Tugas SKI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

By:Sani Oktavia XI IPAB



PENINGGALAN – PENINGGALAN DINASTI ABBASIYAH



1.Benteng al-Ukhaider



Benteng al-Ukhaider terletak di padang pasir berjarak 48 km dari kota Karbala dan 150 km di selatan kota Baghdad, Irak. Benteng al-Ukhaider I merupakan salah satu benteng yang paling indah dari jejak-jejak peninggalan kekuasaan Muslim. Tembok luar dari benteng tersebut masih lengkap dan terawat dengan baik. Benteng ini dibangun oleh salah seorang pemimpin dari Dinasti Abbasiyah yang pernah berkuasa di Irak yakni Isa ibn Musa pada 774 hingga 775 M. Di dalam benteng tersebut juga dibangun masjid dan tempat tinggal semacam aparteman. Arsitektur dari benteng tersebut sangat indah dan sangat menggambarkan arsitektur Islam. Pada saat terjadinya perang Teluk yang terjadi antara Irak dan Kuwait pada 1991, benteng tersebut pernah diserang oleh dua pesawat terbang. Namun benteng peninggalan Dinasti Abbasiyah tersebut tetap berdiri dengan kokohnya tanpa ada kerusakan yang cukup berarti. Hal ini merupakan bukti kemampuan teknik bangunan yang tinggi dari arsiteknya. Pada zaman dulu, benteng Al Ukhaider sering menghubungkan antara Irak dengan dunia luar. Selain itu, banyak para kafilah, pedagang dan orang-orang nomaden seperti Atshan dan Mujdah yang sering singgah di benteng tersebut. Selain untuk singgah, benteng tersebut juga berfungsi melindungi wilayah-wilayah di sekitarnya dari serangan orang asing.



2.Masjid Ibn Thoulud



Masjid Ibn Thoulun dibangun pada masa dinasti Abbasiyah, dibangun oleh Ahmad Ibn Thoulun yang merupakan gubernur pada masa itu dan berkuasa antara tahun 868-884 Masehi. Masjid ini sebenarnya berada di atas sebuah bukit kecil yang bernama Gabal Yashkur , namun karena saat ini sudah menjadi kawasan pemukiman padat maka bukitnya sudah tidak terlihat lagi. Menurut sejarah masjid ini adalah masjid istana dan letaknya berdekatan dengan istana Ibn Thoulun, tapi pada abad awal abad 10 bangunan istananya di runtuhkan sehingga peninggalan dinasti Tulunid hanya berupa masjid ini saja. Ruangan masjid Ibn Thoulun hampir tidak bersekat dan berdaun pintu, terdiri dari pilar-pilar dengan bentuk melengkung. Bagian pilar masjid terdapat ragam hias berupa ukiran dan kaligrafi. Mimbar untuk khutbah berada di atas, mirip sebuah panggung. Arsitektur masjid ini sangat berbeda dengan arsitektur masjid di Mesir pada umumnya. Masjid yang berbentuk persegi dengan halaman tengah yang luas, hanya memiliki 1 menara tapi tidak memiliki kubah kecuali pada bagian Ablution fountain (tempat wudhu) atau dalam bahasa arab disebut Sabil Yang berada di halaman tengah masjid. Menara spiral yang berfungsi untuk tempat menyerukan adzan inilah yang menjadi salah satu ciri khas masjid ini. Arsitektur masjid relatif simple dan tidak banyak detail seperti yang terdapat pada masjid-masjid di Mesir. Masjid Ibn Thoulun merupakan bangunan masjid tertua kedua di Mesir setelah masjid Amru bin Aas. Secara kasat mata masjid Ibnu Tulun mencerminkan arsitektural Samarra, kampung halaman Ahmad Ibnu Tulun di Irak. Reka



bentuk hingga bentangan masjid ini sangat mirip dengan masjid agung Samarra yang kini tinggal puing dan tidak difungsikan lagi. Bahkan bangunan menara pertama masjid Ibnu Tulun inipun dibangun dalam bentuk spiral seperti bangunan menara pada Masjid Agung Kota Samarra, Irak. Sebelum kemudian mengalami perubahan bentuk setelah beberapa kali renovasi oleh para penguasa setelah dia.



3.Masjid Jum’at (Masjid Agung)



(Masjed e Jomeh)



Dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah, mengalami renovasi hingga Dinasti Saffaviyah Abad 8 s/d 17. Pada awalnya beratap datar dan berkonstruksi batu bata. Kubah dibuat pada masa dinasti Seljuq. Penambahan Mehrab stucco pada masa Dinasti Ilkaniyah (oleh Sultan Oljeitu) Ditambahkan beberapa seri panel pada iwan utama pada masa Quiunlus (Dinasti Turki) Menerapkan teknik Keramik awal.



4.Masjid Agung Samarra



Masjid Agung Samarra terletak di kota Samarra, Irak, sekitar 120 km utara Baghdad, di tepi sungai Tigris. Dibangun pada abad ke-9, atas perintah khalifah Abbasiyah Al-Mutawakkil, yang pindah ke Samarra untuk melarikan diri dari konflik dengan penduduk lokal di Baghdad dan kemudian tinggal di sana selama 56 tahun ke depan – periode di mana ia membangun banyak istana termasuk masjid terbesar di seluruh dunia Islam saat itu. Masjid Agung ini berdiri di area seluas 17 hektar; bangunannya sendiri menutupi area 38.000 meter persegi. Masjid ini tetap menjadi masjid terbesar di dunia hingga 400 tahun ke depan sebelum dihancurkan oleh tentara Mongol Hulagu Khan saat invasinya ke Irak pada tahun 1278. Dinding luar dan menara setinggi 52 meter yang mengesankan adalah semua yang tersisa dari Masjid yang pernah berdiri megah ini. Masjid ini memiliki tata letak persegi panjang dicakup oleh tembok bata panggang setinggi 10 meter dan tebal 2.65 meter. Masjid ini mempunyai 16 pintu masuk, dengan 17 buah lorong yang terhubung dengan ruang shalat dan serambi masjid. Serambi masjid ini berhiaskan tiang-tiang pilar rangkap tiga. Pada waktu shalat Jum’at, bagian serambi juga dipergunakan untuk menampung para jamaah shalat Jum’at yang tidak tertampung di dalam masjid. Desain bagian dalam ruang shalat Masjid Agung Samarra berhiaskan marmer yang membentuk Pola segi delapan pada bagian sudut-sudut ruangan. Sementara bagian mihrab, dihiasi dengan mosaik kaca. Kini hanya sebagian kecil saja dari potongan-potongan mosaik tersebut yang masih tersisa. Di bagian belakang mihrab, terdapat sebuah bangunan kecil. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, bangunan tersebut biasa digunakan sebagai tempat untuk menerima kunjungan khalifah, disamping sebagai tempat istirahat untuk para imam masjid.



5.Istana Qasruzzabad



Istana ini merupakan tempat tinggal keluarga Khalifah Abbasiyah. Istana ini dibangun di atas tanah seluas 160 ribu meter persegi. Sebelum membangun istana, Khalifah terlebih dahulu menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari kondisi geografis Baghdad.



Di bawah istana dibuatkan parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng pertahanan istana. Posisi istana ini dibuat semudah mungkin untuk mengakses jalan di perkotaan. Kiri dan kanan jalan dibuat gedung bertingkat, di luar Kota Baghdad dibangun seperti Rushafah dan Karakh. Kedua kota tersebut dilengkapi dengan kantor, toko, rumah, taman, kolam, dan lainnya.



6.Istana Emas



Istana dengan pola arsitektur persia ini dikenal dengan Istana Khalifah. Lokasi istana ini berada di tengah-tengah Kota Baghdad. Istana ini dilengkapi beberapa fasilitas privat untuk penghuninya. Karenanya, di sana ada masjid, ruang pengawal istana, kantor polisi, dan puri- puri tempat tinggal keluarga khalifah.



Istana ini diapit oleh empat pintu gerbang, yakni Bab Al-Kufah yang terletak di sebelah daya. Bab alSyam di barat laut, Bab al-Bashrah di tenggara, dan Bab al-Khurasan di timur Laut. Di antara masingmasing pintu gerbang ini dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal yang bertugas mengawasi keadaan di luar kota.