TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI PARIWISATA Pak Anom [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI PARIWISATA INTERAKSI SOSIAL STAKEHOLDER PARIWISATA DI DESA WISATA TENGANAN DAUH TUKAD Dosen Pengampu : Dr. Drs. I Putu Anom, M. Par.



Disusun Oleh :



I Made Gede Darma Susila



1981011002



I Gede Wiramatika



1981011018



I Kadek Suara Adi Saputa



1981011022



Luh Ade Syah Sugiarni



1981011031



I Gusti Bagus Simpen Diantara



1981011045



PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2020



PENDAHULUAN Perkembangan pariwisata di Bali khususnya sudah berkembang dengan sangat pesat. Banyak pemangku kepentingan atau stakeholder yang ingin dilibatkan dalam pembagian kue pariwisata didaerahnya. Dalam hal memfasilitasi kegiatan pariwisata pada suatu daerah, stakeholder harus memahami interaksi yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat local baik dalam hal positif maupun hal negatif. Sehingga para stakeholder dapat mengetahui dan mengawasi perilaku wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke daerahnya. Dalam memahami perilaku wisatawan tersebut, terdapat suatu ilmu di pariwisata yang disebut dengan sosiologi pariwisata Menurut Pitana (2008) menyatakan bahwa sosiologi pariwisata adalah cabang dari sosiologi yang mengkaji masalah-masalah kepariwisataan dalam berbagai aspeknya. Dapat juga dikatakan bahwa sosiologi pariwisata adalah kajian tentang kepariwisataan dengan menggunakan perspektif sosiologi, yaitu penerapan prinsip, konsep, hukum, paradigma dan metode sosiologi di dalam mengkaji masyarakat dan fenomena pariwisata, untuk selanjutnya berusaha mengembangkan abstraksi-abstraksi yang mengarah kepada pengembangan teori. Pendefinisian ini dapat dianalogikan dengan cabangcabang sosiologi lainnya, seperti sosiologi agama, sosiologi pembangunan, sosiologi hukum dan seterusnya. Dalam hal pariwisata juga dapat dilihat melalui interaksi para pemangku kepentingan yakni masyarakat, industry pariwisata dan wisatawan. Kegiatan pariwisata dalam suatu destinasi dianggap penting karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokalnya. Jika masyarakat local tidak mendapatakan manfaat akan kegiatan pariwisata tersebut maka akan terjadi penolakan oleh masyarakat dari kegiatan pariwisata itu sendiri. Karena hal itulah perlunya dipahami bentuk-bentuk interaksi yang terjadi. Bentuk interaksi wisatawan dan masyarakat lokal bervariasi sesuai dengan motivasi dan pelaku terjadinya interaksi. Dalam hal ini akan dibahas mengenai studi kasus di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad yang membahas mengenai interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokalnya. Studi literatur yang digunakan yakni menurut de Kadt (1979) dalam Oktaviyanti (2013), terdapat tiga bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal. Bentuk interaksi yang paling umum terjadi yakni kedua pihak melakukan transaksi wisata. Pelaku interaksi adalah wisatawan yang memakai produk wisata serta masyarakat lokal yang menyediakannya. Interaksi kedua terjadi apabila wisatawan dan masyarakat lokal saling bertemu di atraksi wisata yang sama. Dalam hal ini berada pada rumah warga yang digunakan sebagai tempat souvenir di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad. Bentuk interaksi yang ketiga adalah interaksi yang terjadi saat kedua belah pihak saling bertukar informasi,



baik mengenai pariwisata, budaya ataupun antar pribadi, di kawasan wisata. Berikut ini merupakan Tabel 1. model interaksi antara wisatawan & masyarakat local yang akan digunakan untuk mengukur interaksi kedua stakeholder tersebut di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad. Tabel 1. Model Interaksi Wisatawan & Masyarakat Lokal Bentuk Pelaku Contoh Interaksi Itensitas Interaksi Interaksi Interaksi Wisatawan- 1. Pembelian tiket atraksi wisata Rendah & Tinggi untuk masyarakat 2. Pembelian paket wisata mengadakan pekerja 3. Pembelian souvenir, makanan transaksi & minuman wisata 4. Pemakaian akomodasi & transportasi 5. Pemakaian jasa pemandu wisata Interaksi di Wisatawan- 1. Pertukaran informasi Rendah & Tinggi atraksi masyarakat pariwisata wisata yang non pekerja 2. Pertukaran pengalaman pribadi sama 3. Pembelajaran budaya Interaksi Wisatawan- 1. Pemberian informasi Rendah & Tinggi untuk masyarakat pariwisata, budaya, pengalaman mendapatka pekerja pribadi n informasi Wisatawan- 1. Pertukaran informasi Rendah masyarakat pariwisata non pekerja Sumber : Oktaviyanti, 2013 Interaksi – interaksi tersebut menghasilkan perubahan pada wisatawan sebagai tamu dan masyarakat lokal selaku tuan rumah suatu kawasan wisata. Sebagai akibat dari interaksi diantara keduanya, kegiatan pariwisata ikut terpengaruhi oleh kegiatan tersebut. Hal ini terjadi karena saat suatu interaksi sosial yang dimana kedua belah pihak melakukan kontak pertama-tama untuk kegiatan pariwisata, seperti untuk pembelian paket wisata ataupun penjualan souvenir. Hasilnya adalah interaksi tersebut berhasil mendukung lancarnya kegiatan pariwisata didaerah tersebut dan dapat berlaku juga sebaliknya. Perkembangan pariwisata selanjutnya memungkinkan wisatawan dan masyarakat lokal melakukan interaksi tidak semata-mata untuk suatu transaksi wisata saja. Melainkan juga pemenuhan kebutuhan untuk saling mengenal kebiasaan dan budaya masing-masing, terutama wisatawan dalam mengenal budaya masyarakat setempat sebagai salah satu daya tarik wisata. Interaksi ini beragam wujudnya, mulai dari percakapan antara wisatawan dan masyarakat local, antara wisatawan dengan guide lokal atau pegawai kantor biro wisata



mengenai paket wisata. Interaksi yang berbeda-beda ini juga dapat memberi dampak yang berbeda pula pada wisatawan dan masyarakat local baik itu hal positif maupun negatif. STUDI KASUS DESA WISATA TENGANAN DAUH TUKAD A. Sejarah Singkat Desa Tenganan Dauh Tukad merupakan kebudayaan desa yang tertua atau “Bali Mula” ini menjadikan desa ini sebagai atraksi wisata budaya yang unik dapat dilihat dari cara hidup masyarakat local, suasana desa yang masih asri, dan kentalnya budaya lokal di daerah tersebut. Pendududk Bali Aga yang sering disebut dengan wong bali mula yaitu orang bali asli yang mendiami pulau bali ini mendahului pendududuk Bali Pedataran atau Bali Majapahit.



Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2020 Salah satu atraksi sakral yang dimiliki desa ini adalah mekare pandan (perang pandan), selain itu terdapat juga tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah satunya melalui prosesi mesabat-sabatan biu perang buah pisang). Sebagaimana diketahui prosesi upacara megered pandan, nulak damar, daa teruna nyambak, metekrok, ayunan merupakan budaya ritual aliran indra atau bisa disebut ritual tradisi hindu majapahit. Budaya ini juga terdapat di desa Bali Aga Tenganan Pegeringsingan, namun di desa ini juga memilikinya dan yang menyatu serta bercampur dengan budaya adat setempat yang dominan beraliran ciwa (tradisi hindu majapahit). Desa Tenganan Dauh tukad juga memiliki tradisi yang tidak ada di tenganan pegeringsingan yakni tradisi mesabat biu atau sering disebut



Gambar 1.2. Papan Rumah



perang pisang, tradisi ini yang membedakannya dengan Desa Tenganan Pegeringsingan selain adat istiadat dan awig-awig.



B. Komponen 4A Pariwisata 1. Atraksi Wisata Atraksi wisata yang sering dilakukan desa ini yakni upacara adat seperti perang pisang & perang pandan. Perang pandan digambarkan dengan prajurit yang sedang berperang sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Indra, dimana darah dari kegiatan perang itupun merupakan bentuk penghormatan. Atraksi wisata perang pandan ini sudah terkenal hingga mendunia yang dilakukan tiap 1 tahun sekali. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan yakni seperti berkeliling menikmati suasana pedesaan di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad, melihat rumah Adat masyarakat local, wisata edukasi berupa belajar menenun bersama masyarakat local, serta juga dapat melihat hasil kerajinan masyarakat lokal seperti keranjang dan lontar. 2. Aksessibilitas Secara administratif, Desa Tenganan ini terbagi dalam lima dusun yaitu Dusun Tenganan Pegringsingan, Dusun Bukit Kaja, Dusun Bukit Kangin, Dusun Gumung dan Dusun Tenganan Dauh Tukad. Jalan masuk menuju desa ini yakni melalui akses masuk menuju Desa Tenganan Pegeringsingan serta melewati tegalan masyarakat lokal. 3. Sarana & Prasarana



Terdapat Homestay di Desa Tenganan Dauh Tukad yang pengelolaannya bekerjasama dengan seorang WNA (Warga Negara Asing) yang berasal dari Australia yang berjumlah 1 buah homestay. Di desa ini tidak memberikan izin untuk mendirikan bangunan berupa akomodasi hotel dan villa. Selain itu fasilitas lainnya yang tersedia untuk wisatawan yakni toilet umum, gratis jasa pemandu wisata, toko souvenir hampir di setiap rumah masyarakat local.



Gambar 3. Souvenir



Gambar 4. Souvenir



Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2020 4. Kelembagaan Pariwisata/ POKDARWIS Kegiatan Pariwisata di Desa Tenganan Dauh Tukad dikelola oleh POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Menurut wawancara dengan ketua POKDARWIS menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan kira-kira dalam waktu 1 bulan mencapai 300 buah mobil yang mengunjungi desa Tenganan Dauh Tukad. Wisatawan mancanegara yang datang dominan berasal dari Eropa, Australia dan Asia sedangkan wisatawan domestik hanya sekitar 10% saja. Di desa ini tidak dipungut tiket masuk, yang ada hanyalah donasi kunjungan. Mata Pencaharian Warga sebagian besar berprofesi sebagai petani serta pengerajin tenun, produk atta, penulis lontar. C. Dampak Interaksi Sosial Antara Wisatawan & Masyarakat Lokal Ketiga bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad memberi dampak pada kedua belah pihak. Dampak tersebut dapat menjadi positif ataupun negatif dikarenakan sudut pandang yang berbeda pada wisatawan ataupun masyarakat lokal. Oleh karena itu paparan berikut ini menunjukkan dampak pada kedua sisi, baik positif ataupun negatif. Tabel 2 Dampak Interaksi Sosial Wisatawan dan Masyarakat Lokal



Perilaku Interaksi



Wisatawan dan Masyarakat Pekerja



Wisatawan dan Masyarakat Non Pekerja



Contoh Interaksi  Pembelian paket wisata  Pembelian souvenir, makanan & minuman  Pemakaian jasa akomodasi, transportasi  Pemakaian jasa guide  Pemberian informasi pariwisata  Pertukaran dan pembelajaran budaya  Pertukaran dan pengalaman pribadi



Intensita s Rendah



Tinggi



Rendah



Tinggi



Dampak Positif atau Negatif Wisatawan Masyarakat  Permasalahan sampah (-)  Pergeseran budaya masyarakat setempat (-)  Perbedaan harga (-)  Wisata murah (-)  Value for money (+)  Mendapatkan manfaat ekonomi dari wisatawan yang berkunjung atau berbelanja (+)  Terjualnya produk local (+)  Menambah wisatawan (+)



wawasan  Keterbukaan masyarakat (+)  Mendapatkan manfaat ekonomi dari donasi yang diberikan (+)  Wisatawan belajar budaya local atau wisata edukasi (+)  Merekomendasikan/ Kunjungan Kembali (+)



Sumber : Hasil wawancara ketua POKDARWIS, 2020 Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interkasi yang terjadi di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad dapat dibagi menjadi 2 yaitu interaksi antara wisatawan dan masyarakat pekerja serta antara wisatawan dan masyarakat non pekerja. Intensitas yang berbeda dari pelaku interaksi yang berbeda membawa keragaman dampak pada kedua belah pihak. Suatu dampak bisa dipandang sebagai positif maupun negatif bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, dari sisi wisatawan atau masyarakat lokal. Dilihat dari sisi perilaku interaksi wisatawan dan masyarakat pekerja dapat diklasifikasikan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Dampak positifnya yang didapatkan wisatawan yakni value for money atau nilai uang yang dibelanjakan setara dengan pengalaman yang didapatkan memiliki intensitas yang tinggi. Hal ini karena budaya yang masih kental dimiliki oleh Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad. Selain itu juga didesa ini menjual hasil produk kerajinan untuk souvenir seperti Tenun Pegringsingan, Syal, kain kamen, tenun double ikat, kerajinan patung, dan lukisan di atas lontar yang dibuat oleh masyarakat lokal. Selain itu juga tersedia jasa pramuwisata atau guide yang secara cuma-Cuma atau gratis memberikan pelayanan informasi seputar lokasi-lokasi menarik di desa ini. Dampak negatif yang didapatkan wisatawan yakni permasalahan sampah dan perbedaan harga dengan intensitas rendah. Perbedaan harga terkait dengan tidak adanya penetapan harga yang sama pada tiap rumah yang menjual souvenir yang dapat menimbulkan salah tafsir atau penilaian negative wisatawan terhadap masyarakat local. Dampak positif yang didapatkan masyarakat dari interaksinya dengan wisatawan yakni mendapatkan manfaat ekonomi dari wisatawan yang berkunjung atau berbelanja, dan



terjualnya produk local dengan intensitas yang tinggi. Dengan terjualnya produk local sehingga memotivasi masyarakat local untuk berkarya dalam menjual souvenir kepada wisatawan. Interaksi sosial ini secara tidak langsung membantu masyarakat dalam memasarkan produk-produk kerajinan yang dimiliki. Dampak negatif yang didapatkan masyarakat local yakni terkait dengan Pergeseran budaya masyarakat setempat dan wisata murah dengan itensitas yang rendah. Pergeseran budaya setempat yakni terkait dengan perilaku wisatawan yang mungkin dapat meniru perilaku wisatawan yang berbeda dengan budaya di desa ini. Perbedaan budaya masyarakat desa dengan wisatawan, misalnya budaya fashion. Dimana wistawan-wisatawan terkadang menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan budaya Desa Tenganan Dauh Tukad ditakutkan dapat mempengaruhi masyarakat sehingga meniru cara berpakaian tersebut. Sedangkan wisata murah yang dimaksud yakni terkait dengan wisatawan yang mencari kesalahan masyarakat local agar diberikan harga yang murah atau gratis ketika berbelanja souvenir atau menikmati fasilitas pariwisata yang ada. Selanjutnya dilihat dari perilaku wisatawan dan masyarakat non pekerja, dari sisi wisatawan hal positif yang didapatkan yakni menambah wawasan wisatawan dengan intensitas rendah dan wisatawan belajar budaya local serta merekomendasikan atau berkunjung kembali memiliki intensitas yang tinggi. Dilihat dari segi wisata edukasi yang ditawarkan yakni terkait dengan kegiatan menenun kain tergantung dari paket wisata yang ditawarkan. Beberapa penggiat seni perfilman yang mengunjungi Desa Tenganan Dauh Tukad untuk melakukan syuting film untuk menggarap nilai-nilai budaya di desa tersebut. Selain itu, beberapa peneliti tertarik dengan kebudayaan di Desa Tenganan Dauh Tukad dan datang ke desa ini untuk melakukan kegiatan penelitian. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan sehingga merasa puas akan kunjungannya. Wisatawan yang puas akan kunjungannya biasanya akan merekomendasikan pada teman atau kerabatnya yang istilah ini sering disebut dengan word of mouth. Dampak positif yang didapatkan masyarakat non pekerja yakni keterbukaan masyarakat akan kunjungan wisatawan dan manfaat ekonomi yang didapatkan dari donasi dengan intensitas yang rendah. Dari kontribusi yang diberikan wisatawan berupa donasi dimana hasilnya dibagi 80% masuk ke desa, 20% diberikan untuk jasa guide lokal. Selain itu terdapat juga bentuk interaksi sosial lainnya dengan desa lain yang berprofesi sebagai tour guide atau driver tour bekerja sama dalam hal mengajak tamu untuk mengunjungi Desa Tenganan Dauh Tukad.



KESIMPULAN Dari tulisan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi pariwisata mempelajari perilaku interaksi dari stakeholder pariwisata baik itu masyarakat local, wisatawan maupun pemerintah terkait. Dalam hal ini penulis mengambil studi kasus Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad untuk membahas perilaku interaksi yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat local. Menurut Oktaviyanti (2013) terdapat 3 bentuk interaksi yakni interaksi untuk mengadakan transaksi wisata, interaksi di atraksi wisata yang sama dan interaksi untuk mendapatkan informasi. Ketiga bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad memberi dampak pada kedua belah pihak. Pihak tersebut yakni perilaku interaksi antara wisatawan dan masyarakat pekerja dan antara wisatawan dan masyarakat non pekerja. Hasil dari wawancara dengan POKDARWIS yakni diidentifikasikan dampak positif dan negatif dari perilaku interaksi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



Oktaviyanti, Sri Safitri. 2013. Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatawan Dengan Masyarakat Lokal Di Kawasan Sosrowijayan, Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatawan Dengan Masyarakat Lokal Di Kawasan Sosrowijayan, 5(3), pp. 201– 208. doi: 10.22146/jnp.6693. Pitana, I Gede. 2008. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi Offset



Dokumentasi Hasil Observasi Lapangan, 2020 Hasil Wawancara I Wayan Sukardana (Selaku Ketua POKDARWIS Desa Tenganan Dauh Tukad)