Terapi Komplementer Kelompok 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER MIND BODY THERAPY



DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 Laila Istiqomah SNR19214035 Henny Hardiyanty SNR19214036 Jourky Alexander SNR19214040 Liqa Qulbiah SNR19214041 DOSEN : Imran,Ph. D



S1 KEPERAWATAN NON REGULER PROGSUS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK T. A 2019/2020



DAFTAR ISI BAB I.........................................................................................................................................2 PENDAHULUAN......................................................................................................................2 A.



LATAR BELAKANG.................................................................................................2



B.



TUJUAN PENULISAN..............................................................................................3 1.



TUJUAN UMUM....................................................................................................3



2.



TUJUAN KHUSUS.................................................................................................3



C.



MANFAAT PENULISAN..........................................................................................3 1.



MANFAAT TEORITIS...........................................................................................3



2.



MANFAAT PRAKTIS............................................................................................3



BAB II........................................................................................................................................4 KERANGKA TEORI.................................................................................................................4 A.



Pengertian Mind Body Therapy..................................................................................4



B.



Manfaat Terapi Pikiran Tubuh....................................................................................4



C.



Jenis Mind Body Therapy...........................................................................................5 1.



Penggunaan terapi meditasi.....................................................................................5



2.



Penggunaan terapi doa.............................................................................................7



3.



Hypnotherapy...........................................................................................................9



4.



Yoga.......................................................................................................................14



BAB III.....................................................................................................................................18 PENUTUP................................................................................................................................18 A.



KESIMPULAN.........................................................................................................18



B.



SARAN......................................................................................................................18



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19 LAMPIRAN.............................................................................................................................21 6........................................................................................................................................23 6........................................................................................................................................29 6........................................................................................................................................35 1



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan nonkonvensional (Rufaida et al., 2018) Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Rufaida et al., 2018)



2



B.  TUJUAN PENULISAN 1. TUJUAN UMUM 2. TUJUAN KHUSUS a. Mengetahui pengertian mind body therapy b. Mengetahui manfaat mind body therapy c. Mengetahui jenis-jenis mind body therapy d. Mengetahui pengertian terapi meditasi e. Mengetahui manfaat terapi meditasi f. Mengetahui evidence based practice terapi meditasi g. Mengetahui pengertian terapi berdoa h. Mengetahui manfaat terapi berdoa i. Mengetahui evidence based practice terapi berdoa j. Menmgtahui pengertian hipnoterapi k. Mengetahui manfaat hipnoterapi l. Mengetahui evidence based practice hipnoterapi m. Mengetahui pengertian terapi yoga n. Mengetahui manfaat terapi yoga o. Mengetahui evidence based practiced terapi yoga p. Mengetahui yoga dalam neuro, psikologis, fisik dan emosional.



C. MANFAAT PENULISAN 1. MANFAAT TEORITIS Secara teoritis hasil makalah ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan 3. MANFAAT PRAKTIS a. Sebagai pengalaman dan menambah pengetahuan bagi penulis dalam mengapl ikasikan ilmu yang diperoleh selama menempuh perkuliahan b. Sebagai acuan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut 3



BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Mind Body Therapy intervensi



dengan



teknik



untuk



memfasilitasi



kapasitas



berpikir



yang



mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy) (Rufaida et al., 2018). Mind body therapy merupakan salah satu jenis terapi komplementer yang mana menekankan teknik meditasi pada pelaksanaan prosedur terapinya (Varvogli & Darviri, 2011 dalam Isnawati & Yunita, 2020). Terapi ini dapat meningkatkan situasi emosional seseorang sebab melatih individu untuk berkonsentrasi sehingga dapat memusatkan pikiran. Prosedur ini akan mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku dan tindakan yang lebih positif dari sebelumnya (Mathew,2012 dalam (Isnawati & Yunita, 2020). Terapi ini juga dapat membuat seseorang menjadi rileks sebab prosedur terapi ini juga mengkombinasi dengan adanya teknik relaksasi dan teknik napas dalam (Isnawati & Yunita, 2020) D. Manfaat Terapi Pikiran Tubuh 1. Beberapa manfaat fisik dari terapi pikiran tubuh: a) Sisanya-sedalam diukur dengan tingkat metabolisme menurun, denyut jantung leb ih rendah, dan mengurangi beban kerja jantung. b) Menurunkan kadar kortisol dan laktat-dua bahan kimia yang terkait dengan stres. c) Pengurangan radikal bebas-molekul oksigen tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Mereka sekarang dianggap sebagai faktor utama dalam penua an dan dalam berbagai penyakit. d) Penurunan tekanan darah tinggi. e) Tinggi resistensi kulit. Resistensi kulit yang rendah berkorelasi dengan stres tinggi dan tingkat kecemasan. f) Penurunan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi berhubungan dengan penyakit kardi ovaskular. g) Peningkatan aliran udara ke paru-paru sehingga bernapas lebih mudah. Ini telah sa ngat membantu untuk pasien asma. 4



h) Biologis lebih muda usia. Pada ukuran standar penuaan jangka panjang Meditasi T ransendental (TM) praktisi (lebih dari lima tahun) diukur 12 tahun lebih muda dari usia kronologis mereka. i) Tinggi tingkat DHEAS pada orang tua. Tanda tambahan kemudaan melalui Medit asi Transendental (TM); tingkat lebih rendah dari DHEAS berhubungan dengan p enuaan. 2. Beberapa manfaat psikologis dari terapi pikiran tubuh: a) Peningkatan gelombang otak koherensi. Harmony aktivitas gelombang otak di bag ian berbeda dari otak dikaitkan dengan kreativitas yang lebih besar, peningkatan p enalaran moral, dan IQ lebih tinggi. b) Penurunan kecemasan. c) Penurunan depresi. d) Penurunan iritabilitas dan kemurungan. e) Peningkatan kemampuan belajar dan memori. f) Peningkatan aktualisasi diri. g) Peningkatan perasaan vitalitas dan peremajaan. h) Peningkatan kebahagiaan. i) Peningkatan stabilitas emosi. E. Jenis Mind Body Therapy 1. Penggunaan terapi meditasi a. Pengertian terapi meditasi Pengertian Meditasi adalah terapi dan kegiatan mental terstruktur, dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk menganalisis, menarik kesimpulan dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup dan perilaku (Avivi, 2019) b. Manfaat 1) tabilitas emosi dan ketenangan jiwa (mengurangi kemarahan) 2) Memurnikan fikiran dan hati nurani 3) Menghilangkan respon kesedihan dan duka cita 4) Mengatasi penderitaan dan trauma psikis 5) Melangkah pada jalan menuju tercapainya kedamaian hidup 5



6) Mencapai kebahagiaan dengan mengikuti hati nurani 7) Meningkatkan daya tahan tubuh. c. Prosedur 1) Cari tempat yang tenang 2) Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman 3) Lakukan meditasi dengan mengambil posisi tubuh yang sesuai misalnya d uduk dengan bersila. Klien duduk di atas papan yang empuk. Klien juga da pat menggunakan kursi, tetapi usahakan dduduk hanya pada setengah bagi an depan kursi. Erawat dapat menawarkan pada klien untuk menggunakan handuk atau syal pada bahu untuk mencegah kedinginan. Bahu klien di rile kskan dan tangan diletakkan di pangkuan. 4) Buka mata setengah tanpa benar-benar menatap sesuatu hal. 5) Hindarkan untuk mengubah irama pernafasan. Perhatian klien terpusat pad a aliran napas. tujuannya adalah menenangkan kekacauan pikiran. 6) Lemaskan setiap otot pada tubuh. Jangan tergesa-gesa, perlu perlu waktu u ntuk bisa rileks sepenuhnya ; lakukan sedikit demi sedikit, dimulai dengan ujung kaki dan kemudian ke atas sampai kepala. 7) Visualisasikan tempat yang menenangkan dan menyenangkan. Hal tersebu t dapat berupa tempat yang nyata atau khayalan. d. Hal yang perlu di perhatikan 1) Meditasi adalah suatu teknik menyeimbangkan fikiran dan emosi tubuh ma ka harus dilakukan tanpa tekanan dan paksaan. 2) Perawat menciptakan suasana tenang saat pasien melakukan meditasi. e. Evidance based practice 1) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Weddy Martin dan Ponia Mardian menunjukkan sebelum dilakukan terapi meditasi rata-rata sistole tekanan darah lansia 148,25 dan rata-rata tekanan darah diastolik 92,25. Setelah diberikan terapi meditasi terjadi penurunan tekanan darah lansia menjadi rata-rata systole 140,75 mmHg dan Rata-rata tekanan darah diastolik 86,75 mmHg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Hasil penetilian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terapi meditasi adalah salah satu metode untuk membantu menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah 6



disebabkan



karena



relaksasi



meditasi



pada



prinsipnya



adalah



memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami kondisi keseimbangan, dengan demikian relaksasi meditasi yang berintikan pada pernafasan akan mengingkatkan sirkulasi oksigen ke otototot, sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun. Relaksasi dapat menurunkan tekanan sistolik lebih dari 20 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik antara 10 sampai 15 mmHg. (martin, 2 016) 2) Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Suminar tentang pengaruh Terapi Komplementer “Meditasi” terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Premenstr ual Syndrom pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di Kelompok Remaja D esa Jatinom Blitar menunjukkan adanya perbedaan intensitas nyeri sebelum



dan



sesudah



perlakuan,



maka



terjadi



pengaruh



terapi



komplementer “meditasi” terhadap penurunan intensitas nyeri pre menstrual sindrom. Pada dasarnya pemberian terapi meditasi ini dapat memberikan kondisi yang rileks dan nyaman dimana pada kondisi tersebut semua system tubuh akan bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan hipotalamus akan terstimulasi dan terjadinya penurun anaktifitas sistem saraf simpatis yang dapat meningkatkan aktifitas sistem parasimpatis. Efek fisiologis dan gejala maupun tandanya akan terputus dan stres psikologis akan berkurang. Terapi meditasi dapat digunakan bagi wanita yang terkena nyeri premenstrual sindrom (Sari & Suminar, 2020) 2. Penggunaan terapi doa a. Pengertian Definisi Doa Doa secara harfiyah berarti ibadat, permintaan atau perm ohonan, percakapan, dan memuji. Adapun pengertian doa secara istilah ialah “melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan hajat atau keingin an dan ketundukan kepada Allah SWT”(Ariyanto dalam (Avivi, 2019) b. Manfaat terapi doa 1) Membersihkan kalbu dari penyakit-penyakit, baik penyakit yang berhubun gan dengan Tuhan, dengan diri sendiri (membebaskan diri dari ke”aku”an, dengan manusia lain dan alam semesta).



7



2) Menguasai pengaruh dorongan primitive, sehingga dorongan tersebut dapa t dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. 3) Meningkatkan derajat dari nafas untuk mencapai tujuan penyempurnaan di ri (insane kamil). Karena diri yang sempurna tak akan pernah tercapai, ma ka usaha ini merupakan proses yang tak akan pernah tercapai, maka usaha ini merupakan proses yang terus menerus. 4) Menumbuhkan sifat, sikap dan perbuatan yang baik (akhlaqul karimah). 5) Meningkatkan seluruh potensi untuk menjalankan tugas sebagai khalifah d i muka bumi c. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan atau Ketidakberhasilan Menurut Dale A. Matthews dari Universitas George Town, Amerika S erikat, mengatakan: penemuan tahunan “The American Psychiatric Associatio n” antara lain bahwa mungkin suatu saat para dokter akan menuliskan do‟a da n dikir pada kertas resep, selain resep obat pada pasien. Selanjutnya beliau me ngatakan bahwa 212 studi yang telah dilakukan oleh para ahli.Ternyata 75 % menyatakan bahwa komitmen agama (do‟a dan dzikir) menunjukkan pengarah an yang positif pada pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Ilmuan Cancerella ro Larson dan Willson terhadap pasien-pasien pecandu alkohol, narkoba dan 4 gangguan jiwa skizotsenia, Dalam penelitan tersebut diperoleh data bahwa tera pi medis atau psikiatris yang diberikan tidak memperoleh hasil yang opti mal bila tanpa disertai dengan terapi keagamaan seperti ber‟doa dan berdzikir (selain terapi dzikir psikiatris) maka hasilnya jauh lebih baik. (Arhan, 201 5). Penelitian yang dilakukan oleh Comstock,et.al. (1972) mengatakan bah wa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan secara teratur disertai doa da n zikir, ternyata resiko kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah 50%, sementara kematian akibat ephysema (penggelembungan paru) lebih ren dah 56%, kematian akibat ciirhosis hepatis (penyakit pengerasan hati) lebih re ndah 74% dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53% (Wirman, dalam Avivi, 2019) d. Evidence based practice 1) Penelitian yang dilakukan oleh GW. Comstock dan kawan-kawan seperti yang dimuat dalam Journal of Chronic Diseases menyatakan bahwa orangorang yang terbiasa melakukan kegiatan keagamaan secara teratur dan 8



terbiasa memanjatkan doa kepada Tuhan mereka, ternyata resiko kematiannya akibat emphysema (paru-paru) lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati (cirrhosis hepatis) lebih rendah 74%, dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53% disbanding orang-orang yang jarang atau tidak melakukan aktivitas keagamaan secara rutin dan tidak pernah berdo‟a memohon kepada Tuhan mereka. 2) Penelitian yang dilakukan ilmuwan Larson dan kawan-kawan terhadap pasien yang memiliki masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki gejala hipertensi, diperoleh kenyataan bahwa komitmen agama kelompok control lebih baik dan dikemukakan bahwa kegiatan agama seperti doa atau dzikir mencegah seseorang dari hipertensi. 3) Penelitian Levin danvan derpool terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah menemukan bahwa kegiatan agama akan memperkecil resiko seseoran



gmenderita



penyakit



jantung



dan



pembuluh



darah



(kardiovaskuler). 4) Pada 1960 seseorang ilmuan bernama Hns Jenny menemukan bahwa gelombang suara memengaruhi bentuk dan material sel. Fabien Maman dan Stternheime rmenemukan bahwa setiap bagian tubuh memiliki system vibrasinya masing-masing. Beberapa tahun kemudian Fabien dan Grimal menemukan bahwa gelombang suara ternyata memiliki efek pada sel kanker. Lebih khusus lagi, suara dengan efek



yang lebih kuat akan



berpengaruh lebih besar terhadap perubahan sel kanker (Saleh, 2010). 3. Hypnotherapy a. Definisi (Avivi, 2019)Hipnoterapi didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran di mana fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious atau unconscious), di ma na tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih m eningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi “hypnotic tranc e” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hipnosi



9



s masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbaga i stimulus yang diberikan oleh terapis (Afriani dalam Avivi, 2019). Hipnoterapi merupakan sebuah aplikasi keilmuan hipnosis yang dipergunakan untuk mengatasi berbagai macam permasalahan psikologis antara lain trauma, phobia, pemberdayaan diri, motivasi, mengubah perilaku negatif (kecanduan), dan sebagainya. Pada dasarnya, hipnoterapi sama sekali tidak berbahaya dan tidak memiliki risiko atau efek samping, selama dilakukan oleh seorang hipnoterapis (ahli hipnoterapi) yang benar-benar mcnguasai keilmuan hipnoterapi. Karena dalam melakukan hipnoterapi harus menggunakan proses dan prosedur yang benar (Ashifa dalam (Avivi, 2019). b. Cara Hipnoterapi. 1) Pre-Induction (Interview). Pada tahap awal, hipnoterapis dan klien untuk pertama kalinya bertemu. Setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya, hipnoterapis memb uka percakapan (rapport) untuk membangun kepercayaan klien, menghilan gkan rasa takut terhadap hypnosis atau hipnoterapi, menjelaskan mengenai hipnoterapi, dan menjawab semua pertanyaan yang klien ajukan. Sebelum nya, hipnoterapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari klien, antara lain hal yang diminati dan tidak diminati, apa yang diketahui klien t erhadap hipnosis, dan seterusnya. Pre-Induction merupakan tahapan yang s angat penting. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses Pre-Induction yang tidak tepat. 2) Suggestibility Test. Fungsi dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klien ter masuk ke dalam golongan orang yang mudah menerima sugesti atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan dan juga unt uk menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi. Uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi mana yang terbaik bagi klien. 3) Induction. Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk m embawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar (conscious) menuju piki ran bawah sadar (subconscious), dengan menembus apa yang dikenal deng an Critical Area. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Maka selan 10



jutnya frekuensi gelombang otak dari klien akan turun dari Beta, Alpha, lal u Theta. Semakin turun gelombang otak, klien akan menjadi semakin rilek s, sehingga klien berada dalam kondisi trance. Inilah yang dinamakan deng an kondisi terhipnosis. Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance kli en dengan melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance klien). 4) Deepening (Pendalaman Trance) Bila diperlukan, hipnoterapis akan membawa klien ke trance yang lebi h dalam. Proses ini dinamakan deepening. 5) Suggestions / Sugesti Post Hypnotic Suggestion adalah salah satu komponen terpenting dalam tahapan hipn oterapi. Pada saat klien masih berada dalam trance, hipnoterapis juga akan memberi Post Hypnotic Suggestion, yaitu sugesti yang diberikan kepada kl ien pada saat proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam te rus oleh pikiran bawah sadar klien, meskipun klien telah keluar dari proses hipnosis. 6) Termination Termination merupakan tahapan terakhir dari hipnoterapi. Pada tahap ini, hipnoterapis secara perlahan-lahan akan membangunkan klien dari “tidur” hipnosisnya dan membawanya menuju keadaan yang sepenuhnya sadar. c. Manfaat Hipnoterapi Penelitian Ernest Hilgard menunjukkan bagaimana hipnoterapi dapat d igunakan untuk mengubah persepsi individu secara dramatis. Hilgard memerin tahkan individu yang terhipnotis untuk tidak merasa sakit atau kedinginan pad a lengannya saat dicelupkan kedalam air es. Individu yang terhipnotis mampu mencelupkan lengan mereka di air es selama beberapa menit tanpa mengalami rasa sakit atau kedinginan. Sementara individu tidak terhipnotis, menarik leng an mereka dari air es beberapa detik karena merasa kedinginan (Afriani, 201 5). Berikut ini adalah beberapa manfaat hipnosis yang telah dibuktikan dengan penelitian: Relaksasi untuk pasien sakit kronis seperti rheumatoid arthritis, Pen gobatan dan pengurangan rasa sakit selama melahirkan, Pengurangan mual da n muntah pada pasien kanker pada saat menjalani chemotherapy (Afriani, 201 5). Adapun manfaat lain dari hipnoterapi, yaitu : Forensic Hypnosis Dala m penyelidikan kepolisian, hipnosis dapat digunakan untuk menggali informas 11



i dari saksi. Suatu kejadian traumatis seperti dalam kasus kejahatan yang mena kutkan cenderung membuat pikiran bawah sadar menyembunyikan ingatan ya ng lengkap tentang kejadian tersebut agar tidak dapat diingat oleh pikiran sada r. Tujuan pikiran sadar menyembunyikan informasi itu sesungguhnya untuk ke baikan diri sendiri karena apabila kejadian itu dapat diingat dalam kondisi sad ar, rasa takut akan sering muncul tanpa sebab. Dengan bantuan hipnosis, korba n atau saksi dapat mengingat kembali peristiwa-peristiwa dengan jelas (Afrian i, 2015). Susilo dan Kemala (2010) dalam (Iriyanto, Kristiyawati, & Supriyad i, 2014) menjelaskan manfaat hipnoterapi yaitu dapat menyembuhkan ganggua n mental, sebagai efek anastesi, menyembuhkan gangguan fisik, menggali info rmasi, pengembangan diri. d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Hipnoterapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan hipnoterapi adalah ke mampuan seseorang untuk dihipnosis atau tingkat hipnotisability nya, harapan terhadap hipnoterapi, kerjasama dengan hipnoterapistnya. Sehingga hipnoterap i tidak hanya bisa dilakukan kepada orang dewasa saja tetapi juga bisa dilakuk an pada anak-anak. Namun, hipnoterapi akan lebih efektif bila diberikan di usi a 7 tahun ke atas terutama karena anak pada usia ini sudah memahami bahasa verbal dan non verbal (Rakhmawati & dkk, 2014). Faktor yang mempengaruhi kegagalan hipnoterapi (Mulyani, 2002): 1) Terapis Dari sisi terapis, terapis ini mungkin adalah terapis yang belum mempu nyai jam terbang yang tinggi sehingga minim pengetahuan dan pengalama n tentang terapi Intinya baik, menolong orang, tapi jam terbang juga memb uat kita semakin ahli. Tentu saja dibarengi dengan menambah ilmu terapi y ang lain. Terapis tidak memberikan edukasi yang cukup jelas kepada klien dan terapis tidak memberitahukan sensasi apa yang mungkin terjadi selam a proses hipnosis. Sensasi yang tidak diberitahukan itu membuat klien jadi takut, dan ini membuat terapi tidak berhasil. 2) Klien Klien hanya sekedar mencoba dan masih mempunyai pemahaman yang belum jelas tentang hipnoterapi, Klien tidak menuruti apa yang diminta ter apis, Klien merasa bahwa hasil terapi adalah instant. Padahal namanya tera 12



pi adalah tetap butuh proses, bahkan masuk ke bawah sadarpun juga butuh proses. 3) Masalah Masalah klien terlalu kompleks dan tidak bisa diselesaikan hanya dala m satu kali terapi. Namun banyak orang yang beranggapan bahwa hipnoter api adalah pil ajaib yang bisa membereskan semua masalah dengan cepat. Sekali lagi tergantung juga masalahnya, tidak bisa semua masalah akan lan gsung beres dalam 1 sesi. e. Evdance based practice 1) Penelitian yang dilakukan oleh asmara dkk, dalam penelitian ini terbukti b ahwa terdapat perbedaan antara hipnoterapi dan terapi musik klasik dalam mengatasi kecemasan pada ibu hamil resiko tinggi. Hasil uji statistik perbe daan kecemasan sebelum dan setelah diberikan hipnoterapi dan terapi musi k klasik dalam mengatasi kecemasan pada ibu hamil resiko tinggi pada har i ke delapan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setel ah diberikan hipnoterapi dan terapi musik klasik dalam mengatasi kecemas an pada ibu hamil resiko tinggi. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan k ecemasan pada kelompok hipnoterapi dan terapi musik klasik. Hipnoterapi lebih efektif dalam mengatasi kecemasan pada ibu hamil resiko tinggi den gan nilai penurunan kecemasan sebesar 90 % lebih besar dibandingkan rat arata musik klasik yang sebesar 40%. (Asmara et al., 2017). 2) Hipnoterapi sebagai metode keperawatan komplementer dapat menurunka n tingkat stress pasca trauma tingkat sedang secara efektif. Karena melalui hipnoterapi pikiran bawah sadar klien akan ditembus dan akar permasalaha n stress akan diselesaikan dengan memberikan keyakinan positif untuk me nghilangkan stress pasca trauma yang dialami. Melalui tahap-tahap hipnoterapi, klien yang mengalami stress pasca trauma tingkat sedang akan menurun dan klien dapat menjalani kehidupan lanjutnya dengan lebih baik. Hipnoterapi tidak hanya bisa dilakukan kepada orang dewasa saja tetapi juga bisa dilakukan pada anak-anak. Stress pasca trauma umumnya terjadi selama 6 bulan. Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada tingkat sedang karena pada stress tingkat ini klien bisa bekerjasama



dan



keluhan



yang



dirasakan



tidak



akan



banyak



mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi sehingga hipnoterapi yang 13



dilakukan akan lebih efektif. Klien bisa melakukan hipnoterapi sendiri di rumah, yaitu self hipnotis (Rakhmawati et al., 2014) 4. Yoga a. Definisi Secara etimologi, kata yoga diturunkan dari kata yuj (sansekerta), yoke (Inggris), yang berarti “penyatuan”. Yoga berarti penyatuan kesadaran manusi a dengan sesuatu yang lebih luhur, trasenden, lebih kekal dan ilahi. Menurut P anini, Yoga diturunkan dari akar sansekerta yuj yang memiliki tiga arti yang b erbeda, yakni: Penyerapan (samadhi (yujyate), menghubungkan (yunakti), dan pengendalian (yojyanti) (Matius, dalam nasih, n.d.)Yoga Ismail et al., 2019). Yoga adalah salah satu dari enam ajaran filsafat Hindu mengenai aktifi tas meditasi dimana seseorang memusatkan pikiran untuk mengendalikan panc aindra dan tubuhnya secara keseluruhan, dengan tujuan untuk mencapai penya tuan dengan Sang Pencipta. Dalam latihan yoga, seseorang menggabungkan d an menyatukan pikiran dan tubuh kedalam satu kesatuan yang saling melekat dan seimbang. Yoga adalah salah satu system perawatan kesehatan yang meny eluruh tertua yang pernah ada,yang berfokus pada pikiran dan tubuh (Cynthia, 2007). Yoga merupakan jenis latihan mind body spirit yang merupakan terapi holistic yang tepat untuk penderita dengan gangguan somatic atau psikologis (Feuerstein, dalam (Hudiyawati & Partita, 2018). b. Manfaat Manfaat Yoga pada organ tubuh, antara lain (Somvi dalam Ismail et al., 2019) 1) Pernafasan Manfaat yoga terhadap sistem pernapasan yaitu meningkatkan kapasitas pernapasan, dan menambah suplai oksigen 2) Jantung Yoga akan memberikan manfaat langsung yaitu menurunkan frekuensi detak jantung (efek kronotropik



negatif) dan meningkatkan kekuatan



kontraksi jantung (efek inotropik positif), sehingga para peyoga memiliki detak nadi relatif lambat 3) Pembuluh darah



14



Manfaat yoga dapat memperbaiki sistem pembuluh darah kecil, meningkatkan sirkulasi darah sampai tingkat sel, melancarkan aliran darah, menormalkan tekanan darah 4) Darah Pengaruh latihan yoga pada sel darah merah adalah memperkaya oksigen sehingga oksigenasi sel membaik. Yoga juga membuat sel-sel darah putih bekerja dan bergerak lebih aktif sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Manfaat Yoga pada psikis, antara lain : 1) Mengurangi stress dan lebih tenang Beberapa gaya yoga menggunakan teknik meditasi khusus untuk mem buat pikiran yang sering stres menjadi lebih tenang. Manfaat yoga untuk a nti stres dihubungkan dengan biochemical misalnya terjadi penurunan cate cholamines, yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin dalam re spon terhadap stress dan menciptakan rasa tenang . 2) Konsentrasi dan mood yang lebih baik Manfaat yoga yang didapat adalah adanya peningkatan aliran oksigen ke otak. Yoga juga disarankan sebagai terapi untuk meringankan gejala ob sessive dan disorder. c. Evidence based practice 1) Ada pengaruh terapi yoga terhadap skor stres pada lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. terdapat penurunan yang signifikan pada skor stres responden yang telah diberikan intervensi terapi yoga selama 3 hari, dan terapi yoga efektif terhadap skor stres lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso (Sur ya et al., 2018). 2) Berdasarkan studi systematic review yang dilakukan Sieverdes dkk, pada t ahun 2014, dengan judul “Effect of Hatha Yoga on Blood Pressure, Saliva ry, α-amylase, and Cortisol Function Among Normotensive and Prehypert ension Youth”, dengan hasil perubahan BP dari pra sapai pasca intervensi dari terapi yoga adalah – 3.0/-2.0 mmHg untuk kelompok HYP dan -0,07/0,79 mmHg untuk kelompok AC (=0,30 dan 0,57). Hal ini didukung dalam penelitian Hagins dkk (2014), signifikan pada kelompok yoga (-3,93,-4,7, 4,23 mmHg) masing-masing kelompok intervensi namun tidak ada peruba 15



han dalam kelompok yang signifikan dalam kelompok kontrol (Ismail et a l., 2019).



16



d. Yoga dalam neuro, psikologis, fisik dan emosional 1)



Yoga dalam neuro Latihan yoga dapat meningkatkan aktifitas GABA (gamma  aminobutyric  acid), yaitu sistem neurotransmitter yang membantu kerja fungsi syaraf manusia. GABA menghambat (inhibitor) reaksireaksi dan tanggapan neurologis yang menguntungkan Streeter,  dkk  dalam (Kinasih, 2010). Penghambat dari GABA adalah ion klorida. Kadar ion klorida dalam darah yang tidak terkontrol dapat mengurangi kadar GABA yang kemudian akan menghasilkan kecemasan yang berlarut-larut, ktakutan yang tidak rasional dan terlepasnya beberapa hrmon otak lain tanpa control yang baik. Penurunan kadar GAMA dapat memicu terjadinya peningkatan produksi CRH pada nucleus paraventrikularis di kelenjar hipotalamus. Hormone CRH merangsang kelenjar adrenal untuk



menghasilkan



hormin



kortisol,



yaitu



hormone



yang



menyebabkan munculnyaemosi, kecewa perasaan tertekan dan sedih serta ketakutan yang berlebihan. (Kinasih, 2010) 2)



Yoga dalam psikologis Muncul perasaan tenang, menurunkan emosi negatif seperti ce mas, marah,  mudah  mengelola  pikiran  negatif,  menerima  setiap  kondisi, 



tidak 



memaksakan keinginan terhadap diri sendiri dan orang lain, menguran gi  keinginan  untuk  serba  sempurna,  ambisius  serta  mampu  menerima  perbedaan.dengan orang lain. menurunkan tingkat stress, depresi dan g ejala  psikosomatis,  (Kinasih, 2010) 3)



Yoga dalam fisik Mengaktifkan sistem tubuh (GABA, pernafasan, jantung).Menu runkan gejala sakit fisik, Meningkatkan daya tahan tubuh, postur tubuh  lebih tegap, stabil,seimbang. Perubahan Pola makan vegetarian,



serta



membantu proses rehabilitasi pasca penggunaan NAPZA serta membantu sistem detoksifikasi dalam  tubuh  (Kinasih, 2010) 4)



Yoga dalam emosional 17



Lebih sabar terhadap diri sendiri (embodiment), hidup adalah berkah, mudah bersyukur (merasa cukup, puas), menghargai lingkungan sekitar, mengalami kepuasan hidup dan kebermaknaan hidup karena dapat melakukan aktivitas dengan bahagia, sepenuh hati serta berbagi saat mengajar yoga, ikhlas beribadah kepada Tuhan (Kinasih, 2010).



18



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Mind body therapy merupakan salah satu jenis terapi komplementer yang mana menekankan teknik meditasi pada pelaksanaan prosedur terapinya Terapi ini dapat meningkatkan situasi emosional seseorang sebab melatih individu untuk berkonsentrasi sehingga dapat memusatkan pikiran. Prosedur ini akan mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku dan tindakan yang lebih positif dari sebelumnya Terapi ini juga dapat membuat seseorang menjadi rileks sebab prosedur terapi ini juga mengkombinasi dengan adanya teknik relaksasi dan teknik napas dalam. F. SARAN Terapi komplementer merupakan terapi alternative yang banyak mengalami perkembangan. Berbagai hasil penelitian telah menyatakan bahwa terapi komplementer efektif digunakan dalam praktek keperawatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan dapat berperan sebagai konsultan dan terapis serta dapat mengaplikasikan terapi komplementer dalam memberikan asuhan keperawatan pada kliennya. Peningkatan kemampuan, keahlian



serta



upaya



penelitian



dapat



dilakukan



oleh



perawat



untuk



terus



mengembangkan terapi komplementer sehingga akan terus mendapatkan hasil yang berguna dalam ilmu keperawatan.



19



DAFTAR PUSTAKA Asmara, M. S., Rahayu, H. E., & Wijayanti, K. (2017). Efektifitas Hipnoterapi Dan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Resiko Tinggi Di Puskesmas Magelang Selatan Tahun 2017. 6. Avivi, S. (2019). Buku Ajar Keperawatan Komplementer “ Terapi Komplementer Solusi Cerdas Optimalkan Kesehatan.” Hudiyawati, D., & Partita, M. D. (2018). Yoga Sebagai Intervensi Gangguan Tidur Pada Pasien Hipertensi. 11. Ismail, S., Dwidiyanti, M., Indra Wiguna, R., & Ayun R Yusuf, N. (2019). Keperawatan Holistik Dan Aplikasi Intervensi Komplementer. Semarang. Isnawati, I. A., & Yunita, R. (2020). Penerapan Mind Body Therapy Untuk Meningkatkan Ekspresi Emosi Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia. Volume 4, No.1, 5. Kinasih, A. S. (2010). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup. Buletin Psikologi, 18, 12. Martin, W. (2016). Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia



Yang



Mengalami



Hipertensi.



Jurnal



Iptek



Terapan,



10(4).



Https://Doi.Org/10.22216/Jit.2016.V10i4.468 Rakhmawati, R., Putra, K. R., & Perdana, F. R. B. (2014). Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi Untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang Pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT). 5, 7. Rufaida, Z., Permata Sari, D., & Wardini Puji Lestari, S. (2018).



TERAPI



KOMPLEMENTER. Sari, L. T., & Suminar, E. (2020). Pengaruh Terapi Komplementer “Meditasi” Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Premenstrual Syndrom Pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun Di Kelompok Remaja Desa Jatinom Blitar. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal



Of



Ners



And



Midwifery),



Https://Doi.Org/10.26699/Jnk.V7i2.ART.P270-275



20



7(2),



270–275.



Surya, D. P., Suwarsi, S., & Widayati, R. W. (2018). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Stres Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Penurunan Fungsi Pendengaran Di Bpstw Yogyakarta Unit Abiyoso. 4. Saleh, Y. A. (2010). Berzdikir untuk Kesehatan Syaraf . Jakarta: zaman. Wirman. (2015). Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis bagi Korban Narkoba . Perenial:Jurnal multikulturalisme & Multireligius , 84.



21



LAMPIRAN ANALISIS JURNAL 1 PENGARUH TERAPI MEDITASI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI No 1.



Komponen yang dikritisi Judul



Hasil penelitian Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Kekurangan: belum dicantumkannya waktu penelitian pada judul jurnal ini. Beum dicantumkannya tempat penelitian Saran: perlu dicantumkan tahun kapan penelitian berlangsung



2.



Abstrak



Latar Belakang: Hipertensi merupakan masalah yang dapat menyebabkan kematian termasuk dalam kategori penyakit non-infeksi. Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor pencetus terjadinya jantung dan stroke. Salah satu penyebab hipertensi adalah peningkatan stimulasi respon stres neuron sismpatik yang berlebihan. Meditasi adalah cara untuk mengurangi respon stres dengan teknik relaksasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh meditasi untuk tekanan darah pada lansia menderita hipertensi. Metode: Penelitian menggunakan studi pra-eksperiment dengan one group pretestposttest desain dengan 20 responden yang dipilih secara purposive sampling. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik pada uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p> 0,05) artinya bahwa Ha diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya pengaruh secara signifikan. Bahwa tekanan darah diastolik pada uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,001 (p> 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya pengaruh secara signifikan Kesimpulan: 22



Terdapat engaruh tekanan darah sistolik dan diastolic sebelum dan sesudah terapi meditasi. Kekuatan: abstrak yang ditampilkan dalam penelitian ini cukup lengkap mulai dari latar belakang, tujuan, metode yang digunakan, hasil, kesimpulan serta saran Kekurangan : 3.



Latar belakang



Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik, 2009). Data yang di peroleh dari Kesehatan Sumatera Barat (2012) didapatkan jumlah lansia untuk Sumatera Barat adalah 487.806 jiwa. Provinsi Sumatera Barat memiliki jumlah penduduk dalam kelompok umur > 60 tahun keatas sebanyak 531.574 jiwa (7,89%) dan Kota Madya Padang jumlah kelompok lanjut usia 60 tahun ke atas terbanyak kedua setelah kabupaten Agam sebanyak 48.532 jiwa (9.12%) dari jumlah Kota Padang (Mardiya, 2010). Diantaranya penyakit degeneratif pada lansia yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi dapat terjadi dari berbagai faktor penyebab, di antaranya gaya hidup daan pola makan. Hipertensi juga dapat terjadi akibat obstruksi pada arteri dan kelemahan otot jantung untuk memompa darah. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi penurunan masa otot dan peningkatan kapasitas lemak tubuh (Nugroho, 2008). Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Namun karena terjadinya penurunan dari berbagai organ tubuh, adanya penyakit penyerta dan sering terjadi komplikasi pada berbagai organ lansia serta terjadinya efek polifarmasi yang mengakibatkan gangguang pada fungsi dan kerja ginjal, maka penatalaksanaan hipertensi padsa lansia menjadi lebih rumit (Darmojo, 2004). Salah satu terapi komplementer keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan dan menurunkan tekanan darah pasien hipertensi adalah melalui meditasi (Losyk, 2007). Kekuatan : latar belakang penelitian ini sudah cukup kuat dengan disajikannya data angka jumlah lansia di seluruh dunia, kemudian dipersempit dengan menyajikan data jumlah lansia di wilayah Indonesia khususnya Sumatera. Peneliti juga memperkuat alasan penelitian dengan menyajikan data angka kejadian hipertensi di Indonesia. Pada studi pendahuluan , peneliti melakukan wawancara awal kepada 10 rang lansia. 23



Kekurangan : pada penelitian ini , belum menyajikan data hasil penelitian terdahulu. Saran : sebaiknya dicantumkan hasil penelitian-penelitian terdaulu yang dapat memperkuat latarbelakang penelitian. 4.



Tujuan penelitian



Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh meditasi untuk tekanan darah pada lansia menderita hipertensi. kekuatan : dalam penelitian ini sudah dijelaskan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel penelitian yaitu pengaruh terapi meditasi dan perubahan tekanan darah pada lansia.



5.



Variabelvariabel penelitian



Variable bebas: pengaruh pemberian terapi meditasi pada lansia yang mengalami hipertensi Variabel terikat: Gambaran Tekanan Darah Lansia Yang Mengalami Hipertensi Sebelum Dilakukan Terapi Meditasi Gambaran Tekanan Darah Lansia Yang Mengalami Hipertensi Setelah Dilakukan Terapi Meditasi Kekuatan: baik variabel bebas maupun variabel terikat sudah dijelaskan secara rinci.



6.



Metode penelitian dan pengambilan sampel



Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperiment Design tanpa kelompok kontrol dengan menggunakan pendekatan One Group Pretest-Posttest (Hidayat, 2012). Awalnya kelompok subjek akan diukur tekanan darah (pretest), kemudian langsung diberikan terapi meditasi selama 15 menit, setelah itu diukur kembali tekanan darah (posttest), untuk mengetahui pengaruh terapi meditasi terhadap tekanan darah pada lansia. Subjek dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami hipertensi yang tidak mendapatkan terapi farmakologis. Intervensi dilakukan 3 kali dalam selama seminggu sebanyak 20 orang lansia yang mengalami hipertensi ringan dan sedang Kekuatan: Metode penelitian dan pengambilan sampel sudah dijelaskan secara rinci.



7.



Hasil



Dapat dilihat bahwa 20 orang lansia yang mengalami hipertensi didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum (pre-test) dilakukan terapi meditasi adalah 148,25 mmHg dengan standar deviasi 5,684. Ratarata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi meditasi adalah 92,25 mmHg dengan standar deviasi 2,946. rata-rata tekanan darah sistolik setelah dilakukan terapi meditasi adalah 140,75 mmHg dengan standar deviasi 4.940. Rata-rata tekanan darah 24



diastolik sebelum dilakukan terapi meditasi adalah 86,75 mmHg dengan standar deviasi 5,447. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan darah sistolik sebelum dilakukan terapi meditasi adalah 148,25 mmHg. Sesudah dilakukan terapi meditasi didapat rata-rata tekanan darah sistolik 140,75 mmHg. Dari hasil sistolik sebelum dan sesudah dilakukan terapi meditasi didapatkan PValue 0,000. Hasil uji statistik diperoleh nilai p ≤ 0,05 artinya terdapat pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi Kekuatan: sudah dijelaskan secara terperinci Hasil diajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan tabel. 8.



Pembahasan



didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum (pre-test) dilakukan terapi meditasi adalah 148,25 mmHg dengan standar deviasi 5,684. Ratarata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi meditasi adalah 92,25 mmHg dengan standar deviasi 2,946. Dari data yang didapatkan dilapangan oleh peneliti, peningkatan tekanan darah pada responden umumnya terjadi karena faktor stres yang berlebihan, tidak bisanya mengontrol makanan seperti konsumsi garam dan lemak yang berlebihan, kegemukan dan bahkan karena faktor genetik atau keturunan. Dimana sama-sama kita ketahui penyebab yang tersebut diatas merupakan faktor pencetus yang sangat banyak ditemukan. Terlihat responden yang mengalami hipertensi sulit untuk melakukan aktivitas dengan baik mengatakan biasanya saat mengalami hipertensi nmereka membutuhkan terapi farmakologi dan ada juga terapi non farmakologi yaitu obat penurun tekanan darah, obat sakit kepala, rebusan daun sirsak dan sebagainya. rata-rata tekanan darah sistolik setelah dilakukan terapi meditasi adalah 140,75 mmHg dengan standar deviasi 4.940. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi meditasi adalah 86,75 mmHg dengan standar deviasi 5,447. Berdasarkan hasil didapatkan penurunan tekanan darah pada lansia setelah diberikan terapi meditasi. Terlihat responden yang mengalami hipertensi sulit untuk melakukan aktivitas dengan baik mengatakan biasanya saat mengalami hipertensi nmereka membutuhkan terapi farmakologi dan ada juga terapi non farmakologi yaitu obat penurun tekanan darah, obat sakit kepala, rebusan daun sirsak dan sebagainya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p ≤ 0,05 artinya terdapat pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat distribusi responden 25



berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai pre-test dan post-test tekanan darah lansia yang mengalami hipertensi menunjukan bahwa 20 responden yang melakukan terapi meditasi terdapat perubahan tekanan darah. terapi meditasi merupakan bagian dari tindakan non farmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh terapi meditasi pada lansia yang mengalami hipertensi terhadap perubahan tekanan darah. Kekuatan: dalam penelitian ini sudah dijelaskan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sudah diberikan terapi meditasi dalam pembahasan ini, peneliti memcantumkan penelitian-penelitian terdahulu sebagai sumber dan perbandingan. 9.



Kesimpulan



Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebelum dilakukan terapi meditasi rata-rata sistole tekanan darah lansia 148,25 dan Rata-rata tekanan darah diastolik 92,25. Setelah diberikan terapi meditasi terjadi penurunan tekanan darah lansia menjadi rata-rata systole 140,75 mmHg dan Rata-rata tekanan darah diastolik 86,75 mmHg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Kekuatan: kesimpulan sudah tepat sesuai dengan tujuan penelitian.



Implikasi Keperawatan Berikut ini adalah beberapa macam implikasi keperawatan dari analisis jurnal diatas: 1. terapi meditasi merupakan bagian dari tindakan non farmakologis yang dapat menuru nkan tekanan darah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh tera pi meditasi pada lansia yang mengalami hipertensi terhadap perubahan tekanan darah. Dalam berbagai penelitian juga di tegaskan bahwa Terapi non farmakologis dapat dig unakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan farmakologis (obat an ti hipertensi) yang lebih baik 2. Penting bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan memasukkan terapi komplementer kedalam intervensi keperawatan



26



ANALISIS JURNAL 2 PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP STRES PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI PENDENGARAN DI BPSTW YOGYAKARTA UNIT ABIYOSO



No 1.



Komponen yang dikritisi Judul



Hasil penelitian Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Stres Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Penurunan Fungsi Pendengaran Di Bpstw Yogyakarta Unit Abiyoso Kekurangan: belum dicantumkannya waktu penelitian pada judul jurnal ini. Saran: perlu dicantumkan tahun kapan penelitian berlangsung Kelebihan Judul cukup jelas, sudah dicantumkan tempat penelitian



2.



Abstrak



Latar Belakang: Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di BPSTW Yogyakata Unit Abiyoso didapatkan 26 lansia mengalami penurunan fungsi pendengaran, dari 26 lansia tersebut didapatkan hasil sebanyak 10 lansia mengalami stres ringan dan 16 lansia mengalami stres dalam rentang normal. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Terapi Yoga terhadap stres pada lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, tehnik sampling Consecutive Sampling, desain penelitian menggunakan quasi experiment, rancangan one group pretest posttest, alat ukur yang digunakan kuesioner DASS, responden penelitian lansia yang tinggal di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso, jumlah responden 20, Terapi Yoga diberikan sebanyak 3 kali, dan analisa yang digunakan Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat stres pada lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso dengan hasil yang bermakna P-Value 0,000. Kesimpulan: 27



Ada Pengaruh yang signifikan terapi Yoga terhadap stres pada lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Kekuatan: abstrak yang ditampilkan dalam penelitian ini cukup lengkap mulai dari latar belakang, tujuan, metode yang digunakan, hasil, kesimpulan serta saran Kekurangan : latar belakang pada abstrak sangat singkat, hanya memaparkan hasil studi pendahuluan Saran : sebaiknya abstrak yang disajikan mencakup garis besar alasan peneliti mengapa mengabil judul tersebut. 3.



Latar belakang



Seiring perkembangan zaman, perubahan gaya hidup masyarakat menyebabkan pergeseran meningkatnya angka kejadian stres, salah satunya adalah stres karena penurunan fungsi pendengaran pada lansia, stres merupakan reaksi dari tubuh terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri. Untuk mengendalikan stres berbagai cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan pengobatan farmakoterapi maupun nonfarmakoterapi. Pengobatan non-farmakoterapi yang dinilai lebih efektif, aman dan praktis. Terapi yoga adalah proses terapi menggunakan tehnik gerakan dan pernafasan untuk mendapatkan relaksasi yang dilakukan pertama kali. Yoga merupakan suatu sistem latihan dan terapi yang dapat membantu dalam mengontrol jiwa dan raga (Susana, 2014). Terapi yoga juga meningkatkan fungsi pernapasan yang dapat memengaruhi fungsi tubuh dan emosi dalam melakukan kegiatan seharihari dan terapi yoga diperlukan dalam membentuk melatih mental, spiritual, dan fisik sehingga dapat meningkatkan status mental. Terapi yoga dilakukan pada lansia dengan lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran. Karena saat ini masalah yang sering terjadi pada lansia salah satunya adalah gangguan sistem pendengaran. Sehingga terapi yoga dapat digunakan sebagai terapi untuk menurunkan stres Kekuatan : pada latar belakang penelitian, peneliti telah menyampaikan alasan mngapa judul tersebut layak diambil. Peneliti menjelaskan fenomena yang terjadi pada lansia yaitu penurunan pendengaran Kekurangan : latar belakang terlalu singkat, belum ada dipaparkan hasil penelitia-penelitian dahulu sebagai acuan, belum dicanatumkan data internasional ataupun nasional untuk memperkuat latar belakang Saran : sebaiknya dicantumkan hasil penelitian-penelitian terdaulu yang dapat memperkuat latar belakang penelitian,



4.



Tujuan



Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Terapi Yoga 28



penelitian



terhadap stres pada lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso kekuatan : dalam penelitian ini sudah dijelaskan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel penelitian yaitu pengaruh Terapi Yoga terhadap stres pada lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso



5.



Variabelvariabel penelitian



Variable bebas: Pengaruh terapi yoga terhadap stres pada lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso Tahun 2018 Variabel terikat: Usia dengan skoring stres pre test dan post test pemberian terapi yoga terhadap stres pada lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso Tahun 2018 Usia dan Jenis kelamin pada lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso Tahun 2018 jenis kelamin dengan skoring stres pre test dan post test pemberian terapi yoga terhadap stres pada lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso Tahun 2018 Kekuatan: baik variabel bebas maupun variabel terikat sudah dijelaskan secara rinci.



6.



Metode penelitian dan pengambilan sampel



Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan quasi experiment, dengan menggunakan rancangan one group pretest posttest. penelitian ini hanya menggunakan kelompok kontrol tanpa menggunakan kelompok pembanding. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh lansia yang tinggal di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso yang berjumlah 126 lansia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini diperlukan adanya kriteria unklusi dan eksklusi. tehnik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling yaitu memilih sampel dengan memilih seluruh individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia yaitu 16 lansia perempuan dan 4 lansia laki-laki. Penelitian ini dilakukan di ruangan Aula BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Kekuatan: Metode penelitian dan pengambilan sampel sudah dijelaskan secara rinci.



7.



Hasil



distribusi frekuensi berdasarkan usia dan jenis kelamin diketahui mayoritas lansia berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 13 orang (65%) sedangkan mayoritas lansia berjenis kelamin perempuan yaitu 16 orang 29



(80%). analisa deskritif karakteristik responden berdasarkan skoring stres di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso diketahui bahwa hasil pre test lansia minimal skor 2 dengan jumlah lansia 1 orang, dan maksimal skor 20 dengan jumlah lansia 1 orang, hasil post test minimal skor 0 dengan jumlah lansia 3 orang dan maksimal skor 14 dengan jumlah lansia 1 orang, median skor stres lansia sebelum diberikan terapi yoga yaitu 7.50 sedangkan median skor stres setelah diberikan terapi yoga adalah 2.00 yang artinya ada penurunan skor stres setelah diberikan terapi yoga. diketahui bahwa median nilai skor stres usia 60-74 tahun sebelum diberikan terapi yoga sebesar 6.00 sedangkan setelah diberikan terapi yoga median skor stres sebesar 2.00 dengan penurunan sebesar 4. Usia 75-90 tahun median skor stres sebelum diberikan terapi yoga yaitu 9.00 dan setelah diberikan terapi yoga median skor stres sebesar 3.00 dengan penurunan sebesar 6. median skor stres pada jenis kelamin perempuan sebelum diberikan terapi yoga yaitu 7.50 dan setelah diberikan terapi yoga yaitu 2.50 dengan penurunan sebesar 5. median skor stres pada jenis kelamin laki-laki sebelum diberikan terapi yoga adalah 8.00 dan setelah diberikan terapi yoga yaitu 7.00 dengan penurunan sebesar 7. median skor stres sebelum diberikan terapi yoga adalah sebesar 7,50 sedangkan setelah 3 hari diberikan terapi yoga median skor stres adalah sebesar 2.00 dengan penurunan 5,5. Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil p-value sebesar 0,000 karena p-value kurang dari 0,05 yang berarti terdapat penurunan yang signifikan pada skor stres lansia yang telah diberikan intervensi terapi yoga selama 3 hari. Kekuatan: sudah dijelaskan secara terperinci Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan tabel. 8.



Pembahasan



Dari Hasil skoring stres sebelum diberikan terapi yoga menunjukkan bahwa skoring stres lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso tahun 2018 adalah sebanyak 20 lansia, dan skor minimal sebelum diberikan terapi yoga adalah 2, skor maksimal 20 dan nilai median adalah 7.50. Tingginya tingkat stress pada lansia memerlukan upaya rujukan. Berdasarkan usia pada penelitian ini lebih tinggi lansia yang mengalami stres yaitu usia 75-90 tahun dengan nilai median 9.00. sedangkan berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini lebih banyak lansia perempuan yaitu sebanyak 16 lansia, perempuan lebih beresiko terkena stres karena ada perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan saat menghadapi konflik. Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan stres, pada perempuan konflik 30



memicu hormon negatif sehingga memunculkan stres gelisah dan rasa takut.. Berdasarkan jenis kelamin nilai median skor stres setelah diberikan intervensi terapi yoga pada lansia perempuan yaitu 2,50 sedangkan lakilaki nilai median 1,00. Hasil tersebut menunjukkan penurunan skor stres post test pada perempuan sebesar 5 sedangkan laki-laki mengalami penurunan 7. Dalam penelitian yang saya lakukan di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso bahwa tingkat stres perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dimana terjadi selisih sebesar 1,5. Dimana untuk nilai median perempuan sesudah diberikan terapi adalah 2,50 sedangkan untuk lakilaki adalah 1.00. Diketahui bahwa nilai median skor stres pada lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso sebelum diberikan terapi yoga adalah 7.50, setelah diberikan intervensi terapi yoga selama 3 hari yaitu nilai median 2.00, hal tersebut menunjukan terjadi penurunan sebesar 5,5. Analisis bivariat terhadap pengaruh terapi yoga terhadap stres pada lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso memiliki pengaruh yang signifikan. Kekuatan: Hasil skoring stres sebelum dansesudah diberikan terapi yoga menunjukkan bahwa skoring stres lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso tahun 2018 cukup tinggi . Berdasarkan usia pada penelitian ini lebih tinggi lansia yang mengalami stres yaitu usia 75-90 tahun dengan nilai median 9.00. sedangkan berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini lebih banyak lansia perempuan 9.



Kesimpulan



Ada pengaruh terapi yoga terhadap skor stres pada lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Hasil penelitian ini dengan p-value 0,000