. Meningkatkan partisipasi yang membawa pihak yang diberdayakan meningkat kapasitasnya. 4. Menjadikan pihak yang diberdayakan mengambil kontrol penuh, pengambilan keputusan penuh, dan tanggung jawab penuh untuk melakukan kegiatan yang akan membawanya menjadi lebih kuat. C. STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA Menurut Herawati (2013), strategi pemberdayaan keluarga yang dimaksud adalah : a. Sistemik – holistic



Strategi yang memperhatikan berbagai dimensi kehidupan keluarga : fungsi, peran dan tugas keluarga, serta memperhatikan tahap perkembangan kehidupan keluarga. b. Sinergistik Strategi yang memperhatikan dan menempatan kegiatan pemberdayaan keluarga diantara program keluarga atau program kemasyarakatan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai pihak baik oleh pemerintah maupun non pemerintah agar saling mendukung. c. Kemandirian dan ketahanan keluarga Strategi pemberdayaan adalah mendorong kemandirian dan menguatkan ketahanan keluarga d. Fokus : proses perubahan Strategi ini menekankan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses oleh karnanya perlu memberi ruang dan memasukkan perjalanan sebuah proses dalam perencanaan serta memastikan agar proses perubahan tersebut dilalui sampai tujuan tercapai e. Kepedulian atau kemitraan Strategi ini memperhatikan aspek utama dalam proses pembangunan manusia yaitu kepedulian, serta meningkatkan kemitraan untuk mendorong perubahan yang lebih luas. f. Keberlanjutan (sustainability) Strategi yang memperhatikan keberlanjutan program, mengingat perubahan sosial membutuhkan waktu yang lama dan panjang. g. Meningkatkan partisipasi dan menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa. Memanfaatkan dan atau meningkatkan kapasitas kelembagaan lokal agar perubahan lebih mengakar untuk menjamin keberlanjutan dan kelangsungannya. h. Memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi lokal. Pemberdayaan ekonomi keluarga hendaknya memanfaatkan potensi lokal yang bertujuan memberi nilai tambahan serta meningkatkan potensi ekonomi wilayah.



D. MODEL KONSEPTUAL KELUARGA Keperawatan keluarga merupakan kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian perawatan menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasu sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalag berorientasi oada kesehatan, bersifak holistik, dan interaksional, kekuatan keluarga Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu: 1. Level 1 Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi. 2. Level 2 Keluarga



merupakan



penjumlahan



dari



anggota-anggotanya,



masalah



kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah. 3. Level 3 Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll. 4. Level 4 Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar. E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 1. Definisi Keluarga



Menurut Freidman 2010 keluarga merupakan kumpulan dua orang yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-maisng yang merupakan bagian dari keluarga. Keadaan ini berlu didasari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagian dan dikeluarga juga semua dapat di ekspresikan tanpa hambatan yang berarti Menurut bailon



yang di kutip Efendi, F & Makhfudli (2009) menjelaskan



keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan satu budaya. Menurut undang-undang no. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Setiadi, 2008). 2. Tipe Keluarga Tipe keluarga Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut. a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu : 1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat. 2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya. 3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.



5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan. 6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah. 7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama. b. Tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut. 1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri. 4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. 3. Fungsi keluarga Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini. a. Fungsi afektif Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri. b. Fungsi sosialisasi dan penempatan social



Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial. c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. d. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan. 1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga. 2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga. 3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. 4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. 5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas. 4. Tahap Perkembangan Keluarga Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari berikut ini. a. Keluarga baru menikah atau pemula Tugas perkembangannya adalah: 1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan 2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok social



3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru lahir. Tugas perkembangannya adalah: 1) Membentuk



keluarga



muda



sebagai



sebuah



unit



yang



mantap



mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga 2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga 3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek. c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah Tugas perkembangannya adalah 1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan 2) Mensosialisasikan anak 3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain 4) empertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga. d. Keluarga dengan anak usia sekolah Tugas perkembangannya adalah: 1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat 2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan; 3) memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. e. Keluarga dengan anak remaja Tugas perkembangannya adalah: 1)



Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri



2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan 3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda Tugas perkembangannya adalah:



1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak 2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan 3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri. g. Keluarga dengan usia pertengahan Tugas perkembangannya adalah: 1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak 3) Memperkokoh hubungan perkawinan. h. Keluarga dengan usia lanjut Tugas perkembangannya adalah: 1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan 2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun 3) Mempertahankan hubungan perkawinan 4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan 5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi 6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup) 5. Struktur Keluarga Menurut Friedcman (2010), struktur keluarga terdiri dari : a. Pola dan proses komunikasi Dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan dapat memvalidasi pesan yang diterima. b. Struktur peran



Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal. c. Struktur kekuatan Kemampuan individu untuk mengontrol dan mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power. d. Nilai keluarga dan norma System ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. 6. Peran Keluarga Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual. 7. Peran Perawat Dalam Keperawatan Keluarga a. Pendidik



Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri b. Konsultan dan Kolaborasi Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal. c. Pemberi pelayanan kesehatan/peaksana kesehatan Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang professional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses d. Pengawas Perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga. e. Role Model Perilaku yg ditampilkan perawat dpt dijadikan panutan.  Panutan ini digunakan pd semua tingkt pencegahan terutama PHBS. Menampilkan profesionalisme dlm bekerja. f. Fasilitator Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.



g. Modifikasi lingkungan Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan. h. Manajer Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayan, maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep managemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawt berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta organisasi dan mengendalikan system yankes . i. Penemu Kasus  Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat dan dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan. Selanjutnya penelitian dilaksanakan untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasilnya akan diaplikasikan dalam praktek keperawatan



DAFTAR PUSTAKA Friedman. M. Marliyan. 2010. Buku Ajar Keperawatan : Riset, Teori dan Praktik Edisi ke-5. Jakarta: EGC Gamayanti, W. (2005). Usaha bunuh diri berdasarkan teori ekologi bronfenbrenner. 204–230 Lestari, P., & Pratiwi, P. H. (2018). PERUBAHAN DALAM STRUKTUR KELUARGA. Jurnal Dimensia |, 7(1). Marzali, A. (2018). Struktural-Fungsionalisme. Antropologi Indonesia, 0(52). https://doi.org/10.7454/ai.v0i52.3314 Salsabila, U. H. (2018). TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER SEBAGAI SEBUAH PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 7(1), 139–158. Kholifah, Siti Nur, dan Ns. Wahyu Widagdo . 2016. Komunitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan



Keperawatan



Keluarga



Dan