Tugas - Kelompok 1 - Penyakit Menular Frambusia-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Dosen : Ikes Dwi Astuti, SKM., M.Epid Mata Kuliah : Epidemiologi Penyakit Menular



MAKALAH Penyakit Menular Frambusia



Disusun Oleh: Kelompok 1



DESI ASTUTI



M.17.02.010



MUH YUNUS



M.17.02.017



RANI BUHARI



M.17.02.022



SYAHMI DWI PUTRI



M.17.02.027



PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO TAHUN AJARAN 2019/2020



1



KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Penyakit Menular Frambusia”. Kami mengucapkan banyak terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang membangun sangan kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lainnya dan pada waktu mendatang.



Palopo, 12 Januari 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI SAMPUL .................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ............................................................... 2 DAFTAR ISI .............................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ............................................................... 4 C. Tujuan ................................................................................. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Penyakit Menular Frambusia ............................................. 5 B. Komponen Proses Penularan Penyakit Frambusia ............ 8 C. Mekanisme Penularan Penyakit Frambusia ....................... 8 D. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Frambusia ..... 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 13 B. Saran .................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 14



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Frambusia pertama kali ditemukan oleh Castellani, pada tahun 1905 yang berasal dari bakteri besar (Spirocheta) bentuk spiral dan motil dari family (Spirochaetacaeae) dari ordo Sprochaetales yang terdiri dari 3 genus yang patogen pada manusia (Terponema, Borelia dan Leptospira). Spiroheta mempunyai cirri yang sama dengan pallidum yaitu panjang, langsing “Hellically Coiled”, bentuk Spiral sepeprti pembuka botol dan basil gram negative. Treponema memiliki kulit luar yang disebut glikosaminoglikan, didalam kulit memiliki peptidoglikan yang berperan mempertahankan integritas struktur organisme. Yaws merupakan penyakit endemic khususnya pada anak-anak, di negara-negara yang lembab dan beriklim tropis (Geo, 2005 : 447), sedangkan menurut Husama, 2012 : 30, Frambusia : Yaws ; berupa luka yang agak menonjol pada tempat yang terkena infeksi bakteri treponema yang biasanya ada ditungkai.



B. Rumusan Masalah 1. Apa itu penyakit menular frambusia ? 2. Apa saja komponen proses penularan penyakit frambusia? 3. Bagaimana mekanisme penularan penyakit frambusia? 4. Bagaimana cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Frambusia?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu penyakit menular frambusia 2. Untuk mengetahui apa saja komponen proses penyakit frambusia 3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penularan penyakit frambusia 4. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyakit menular frambusia



4



BAB II PEMBAHSAN



A. Penyakit Menular Frambusia 1. Sejarah Perkembangan Penyakit Menular Frambusia Penyakit Frambusia pertama kali ditemukan oleh Castellani, pada tahun 1905 yang berasal dari bakteri besar (Spirocheta) bentuk spiral dan motil dari family (Spirochaetacaeae) dari ordo Sprochaetales yang terdiri dari 3 genus yang patogen pada manusia (Terponema, Borelia dan Leptospira). Spiroheta mempunyai cirri yang sama dengan pallidum yaitu panjang, langsing “Hellically Coiled”, bentuk Spiral sepeprti pembuka botol dan basil gram negative. Treponema memiliki kulit luar yang disebut glikosaminoglikan, didalam kulit memiliki peptidoglikan yang berperan mempertahankan integritas struktur organisme. Yaws merupakan penyakit endemic khususnya pada anak-anak, di negara-negara yang lembab dan beriklim tropis (Geo, 2005 : 447), sedangkan menurut Husama, 2012 : 30, Frambusia : Yaws ; berupa luka yang agak menonjol pada tempat yang terkena infeksi bakteri treponema yang biasanya ada ditungkai.



2. Epidemiologi Penyakit Menular Frambusia Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa di regional Asia Tenggara terdapat tiga negara yang mempunyai masalah frambusia yaitu India, Indonesia dan Timor Leste Penyakit frambusia di Indonesia sampai saat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah walaupun secara nasional angka prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2006 terdapat lima propinsi di Indonesia dengan angka prevalensi yang cukup tinggi yaitu Papua Barat (15,00), Papua (10,01), Sulawesi Tenggara (7,92), Nusa Tenggara Timur (2,80), dan Maluku (1,08). Prevalensi penyakit frambusia di Kota Jayapura berfluktuasi dari tahun 2005 sampai 2007. Pada tahun 2005 prevalensi frambusia 1,7 per 10.000 penduduk sedangkan pada tahun 2006 menjadi 1,4 per 10.000 penduduk namun pada 5



tahun 2007, prevalensi penyakit frambusia di Kota Jayapura sebesar 5,4 per 10.000 penduduk. Angka ini lebih tinggi dari kebijakan Departemen Kesehatan yaitu < 1 per 10.000 penduduk. Hasil survei yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Jayapura pada bulan Juni tahun 2007 terhadap 200 orang penduduk diketahui bahwa 24% menderita frambusia dan 56% mempunyai kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat.



3. Manifestasi Klinis Penyakit Menular Frambusia Penyakit menular Frambusia merupakan penyakit dengan gejala klinis berupa munculnya lesi primer pada kulit berupakutil (papiloma) pada muka dan anggota gerak, terutama kaki, lesi ini tidak sakit dan bertahan sampai berminggu – minggu bahkan berbulan – bulan Stadium lanjut dari penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 persen dari penderita yang tidak di obati akan cacat. Gejala klinis pada penyakit Frambusia terdiri atas 3 Stadium yaitu: 1. Stadium Primer Stadium ini dikenal juga stadium menular.Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’ entre yang berbentuk seperti buah arbei, permukaan basah, lembab, tidak bernanah, sembuh spontan tanpa meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian kemudian, papula-papula menyebar yang sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial berlangsung beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini sering ditemukan disekitar rongga mulut, di dubur dan vagina, dan mirip kandilomatalata pada sifilis. Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut, walaupun terkadang dengan pigmentasi.selain itu terdapat semacam papiloma pada tapak tangan atau kaki, dan biasanya lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula, macula papulosa, papula, mikropapula, nodula, tanpa menunjukan



6



kerusakan struktur pada lapisan epidermis serta tidak bereksudasi.Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang menular.



2. Stadium Sekunder atau masa peralihan Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue.Treponema positif ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah stadium I. Pada stadium ini frambusia tidak menular dengan bermacam-macam bentuk gambaran klinis, berupa hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ekstermitas, yang dapat mengakibatkan terjadi atrofi kuku dan deformasi ganggosa, yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou (suatu bentuk ostitis hipertofi), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi, hidrartosis, serta junksta artikular nodular (nodula subkutan, mudah bergerak, kenyal, multiple), biasanya ditemukan di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah akral atau plantar dan palmar.



3. Stadium Tersier Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam atau bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat membentuk keloid dan kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat mengakibatkan kecacatan dan kerusakan pada tulang. Kerusakan sering terjadi pada palatum, tulang hidung, tibia.



7



B. Komponen Proses Penularan Penyakit Frambusia 1.



Factor Penyebab (Agent) Penyakit Frambusia disebabkan oleh bakteri Spiroket Triponema Palladium Pertenue.



2.



Mode of transmission a.



Kontak Langsung Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.



b.



Penularan Secara Tidak Langsung Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda, tetapi hal ini sangat jarang.Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut.Selain itu juga dapat melalui kontaminasi akibat menggaruk, barang-barang yang kontak dengan kulit.



C. Mekanisme Penularan Penyakit Frambusia 1. Portal Of Exit and Entry Yaitu dengan bersentuhan dengan kulit yang luka.



2. Cara penularan (mode of transmition) a) Penularan secara langsung (direct contact) Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit 8



seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.



b) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenueyang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya. Treponema partenue dapat mengalami 2 kemungkinan, antara lain : 1) Infeksi effective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi efektif dapat terjadi jika Treponema pertenueyang masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia.



2) Infeksi ineffective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejalagejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap penyakit frambusia.



9



D. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Frambusia 1. Pencegahan penyakit Frambusia a. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) 1) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan/insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan



sumebr



penularan



maupun



memutuskan



rantai



penularan, disamping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularan. Selain itu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan sumber penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada, serta mengurangi atau menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat. 2) Mengatasi atau modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta



bentuk



pemukiman



lainnya,



perbaikan



dan



peningkatan



lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan kehidupan sosial masayarakat. 3) Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi



serta



berbagai



bentuk



pencegahan



khusus



lainnya,



peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh factor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olahraga kesehatan.



10



b. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) a) Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan kepada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit untuk lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.



b) Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveillance penyakit tertentu, pemeriksaan berjala serta pemeriksaan kelompok tertentu ( calon pegawai, ABRI, Mahasiswa, dan lain sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang efektif. c) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis Framboesia.



c. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention) Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit Framboesia dengan tujuan mencegah jangan sampai cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya penyakit tersebut atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Berbagai usaha dalam mencegah proses penyakit



lebih



lanjut



agar



jangan



terjadi



komplikasi



dan



lain



sebagainya.Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah



terjadinya



akibat



samping



dari



penyembuhan



penyakit



Framboesia.Rehabilitasi adalah usaha pengembalian funsi fisik, psikologis, sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi mental atau psikologis serta rehabilitasi sosial.



2.



Penanggulangan Penyaakit Frambusia a.



sasaran pada sumber penularan 11



yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan yg bisa menyebabkan virus treponema pallidum masuk ke tubuh pejamu.



b. Sasaran pada cara penularan Penanggulangan pada cara penularan dapat di lakukan dengan menghindari kontak langsung dengan penderita farambusia.



c. Penanggulangan pada pejamu potensial Yaitu dengan cara memeprbaiki hyginee perorangan, dan hindari kontak langsung dengan penderita.



12



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Penyakit menular Frambusia merupakan penyakit dengan gejala klinis berupa munculnya lesi primer pada kulit berupakutil (papiloma) pada muka dan anggota gerak, terutama kaki, lesi ini tidak sakit dan bertahan sampai berminggu – minggu bahkan berbulan – bulan Stadium lanjut dari penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 persen dari penderita yang tidak di obati akan cacat. Gejala klinis pada penyakit Frambusia terdiri atas 3 Stadium yaitu: 1. Stadium Primer 2. Stadium Sekunder 3. Stadium Tersier



B. Saran Dari pembahasan makalah kami, diharapkan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan perseorangan. Hal ini sangat penting untuk menghindari terkenanya penyakit menular dari berbagai faktor penyebab yang ada. Serta kami membutuhkan kritik dan masukan atas makalah yang kami buat.



13



DAFTAR PUSTAKA Arisanti, Yuli. 2019. Gambaran Umum Kasus Frambusis Setelah Pengobatan Massal Dengan Azitromisin Di Kota Jayapura. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 47 (2: 77-82. Hernani, 2017, Panduan Penyuluhan Pengendalian Penyakit Kusta Dan Frambusia Menurut Agama. Jawa timur.Dinas kesehatan



14