TUGAS 1 Komunikasi Massa 14 JAEHUN 030979369 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA : JAEHUN NIM : 030979369 UPBJJ : SURABAYA



TUGAS 1   1. Jelaskanlah perbedaan surat kabar Online dengan Surat Kabar Edisi Digital 2. Jelaskanlah maksud dari Yellow Newspaper 3. Jelaskanlah struktur organisasi industri Majalah



JAWAB:



1. *Surat kabar daring dikenal juga sebagai surat kabar jaringan adalah sebentuk surat kabar yang berbasis di internet. Ekspansi ke dunia dalam jaringan (daring) atau yang lebih dikenal dengan isilah online, membukakan banyak peluang bagi surat kabar untuk bersaing dengan jurnalisme siar dalam menyediakan layanan berita yang fleksibel terhadap waktu. Hal ini dimungkinkan dengan kemudahan yang diberikan dunia online terutama dalam hal pengolahan dan distribusi berita. Detik.com misalnya, untuk mengunggah sebuah berita hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari sepuluh menit. Waktu tersebut mencakup saat pelaporan berita dari reporter, penulisan berita, pengecekan, dan pengunggahan. Tingkat kepercayaan pembaca terhadap kualitas dan merek dari suatu surat kabar ternama, berikut kemampuannya menjaring pengiklan, dapat pula disaksikan dari kemampuan surat kabar ini bertahan. Pengalihan bentuk dari cetak ke daring maupun penambahan bentuk dari cetak saja menjadi cetak dan daring, akan mampu meningkatkan efisiensi biaya produksi. Seperti halnya versi cetak, surat kabar daring dituntut untuk tunduk pada etika jurnalisme, dan perangkat aturan lain terkait hak cipta, privasi, dan sejenisnya. Kemajuan teknologi komputer memberikan dampak signifikan dalam dunia jurnalistik.Diawali dengan pengalihan metode manual ke jurnalistik yang berbasis komputerisasi. Dilanjutkan dengan premis bahwa keanggunan inovasi dan modifikasi di dunia komputer cenderung membawa angin segar bagi kemajuan dunia jurnalistik. Pengelolaan, pengiriman dan penyimpanan data, pemanggilan kembali diikuti rentetan proses jurnalistik lain berlipat kali lebih mudah. *Koran elektronik atau koran digital (bahasa Inggris: e-paper) adalah surat kabar dalam format elektronik yang dapat diakses dengan komputer atau ponsel cerdas. Karena perkembangan teknologi, koran yang hanya berbentuk cetak, kini tersedia versi digital atau elektronik dari versi cetak tersebut. Koran versi cetak secara digitalisasi dibuat persis atau menyerupai sumbernya yang biasanya menggunakan metode pemindaian. Media yang ada di internet yakni media-media yang terbit di dunia maya atau dunia maya, yakni Media Online yang kini berkembang sebagai media massa depan. Dari sisi fungsi dan karakter, media yang terbit di internet ini cukup banyak perbedaaannya. Media cetak dan elektronik. Perbedaaan-perbedaan tersebut akan diulas secara singkat dan jelas pada paparan dibawaan ini. Pebedaan yang signifikan antara media yang terbit di internet dan media cetak atau elektronik menurut Jhon Vivian (2008: 270), yaitu terdapat pada feed back (umpan balik). Media internet dapat menerima umpan balik Cipta mungkin atau setelah komunikan menerima pesan tersebut. Berbeda dengan media cetak atau internet yang harus dilakukan beberapa saat. Syarifudin Yunus (2010: 27) mengutarakan perbedaan media Elektronik, media cetak dan media online secara subtansial dapat dilihat berdasarkan pencarian, instruksi, pengolahan, dan penyebaran berita yang dilakukan. Perbedaan tersebut antara lain



dalam filosofi penyajian berita, positioning masing-masing jenis media, teknis pengelolaan, dan target audiens (komunikan, pembaca, pendengar, membeli, user ). Dalam modul kuliah yang disajikan oleh Edwi Arief Sosiawan yang dipublikasi di http://www.edwi.dosen.upnyk.ac.id yang bertema Pengantar Ilmu Komunikasi terlihat jelas dari segi penggunaan di antaranya: Pertama , penggunaan internet sebagai media untuk berkomunikasi menuntut penggunanya dengan pengetahuan cara menggunakan perangkat lunak komputer secara umum dan aplikasi perangkat lunak internet secara khusus. Disini berarti penggunaan dan pengembangan kognitif dari pengguna internet. Semula penggunaan media komunikasi klasik oleh pengguna bersifat pasif menggunakan penggunaan internet memaksakan penggunanya memiliki kemampuan intelegensi dalam menggunakan internet. Ini lama kelamaan akan berdampak pada ketergantungan pada kesuksesan hidup pada penguasaan pengetahuan dan teknologi. Kedua , komunikasi dalam internet memiliki konteks komunikasi massa tetapi juga membentuk komunikasi pribadi dalam jumlah banyak. Komunikasi pribadi dalam jumlah banyak disini memiliki arti bahwa pengguna internet dalam melakukan komunikasi dengan pengguna lain dalam jumlah banyak yang masing-masing berperan sebagai komunikator dan komunikan. Ketiga , sifat dan bentuk pesan-pesan yang disampaikan melalui semua media komunikasi klasik, dimiliki oleh medium internet; yaitu dalam internet pengiriman pesan menggunakan berbagai bentuk seperti teks, grafis, video dan suara. Keempat , pengiriman dan penerimaan serta umpan balik pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan relatif lebih cepat dengan mundur lebih singkat. Kelima, dalam komunikasi melalui internet memungkinkan komunikasi antar berbagai pribadi yang rentang perbedaan baik secara sosiologis maupun budaya sangat berbeda. Komunikator maupun komunikan adalah orang-orang yang mungkin berbeda bahasa, budaya, ras, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, dll. Enam, dalam segi dokumentasi atau pengarsipan, media di internet lebih sederhana dan dapat dilihat kapanpun dan dimanapun (tidak terbatas ruang dan waktu), dan juga dapat mengabaikan berita atau informasi kapan saja. Tidak seperti televisi dan radio yang tidak berulang. Sedangkan komunikasi hubungan internet dengan media klasik dalam sistem dan operasional sebagai alat maupun media yaitu: 1. Perbedaan utama dan makro tersebut yaitu; Internet adalah media berbasis komputer yang semula berawal dari “ alat ” media untuk menyimpan serta mengolah data informasi.



2. Internet sebagai media komunikasi dengan penawaran interaktif yang dinamis terhadap penggunanya / pengguna , jauh melebihi penawaran interaktif pada media televisi dan radio (yang terbatas pada satu program dan isi materi acara). Bahkan internet memberikan fasilitas penawaran pencarian informasi yang diinginkan melalui query dan boelan dengan menggunakan kata kunci ( keywords ). Lebih jauh lagi media internet mampu mengurangi pola komunikasi yang berwujud kontak langsung seperti surat menyurat maupun wicara interpersonal dengan fasilitas surat elektronik ( e-mail ) dan Internet Relay Chat (IRC). 3. Media internet Mampu Menjadi Pusat Informasi dan Sumber information Yang Tidak terbatas Dan Pada Suatu Institusi tetapi also memberikan kesempatan PADA SETIAP pengguna / individu untuk review Menjadi Sumber / komunikator. 4. L uas jangkauan Dari Media internet tentu Saja melintas Antarbenua, antarnegara, Serta antarbudaya. Sehingga dengan demikian batasan-batasan dalam fisik dalam melakukan komunikasi yang lebih dinisbikan melalui internet, implikasi ini juga memperjelas bahwa terdapat interaksi abstrak secara struktural. 5. Fungsi internet sebagai media, selain sama dengan fungsi media lain, internet media memiliki penawaran untuk pengembangan bidang jasa maupun bisnis sebagai bagian gaya hidup. Beberapa produk yang tersedia dapat dirancang, dipilih dan dipesan hanya melalui E-commerce dan net- working intelligence. Dalam bidang jasa memungkinkan orang bekerja dimana saja tanpa memerlukan tempat yang riil seperti lazimnya, yang membawa pada embrio fenomena virtual (maya) dalam segala aspek lalu-lintas barang dan jasa (Ancok, 2000: 2). 6. Perbedaan yang terakhir dari lateral sebagai media lebih dari media superior internet sebagai media yang “beraneka rupa” ( mulfaceted ) yang berisi banyak variasi konfigurasi komunikasi pada fasilitas-fasilitas yang dimiliki, dalam http: //edwi.dosen.upnyk .ac.id ).



2. Jurnalisme kuning, atau koran kuning, adalah jenis jurnalisme dengan judul-judul berita yang bombastis, tetapi setelah dibaca isinya tidak substansial. Jurnalisme kuning adalah jurnalisme pemburukan makna. Ini disebabkan karena orientasi pembuatannya lebih menekankan pada berita-berita sensasional daripada substansi isinya. Jurnalisme kuning bertujuan meningkatkan penjualan, oleh karena itu jurnalisme kuning sering dituduh sebagai jurnalisme yang tidak profesional dan tidak beretika. Kepentingan jurnalisme kuning adalah bagaimana masyarakat memiliki ketertarikan terhadap pada berita. Perkara jurnalisme kuning diprotes oleh pihak tertentu tidak akan bergeming. SEJARAH KORAN KUNING DI LUAR NEGERI Jurnalisme kuning, atau koran kuning, adalah jenis jurnalisme dengan judul berita yang bombastis dengan isi berita yang membahas fenomena cabul dan atau kriminal. Jurnalisme kuning adalah jurnalisme makna pemburukan karena orientasi pembuatannya lebih menekankan pada kehebohan atau berita kesensasionalan. Disebut pers kuning karena penyajian jenis pers ini banyak mengeksploitasi warna. Segala macam warna untuk mengundang perhatian pembaca yang kebetulan lewat dan melihat media cetak pers kuning. Penataan judul artikel pers kuning sering tak beraturan dan tumpang tindih. Contoh judul-judul berita dalam Koran Kuning: 1. "Bikin Merinding! Presenter TV Meninggal Tragis di Depan Ribuan Penonton” 2. "Heboh Pria Bernama Tuhan: MUI Minta KTP-nya Ditarik" 3. “Mengejutkan, Guru Cantik Mengaku Menikahi Yesus Kristus“ 4. "Menyedihkan .. Presenter Ini Meninggal Saat Live di TV” 5. "Astaga, Ternyata Ini Yang Bikin Risty Tagor Pisah Ranjang, Menyedihkan" Fenomena Jurnalisme Kuning Di Indonesia Fenomena Koran Kuning di Luar Negeri (Inggris) SEJARAH KORAN KUNING DI INDONESIA Nama koran / jurnalisme kuning berasal dari sebutan seorang tokoh dari komik yang berjudul Gang Hogan dalam surat kabar Sunday World. Sebutan tersebut adalah "The Yellow Kid". Oleh karena kepopuleran komik ini, sehingga membuat setiap surat kabar yang memakai komik strip untuk menarik pelanggan dijuluki dengan “Yellow Journalism”. Jurnalime kuning sendiri bermula dari adanya depresi ekonomi yang melanda Amerika Serikat tahun 1893 hingga akhir abad ke-19.



jurnalisme kuning juga berkembang di Inggris yaitu surat kabar The Daily Mirror yang didirikan Alfred Harmsworth (yang kemudian menjadi Lord Northcliffe) pada tahun 1903. Meski sama-sama berkarateristik sensasional, koran kuning di Indonesia dan Inggris, memiliki beberapa perbedaan. Salah satunya adalah tema berita yang diangkat. Jika kebanyakan koran kuning di Indonesia mengangkat berita bertema seks dan kriminal sebagai tajuk utama, koran-koran kuning di bawah bendera News Corp, yang memiliki bahan lain untuk dijual. Bahan ini kadang-kadang berupa foto sampai rekaman telefon eksklusif. Faktor eksklusifitas inilah salah satu yang dicari-cari pembaca, karena berita tersebut tidak bisa ditemukan di media lain. Konten-konten eksklusif terbukti dapat menjadi konten senjata untuk menggaet pembaca. Yellow Journalism dan Gutter Journalism memang tidak dapat dikatakan sebagai jurnalisme yang 'normal'. Isu-isu sensasional yang diangkat oleh jurnalisme ini acap kali menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, 'apakah koran kuning memang dapat dikategorikan jurnalisme?'. Jawaban yang didapat dari pertanyaan tersebut pun tidak akan jauh-jauh dari 'jurnalisme pemburukan makna', atau 'jurnalisme bombastis '. awal mula kemunculan koran kuning pun bukan untuk mencacati Kode Etik Jurnalistik. Pos Kota di Jakarta dulu untuk menjadi koran alternatif pada awal Orde Baru. Sasarannya pun warga masyarakat yang tidak membaca koran sebelumnya dan tidak terbiasa dengan isu-isu serius. Harmoko sendiri sebagai pencetus Pos Kota pun kaget dengan peningkatan pesat penjualan pada bulan-bulan pertama. Kesimpulannya adalah bahwa masyarakat sangat tertarik dengan isu-isu yang dekat dan judul yang menarik. Arti lainnya adalah bahwa koran inward adalah ladang bisnis yang cukup menjanjikan. Menjamurnya keberadaan koran kuning di Indonesia diawali sejak reformasi 1998 yang menggulirkan kebebasan bermedia. Tonggak utama dari koran kuning di Indonesia lahir dari kelahiran Pos Kota 1970. Ada kecenderungan kuat yang memasukkan harian ini sebagai suratkabar porno, koran tukang becak, koran cabul, dan di kalangan pers itu sendiri, harian ini bersifat kurang intelektual. Akan tetapi lama kelamaan, “keberanian” tersebut membuah hasil, Pos Kota memperoleh kesuksesan besar dengan pencarian oplah setiap tahunnya. Oplah pertama yang hanya 3.500 eksemplar saat pertama kali terbit, meningkat mencapai 200.000 eksemplar tahun 1983. Melihat keberhasilan Pos Kota, beberapa surat kabar daerah melai mencoba untuk mengusung genre ala-ala Pos Kota yaitu salah satunya adalah Memorandum. Sebuah koran kuning populer yang terbit di daerah Surabaya dan Jawa Timur dengan oplahnya yang mencapai tiras hingga 100.000 eksemplar tiap harinya. terdapat dua media cetak cukup besar yang disebut-sebut sebagai “yellow paper” alias koran kuning, yaitu Gala dan Bandung Pos. era reformasi yang melahirkan banyak koran kuning baru antara lain Lampu Merah dan Non Stop yang terbit di Jakarta, Meteor di Semarang, Posko di Manado, Pos Metro yang terbit di Bogor, Medan, Batam, dan Merapi di Yogyakarta.



Aldila Puriyanti Harnida 14/365669 / SP / 26294 Estu Dian Maranti 14/365729 / SP / 26308 Fahmi Khorissani 14/365791 / SP / 26320 Farrah Audina Fathya 14/365652 / SP / 26291 Kartika Natasha DH 14/364475 / SP / 26106 Tazkiyatun Nafs Azzahra 14/369586 / SP / 26484 Kata Koran Kuning Aspek visual yang digunakan oleh koran kuning antara lain berupa: (1) kepala menakutkan; headline yang memberi ketakutan ketakutan, ditulis dalam ukuran font yang sangat besar, dicetak dengan warna hitam atau merah. Seringkali materinya berisi berita-berita yang tidak penting; (2) penggunaan foto dan gambar yang berlebihan; dan (3) suplemen pada hari minggu, yang berisi komik berwarna dan artikel-artikel. Selain itu, penggunaan teknik verbal yang melekat pada koran kuning, yakni jenis peniruan dan penipuan, misalnya cerita dan wawancara palsu, judul yang menyesatkan, pseudoscience, dan bahkan judul-judul penuh kebohongan. Koran kuning di Indonesia sudah merajalela dan sudah dikonsumsi oleh masyarakatnya sejak era reformasi baru jagung. Inilah akibat dari kebebasan pers di era reformasi yang semakin disalahartikan oleh sebagian orang. Koran kuning yang dinyatakan di pasaran Indonesia, kurang lebih mirip dengan koran kuning yang diterbitkan di negara-negara Barat. Bagian yang paling mencolok dari koran kuning adalah pada halaman pertama. Halaman pertama koran kuning biasanya dipenuhi dengan berbagai warna dan menunjukkan gambar dan foto-foto yang sensual.



3. 1. Pemimpin Umum (General Manager) Ia bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin Usaha sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan. 2. Pemimpin Redaksi Pemimpin Redaksi (Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya. Di suratkabar mana pun, Pemimpin Redaksi menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional. Ia bertindak sebagai jenderal atau komandan yang perintah atau kebijakannya harus dipatuhi bawahannya. Kewenangan itu dimiliki katena ia harus bertanggung jawab jika pemberitaan medianya “digugat” pihak lain. Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajukrencana (Editorial) yang merupakan opini redaksi (Desk opinion). Jika Pemred berhalangan menulisnya, lazim pula tajuk dibuat oleh Redaktur Pelaksana, salah seorang anggota Dewan Redaksi, salah seorang Redaktur, bahkan seorang Reporter atau siapa pun — dengan seizin dan sepengetahuan Pemimpin Redaksi— yang mampu menulisnya dengan menyuarakan pendapat korannya mengenai suatu masalah aktual. 3. Dewan Redaksi Dewan Redaksi biasanya beranggotakan Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan Wakilnya, Redaktur Pelaksana, dan orang-orang yang dipandang kompeten menjadi penasihat bagian redaksi. Dewan Redaksi bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan yang sudah disepakati. 4. Redaktur Pelaksana Di bawah Pemred biasanya ada Redaktur Pelaksana (Managing Editor). Tanggung jawabnya hampir sama dengan Pemred/Wapemred, namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para reporter dan editor. 5. Redaktur Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Tugas utamanya adalah melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau disiarkan. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor), Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang redaktur



biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri, olahraga, dsb. Karena itu ia dikenal pula dengan sebutan “Jabrik” atau penanggung jawab rubrik. 6. Redaktur Pracetak Setingkat dengan Redaktur/Editor adalah Redaktur Pracetak atau Redaktur Artistik. Ia bertanggung jawab menangani “Naskah Siap Cetak” (All In Hand/All Up) dari para redaktur, yaitu semua naskah berita yang sudah diturunkan ke percetakan dan sudah diset bersih, desain cover dan perwajahan (tataletak, lay out, artistik), dan hal-ihwal sebelum koran dicetak. Bagian lain di yang berada di bawah koordinasi Redaktur Pracetak adalah Setter atau juruketik naskah. Ia bertugas mengetik naskah yang akan dimuat. Ada pula Korektor yang bertugas mengoreksi (membetulkan) kesalahan ketik pada naskah yang siap cetak. 7. Reporter Di bawah para editor adalah para Reporter. Mereka merupakan “prajurit” di bagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya. 8. Fotografer Fotografer (wartawan foto atau jurupotret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra kerja yang setaraf dengan wartawan tulisa (reporter). Jika tugas wartawan tulis menghasilkan karya jurnalistik berupa tulisan berita, opini, atau feature, maka fotografer menghasilkan Foto Jurnalistik (Journalistic Photography, Photographic Communications). Fotografer menyampaikan informasi atau pesan melalui gambar yang ia potret. Fungsi foto jurnalistik antara lain menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to entertain). 9. Koresponden Selain reporter, media massa biasanya memiliki pula Koresponden (correspondent) atau wartawan daerah, yaitu wartawan yang ditempatkan di negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di mana media massanya berpusat. 10. Bidang Pendukung Redaksi Bagian yang tak kalah pentingnya untuk membantu kelancaran kerja redaksi adalah bagian Perpustakaan dan Dokumentasi serta bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Litbang memantau perkembangan sebuah penerbitan, survei pembaca, dan memberikan masukan-masukan bagi pengembangan redaksional dan bagian lainnya, termasuk pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia



11. Bagian Usaha (Business Department) Bertugas menyebarluaskan media massa, yakni melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (saling) media massa. Bagian ini merupakan sisi komersial meliputi sirkulasi/distribusi, iklan, dan promosi. Biasanya, bagian pemasaran dipimpin oleh seorang Pemimpin Perusahaan atau seorang Manajer Pemasaran (Marketing Manager) yang membawahkan Manajer Sirkulasi, Manajer Iklan, dan Manajer Promosi.