TMK 2 Ekonomi Moneter [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 2



Nama Mahasiswa



: Rani Puspita Sari



Nomor Induk Mahasiswa/ NIM



: 042039953



Kode/Nama Mata Kuliah



: ESPA4227/Ekonomi Moneter



Kode/Nama UPBJJ



: 23/Bogor



Masa Ujian



: 2021/22.1 (2021.2)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA



NASKAH TUGAS MATA KULIAH UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER: 2021/22.1 (2021.2) Fakultas : FE/Fakultas Ekonomi Kode/Nama MK : ESPA4227/Ekonomi Moneter Tugas : 2 1. Jelaskan bagaimana tingkat suku bunga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar! Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan loanable funds. Loanable funds yaitu dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau yang sering disebut sebagai dana investasi. Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung (Boediono, 1994:76). Tingginya tingkat suku bunga menyebabkan orang lebih cenderung mengendapkan uangnya di bank. Hal ini akan menyebabkan jumlah uang beredar di masyarakat menurun. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga rendah orang cenderung tidak mau menabung di bank, melainkan menginvestasikannya ke bentuk investasi lain. Hal ini tentunya dapat menaikkan jumlah uang beredar di masyarakat. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa fluktuasi tingkat suku bunga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat. 2. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu demand pull inflation dan cost push inflation. Jelaskan Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Boediono (2005) mengatakan bahwa inflasi merupakan suatu kecenderungan kenaikan harga secara umum dan terus-menerus. Ketika harga dari satu atau beberapa barang naik, maka hal tersebut belum bisa dikatakan sebagai inflasi. Namun jika harga barang naik secara meluas dan menyebabkan naiknya sebagian besar dari barang-barang lainnya maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai inflasi. Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation) Demand pull Inflation Inflasi tarikan permintaan diakibatkan adanya kelebihan likuiditas, hal ini lebih dipengaruhi dari peran negara



dalam kebijakan moneter. Kelebihan likuiditas antara lain disebabkan karena



kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral dan aksi spekulasi yang terjadi di sektor keuangan.



Sebagai contoh : bertambahnya pengeluaran pemerintah yang di biayai dengan percetakan uang baru, bertambahnya investasi swasta karena adanya kredit murah, serta bertambahnya permintaan barang-barang ekspor dan sebagainya. Terdapat juga Demand pull inflation yang terjadi pada saat-saat tertentu. Sebagai Contoh : menjelang datangnya bulan Ramadhan atau bulan puasa sampai dengan Hari Raya Idul Fitri. Kebutuhan masyarakat cenderung meningkat sehingga secara otomatis akan menggerek kenaikan permintaan. Mulai dari makanan, pakaian bahkan juga kendaraan akan bergerak naik. Implikasinya, pada momen tersebut biasanya inflasi di di dalam negeri akan meningkat. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total sedangkan produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh/hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh telah tercapai maka penambahan permintaan selanjutnya akan menaikkan harga (inflasi murni). Kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada diatas dan menyebabkan inflatinary gap, dimana inflationary gap inilah yang menyebabkan inflasi.



kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan menyebabkan keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (YFE). Jarak A – B atau YFE – Y1 menunjukkan besarnya inflationary gap. Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut :



Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD4). Cost push inflation  Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi, kelangkaan distribusi, walaupun permintaan secara umum tidak mengalami kenaikan secara signifikan. Ketidaklancaran distribusi akan memicu kenaikan harga. Berkurangnya produksi atau terganggunya distribusi dapat disebabkan oleh peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (Administered Price), terjadi negative supply shocks akibat bencana alam, aksi spekulasi dan terganggunya distribusi. Sebagai contoh : kenaikan harga bahan bakar minyak.  Jika harga BBM naik berarti ongkos produksi meningkat. Maka produsen yang tidak ingin kehilangan profit akan membebankan kenaikan biaya tersebut pada harga jualnya. Akibatnya, harga barang-barang secara bersama-sama akan naik sehingga terjadi inflasi. Selain itu faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang. Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total krn adanya kenaikan biaya produksi, hal ini menyebabkan kenaikan harga dan penurunan jumlah produksi. Jika proses ini berlangsung secara terus menerus maka akan timbul cost push inflation.



Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2.



3. Bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi demand pull inflation! Dalam mengatasi Inflasi pemerintah akan mengeluarkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi tarikan permintaan diakibatkan adanya kelebihan likuiditas, hal ini lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah di bidang keuangan (melalui bank sentral) untuk mengatur jumlah uang yang beredar agar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu perekonomian. a. Kebijakan uang ketat. Kebijakan ini merupakan kebijakan unguk mengurangi jumlah uang beredar. Pengurangan jumlah uang beredar akan mengurangi tingkat inflasi b. Menaikkan suku Bunga SBI. Meningkatnya suku bunga SBI menyebabkan banyaknya bank swasta yang membeli SBI, untuk mengumpulkan dana maka pihak bank akan meniakkan suku bunga agar mendapatkan dana dari tabungan nasabah. c. Memperbaiki nilai tukar uang. Dengan melakukan intervensi terhadap mata uang asing, maka nilai tukar dapat diatur sehingga mempermudah dalam kegiatan impor. d. Penetapan Cadangan Minimum (Reserve Requirement Policy). Bank sentral mewajibkan bank umum untuk menaruh sejumlah dananya di bank sentral. Bila bank sentral ingin memperkecil jumlah uang yang beredar di masyarakat, bank sentral bisa menaikkan tingkat cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank umum. Dengan demikian, dana yang dapat disalurkan oleh bank umum semakin kecil, sehingga uang yang beredar di masyarakat semakin sedikit. e. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation). Bank sentral melakukan intervensi di pasar uang melalui operasi pasar terbuka, antara lain dilakukan dengan menjual berbagai surat berharga seperti obligasi,SBI, dan SPBU. f. Kebijakan Diskonto (Discount Policy). Sebagai the lender of last resort, bank sentral dapat memijamkan dananya kepada bank umum yang mengalami kesulitan likuiditas, dengan mengenakan tingkat bunga (discount rate) tertentu. Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menaikkan tingkat bunga peminjaman yang dikenakan kepada bank umum. Sebagai



akibatnya, bank umum akan mengurangi pinjaman uangnya kepada bank sentral sehingga uang yang beredar semakin sedikit. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam kegiatan ekonomi riil yang menyangkut keuangan pemerintah seperti pemungutan pajak, pengeluaran pemerintah, atau pemberian subsidi. Bentuk kebijakan fiskal antara lain : a. Menurunkan



pengeluaran



pemerintah.



Pengurangan



pengeluaran



pemerintah



akan



menyebabkan berkurangnya permintaan barang dan jasa. Pada saat permintaan tersebut berkurang, maka jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang yang pada akhirnya akan menekan tingkat inflasi. b. Menaikkan pajak. Kebijakan pemerintah menaikkan pajak akan mengurangi pendapatan masyarakat yang dapat dibelanjakan (disposable income). Turunnya pendapatan masyarakat ini akan mendorong masyarakat untuk mengurangi permintaan konsumsinya. Pada akhirnya, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang dan inflasi dapat diturunkan.



Selain kebijakan moneter dan fiscal pemerintah juga dapat mengeluarkan kebijakan riil. Bentuk Kebijakan Riil a. Menaikkan hasil produksi. Inflasi terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Permintaan akan barang terjadi lebih besar dibandingkan dengan penawaran sehingga harga naik. Bila produksi dapat ditingkatkan, maka permintaan masyarakat akan dapat dipenuhi sehingga pada akhirnya tidak terjadi inflasi. b. Mengendalikan harga. Agar harga tidak naik, pemerintah dapat mengendalikan harga dengan cara pengawasan. Pemerintah akan menetapkan harga tertinggi yang boleh ditetapkan pengusaha. Bila hal ini dilanggar, maka pemerintah akan mengambil tindakan. 4. Perhatikan tabel berikut: Tahun Inflasi di Indonesia (%)



2015 2016 2017 3,35 3,02 3,61 Sumber: BPS, 2021



2018 3,13



2019 2,72



2020 1,68



Berdasarkan tabel data inflasi di atas, jelaskan apakah pemerintah mampu melakukan target inflasi.



Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank



Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK), dengan deviasi masing-masing ±1%.  Berikut data yang sudah dilengkapi dengan target inflasi. Tahun Target Inflasi



2015 4 ± 1%



2016 4 ± 1%



2017 4 ± 1%



2018 3,5 ± 1%



2019 3,5 ± 1%



2020 3 ± 1%



Inflasi di Indonesia (%)



3,35



3,02



3,61



3,13



2,72



1,68



Sumber: BI, 2021 Berdasarkan data di atas pada umumnya pemerintah mampu untuk mencapai target inflasi kecuali pada tahun 2020 dimana target inflasi dibawah target inflasi. rendahnya inflasi menjadi indikasi masih lemahnya permintaan oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena pandemi Covid-19 dan kebijakan PSBB. Produksi anjlok karena pelaksanaan protokol kesehatan dan permintaan anjlok karena aktivitas masyarakat masih terbatas. Selain itu daya beli masyarakat menurun karena banyaknya terjadi PHK maupun pengurangan pendapatan.



5. Uraikan bagaimana kebijakan moneter ekspansif dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar (easy money policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok dalam perekonomian. Caranya dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral, dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis atau kegiatan belanja konsumen. Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko inflasi akan semakin tinggi. Kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive policy) utamanya melakukan penambahan uang yang beredar dalam masyarakat agar roda perekonomian semakin berjalan cepat. Kebijakan ini mampu meningkatkan daya beli (permintaan) masyarakat dan mengurangi jumlah pengangguran pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga mempengaruhi tingkat pengangguran di suatu negara.



Contohnya, kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk mengurangi angka pengangguran karena



ketersediaan uang dalam jumlah banyak akan merangsang kegiatan bisnis sehingga pasar tenaga kerja semakin besar. Dengan otoritas fiskal, bank sentral mengontrol nilai tukar mata uang dalam negeri (Rupiah) terhadap mata uang asing. Contoh konkretnya, yaitu bank Indonesia menambah jumlah uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Mata uang Rupiah menjadi lebih murah daripada mata uang negara lain. 6. Jelaskan apa itu sasaran antara (intermediate target) dan berikan 2 contohnya. Intermediate Target atau target antara adalah target-target kebijakan yang digunakan untuk mengontrol bukan karena kepentingan yang melekat padanya. Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan moneter bersifat tidak langsung dan kompleks serta membutuhkan jeda waktu (time lag) yg panjang. Untuk alasan itu, para ahli moneter dan praktisi Bank Sentral mendesain simple rule untuk membantu pelaksanaan kebijakan moneter dgn cara menambahkan indikator yg disebut sebagai sasaran antara. Sasaran antara (intermediate target) merupakan indikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan moneter, sasaran ini dipilih dari variabel – variabel yg memiliki keterkaitan stabil dgn sasaran akhir, cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank sentral, tersedia relatif cepat, akurat dan tidak sering direvisi. Variabel sasaran antara meliputi agregat moneter ( M1 & M2), kredit perbankan dan nilai tukar (Bofinger, 2001:125). Sebagai contoh : a. Jumlah uang yang beredar bisa menjadi intermediate target yang tujuan akhirnya adalah mengontrol inflasi. b. Nilai tukar, 



Target zone / band : adanya rentang fluktuasi nilai tukar yang diijinkan







Basket peg : dipatok tidak pada satu mata uang asing tapi pada sejumlah mata uang yang dibobot







Crawling Peg : nilai tukar didevaluasi dalam jumlah yang relatif kecil setiap minggu A







djustable Peg : mematok nilai tukar, namun tanpa komitmen pasti untuk devaluasi atau revaluasi, yang tergantung pada besarnya defisit atau surplus neraca pembayaran



Sumber :







BMP ESPA4227/Ekonomi Moneter







https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/default.aspx







https://www.gramedia.com







https://www.gurupendidikan.co.id/kebijakan-moneter/