Tugas Hati Nurani [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Qania
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HATI NURANI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI TAHUN AJARAN 2018/2019



DIUSUN O L E H QANIA [P07131216029] POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDA ACEH



Arti Hati Nurani Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu , ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda – beda. Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh dan jikaperbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati. Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang. Sesudah suatu tindakan, maka kata hati muncul sebagai “hakim” yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat orang merasa bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata hati akan menyalahkan, sehingga, orang merasa gelisah, malu, putus asa, menyesal.



Fungsi Hati Nurani Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati nurani berfungsi sebagai pegangan atau praturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya. Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita. Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani. Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan hati nurani. Melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.



Pentingnya Pembinaan Hati Nurani



Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang secara subyektif dan obyektif benar. Denga hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu terdorong untuk bertiandak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseoang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemapuan untuk memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral seseoarang secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan upaya yang hakiki agar manusia lebih mampu hidup dan bertindak sesuai dengan bisikan hati hati nurani yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Melalui pembinaan hati nurani, manusia diharapkan bisa terhindar dari kesesatan dalam pengambilan keputusan dan tindakan.



Ciri Khas Hati Nurani Ciri khas dari suara hati nurani adalah ia tidak dapat ditawar dan hanya sepintas keluarnya dengan atau tanpa disadari, ini berlaku mutlak. Mutlak di sini mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui pertimbangan-pertimbangan dalam bentuk apapun. Hal itu disebkan karena suara hati nurani merupakan suara dari Maha Mutlak. Tempat berkumpulnya bagi mereka yang hatinya bersih dan tak bernoda dan tempat mengingat Tuhan itulah Hati Nurani. Suara hati adalah suara halus yang murni datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang ada dalam diri kita yang paling dalam yang bersih dan jujur, tanpa adanya pertimbangan dalam memberikan jawaban. Suara hati ini tidak akan keluar jika hati nurani.



Hakikat-Hakikat Hati Nurani 1. Penghayatan atas yang baik dan yang buruk di dalam tingkah laku yang konkret. Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret. 2. Kekuatan Hati Melebihi Kekuatan Pikiran. Akal manusia sungguh sangat liberal dan radikal mampu menembus ruang dan waktu mengembara dari khayal ke khayal, mampu berfikir untuk berkreasi dan berinovasi, membuat aturan-aturan untuk dirinya dan sesamanya, bahkan dengan akal itu pula manusia dapat berbuat sangat kejam, melanggar norma-norma yang dapat merusak sistem kehidupan.



Dengan akal pula manusia mampu menguasai bumi dengan cara mengolah sumbersumber daya yang ada di bumi dan memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya, bahkan manusia mampu pergi ke ruang angkasa, menginjakan kakinya di bulan dan suatu saat nanti akan dapat pula mengeksplorasi sumber daya di ruang angkasa. Itulah akal manusia yang dianugerahkan Tuhan hanya untuk manusia, anugrah ini tentunya harus dipergunakan untuk mensyukuri nikmatnya, akal yang senantiasa bersyukur ini disebut akal sehat, akal sehat selalu bersanding dengan hati nurani. Hati nurani atau hati kecil hati adalah hati yang selalu diliputi cahaya sang Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang diciptakan Tuhan untuk manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak sesuaian atau adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi. Ketika seseorang dengan hati nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi. 3. Pemberi Peringatan yang Paling Halus. Hati nurani itu penuh dengan nilainilai kemanusiaan, dan kebenaran yang hakiki. Dengan demikian kenapa hati nurani ini tidak kita jadikan sebagai salah satu pertimbangan yang mendasar didalam pengambilan suatu keputusan terhadap apa yang akan kita kerjakan. Suatu philosofi yang mendasarkan bahwa seseorang jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya, maka dia akan dihantui oleh kesalahan-kesalahan. tersebut. Ada lagi kata-kata “orang lain mungkin dapat anda tipu, tapi hati nurani anda, pasti akan sulit untuk anda bohongi”. Kata-kata ini bermakna cukup mendalam sebagai hukuman bagi seseorang yang melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nurani. Bahkan hukuman ini mungkin lebih keras dari hukuman fisik, karena hal ini merupakan hukuman bathin, atau yang biasa disebut “tekanan bathin”. 4. Hati nurani merupakan martabat terdalam diri manusia. Hati nurani diberikan secara langsung oleh Sang Pencipta kepada manusia. Anugrah inilah yang mampu membantu manusia dalam membedakan suatu hal yang baik dan yang buruk. Hati nurani inilah yang memberikan dorongan bagi manusia untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Karenanya apabila kita



tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh hati nurani, maka hal itu sama dengan mengkhianati martabat terdalam yang ada pada diri kita serta menghancurkan integritas pribadi kita sebagai manusia. 5. Hati nurani tempat kesadaran manusia untuk merefleksikan diri. Kesadaran inilah yang mampu membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Hati nurani inilah yang menuntut manusia untuk melakukan perbuatan yang bersifat moral (baik dan buruk). Tidak hanya itu, hati nurani juga memiliki kemampuan untuk mengetahui dan menilai suatu perbuatan bersifat moral ataupun amoral, dengan kata lain hati nurani juga dapat dijadikan sebagai “saksi” yang mengetahui perbuatan yang kita lakukan. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. 6. Hati Nurani Retrospektif dan Hati Nurani Prospektif. Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani dalam arti retrospektif menuduh atau mencela, bila perbuatannya jelek, dan sebaliknya, memuji atau memberi rasa puas, bila perbuatannya dianggap baik. Jadi, hati nurani ini merupakan semacam instansi kehakiman dalam batin kita tentang perbuatan yang telah berlangsung. Hati nurani prospektif melihat ke masa depan dan menilai perbuatan perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau seperti barangkali lebih banyak terjadi mengatakan “ jangan “ dan melarang untuk melakukan sesuatu. Di sinipun rupanya aspek negatif lebih mencolok. Dalam hati nurani prospektif ini sebenarnya terkandung semacam ramalan. Ia mengatakan, hati nurani pasti akan menghukum kita, andaikan kita melakukan perbuatan itu. Dalam arti ini hati nurani prospektif menunjuk kepada hati nurani retrospektif yang akan datang, jika perbuatan menjadi kenyataan. Pembeda antara hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif ini bisa menampilkan kean seolah-olah hati nurani hanya menyangkut masa lampau atau masa depan. 7. Hati Nurani Bersifat Personal dan Adipersonal. Hati nurani bersifat personal, artinya selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan. Hati nurani akan berkembang juga bersama dengan perkembangannya seluruh kepribadianya. Ada alasan lain untuk mengatakan bahwa hati nurani bersifat personal, yaitu hati nurani hanya berbicara atas nama saya. Hati nurani hanya memberi penilaiannya tentang



perbuatan saya sendiri. Walaupun begitu, hati nurani tidak memberikan penilaian tentang perbuatan orang lain . Kita hanya memperhatikan norma-norma dan cita-cita yang juga diikuti oleh hati nurani kita. Tapi integritas pribadi kita tidak akan merasa diperkosa, bila orang lain melakukan apa yang menurut kita tidak boleh.Di samping aspek personal, hati nurani menunjukkan juga suatu aspek adipersonal. Selain bersifat pribadi, hati nurani juga seolah-olah melebihi pribadi kita, seolah-olah merupakan instansi di atas kita. Karena aspek adipersonal itu, orang beragama kerap kali mengatakan bahwa hati nurani adalah suara Tuhan atau bahwa Tuhan berbicara melalui hati nurani. Setiap orang mempunyai hati nurani karena ia munusia. Kenyataan itu justru menyediakan landasan untuk mencapai persetujuan di bidang etis antara semua manusia, melampaui segala perbedaan mengenai agama, kebudayaan, posisi ekonomis, dan lain-lain. 8. Pegangan menuju keputusan yang baik dan benar. Dalam setiap pertimbangan yang kita miliki dan dalam melakukan atau memutuskan sesuatu selalu dipengaruhi oleh logika dan hati nurani. Ada kalanya logika manusia tidak dapat memberikan keputusan terbaik, maka diharapkan hati nurani memegang kendali atas keputusan kita. Hati nurani merupakan salah satu ”otak” dalam pengambilan keputusan disamping logika. Hati nurani dapat juga memberikan penilaian dan rasa tanggung jawab terhadap keputusan tersebut.Hati nurani memiliki fungsi sebagai ”juri” atas diri kita. Hati nurani akan terus memberikan penilaian terhadap perbuatan, keputusan, dan cara hidup kita. 9. Hati nurani makin lama makin terasa dan memiliki peranan. Seiring perkembangan zaman, terjadi pula banyak perubahan dalam tatanan masyarakat, termasuk di dalamnya perubahan di bidang tata moral masyarakat. Dalam kehidupan moral sehari-hari, peranan hati nurani makin lama makin memiliki peranan. Jika dalam masyarakat tidak ada lagi konsensus mengenai norma moral, dan jika kesadaran bersama akan patokan menjadi kabur, maka perbuatan seringkali tergantung pada keyakinan pribadi dan pada hati nurani. Agar mampu mengambil keputusan yang baik dan benar, seseorang harus memiliki hati nurani yang dewasa dan matang. 10. Hati nurani yang luhur dapat membuat manusia melakukan hal besar, dan di sisi lain, hati nurani yang tersesat dapat membuat manusia melakukan hal yang sama sekali tidak berperikemanusiaan



11. Pengendali Hidup Manusia. Institusi pengendali hidup manusia sebenarnya tidak satu perkara atau hal, melainkan banyak hal, diantara pengendali itu ada yang saling menguatkan, ada yang saling merobohkan. Pengendali hidup manusia adalah kebutuhan jasmaniah, kondisi alam lingkungannya, peradaban dimana ia dilahirkan, akal fikirannya, perasaannya, keyakinannya, situasi politik dan sosialnya, serta hati nuraninya. Hati nurani merupakan tempat keberadaan nilai-nilai yang bersifat fitrah. Dalam setiap diri kita tertanam nilai-nilai fitrah seperti kasih sayang, kesabaran, kelemah-lembutan, serta kerinduan akan kebenaran yang hakiki. Hati nurani merupakan kekuatan pendorong bagi manusia untuk selalu rindu pada kebenaran. Sehingga apabila kehidupan sosial kita dibangun di atas hati nurani, maka kehidupan sosial kita akan aman damai. 12. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak.Hati nurani cenderung kepada kebaikan. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak. Namun, bagi seseorang yang sudah terbiasa melakukan sesuatu tidak berdasarkan hati nurani hal ini akan menjadi berat. Perlu kekuatan yang luar biasa untuk mengikuti hati nurani. Terutama hal yang belum bisa diterima oleh keadaan sekitar. Disini keyakinan dan optimisme perlu ditanamkan dalam pikiran dan hati kita. Setiap manusia pastilah mempunyai hati nurani. Kejujuran yang ada di dalam hati manusia. Seringkali kita melakukan tindakan yang sesuai dengan hati nurani. Kata hati nurani tidak pernah bohong. Namun, banyak konsekuensi yang akan kita dapatkan apabila kita mengkuti hati nurani. Karena seringkali hati nurani yang kita rasakan tidak mudah diterima oleh keadaan sekitar kita. Sehingga kadang-kadang ada tarik menarik antara mengikuti hati nurani atau mengingkarinya.



Virtualisasi dan Revitalisasi Hati Nurani Hati nurani butuh penyegaran, didikan, latihan, rekreasi, reorientasi, penanaman paradigma. Hati nurani merupakan pemberian Sang Pencipta yang perlu dibina. Pembinaan ini ada yang halus dan jitu, ada yang kuran tepat dan longgar, serta ada pula yang tumpul. Hati nurani yang tumpul biasanya disebabkan adanya salah didikan yang ditanamkan sejak kecil. Keadaan hati nurani (longgar, tumpul, maupun jitu), semuanya bergantung pada pendidikan lingkungan. Karenanya dibutuhkan suatu pembinaan terhadap hati nurani agar moral manusia tetap terjaga.



Orang dari jaman dahulupun sudah menyadari akan peran informasi-informasi yang didapatkan dari lingkungan terhadap perilaku manusia. Kualitas hati nurani yang dimiliki seseorang tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan. sekitar orang tersebut. Secara tidak langsung kualitas hati nurani seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Melalui lingkunganlah seseorang membentuk nilai-nilai moral dan tanggung jawab. Lingkungan merupakan menjadi sumber pengetahuan bagi hati nurani. Lingkungan yang berpengaruh itu dapat berupa keluarga, teman, pergaulan, budaya, agama, dan tradisi. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang baik maka hati nurani yang terbentuk akan memiliki kualitas yang baik dan sebaliknya. Kesadaran manusia dalam bertindak dan merfleksikan apa yang telah dilakukan sangat dipengaruhi oleh hati nurani. Hati nurani inilah yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan moral (baik atau buruk), serta melakukan penilaian terhadap sikap yang telah ataupun hendak dilakukan. Dalam hal ini hati nurani melakukan penilaian suatu tindakan baik secara retrospektif maupun prospektif, dan bertindak sebagai “saksi” atas perbuatan yang telah dilakukan. Peran hati nurani yang begitu besar dalam mempengaruhi sikap serta tindakan yang diperbuat menuntut pengelolaan hati nurani yang baik, dan tepat. Pembinaan hati nurani yang tidak tepat dapat berakibat pada rusaknya nilai – nilai moral yang ada dalam diri manusia. Hati nurani , sebagai penilaian dari suatu perbuataan, tidak luput dari kemungkinan untuk keliru. Kepincangan dan gangguan hati nurani tersebut akan sangat berpengaruh pada saat seseorang membuat keputusan. Hati nurani yang terganggu atau pincang dapat mengakibatkan orang sulit mengambil keputusan, bahkan dapat menentukan keputusan yang salah secara moral. Hati nurani dapat juga menjadi tumpul/salah/tersesat jika manusia tersebut tidak pernah mendengarkan suara hati nuraninya ataupun karena lingkungan yang ada disekitar mausia tersebut.



Hati Nurani Sebagai Fenomena Moral Setiap manusia mempunyai pengalaman tentang hati nurani dan mungkin pengalaman itu merupakan perjumpaan paling jelas dengan moralitas sebagai kenyataan. Contoh-contoh pengalaman tentang hati nurani :Seorang hakim telah menjatuhkan vonis dalam suatu perkara pengadilan yang penting. Malam sebelumnya ia didatangi oleh wakil dari pihak terdakwa. Orang itu menawarkan sejumlah besar uang, bila sihakim bersedia memenangkan pihaknya. Hakim yakin



bahwa terdakwa itu bersalah. Bahan bukti yang telah dikumpulkan dengan jelas menunjukkan hal itu. Tapi ia tergiur oleh uang yang begitu banyak, sehingga tidak bisa lain ia menerima penawaran itu. Ia telah memutuskan terdakwa tidak bersalah dan membebaskannya dari segala tuntutan hukum. Kejaidian ini sangat menguntungkan dia. Sekarang ia sanggup menyekolahkan anaknya ke luar negeri dan membeli rumah yang sudah lama diidam-idamkan oleh istrinya. Namun demikian, ia tidak bahagia. Dalam batinnya ia merasa gelisah. Ia seolah-olah “ malu “ terhadap dirinya sendiri. Bukan karena ia takut kejadian itu akan diketahui oleh atasannya, karena kasus suap itu tida diketahui oarang lain. Namun kepastian ini tidak bisa menghilangkan kegelisahannya. Baru kali ini ia menyerah terhadap godaan semacam itu. Sampai sekarang ia selalu setia pada sumpahnya ketika dilantik dalam jabatan yang luhur ini. Mengapa kali ini ia sampai terjatuh ? Ia merasa marah dan mual terhadap dirinya sendiri. Kesadaran dan Hati Nurani Dengan “ hati nurani “ kita maksudkan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Hati nurani ini memerintah atau melarang kita untuk melakukan sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara tentang sesuatu yang umum, melainkan tentang situasi yang sangat konkret. Tidak mengikuti hati nurani ini berarti menghancurkan integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam kita.Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran. Untuk menunjukkan kesadaran, dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa yang diturunkan daripadanya, dipakai kata conscientia. Kata itu berasal dari kata kerja scire ( mengetahui ) dan awalan con- ( bersama dengan, turut ). Dengan demikian conscientia sebenarnya berarti “ turut mengetahui “. Kata conscientia yang sama dalam bahasa Latin ( dan bahasa-bahasa yang serumpun dengannya ) digunakan juga untuk menunjukkan “ hati nurani “.



Hati Nurani Sebagai Norma Moral Yang Subyektif Dalam sejarah filsafat sering dipersoalkan apakah hati nurani termasuk perasaan, kehendak atau rasio. Hati nurani memberi suatu penilaian, artinya suatu putusan ( judgement ). Ia menegaskan : ini baik dan ini harus dilakukan atau ini buruk dan ini tidak boleh dilakukan. Mengemukakan putusan jelas merupakan suatu



fungsi dari rasio. Tapi dalam hal ini perlu dibedakan antara dua macam rasio: rasio teoritis dan rasio praktis. Rasio teoritis memberi jawaban atas pertanyaan : apa yang dapat saya ketahui?. Dengan demikian rasio dalam arti ini merupakan sumber pengetahuan, termasuk juga ilmu pengetahuan. Sedangkan rasio praktis terarah pada tingkah laku manusia. Rasio praktis memberi jawaban atas pertanyaan apa yang harus saya lakukan?. Dengan ini rasio praktis memberi penyuluhan bagi perbuatanperbuatan kita. Kalu rasio teoritis bersifat abstrak, maka rasio praktis justru bersifat konkret.Ucapan hati nurani pada umumnya bersifat intuitif, artinya langsung menyatakan ini baik atau buruk. Mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar bagi setiap manusia. Maka tidak mengherankan, bila dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948) disebut juga “Hak Atas Kebebasan Hati Nurani“ ( Pasal 18) . Dapat disimpulkan bahwa hati nurani mempunyai kedudukan kuat dalam hidup moral kita, malah bisa dikatakan dipandang dari sudut subyek, hati nurani adalah norma terakhir untuk perbuatan-perbuatan kita. Jadi, hati nurani adalah norma perbuatan kita pertama-tama sejauh menyangkut soal kebersalahan.



Pembinaan Hati Nurani Tidak sedikit filsuf mencurigakan ajaran tradisional tentang hati nurani,justru karena hati nurani bersifat subjektif. Kecurigaan ini terutama ditemukan pada filsuf filsuf yang dipengaruhi oleh cara berpikir ilmu pengetahuan empiris .ilmu pengetahuan empiris mempunyai sebagai cita;cita obyektivitas sempurna ,keadaan yang sedapat mungkin dilepaskan dari setiap unsur subyektif. Etika sebagai ilmu tidak menjadi mubazir dengan adanya hati nurani .etika harus berusaha keras untuk mencari kepastian ilmiah dan obyektif tentang problemproblemMoral yang dihadapi.tapi bagaimanapun juga,etika sebagai ilmu selalu bergerak pada tahap umum.dan,seperti sudah dijelaskan sebelumnya ,hati nurani justru bertugas untuk menerjemahkan prinsip-prinsip dan norma-norma moral yang umum kedalam situasi konkret .karena itu peranan hati nurani selalu dibutuhkan.Hati nurani harus dididik ,seperti juga akal budi manusia membutuhkan pendidikan .dalam sebuah buku kecil ,filsuf prancis Gabriel madinier (1895-1958) Mengemukakan –beberapa pikiran yang pantas diperhatikan .tempat yang serasi untuk pendidikan moral adalah



keluarga ,bukan sekolah .pendidikan hati nurani ,itu harus dijalankan demikian rupa sehingga si anak menyadari tanggung jawabnya sendiri .



Hati Nurani dan “Superego” Sering kali hati nurani dikaitkan dengan “superego”,bahkan tidak jarang kedua hal itu disamakan begitu saja .istilah “superego”berasal dari Sigmund Freud(1856-1939) ,dokter ahli saraf Austria yang meletakan dasar untuk psikoanalisis .ia mengemukakan istilah itu dalam rangka teorinya tentang struktur kepribadian manusia.atau lebih tepat lagi,bila dikatakan bahwa ini teorinya yang kedua tentang struktur kepribadian ,yang sejak tahun 1923 (artinya ,sejak buku The Ego and the Id) Menggantikan pandangannya yang terdahulu. 1. Pandangan Freud tentang stuktur kepribadian Struktur psikis manusia menurut Freud meliputi tiga sistem yang berbeda beda, yaitu : a. Id Pada permulaan psikologi modern hidup psiksi disamakan begitu saja dengan kesadaran ,hal itu diwarisi oleh psikologi dari filsuf prancis Rene Descarets (1596 1650) yang dijuluki “Bapak filsafat modern” dan menjalankan pengaruh besar atas psikologi,ketika mulai berkembang sebagai suatu ilmu tersendiri. Bagi Descarets ,kegiatan psiksi yang tak sadar merupakan suatu kontradiksi ,karena hidup psiksi sama saja dengan kesadaran . Freud memakai istilah “id” untuk menunjukkan ketaksadaran itu. Id adalah lapisan yang paling fundamental dalam susunan yang bersifat impersonal atau anonim ,tidak disengaja atau tidak disadari ,dalam dayadaya mendasar yang menguasai kehidupan psikis manusia. Justru karena itu freud memilih istilah “Id”(atau bahasa aslinya ES) yang merupakan kata ganti orang neutrum .tentang Id berlaku bukan aku ( =subyek) yang melakukan ,melainkan ada yang dalam diri aku. Bagi freud ,adanya id psikis yang paling jelas membuktikan adanya Id adalah mimpi .nya melakukan apa yang disukai. Kata Freud: Id dipimpin oleh prinsip kesenangan”(the pleasure principle). b. Ego



Ego atau aku mulai mekar dari Id melalui kontaknya dengan dunia luar. Aktivitasnya Ego biasa sadar , prasadar maupun tak sadar. Tapi untuk sebagian besar ego bersifat sadar. Aktivitas sadar boleh disebut persepsi bathiniah dan proses proses intelektual dan aktivitas sadar dijalankan oleh ego melalui mekanisme-mekanisme pertahanan (defence mechamnisme). Ego dikuatkan oleh “prinsip realitas”(thereality principle ). Ego juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran dan apa yang akan dikerjakan. Akhirnya Ego menjamin kesatuan kepribadian atau dengan kata lain mengadakan sintesis psikis. c. Superego Superego adalah instansi terakhir yang ditemukan Frued. Superego dapat menempatkan diri di depan hadapan ego serta memperlakukannya sebagai objek dan caranya kerap sekali sangat keras. Superego ini merupakan dasar bagi fenomena yang kita sebut “hati nurani”. Superego adalah instansi yang melepaskan diri dari ego dalam bentuk observasi-diri, kritik-diri, larangan dan tindakan repleksi lainnya. Pokoknya, tindakan terhadap dirinya sendiri. Aktivitas superego menyatakan diri dalam konflik dengan ego, yang dirasakan dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, rasa malu, dan sebagainya. 2.Hubungan hati nurani dengan superego Teori frued tentang sruktur kepribadian tentu jauh lebih kompleks daripada yang bisa diuraikan disini.tapi penjelasan diatas kiranya sudah cukup untuk mendapat gambaran sedikit tentang maksud frued dengan superego.Dalam buku pengantar baru pada psikoalisis(1933), salah satu buku terakhir yang ditulisnya, ia mengatakan bahwa selain hati nurani superego meliputi juga fungsi-fungsi obserpasi-diri dan “ideal dari aku” (gambaran yang dipakai subjek untuk mengukur dirinya dan sebagai standar yang harus dikejar). Psikoanalisis frued mempunyai jasa besar dalam memperlihatkan bahwa rasa bersalah sering kali bercampur dengan unsur-unsur patologis. Psikoalisis justru dapat membantu kita untuk membedakan antara rasa bersalah yang kurang sehat serta rasa bersalah yang otentik dan dapat menjaga agar rasa bersalah itu sedapat mungkin otentik, artinya terpancar dari kepribadian yang utuh.



DAFTAR PUSTAKA K. Beirtens. Etika. 2004. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Baik Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) menjelaskan kata “hati nurani” begitu saja sebagai: “Hati yang telah mendapat cahaya Tuhan”. Marshall Glickman, The Mindful Money Guide, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 1999). S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral:Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan Imperatif Kategoris, (Yogyakarta: Kanisius, 1991). S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral:Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan Imperatif Kategoris, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 50. filsafatindonesia1001.wordpress.com/.../filsafat-hati-nurani-bag-1/