Tugas Management Farmasi Obat Life Saving [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MANAGEMENT FARMASI



OBAT-OBAT LIFE SAVING



OLEH RAHAYU JELITA 1301071 SI-VII B



DOSEN : ERNIZA PRATIWI M.Farm, Apt



PROGRAM STUDI SI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2016



OBAT-OBAT LIFE SAVING Obat life saving merupakan obat yang harus ada karena fungsinya yang sangat penting. Berikut ini merupakan obat-obat yang tergolong life saving:  Adrenalin / epinefrin inj  Sulfas Atropin inj  Aminophyllin inj  Catapres inj  Diphenhydramin inj  dexamethason inj  dopamin inj  stesolid inj  stesolid rectal  furosemid inj  meylon inj  metil prednisolon inj  MGSO4 inj  Prostigmin inj  NaCl 25 ml  Fargoxin inj  Penthanyl inj  Dextrose 40%  Crome ( carbamazo crome) inj



Penjelasan Tentang Obat-Obat Yang Tergolong Life Saving : 1. Diazepam Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat karena dapat mencapai efek yang cepat. 2. Anti Alergi (Diphenhidramin HCl) Diphenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin yang mempunyai khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin yaitu dapat mengatasi reaksi alergi, berefek sedatif yang dapat menguntungkan bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun pasien yang perlu banyak tidur, berefek sebagai antikolinergik dan juga antiemetik. Disamping itu diphenhidramin HCl dapat mengatasi paralisis agitans, mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan pergerakan. Setelah pemberian oral atau parenteral, diphenhidramin HCl diabsorpsi secara baik. Untuk mengatasi reaksi alergi, maka diharapkan obat tersebut langsung dapat memberikan efek sehingga rasa gatal, sakit, bercak merah, dan udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan efek yang cepat biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi. Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular. 3. Induxin Tiap ml injeksi mengandung Oxytocin sintetik 10 IU. Oxytocin bekerja selektif pada otot polos uterus untuk menstimulasi kontraksi ritmis pada uterus, meningkatkan frekuensi kontraksi yang telah ada dan meningkatkan tonus otototot uterus. Respon yang ditimbulkan tergantung pada ambang rangsang uterus terhadap obat ini. Oxytocin juga bekerja pada reseptor-reseptor sel mioepitel di



payudara dan menstimulasi kontraksi sel-sel, ini yang menyebabkan mengalirnya air susu ke duktus yang lebih besar, serta memudahkan keluarnya. 4. RL Keunggulan terpenting dari Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya sangat serupa dengan yang dikandung di dalam cairan ekstraseluler. Namun merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi, syok hipovolemik termasuk syok perdarahan. Dengan adanya bikarbonat atau laktat ini, larutan Ringer laktat sangat baik sekali digunakan pada kasus-kasus diare yang umumnya disertai dengan asidosis metabolik, karena terbuangnya bikarbonat melalui tinja. Komposisi elektrolit ini juga merupakan pilihan pada resusitasi pasien dengan berbagai keadaan lain, sepeti Demam Dengue dengan syok, syok pendarahan. 5. Sedativa, DepresanSSP (Phenobarbital/Luminal) Hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangny akesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati, tergantung dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiolgis. Phenobarbital berefek sebagai sedatifa namun karenasifatnya yang sangat sukar larut dalam air maka dipilih Phenobarbital Na yang sangat mudah larut dalam air (air sebagai pelarut). Memiliki masa kerja 10-16 jam, dimana 90% dari dosis diekskresikan menjadi p-hidroksi. Aktivitasnya lebih kuat dari barbital. 6. Aminophylin



Merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator dengan jalan melemaskan otot polos bronkus. 7. Tramadol Tramadol merupakan analgesik opioid. Tramadol injeksi adalah sediaan dari tramadol HCl yang mengandung 50 mg/ml per ampul dengan warna jernih. Tramadol HCl merupakan suatu analgesik yang bekerja di sentral yang memiliki susunan kimia mirip dengan derivat opiat. Tramadol HCl mempunyai suatu kelompok substitusi metil pada suatu bagian fenol yang mempengaruhi afinitas keterikatannya dengan reseptor opiat. Tramadol HCl menghambat aktifitas monoaminergik spinal sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. 8. Metil Prednisolon, Na Suksinat Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejalain flamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik dan alergen. Gejala ini umumnya berupa :kemerahan, rasa sakit dan panas, serta pembengkakan di daerah radang. Secara mikroskopik obat ini kecual imenghambat fenomena inflamasi dini udem, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ketempat radang dan aktifitas fagositis juga dapat mengambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut (proliferasi kapiler dan fibriblast, pengumpulan kalogen dan pembentukan sikatriks). Penggunaan klinik kortikos teroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paling atif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini dapat digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Karena gejala antiinflamsi ini sering digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan glukokortikoid kadang-kadang terjadi masking effect, dari luar nampaknya penyakit sudah sembuh tetapi infeksi didalam masih terus menjalar. Metilprednisolon Nasuksinat merupakan golongan kortikosteroid sebagai antiinflamsi yang dapat diberikan secara parenteral (IV, IM, intrasinovial,



intralesi). Metilprednisolon Nasuksinat ini merupakan sinonim dari deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi paling besar.



9. Adrenalin (Epinefrin HCl) Sediaan steril yang akan dibuat adalah injeksi adrenalin secara intramuskular, dimana zat yang digunakan adalah epinefrin. Kegunaan dari epinefrin adalah untuk mengembalikan kondisi fisiologis dari gejala darurat (seperti edema laryngeal, bronkospasme, dan hipotensi), dan dapat juga di kaitkan dengan reaksi hipersensitivitas seperti anafilaksis dan angioedema. Tetapi disini yang dibahas adalah efeknya sebagai obat yang dapat mengatasi syok anafilaktik, yang mana memerlukan terapi sesegara mungkin dibanding kondisi lainnya. 10. Kortison Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif yaitu, hidrokortison Na phospat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari. Dan metode pembuatannya dilakukan secara aseptis karena hidrokortison tidak tahan pemanasan sehingga tidak dilakukan sterilisasi akhir. 11. Prostigmin prostigmin berisi neostigmine (dimethylcarbamide ester (3 - hidroksifenil) – trimetilamonium) dalam bentuk garam methylsulfate 0,5 mg per ampul untuk injeksi.Neostigmin



menghambat



hidrolisis



acetycholine



bersaing



dengan



acetycholine untuk dipasang pada acetylcholinesterase di situs dari transmisi kolinergik. itu meningkatkan tindakan kolinergik dengan memfasilitasi transmisi impuls di persimpangan neuromuskular. juga memiliki efek cholinomimetic langsung pada otot rangka dan mungkin pada sel ganglion automic dan neuron dari sistem saraf pusat. neostigmine mengalami hidrolisis oleh kolinesterase dan juga dimetabolisme oleh enzim mikrosomal di hati.



12. Anti Infeksi (Gentamisin Sulfat) Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. 13. NaCl 0,9% merupakan garam yang berperan penting dalam memelihara tekanan osmosis darah dan jaringan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. 14. Dobutamin Dobutamin bekerja langsung pada betha reseptor menghasilkan efek inotropik (peningkatan kontraksi jantung). Dengan indikasi efek inotropik pada infark, bedah jantung, cardiomyopathies, septic shock dan cardiogenic shock. 15. Atropin Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae untuk eringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi; mengembalikan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin



untuk



mengembalikan



penghambatan



non-depolarising



neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary resucitation.



Contoh Kasus Gawat Darurat Yang Memerlukan Pertolongan Segera Dengan Memberikan Obat Yang Bersifat Life Saving : 1. Syok anafilaktik dan hipotensi Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat pada 3 faktor utama yaitu curah jantung, volume darah, tonus vasomotor perifer. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi, maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokonstriksi perifer menigkat. Jika hipotensi menetap dan vasokonstriksi berlanjut, hipoperfusi mengakibatkan asidosis laktat, oliguria dan ileus. Jika tekanan arteri cukup rendah, terjadi disfungsi otak dan otot jantung. Salah satu contoh keadaan gawat darurat yang membutuhkan obat-obat life saving yaitu syok anafilaktik. Syok anafilaktik adalah keadaan hipotensi yang merupakan bagian dari sindrom klinis reaksi imunologis antibody-mediated bersifat sistemik. Gejala klisnis timbul setelah kontak dengan antigen dari beberapa detik sampai beberapa jam dengan manifestasi klinis yang berbeda-beda dalam berat ringannya, lama serangan maupun perjalanan penyakitnya ( dapat mengenai satu sistem atau lebih). Tingkat keparahan klinis tergantung pada rute masuknya dan dosis antigen. Efek klinis anafilaktik mengenai sistem pernafasan dan sistem sirkulasi. Terjadi edem hipofaring dan laring, konstruksi bronkus dan bronkiolus, disertai hipersekresi mukus, dimana semua keadaan ini menyebabkan spasme dan obstruksi jalan nafas akut. Salah satu mediator terpenting syok anafilaksis adalah histamin, menyebabkan vasodilatasi arteriol, dan peningkatan permiabilitas vaskuler sehingga terjadi hipotensi. Hal ini diperberat dengan adanya angioedem



yang terjadi di kulit (flushing, urtika, eritema) dan organ visera. Turunnya perfusi koroner akibat hipotensi ataupun pacuan reseptor H1 (histamin) pada arteri koroner juga akan menimbulkan spasme arteri dan depresi myokard dengan gejala angina dan takikardi. Pada instalasi gawat darurat di RSMS terdapat paketan box yang didalamnya terdapat obat-obat yang termasuk dalam obat life saving. Paket box tersebut terdapat pada ruang bedah minor, ruang observasi, dan ruang OK (operasi). Terapi yang dibutuhkan : -



Pemberian adrenalin/ epinefrin inj 0,3 – 0,5 ml subkutan atau i.m. Bila efek dari adrenalin kurang maka berikan difenhidramin hidroklorida, 1mg/kgBB samapai maksimal 50 mg im atau iv perlahan-lahan. Bila terjadi hipotensi (tek.sistolik < 90 mm Hg), berikan cairan dopamin 400 μg(2 ampul) dalam cairan infus glukosa 5% atau RL Bila terjadi bronkospasme persisten berikan oksigen 4-6 liter/menit. Bila tidak terjadi hipotensi maka berikan aminofilin dosis 0,5-0,9 mg/kgBB. 2. Preeklamsia/ Eklamsia Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang dan / atau koma yang timbul bukan akibat kelainan nerologi. Terapi yang diberikan :



-



Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO 4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 gr intravena dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam drip infus sampai tekanan darah stabil. Syarat pemberian MgSO4 reflek patela kuat, frekwensi pernafasan > 16 x per menit. Harus tersedia antidot MgSO4 yaitu calsium glukonas 10% yang dapat diberikan secara intravena dalam 3 menit. Bila masih tetap kejang berikan amobarbital 35mg/kgBB intravena perlahan, atau fenobarbital 250 mg intramuskular atau diazepam 10 mg intravena. Dan juga berikan nefidipin oral 3-4 x 10 mg untuk menurunkan tekanan darah.



3. Pneumonia Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Keluhan : badan lemas, sudah 4 hari badan gemetaran, keringat dingin keluar banyak, nafas tidak plong, tidak nafsu makan dan minum Terapi : -



Infus DS



-



Ceftriaxon inj 2x1



-



ISDN 2x 5 mg



-



Aspilet 1x 100 mg



-



Plavix 1x 75 mg



4. Obs. Kejang post stroke hiperglikemia Keluhan : sesak sore dan kejang 7x Stroke adalah penurunan sistem syaraf utama secara tiba-tiba yang berlangsung selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah. Serangan iskemia sementara atau transient ischemic attacks (TIAs)



adalah



iskemia sistem syarat utama menurun selama kurang dari 24 jam dan biasanya kurang dari 30 menit. Terapi : -



NaCl 0,9 %



-



Ceftriaxon inj 2x1



-



Kutoin inj 2x100



-



Citicolin inj 2x1



-



Diazepam 10 mg bila kejang



5. CRF Keluhan : pasien mengalami sesak bertambah , batuk riwayat CRF Terapi : -



Infus D5%



-



Inj furosemide



-



Inj ranitidine



-



Inj meylon 1 flas



-



O2 3L



-



Amlodipine 5 mg



6. Observasi Dyspnew Keluhan : pasien mengalami sesak nafas, riwayat asma, batuk dan lendir sulit keluar, perut kembung Terapi: -



Infus D5% dan aminopillin 1 ampl



-



Rantin inj 1 ampl



-



Dexamethason inj 3x1 ampl



-



Metyl prednisolon inj 3x 125 mg



7. Observasi ascites oedem poelmoe susp CRF Sejak lebih dari 3 hari perut membesar, sesak Terapi:



-



D 5%



-



Ampicillin 3x1 gr



-



Impugan 3x2 gr



-



Ranitidin 2x1



8. Kasus perdarahan hebat pada kecelakaan berat atau pada pasca operasi Terapi : -



As. Tranexsamat inj



-



Crome inj



-



Vit K inj



-



Vit c inj



9. Pada kasus pasca operasi pasien tidak sadarkan diri Terapi : -



Atropin sulfas inj



-



Prostigmin inj



-



Nakoba inj ( bila pasien tidak bangun-bangun )



10. CRF (penurunan kesadaran dg recurent stroke konvulsi post HD) Keluhan : pasien tidak sadar dan sesak di ruang IGD selesai cuci darah tiba-tiba kejang dan tidak sadarkan diri, stroke, CRF, HD rutin TD: 210/150, N=86, R= 30, S=35 Terapi : -



O2



-



NaCl infus



-



Ceftriaxon inj 2x1



-



Rantin inj 2x1



-



Brainact (citicolin) inj 2x1



-



Catapres inj 1mg/NaCl 0,9%.100 cc



Penyimpanan Obat-Obat Yang Tergolong Life Saving : Obat-obat life saving disimpan sesuai dengan stabilitasnya. Kebanyakan di simpan pada suhu max 25º C. Namun ada beberapa obat live saving yang disimpan di suhu 8 ºC, contohnya pospargin dan crome yang berfungsi mencegah atau menghentikan pendarahan hebat. Penyediaan Obat-Obat Yang Tergolong Life Saving : Penyediaan obat-obat life saving menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi, sehingga diharapkan obat-obat tersebut akan selalu ada dan tidak kosong. Untuk distribusi obat – obat life saving menggunakan sistem floor stock dan juga semi UDD. Dengan adanyasistem distribusi tersebut diharapkan distribusi obat ke pasien akan lebih cepat dan optimal.