Terapi Keluarga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK



TERAPI KELUARGA (FAMILY THERAPY) SESI 1 & SESI 2



Kelas A 1. Essa Pebri



.



2. Gian Tiya Rs



(AK.1.17.019)



3. Ikbal Akbar



(AK.1.17.020)



4. Inggi Purbaningsih



(AK.1.17.021)



5. Intan Fitri Mustika



(AK.1.17.022)



6. Kiki Eka fitriyani



(AK.1.17.023)



7. Latifah Rahmawati 8. Muhammad wahyudin 9. Neng Yayu Fitriani 10. Nurmatasuri 11. Nurul Aini 12. Roni romdoni 13. Syahra nafisah 14. Sutiana rajiv PROGRAM STUDI PROFESI NERS UIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019/2020



KATA PENGANTAR



Assalamu ‘alaikum wr.wb Segala puji bagi Allah kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya, serta bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatankejahatan diri serta perbuatan-perbuatan buruk kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada satupun yang dapat menunjukinya. Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Esa, tiada sekutu baginya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah untusan-Nya. Salam sejahtera semoga melimpah kepada-Nya, keluarga-Nya, para sahabat-Nya dan pada pengikut-Nya. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah Allah Subhanahu Wata’ala sehingga proposal dengan judul Terapi Keluarga (Family Therapy) dapat diselesaikan dengan baik meskipun masih terdapat kekurangan didalamnya. Wassalamu ‘alaikum wr.wb



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling yang relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa dianggap sebagai sesuatu yang ‘gagal’ oleh para pionir terapi keluarga, sekalipun banyak dari mereka terlatih di bidang psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien harus dikonseling sendirian. Kehadiran orang lain akan mengganggu proses penyembuhan. Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan (terutama juga karena pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu sebagai bagian dari suatu sistem yang namanya keluarga). Para pionir ini, terutama Virginia Satir, mencoba menghadirkan anggota keluarga lain dalam proses konseling, dengan keyakinan bahwa klien yang sedang dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota keluarga lain. Jadi dalam terapi keluarga, yang hadir tidak hanya individu yang dianggap bermasalah, tetapi juga anggota keluarga yang lain (yang mungkin menganggap dirinya tidak punya masalah). Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan pola pandang tadi, dalam perkembangannya muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga. Berikut ini contoh dari beberapa model yang ada seperti Family Systems Therapy oleh Murray Bowen. Bowen percaya bahwa keluarga mempunyai pengaruh sangat besar (lebih dari yang kita ketahui) terhadap hidup kita. Setiap kali kita masuk dalam suatu hubungan, pola-pola lama yang ada dalam keluarga kita mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita mempunyai unfinished business dalam hubungan di keluarga kita. Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen adalah peta keluarga (genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh Salvador Minuchin. Sesuai



dengan namanya, model ini melihat kepada struktur keluarga. Untuk mengubah masalah, struktur keluarga harus diperbaiki. Model ini sangat populer di tahun 1970-an. B. Tujuan 1. Mengetahui Pentingnya peran keluarga 2. Mengetahui pengertian terapi keluarga 3. Mengetahui pentingnya terapi keluarga



BAB II PEMBAHASAN



A. DEFINISI KELUARGA : Kumpulan dua orang atau lebih, yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998). Suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berkelainan jenis yang hidup bersama, atau seorang laki-laki atau seoranag permpuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anak sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam dalam seebuah rumah tangga. (Sayekti, 1994). Unit terkecil dari masyarakat yang masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Departemen kesehatan RI, 1998).



 Keluarga Yang Sehat Dan Stabil : 



Mempunyai sumber kuasa yang sah dihormati dan diberi sokongan setiap masa.







Mempunyai sistem keluarga yang stabil.







Perhatian dan asuhan ahli yang stabil.







Cara dan gaya asuhan anak yang berkesan dan stabil.







Mengekalkan hubungan perkawinan.







Memiliki tujuan dan pandangan yang sama.







Mampu menerima krisis dan cobaan dengan hati yang terbuka.







Memiliki komitmen dalam keluarga.



B. DEFENISI TERAPI KELUARGA Suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart & Sudden). 1. Tujuan Terapi Keluarga a. Bagi klien : 1) Mempercepat proses penyembuhan 2) Memperbaiki hubungan interpersonal 3) Menurunkan angka kekambuhan b. Bagi Keluarga : 1) Memperbaiki fungsi & struktur keluarga. 2) Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia. 3) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam proses rehabilitasi.



2. Ciri-ciri fungsional keluarga : a. Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dlm hidup. b. Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu. c. Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga. d. Hubungan antar keluarga yg erat & hindari menjauhi masalah. e. Perbedaan antar anggota keluarga dan mendorong utk meningkatkan pertumbuhan & kreativitas individu. f. Orang tua & anak lebih hubungan terbuka. 3. Disfungsi Keluarga : a. Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik beberapa generasi



b. Konflik orang tua & anak c. Proses transisi dlm keluarga ; pasangan baru menikah, kelahiran anak pertama, anak mulai remaja d. Terapi individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain e. Tidak ada kemajuan terapi individu 4. Struktur Terapi Keluarga : a. Identifikasi Keluarga 1)



Perubahan/transisi keluarga



2) Tahap perkembangan 3) Struktur keluarga b. Penetapan tujuan “wawancara awal” : 1) Proses penyatuan keluarga 2) Perawat berperan sbg bagian sistem keluarga >Tempat : RS (ruangan, Poliklinik) atau rumah klien . 5. Model Terapi Keluarga a. Model struktural (Minuchin) Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalah keluarga adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter. b. Model terapi Bowenian



Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Bowen sendiri mempunyai 8 konsep dasar dalam pelaksanaan terapinya : 1) Pemisahan Diri (differentiation of self) Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan diri sebagai bagian yang terpisah secara realistis dari ketergantungan pada individu lain dalam keluarga, tetapi dengan catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan jernih dalam menghadapi konflik, kritik, serta menolak pemikiran yang tidak jelas serta emosional. Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari kekuatan ego keluarga yang telah banyak diterima pada anggota keluarga yang berusia 2 sampai 5 tahun serta diulang pada usia antara 13 dan 15 tahun. Stuck-togetherness



(kebersamaan



yang



melekat/menancap)



menggambarkan keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat sehingga tidak ada anggota yang mempunyai perasaan utuh tentang dirinya secara mandiri. 2) Triangles (Segitiga) Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional dari 3 orang anggota keluarga yang menghambat dasar pembentukan sistem keluarga. Triangles adalah penghalang dasar pembentukkan sistem emosional.



Jika ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang membiarkan perpindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut. Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan segitiga akan bertaut satu sama lain. Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang berkembang daripada menyelesaikan konflik/ketegangan. Triangulasi ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang tak terbatas dgn melibatkan orang di luar keluarga termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar. 3) Tujuan terapi Bowenian Model: a) Menurunkan kecemasan & memperbaiki gejala-gejala yang timbul. b) Meningkatkan setiap partisipasi partisipan disesuaikan dengan tingkat pemisahan dirinya dalam rangka meningkatkan adaptasi keluarga sebagai system. 4) Peran terapeutik adalah: a) Mendefinisikan & m’klarifikasi hub antar anggota keluarga. b) Membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satu-satu & meminimalkan hub segitiga (triangles) dalam system. c) Mengajarkan anggota keluarga mengenai fungsi system emosional. d) Meningkatkan perbedaan dgn mendorong “kedudukan sebagai saya (individu)” selama mengikuti terapi 5) Proses Terapinya : a) Presession – Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina hub saling percaya serta kejujuran, merumuskan hipotesa berdasarkan masalah yang didapatkan. b) Session – Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8 konsep Bowen dengan memberikan beberapa intervensi terhadap keluarga. c) Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya Atau mengakhiri terapi.



C. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KELUARGA



Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah : 



keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan lingkungan.







Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu.







Keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah.



D. PERAN KELUARGA DALAM TERAPI SENDIRI ADALAH :



1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya. 2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka. 3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain. 4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien. 5. Membangun self esteem. 6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi. 7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis. 8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab.



E. PENGORGANISASIAN Waktu Kegiatan terapi keluarga akan dilaksanakan 1 hari Hari



: rabu



Pukul : 07:30. Lama tiap langkah kegiatan : a. Untuk TAK sesi 1 (pengenalan orang) akan dilaksanakan selama 20 menit b. TAK sesi 2 (pengenalan tempat dan waktu) akan dilaksanakan selama 30 menit IMPLEMENTASI TERAPI SUPORTIF KELUARGA



Sesi I: Mengidentifikasi kemampuan keluarga dan sistem pendukung yang ada 1. Tujuan a. Keluarga mampu menjelaskan apa yang diketahuinya mengenai gangguan jiwa. b. Keluarga mampu menjelaskan dampak yang dirasakan keluarga. c. Keluarga mampu menjelaskan tujuan, peran, dan tanggung jawabnya berkaitan dengan kemampuan dalam merawat klien. d. Keluarga mampu mengidentifikasi masalah dalam upaya merawat klien dengan gangguan jiwa. e. Keluarga mampu mengidentifikasi sumber pendukung yang ada yang dapat digunakan. 2. Setting a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran. b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang. 3. Alat a. Meja dan kursi b. Alat tulis c. Buku Kerja d. Audio visual/gambar terkait materi 4. Metoda a. Diskusi b. Tanya jawab 5. Langkah-langkah pelaksanaan a. Persiapan 1) Membuat kontrak dengan keluarga. 2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. b. Orientasi 1) Salam terapeutik: a. Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga.



b. Seluruh keluarga saling memperkenalkan diri. 2) Evaluasi validasi: a. Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini. b. Menanyakan apa yang dirasakan keluarga sekarang. 3) Kontrak Menjelaskan tujuan terapi, kegiatan, dan peraturan terapi (lama kegiatan 50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin terlebih dahulu pada terapis 4) Doa bersama c. Kerja 1) Meminta pada anggota kelompok untuk menjelaskan apa yang mereka ketahui mengenai gangguan jiwa, meliputi definisi, penyebab, tanda dan gejala, akibat, tanda kekambuhan, cara perawatan yang diketahui, dan sumber koping yang dapat digunakan. 2) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan pendapatnya. 3) Menanyakan pada anggota kelompok mengenai apa yang biasa dilakukan selama merawat klien. 4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan pendapatnya. 5) Mendiskusikan sumber pendukung yang ada. d. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif a. Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi. b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok. 2) Evaluasi objektif a. Menanyakan masalah yang dihadapi selama merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. b. Menanyakan sumber pendukung yang dapat digunakan. 3) Rencana tindak lanjut a. Memotivasi anggota kelompok untuk mengenal masalah dan ketidakmampuan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. b. Memotivasi anggota kelompok untuk mengidentifikasi sumber pendukung yang ada lainya. 4) Kontrak yang akan datang a. Bersama keluarga menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya. b. Bersama keluarga menyepakati topik untuk pertemuan yang akan datang. 5) Doa penutup 6. Evaluasi



Kemampuan keluarga yang dievaluasi: a. Menjelaskan apa yang diketahuinya mengenai gangguan jiwa. b. Menjelaskan cara yang biasa dilakukan dalam merawat klien.. c. Mengidentifikasi sistem pendukung yang ada. Sesi II :Menggunakan sistem pendukung dalam keluarga 1. Tujuan a. Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan positif dari sistem pendukung dalam keluarga. b. Keluarga mampu mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung yang ada dalam keluarga. c. Keluarga mampu membuat jadwal penggunaan sistem pendukung yang ada dalam keluarga. 2. Setting a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran. b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang. 3 Alat a. Meja dan kursi b. Alat tulis c. Buku kerja d. Audio visual/gambar terkait materi 4 Metoda a. Diskusi b. Tanya jawab c. Redemonstrasi atau role play 5 Langkah-langkah pelaksanaan a. Persiapan 1) Membuat kontrak dengan keluarga sebagai anggoa kelompok. 2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. b. Orientasi 1) Salam terapeutik Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada anggota kelompok 2) Evaluasi validasi d. Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini. e. Menanyakan hasil diskusi sesi I. 3) Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan 50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin terlebih dahulu pada terapis). 4) Doa bersama c. Kerja 1) Mendiskusikan sumber- sumber pendukung yang ada dalam keluarga



2) Mendiskusikan kemampuan positif sistem pendukung yang dalam keluarga: keluarga inti dan keluarga besar.



3) Meminta keluarga untuk melakukan role play penggunaan sistem pendukung yang ada dalam keluarga. 4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga melakukan role play. 5) Meminta keluarga membuat jadwal penggunaan sistem pendukung yang ada dalam keluarga. 6) Memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakannya (sistem pendukung yang ada dalam keluaega d. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi. 2) Evaluasi objektif Menanyakan kepada kelompok untuk mengungkapkan kembali kemampuan positif yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga. 3) Rencana tindak lanjut a. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga bagi keluarga. b. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga bagi klien. 4) Kontrak yang akan datang a. Bersama kelompok menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya. b. Bersama kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang akan datang. 5) Doa penutup 6. Evaluasi Kemampuan keluarga yang dievaluasi: a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung dalam keluarga. b. Mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung dalam keluarga. c. Mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung dalam keluarga dengan melibatkan anggota lain dalam kelompok. d. Mengungkapkan hasil monitor terhadap pelaksanaan, hasil, dan



hambatan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga. Sesi III : Menggunakan sistem pendukung di luar keluarga, monitor hasil, dan hambatannya 1. Tujuan a. Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan positif dari sistem pendukung di luar keluarga. b. Keluarga mampu mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung yang ada di luar keluarga. c. Keluarga mampu membuat jadwal penggunaan sistem pendukung yang ada di luar keluarga. d. Keluarga mampu memantau dan menilai hasil penggunaan sistem pendukung di luar keluarga. e. Keluarga mampu mengidentifikasi hambatan dalam menggunakansistem pendukung yang ada di luar keluarga. 2. Setting a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran. b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang. 3. Alat a. Meja dan kursi b. Alat tulis c. Kertas/buku d. Audio visual/gambar terkait materi 4. Metoda a. Diskusi b. Tanya jawab c. Redemonstrasi atau role play 5. Langkah-langkah pelaksanaan a. Persiapan 1) Membuat kontrak dengan keluarga. 2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. b. Orientasi 1) Salam terapeutik Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga. 2) Evaluasi validasi (a) Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini. (b) Menanyakan hasil diskusi sesi II. 3) Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan 50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin terlebih dahulu pada terapis). 4) Doa bersama



c. Kerja 1) Mendiskusikan kemampuan positif sistem pendukung yang ada di luar keluarga: kelompok dalam masyarakat, pelayanan di masyarakat, dan pelayanan spesialis. 2) Meminta keluarga untuk melakukan role play penggunaan sistem pendukung yang ada di luar keluarga. 3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga melakukan role play. 4) Meminta keluarga membuat jadwal penggunaan sistem pendukung yang ada di luar keluarga. 5) Memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakannya (sistem pendukung yang ada di luar keluarga). 6) Meminta keluarga memantau dan menilai hasil penggunaannya (sistem pendukung yang ada di luar keluarga). 7) Mendiskusikan hambatan dalam menggunakan sistem pendukung yang ada di luar keluarga. d. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi. 2) Evaluasi objektif Menanyakan kepada kelompok untuk mengungkapkan kembali kemampuan positif yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga. 3) Rencana tindak lanjut a. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga bagi keluarga. b. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga bagi klien. 4) Kontrak yang akan datang a. Bersama kelompok menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya. b. Bersama kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang akan datang. 5) Doa penutup 6. Evaluasi Kemampuan keluarga yang dievaluasi: a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung di luar keluarga. b. Mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan kemampuan positif



yang dimiliki sistem pendukung di luar keluarga. c. Mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung di luar keluarga dengan melibatkan anggota lain dalam kelompok. d. Mengungkapkan hasil monitor terhadap pelaksanaan, hasil, dan hambatan menggunakan sistem pendukung di luar keluarga. Sesi IV : Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung baik di dalam maupun di luar keluarga. 1. Tujuan a. Keluarga mampu mengevaluasi pengalaman yang dilajari berkitan dengan penggunaan sistem pendukung baik di dalam maupun di luar keluarga. b. Keluarga mampu mengidentifkasi hambatan dan kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga maupun diluar keluarga. c. Keluarga mampu mengidentifikasi upaya untuk mengatasi hambatan dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga maupun diluar keluarga. d. Keluarga mampu mengungkapkan rencana kelanjutan dari perawatan setelah program terapi. 2. Setting a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran. b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang. 3. Alat a. Meja dan kursi b. Alat tulis c. Kertas/buku d. Audio visual/gambar terkait materi 4. Metoda a. Diskusi b. Tanya jawab c. Redemonstrasi atau role play 5. Langkah-langkah pelaksanaan a. Persiapan 1. Membuat kontrak dengan keluarga. 2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. b. Orientasi 1. Salam terapeutik Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga. 2. Evaluasi validasi



(a) Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini. (b) Menanyakan hasil diskusi sesi III. 3. Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin terlebih dahulu pada terapis). 4. Doa bersama c. Kerja 1. Menanyakan pada seluruh keluarga tentang pengalaman yang dipelajari berkitan dengan penggunaan sistem pendukung baik di dalam maupun di luar keluarga dan meminta mengevaluasinya. 2. Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan pendapatnya dan reinforcement atas pengalamannya menggunakan sistem pendukung baik di dalam maupun di luar keluarga. 3. Mendiskusikan hambatan dan kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga maupun diluar keluarga. 4. Mendiskusikan upaya yang diperlu dilakukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga maupun diluar keluarga. 5. Mendiskusikan rencana kelanjutan dari perawatan setelah program terapi. d. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi. 2) Evaluasi objektif Menanyakan kepada seluruh keluarga untuk mengungkapkan kembali kemampuannya dalam memilih tindakan untuk memenuhi kebutuhan 3) Rencana tindak lanjut Menganjurkan kembali kepada keluarga untuk mengingat dan mempraktekan kemampuan positif sistem pendukung baik yang di dalam maupun di luar keluarga. 4) Kontrak yang akan datang Menyampaikan pada seluruh keluarga bahwa sesi pertemuan sudah selesai. Bila keluarga masih mempunyai masalah dapat menghubungi perawat di Puskesmas. 5) Doa penutup 6. Evaluasi Kemampuan keluarga yang dievaluasi: a. Keluarga mampu mengungkapkan hasil evaluasinya terhadap pengalaman yang dipelajarinya dalam menggunakan berbagai sistem



pendukung yang ada b. Keluarga mampu mengungkapkan hasil evaluasinya terhadap pencapaian tujuan menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada. c. Keluarga mampu mengungkapkan hambatan dalam menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada. d. Keluarga mampu menjelaskan upaya mengatasi hambatan dalam menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada. e. Keluarga mampu menyatakan kesediaannya mengikuti kelanjutan perawatan setelah program terapis



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan 



Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. ( friedman, 1998). Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart & Sudden).







Tujuan terapi keluarga : Menurunkan konflik kecemasan keluarga. Meningkatkan kesadaran keluarga thd kebutuhan masing - masing anggota keluarga. Meningkatkan kemampuan penanganan thd krisis. Mengembangkan hubungan peran yg sesuai. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dlm maupun dari luar anggota keluarga. Meningkatkan



kesehatan



jiwa



keluarga



sesuai



dg



tingkat



perkembangan anggota keluarga. 



Manfaat terapi keluarga







Bagi klien : Mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki hubungan interpersonal, menurunkan angka kekambuhan.







Keluarga : Memperbaiki fungsi & struktur keluarga, Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai



klien



sbg



manusia.



keluarga



dpt



meningkatkan



kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitas B. Saran Untuk menjaga agar sebuah keluarga tetap utuh seutuhnya dibutuhkan sikap saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain, menjaga komunikasi antar anggota keluarga, saling mendukung antar anggota keluarga dalam hal-hal yang positif. Dan jika semua hal yang mendukung untuk menjaga



keutuhan keluarga sudah dilaksanakan tetapi masih saja terjadi perpecahan dalam keluarga, maka sebaiknya kita menganggap hal tersebut sebagai ujian dari Tuhan dan berdoa saja semoga masalah cepat selesai.



DAFTAR PUSTAKA



Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision of Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts. Korchin, Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New York. Nietzel, Michael. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster / Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.