Tindakan Pencegahan & Pengendalian Infeksi Silang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG Dosen Pengampu : Ns. Fardi, S.Kep, M.Kes



OLEH : TINGKAT II. A Kelompok 5 Andriani Anwar Harpiana Syahrayni Risna Dwi Damayanti Muh. Khaidir Azis Syahrul



AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR 2016/2017



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun secara khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah Management Safety. Makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan Desember 2016



i



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ ............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ ............................................................................................................ 2 1.3 Tujuan ............................................................................................................ ............................................................................................................ 2 1.4 Manfaat ............................................................................................................ ............................................................................................................ 2



BAB II



PEMBAHASAN 2.1 Infeksi........................................................................................................



3 2.2 Infeksi Nosokomial................................................................................... 3 2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang........................... 7 BAB III



PENUTUP 3.1 Simpulan....................................................................................................



13 ii



3.2 Saran.......................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan. Pada infeksi yang “manifes”, orang yang terinfeksi tampak sakit secara lahiriah. Pada infeksi yang “non-manifes”, tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi jangan dirancukan dengan penyakit. Istilah “infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua



jenis



organisme.



Sebagai



contoh,



pertumbuhan normal



flora



bakteri yang biasa hadir di dalam saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ketempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection/infeksi silang) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Infeksi



nosokomial



banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian



terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Presentase infeksi nososkomial di rumah sakit di seluruh dunia mencapai 9 % (variasi 321 %) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia mendapatkan



infeksi



nosokomial.



Suatu



penelitian



yang



dilakukan oleh WHO tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 1



rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak l0%. Di Indonesia yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi( ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan. Menurunnya standar pelayanan perawatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu infeksi yang paling sering terjadi adalah plebitis pada pasien yang mendapat terapi infus. Dalam hal ini, perawat sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan berperan besar untuk memperkecil risiko infeksi tersebut. Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi silang dalam makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan infeksi? 1.2.2 Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial? 1.2.3 Bagaimana tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang? 1.3 Tujuan 1.3.1 1.3.2 1.3.3



Untuk mengetahui pengertian infeksi. Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi



silang. 1.4 Manfaat 1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi. 1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi nosokomial. 1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui tindakan pencegahan



dan



pengendalian infeksi silang.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Infeksi Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry. Fundamental Keperawatan Edisi 4.hal : 933 – 942:2005) Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,



toksin,



replikasi



intra



selular,



atau



respon



antigen-



antibodi(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998) Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekaisme pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen. Suatu patogen harus berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme dapat tumbuh pada seluruh tubuh (infeksi sistemik) atau terbatas pada area tertentu. 2.2 Infeksi Nosokomial Tampak sulit dipercaya bahwa infeksi yang didapat saat dirawat di rumah sakit lebih sering terjadi daripada kecelakaan lalu lintas dan infeksi ini memakan biaya bermiliar-miliar rupiah untuk perawatan rawat inap lebih lama. Infeksi yang didapat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial (dari bahasa Latin nosokomium berarti rumah sakit). Teknik aseptik adalah metode terbaik untuk mencegah infeksi nosokomial. Teknik aseptik ini digunakan pada setiap prosedur dan peralatan invasif seperti kateter urin. Prosedur ini harus dilaksanakan pada tempatnya untuk meminimalkan risiko infeksi, diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah. Infeksi terjadi jika mikroorganisme menyebar dari suatu reservoar infeksi ke penjamu yang rentan. Jalan masuk infeksi dapat berupa kontak, aerosol, 3



darah, makanan/air dan serangga. Reservoar infeksi adalah tempat mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dan dapat berupa pasien itu sendiri (infeksi terhadap diri sendiri) atau dari pasien lainnya, pengunjung, atau staf rumah sakit (infeksi silang). Infeksi dapat berasal dari diri sendiri jika jaringan terinfeksi akibat infeksi dari lokasi yang berbeda pada tubuh pasien, misalnya saluran pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Infeksi silang terjadi dari orang yang menderita infeksi atau karier yang tidak bergejala atau dari suatu reservoar infeksi. Indikator Infeksi Nosokomial Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan (Depkes, 2001). WHO dalam Depkes (2001) menyatakan bahwa, indikator adalah variabel untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator pengendalian infeksi rumah sakit menurut Depkes tahun 2001 meliputi angka pasien dekubitus, angka kejadian dengan jarum infus/flebitis, dan angka kejadian infeksi luka operasi. Ketiga indikator ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Angka pasien dengan dekubitus (Dekubitus Ulcer Rate) Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/atau jaringan yang dibawahnya yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi bila pasien tidak dibolakbalik atau dimiringkan dalam waktu 2 x 24 jam. Angka pasien dengan dekubitus adalah banyaknya pasien yang menderita dekubitus dan bukan banyaknya kejadian dekubitus. 2. Angka Infeksi karena Jarum Infus/flebitis (Intravenous Canule Infection Rate) Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit kecuali infeksi kulit karena sebab-sebab 4



lain yang tidak didahului oleh pemberian infus atau suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang. 3. Angka Kejadian Luka Operasi (Wound Infection Rate) Adanya infeksi rumah sakit pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam kecuali infeksi rumah sakit yang terjadi bukan pada tempat luka. Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial Penularan kuman penyebab infeksi rumah sakit dapat terjadi melalui : 1. Infeksi sendiri (self infection), yaitu infeksi rumah sakit berasal dari pasien sendiri (flora endogen) yang berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain, seperti



kuman Escherichia



coli dan Staphylococcus



aureus,



kuman



tersebut dapat berpindah melalui benda yang dipakai, seperti linen atau gesekan sendiri. 2. Infeksi silang (cross infection), yaitu infeksi rumah sakit terjadi akibat penularan dari pasien/orang lain di rumah sakit. 3. Infeksi



lingkungan



(environmental



infection), yaitu



infeksi



yang



disebabkan kuman yang didapat di lingkungan rumah sakit. Batasan-batasan Infeksi Nosokomial Infeksi Nosokomial disebut juga dengan “Hospital Acquired Infection” apabila memenuhi batasan/kriteria sebagai berikut : 1. Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut. 2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.



5



3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat 4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari nfeksi sebelumya 5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti bahwa infeksi didapat penderita waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokommial. Transmisi Infeksi Nosokomial Bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat menyebar dalam berbagai cara : 1. Yang telah permanen atau hanya singgah sementara pada pasien (endogenous infection) Bakteri ada dikeadaan normal yang menyebabkan transmisi baik dari habitat luar dan dalam (system urinaria), merusak jaringan (melukai) atau penggunaan antiobiotik yang tidak tepat. Sebagai contoh, bakteri gram negative yang menyerang saluran pencernaan sering kali disebabkan daerah pembedahan atau bekas operasi yang terinfeksi setelah melakukan operasi di bagian perut atau menyerang sisitem urinaria di salauran kencing. 2. Ke pasien yang lain atau para pegawai (exogenous cross-infection) Bakteri menular diantara pasien : a. kontak langsung diantara pasien (tangan, kelenjar saliva (air ludah). b. dari udara (debu atau sirkulasi udara yang terkontaminasi oleh bakteri yang sudah menyerang pasien). c. melalui kontaminasi oleh pegawai/perawat (tangan, baju, hidung dan tenggorokan/kerongkongan) yang dapat jadi itu terjadi untuk sementara atau karir permanen. d. melalui objek yang terkontaminasi dari pasien (termasuk peralatan), tangan pegawai, pengunjung atau sumber dari lingkungan itu sendiri (air, gas, makanan).



6



3. Ke lingkungan (endemic or epidemic exogenous environmental infections) Beberapa tiper dari mikroorganisme yang selalu ada di lingkungan rumah sakit : 



Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau tidak terinfeksi (Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium)







Di peralatan yang digunakan untuk perawatan







Pada makanan Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari



10µm tinggal pada udara pada beberapa jam dan dapat terhirup pada keadaan yang bersamaan dengan debu). Riwayat Alamiah  Masa Inkubasi dan Klinis Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam sejak mulai pasien dirawat  Masa Laten dan Periode Infeksi Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini tergantung dari imunitas pasien sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat terhadap factor eksogen (kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika imunitasnya tidak cukup kuat, maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari, berminggu-minggu dan lebih parahnya berbulan-bulan 2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang Peran penting perawat adalah mengetahui prosedur dan praktik yang mungkin menyebabkan infeksi nosokomial, misalnya teknik-teknik invasif, jalur tindakan dan menyadari faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi seperti kebersihan yang kurang, status gizi kurang, dan imunosupresi. Mungkin faktor pencegahan terpenting adalah memastikan dilaksanakannya prosedur pengontrolan infeksi, yang dilaksanakan di setiap rumah sakit. Perawatan terpisah merupakan usaha mencegah penyebaran infeksi dengan 7



isolasi protektif atau mencegah infeksi dari pasien yang terinfeksi (isolasi sumber). 2.3.1



Mencuci tangan Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi



saluran



pencernaan.



Kulit



yang



rusak



pada



tangan



mengandung pathogen yang lebih banyak, yang banyak menyebabkan infeksi nosokomial. Faktor penting untuk mempertahankan hygiene yang baik dan mempertahankan integritas kulit adalah :  



Lama mencuci tangan Paparan semua area tangan dan pergelangan tangan ke alat yang



  



digunakan Menggosok dengan keras hingga terjadi friksi Pembilasan menyeluruh Memastikan tangan telah dikeringkan



Hampir semua bakteri bakteri transien dapat diilangkan dengan sabun dan air, tetapi bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya Hibiscrub , Povidone-iodine, membuat prosedur ini lebih efektif karena menghilangkan bakteri residen. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci adalah area tempat berkumpulnya mikroorganisme, seperti di sela-sela jari. Walaupun mencuci tangan dengan menggunakan bakterisida, namun tidak semua bakteri dapat dihilangkan. Tangan tidak pernah steril, tanpa satupun mikroorganisme hidup di atasnya, dan inilah sebabnya diperlukan sarung tangan steril sekali pakai (disposible) untuk beberapa prosedur. Candida albicans, salah satu penyebab oral thrush (jamur pada mulut) pada pasien kanker stadium lanjut, dapat 8



menyebar dari pasien ke tangan perawat. Penyebaran ini dapat dicegah dengan mengenakan sarung tangan steril saat kontak dengan mukosa oral. Pakaian



pelindung



dikenakan



untuk



mencegah



transfer



mikroorganisme dari kamar ke kamar melalui pakaian dan untuk mencegah transfer mikroorganisme dari pasien ke perawat dan sebaliknya. Hal-hal seperti ini dapat membuat perbedaan besar terutama jika kontak erat dengan pasien yang infeksius, seperti tindakan menggendong bayi baru lahir (neonatus). Apron plastic impermeable sekali pakai lebih baik daripada baju katun karena mikroorganisme dapat melewati bahan katun, terutama jika basah. Menurunkan risiko penyebaran infeksi melalui udara juga dapat dilakukan dengan memastikan bahwa prosedur seperti merapikan dan membersihkan tempat tidur tidak langsung dikerjakan sebelum membalut luka, karena prosedur membersihkan tempat tidur dapat menyebarkan mikroorganisme di udara. Selain itu, membalut luka yang terinfeksi sebaliknya dilakukan paling akhir. 2.3.2



Perawatan keteter vena sentral Kateter



vena



sentral



(central



venous



catheter,



CVC)



dapat



diimplantasika melalui pembedahan pada pasien yang membutuhkan terapi intavena jangka panjang atau dapat diinsersi oada perifer untuk jangka pendek. Di Inggris, hamper 6000 pasien per tahun mendapatkan infeksi pasa sirkulasi darah karena kateter (catheterrelated bloodstream infection, CR-BSI) , disebabkan pemasangan dan perawatan



kateter vena sentral. Infeksi ini merupakan salah satu



komplikasi paling berbahaya pada pasien. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah Staphylococcus epidermidis. Infeksi dapat disebarkan dari tangan tenaga medis saat perawatan atau dari mikroorganisme kulit yang mengontaminasi kateter saat pemasangan .



9



Maka sangat penting melakukan tindakan penfhalang steril secara maksimal saat memasang kateter vena sentral. Rekomendasi dari pedoman pencegahan infeksi oleh tenaga medis menunjukkan bahwa minimalisasi risiko infeksi dapat dilakukan dengan : 



Memilih kateter yang tepat untuk pasien, misalnya kateter







berlubang tunggal yang diberi zat antimokroba Tempat insersi terbaik, misalnya daerah subklavia (bahu) lebih disarankan daripada daerah jungular (leher) atau femoral







(paha) Menggunakan teknik aseptic saat pemasangan kateter vena







sentral, seperti baju, sarung tangan, dan duk steril Persiapan daerah insersi yang tepat, misalnya membersihkan kuit dengan larutan alcohol klorheksidin glukonat dan







dibiarkan mongering sebelum insersi. Perawatan kateter dan daerah yang efektif, misalnya disinfeksi permukaan eksternal kateter dan bagian sambungan, ditutup







dengan menggunakan kasa steril atau balutan transparan Menjalankan strategi penggaantian kateter vena sentral dengan







memperhatikan metode dan frekuensi penggantian Tidak menggunakan antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi



2.3.3



Perawatan kateter uretra jangka pendek pada perawatan akut Kateterisasi urin telah diketahui sebagai risiko utama infeksi noskomial. Pada pasien dengan kateter urin, 20 sampai 30% pasien akan mengalami bakteriuria (bakteri di urin). Sekitar 2% dari pasien yang mengalami bakteriuria akan mengalami bacteremia dan sekitar 22% akan meninggal. Telah pula ditunjukkan bahwa risiko infeksi meningkat dengan semakin lamanya penggunaan kateter. Oleh karena itu, jelas bahwa praktik keperawatan yang baik sangat diperlukan untuk prosedur ini. 10



Risiko infeksi dapat diminimalisasi dengan : 



Hanya menggunakan kateter urin ketika tidak ada prosedur







alternatif lain Memilih kateter terkecil yang memungkinkan alran urin







dengan baik Menggunakan peralatan steril tertutup dan teknik aseptic saat







pemasangan Menggunakan system steril tertutup dan mencegah aliran baik urin dari kantung urin dengan meletakkan kantung urin di bawah kandung kemih dan penjepitan (clamping) selang kantung jika pasien bergerak.



2.3.4



Mencuci dan disinfeksi Mencuci adalah proses menghilangkan kotoran yang kelihatan, sementara disinfeksi adalah tindakan untuk membunuh atau mengurangi pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari resistensi alami mikroorganisme. Disinfeksi umumnya berbahaya untuk kulit dan harus menggunakan pakaian pelindung saat memakainya. Antiseptic adalah agen antimikroba yang menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup. Contoh antiseptic yang umum adalah iodin dan hidrogen peroksida. Peralatan medis harus dibersihkan dan /atau didisinfeksi sebelum digunakan dari pasien ke pasien lain. Secara umum setiap alat harus dibersihkan, tetapi peralatan medis yang kontak dengan darah atau cairan tubuh atau digunakan pada pasien yang menderita infeksi, seperti infeksi Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA), diare, maka peralatan medis ini harus didisinfeksi. Setiap alat harus selalu dicuci dan dibersihkan sebelum disinfeksi karena alat yang kotor akan melindungi mikroorganisme. Disinfeksi zat pembunuh bakteri, kadang disebut juga bakterisida, sedangkan zat yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik. 11



Disinfektan bakterisida dapat bersifat bakterostatik jika diencerkan. Sehingga penting untuk menggunakan disinfektan dengan konsentrasi yang tepat. Begitu pula, disinfektan harus digunakan dalam durasi waktu yang tepat dan dipastikan bahwa larutan disinfektan masih baru agar prosedur disinfeksi efektif. Disinfektan yang paling efektif adalah senyawa aldehida, peroksida, dan halogen tetapi tidak selalu tepat digunakan setiap saat karena efek sampingnya. Semua zat tersebut adalah agen pengoksidasi kuat. 2.3.5



Sterilisasi Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk endospore dan virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak bertekanan tinggi, presto) dapat digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan untuk sterilisasi instrument bedah umum dan masker anestesi. Temperatur tinggi dicapai ketika uap berada dalam tekanan tinggi, seperti 121 0C pada 108 kPa (15 psi) yang akan membunuh mikroorganisme dalam jangkan pendek dibandingkan menggunakan panas pada tekanan atmosfer biasa. Di pabrik, produk steril seperti syringe



disposable



menggunakan



radiasi



disterilisasi sinar



sebelum



gamma



untuk



dikemas



dengan



menghancurkan



mikroorganisme.



12



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Infeksi Silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril. 3.2 Saran Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai pihak, yaitu: 1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang. 2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih mendalami materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.



13



DAFTAR PUSTAKA Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC. James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.