Universitas Sumatera Utara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO TANAH GAMBUS KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2017



SKRIPSI



Oleh MARIA FRANSISKA SINAGA NIM.131000591



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



Universitas Sumatera Utara



FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO TANAH GAMBUS KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2017



Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat



Oleh MARIA FRANSISKA SINAGA NIM.131000591



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



Universitas Sumatera Utara



HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI



Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.



Medan, Agustus 2017



Maria Fransiska Sinaga 131000591



Universitas Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara



ABSTRAK Pekerja pemanen kelapa sawit di PT Socfindo sangat rentan mengalami kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, karena pekerja tersebut masih kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Pekerja pemanen kelapa sawit memiliki potensi bahaya yang tinggi dan beresiko mengalami kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel adalah 58 orang dengan pengambilan sampel secara acak berdasarkan area (Cluster Sampling). Variabel yang diteliti adalah karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan), pengetahuan, sikap, kondisi APD, pengawasan dan lingkungan sosial. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia pada rentan umur 20-40 tahun dengan pendidikan terbanyak SMA. Responden memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai APD dan memiliki sikap yang kurang peduli mengenai APD. Petugas K3 memberikan penyuluhan, pengawasan, namun tidak ada pemberian sanksi pada responden mengenai APD. Sebagian besar responden tidak menegur rekan kerja yang tidak menggunakan APD dan tidak melaporkan APD rekan kerja yang rusak pada petugas K3. Sebanyak 7 responden patuh dalam penggunaan APD dan 51 responden tidak patuh dalam penggunaan APD. Sebagian besar pekerja tidak menggunakan kacamata dan helm saat bekerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan penggunaan APD. Peneliti menyarankan agar perusahaan lebih sering mengadakan pelatihan tentang fungsi dan kegunaan Alat Pelindung Diri (APD). Perusahaan menjalin hubungan yang akrab dengan karyawan, khususnya antara mandor atau pengawas pekerja panen dengan pemanen kelapa sawit, agar timbul sikap yang lebih baik pada karyawan untuk lebih menghargai satu sama lain. Perusahaan memberikan evaluasi secara berkala terhadap Alat Pelindung Diri (APD) yang telah disediakan perusahaan. Perusahaan juga memberikan sanksi yang tegas pada pekerja yang tidak memakai APD yang lengkap saat bekerja. Kata kunci: kepatuhan, penggunaan APD, pemanen kelapa sawit



Universitas Sumatera Utara



ABSTRACT The palm oil harvesters worker at PT Socfindo are susceptible to get an accident when doing their jobs,because safety and health still less to be cared. The palm oil harvesters worker has high potential hazard and they also run the risk of accident. This research was the descriptive analytic with the cross sectional approach. The number of samples was taken by 58 respondents and has been selected by simple random sampling by area (Cluster Sampling). The variables of this research were worker characteristic (age, sex and education level), knowledge, attitudes condition of PPE, surveillance and social environment. The statistical test which is used by Chi Square test, with alpha 0,05. The result of this research has shown that their average age was between 20-40 years old, the most of education was high school. The respondents had bad knowledge of PPE and not responsible attitude of PPE. The safety officer gave counseling of PPE, monitoring, but safety officer did not give punishment of PPE for respondents. Majority, the respondents did not reprimand the other worker who did not use PPE and did not report to the safety officer about the other worker whose PPE was broken. 7 respondents were compliant to used PPE and 51 respondents were not compliant to used PPE. Majority, the respondents did not use safety glasses and safety helmet when worked. There were significant relationship between knowledge and attitude with the compliance using PPE. Researchers suggest that companies are more often held a training about the functionand usefulness of protective tools themselves. The company’s relationship with employees, especially betwen the foreman or supervisor workers harvesting with the palm oil harvester, in order to make a better attitude occurred on employees to better apreciate each other. Company gave reguler evaluation against Personal Protective Equipment (PPE) that have provided the company. The company also gave punishment on worker who did not wear a Personal Protective Equipment (PPE) when working. Keywords: Compliance , use PPE, palm oil harvesters



Universitas Sumatera Utara



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus kabupaten Batubara tahun 2017” yang merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1.



Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.



2.



Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU dan dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.



Universitas Sumatera Utara



3.



dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.



4.



Ir. Kalsum, M.Kes dan ibu Isyatun Mardhiyah Syahri.SKM.,M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.



5.



Bapak Sirait selaku kepala KTU di PT. Socfindo Tanah Gambus Yang telah sangat banyak membantu saya selama proses penelitian ini. Dan untuk kak Juliani yang telah berjasa dan banyak membantu saya sehingga saya dapat melakukan penelitian ini dengan lancar.



6.



Mandor afdeling I, II, dan III yang telah setia mengiringi saya selama proses penelitian di lapangan.



7.



Para pemanen kelapa sawit yang telah bersedia memberikan waktu dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.



8.



Temen –teman saya Ana, Lena, April, Synthia, Ida, Kak Tia, Kak Debo, Ditha, Cynthia, Eka, Nada, Kristina, Widya, Annazmi, Lia, Riky, Rika dan teman-teman lain yang tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.



9.



Saudara yang telah banyak mendukung Lidya, Kezia, Irenia, Angelika, Stefy, dan Tiara. Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada



orang tua yang sangat disayangi, Ayahanda Jamuda Sinaga dan Ibunda Krismery



Universitas Sumatera Utara



Nainggolan atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan motivasi yang diberikan. Selanjutnya kepada abang Evrianus Siallagan yang selalu mendoakan, mengingatkan, memberikan motivasi dan menyemangati penulis. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia.



Medan, Agustus 2017 Penulis



Maria Fransiska Sinaga



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



Nama



: Maria Fransiska Sinaga



Tempat Lahir



: Jambi



Tanggal Lahir



: 19 November 1995



Suku Bangsa



: Batak Toba



Agama



: Kristen Protestan



Nama Ayah



: Jamuda Sinaga



Suku Bangsa Ayah



: Batak Toba



Nama Ibu



: Krismery Nainggolan



Suku Bangsa Ibu



: Batak Toba



RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun 2001 – 2007



: SD. Negeri no.297/III Aur Duri Sungai Penuh



2. Tahun 2007 – 2010



: SMP Negeri 1 Lima Puluh



3. Tahun 2010 – 2013



: SMK Negeri 1 Air Putih



4. Tahun 2013 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii ABSTRAK .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................ v RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii DAFTAR ISI ........................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................... xii DAFRAR GAMBAR .............................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3. Tujuan penelitian ............................................................................. 1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................ 1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................... 1.4. Hipotesa Penelitian........................................................................... 1.5. Manfaat Penelitian ...........................................................................



1 7 8 8 8 9 9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja ...................... 2.2. Pentingnya Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja ..................... 2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja ................................................. 2.2.2. Penyebab kecelakaan ............................................................. 2.3. Teori Kepatuhan .............................................................................. 2.3.1. Kepatuhan Kebijakan K3 ...................................................... 2.4. Alat Pelindung Diri (APD)............................................................... 2.4.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ................................ 2.4.2. APD pada pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus ............ 2.5. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) ...................................... 2.6. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) ........................... 2.7. Perundang-undangan ...................................................................... 2.8. Jenis-jenis APD .............................................................................. 2.8.1. Alat Pelidung Diri (APD) Pada Peman Kelapa Sawit ........... 2.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemakaian APD . 2.9.1. Pengetahuan .......................................................................... 2.9.2. Sikap ..................................................................................... 2.9.3. Kondisi APD ......................................................................... 2.9.4. Pengawasan ........................................................................... 2.9.5. Lingkungan Sosial ................................................................



11 13 13 13 15 16 17 17 18 18 19 20 22 24 24 24 27 30 30 31



Universitas Sumatera Utara



2.10. Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................



33



BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.2.1. Lokasi ..................................................................................... 3.2.2. Waktu Penelitian ................................................................... 3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 3.3.1. Populasi ................................................................................. 3.3.2. Sampel ................................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 3.4.1. Data Primer ........................................................................... 3.4.2. Data Sekunder ....................................................................... 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 3.5.1. Variabel ................................................................................. 3.5.2. Definisi Operasional ............................................................. 3.6. Metode Pengukuran ........................................................................ 3.6.1. Metode Pengukuran Tenaga Kerja ........................................ 3.6.2. Metode Pengukuran Faktor APD dan Faktor Pendukung ..... 3.6.3. Metode Pengukuran Kepatuhan Pemakaian APD ................. 3.7. Metode Analisis Data ...................................................................... 3.7.1. Analisis Univariat ................................................................. 3.7.2. Analisis Bivariat ....................................................................



34 34 34 34 35 35 35 36 36 36 36 36 36 39 39 40 43 43 44 44



BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................... 4.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ 4.1.2. Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................... 4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................... 4.1.4. Ruang Lingkup Bidang Usaha .............................................. 4.1.5. Tanggung Jawab Perusahaan ................................................ 4.1.6. Organisasi dan Manajemen ................................................... 4.2. Hasil Penelitian ............................................................................... 4.2.1. Hasil Univariat ...................................................................... 4.2.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...................... 4.2.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......... 4.2.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 4.2.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian APD ..... 4.2.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ........... 4.2.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ...................... 4.2.1.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD .......... 4.2.1.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan ............ 4.2.1.9. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan sosial .. 4.2.2. Hasil Univariat ......................................................................



45 45 47 48 48 49 51 52 52 53 53 54 55 56 56 57 57 58 59



Universitas Sumatera Utara



4.2.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemakaian APD .............................................................................. 4.2.2.2. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Pemakaian APD . 4.2.2.3. Hubungan Kondisi APD dengan Kepatuhan Pemakaian APD .............................................................................. 4.2.2.4. Hubungan Pengawasan dengan Kepatuhan Pemakaian APD .............................................................................. 4.2.2.5. Hubungan Lingkungkungan Sosial dengan Kepatuhan Pemakaian APD ...........................................................



59 60 60 61 62



BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian APD ........................... 5.2. Hubungan Sikap dengan Pemakaian APD ....................................... 5.3. Hubungan Kondisi APD dengan Pemakaian APD .......................... 5.4. Hubungan Pengawasan dengan Pemakaian APD ............................ 5.5. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Pemakaian APD .................



64 65 66 67 68



BAB V PEMBAHASAN 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 6.2. Saran.................................................................................................



69 69



DAFTAR PUSTAKA ............................................................................



70



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR TABEL



Halaman Tabel 3.1. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel 4.10. Tabel 4.11. Tabel 4.12. Tabel 4.13. Tabel 4.14. Tabel 4.15. Tabel 4.16.



Aspek Pengukuran ............................................................ 37 Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT. Socfindo Medan .. 46 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ....... 53 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 54 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 54 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian APD ........ 55 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan............... 56 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap .......................... 56 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD ............. 57 Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan ............... 58 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial ..... 58 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Kepatuhan 59 Pemakaian APD ................................................................. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dan Kepatuhan Pemakaian APD ................................................................. 60 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD dan Kepatuhan Pemakaian APD ................................................................. 60 Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan dan Kepatuhan Pemakaian APD ................................................................. 62 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial dan Kepatuhan Pemakaian APD ............................................... 62 Hasil Analisis Bivariat ....................................................... 63



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.10. Kerangka Konsep ............................................................ Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Socfindo Tanah Gambus ...........



33 52



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1.



Kuesioner



Lampiran 2.



Surat Izin Penelitian



Lampiran 3.



Master Data



Lampiran 4.



Output Hasil Analisis SPSS



Lampiran 5.



Dokumentasi



Universitas Sumatera Utara



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Keselamatan kerja para pekerja sangat penting nilainya bagi suatu perusahaan, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3. Namun, seperti yang kita lihat sekarang, masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan. Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja ini juga telah diatur dalam UU RI No. 13 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat 1). Upaya keselamatan dan kesehatan yang dimaksud untuk meningkatkan derajat kesehatan pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan pengendalian bahaya di tempat kerja yang dimaksudkan dalam pasal 86 ayat 2 UU RI No. 13 Tahun 2003 (Surayin, 2004). Menurut International Labour Organization, tercatat lebih dari 2,34 juta orang didunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Sementara menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan sampai tahun 2013 di indonesia tidak



Universitas Sumatera Utara



kurang 6 pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa yang hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja (ILO, 2013). Di Indonesia sendiri angka kecelakaan kerja cukup mengkhawatirkan, berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 menegaskan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Suma’mur, 2013). Mengingat kecelakaan kerja terus terjadi dan ancaman kecelakaan kerja masih tetap sering terjadi maka Pemerintah Republik Indonesia telah memperlakukan beberapa Perundang-undangan maupun Peraturan mengenai ketenagakerjaan yang salah satunya dalam “ Konvensi International Labour Organization (ILO) No.120 tahun 1964 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor”. Pada pasal 17 Konvensi ILO menyatakan bahwa “ Para pekerja harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses, dan teknik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk



Universitas Sumatera Utara



suatu alasan penguasa yang berwenang harus memerintahkan penggunaan alat pelindung diri (Suma’mur, 2013). Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan dan Perundang-undangan tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan kecelakaan, bahaya-bahaya lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Dengan kata lain bahwa APD merupakan keputusan terakhir yang di ambil dalam pengendalian bahaya di tempat kerja (Silaban, 2015). Kenyataannya kesadaran masyarakat Indonesia dalam mematuhi kebijakan K3 masih rendah. Menurut Pikiran Rakyat, dalam penelitian Siregar yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di Kebun Perlabian PT. Tolan Tiga (Sipef) Tahun 2016” Menurut data Kemenakertrans, tercatat dari 24.425 perusahaan yang terdaftar, sebanyak 52% atau 12.745 perusahaan melanggar norma K3 pada 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657 perusahaan telah melaksanakan norma K3 pasca penerbitan nota peringatan pertama dan kedua (Siregar, 2016). Bentuk ketidakpatuhan pekerja pada peraturan K3 yang menjadi penyebab kecelakaan menurut Gunarto adalah Tindakan Tidak Aman (TTA) seperti karena tidak mematuhi prosedur (38%), tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) (12%), posisi pekerja tidak benar (11%) dan (11%) menggunakan alat tidak tepat (Siregar, 2016).



Universitas Sumatera Utara



Pada akhirnya, pelaksanaan K3 terletak di tangan masing- masing individu dalam organisasi. Bagaimanapun baiknya sistem manajemen K3, lengkap dengan dokumentasi dan prosedur kerja, namun jika tidak dijalankan oleh masing- masing individu, K3 tidak akan berhasil (Ramli, 2010). Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa terdapat hubungan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tingkat kecelakaan kerja yaitu penelitian yang dilakukan oleh Silalahi tentang “Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT. Chevron Pacific Indonesia Duri”, diperoleh bahwa variabel program keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi standard operating procedure, job safety analysis, stop work authority, alat pelindung diri, pelatihan K3 dan behavior based safety, memiliki nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Semakin baik pelaksanaan program K3 maka semakin kecil angka kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau dengan kata lain ada hubungan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT. Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011 (Silalahi, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini tentang “Kepatuhan Terhadap Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Hubungannya Dengan Kecelakaan Kerja” didapatkan hasil pekerja memiliki tingkat kepatuhan terhadap peraturan K3 yang baik yaitu sebesar 60%, dan hanya 17.5% mengalami kecelakaan kerja ringan (Nuraini, 2015).



Universitas Sumatera Utara



Sumber Daya Manusia (SDM) yang pendidikannya relatif rendah, kurang menyadari adanya ancaman kecelakaan kerja yang mungkin terjadi akibat sikap kurang hati-hati, merasa mampu dan tahu, bekerja di luar wewenang, suka mengambil jalan pintas, bekerja dengan kurang peralatan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja yang dibahas khususnya pada petani kelapa sawit sektor informal yang berhubungan dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) (Nurdin, 2002). Sebagai salah satu Negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak perusahaan perkebunan sawit salah satunya adalah PT.Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara. Perusahaan ini merupakan perusahaan milik swasta asing yang bergerak dalam bidang perkebunan. Perusahaan ini mempunyai salah satu perkebunan yang letaknya di Kabupaten Batubara dengan nama Kebun Tanah Gambus Estate. Perkebunan Tanah Gambus Estate menghasilkan produk kelapa sawit yang dipasarkan keluar negeri maupun secara lokal. Oleh karena itu untuk memiliki hasil produksi yang memiliki kualitas dan kuantitas ekspor, maka PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (Sistem Manajemen Socfindo, 2017). Proses pemanenan tandan buah kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus ini meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, dan pengangkutan hasil. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan panen adalah: dodos kecil dan besar, pisau egrek, tangkai dodos, tangkai egrek, angkong, batu asah, kapak, ganco, dan tajok.



Universitas Sumatera Utara



Dodos digunakan untuk memotong tandan buah dari pohon yang masih muda dengan tinggi sekitar dua meter. Sedangkan pisau egrek untuk pohon yang sudah tua dan tinggi tiga meter. Setelah buah jatuh ketanah, ganco digunakan untuk menyusun tandan buah kelapa sawit. Lalu petani menggunakan kapak untuk mengikis batang yang berlebihan atau tidak diperlukan pada buah. Setelah tandan buah dirapikan, setiap buah diberi tanda atau nomor menggunakan pinsil merah/biru untuk mengetahui berapa banyak buah yang dipanen oleh setiap satu orang petani. Kemudian dengan menggunakan ganco, buah dinaikan keatas angkong untuk dibawa ke truk pengangkutan dan dipindahkan menggunakan tajok. Berdasarkan hasil wawancara singkat peneliti bahwa perusahaan telah menyediakan APD yang diperlukan pada pekerja pemanen, yaitu berupa helm, kaca mata pelindung, sarung tangan dan sepatu boot. Akan tetapi, dalam Intruksi Kerja Panen Tandan Buah Segar Kelapa Sawit milik PT. Socfindo mencantumkan kata “jika perlu” disebelah APD sarung tangan. yang artinya APD sarung tangan tidak selalu diperlukan. Setelah diamati lagi, hanya sebagian petani yang memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Saat peneliti menanyakan apa penyebabnya, para petani menjawab dengan alasan tidak nyaman, terlalu panas dan menghalangi pekerjaan. Rata-rata petani mengatakan adanya pengawasan yang dilakukan oleh mandor-I Produksi. Mandor-I Produksi bertanggung-jawab mengkoordinasikan kegiatan panen antar mandoran dalam divisi, mengontrol serta memastikan pelaksanaan



Universitas Sumatera Utara



panen sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menjamin mutu hancak dan mutu buah baik. Pengawasan dilakukan setiap hari pada pukul 10.00 WIB. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa rata-rata pendidikan terakhir para pemanen adalah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Seringkali dalam melakukan pekerjaannya tidak sedikit para petani kelapa sawit di lapangan mengalami kecelakaan kerja, seperti : kakinya terkena duri, kulitnya tergores akibat tidak memakai pelindung badan atau sarung tangan, terkena jatuhan buah karena tidak memakai pelindung kepala pada saat bekerja dan mata terkena serpihan buah sawit karena tidak memakai kacamata. Agar tujuan dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik maka pekerja haruslah dapat mematuhi kebijakan K3 yang ada khususnya dalam hal pemakaian APD, dengan demikian resiko untuk terkena kecelakaan kerja akan menurun, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian APD pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara tahun 2017.



Universitas Sumatera Utara



1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara tahun 2017. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.



Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja terhadap kepatuhan pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017.



2.



Untuk mengetahui hubungan sikap pekerja terhadap kepatuhan pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017.



3.



Untuk mengetahui hubungan kondisi APD terhadap kepatuhan pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017.



4.



Untuk mengetahui hubungan pengawasan dari mandor terhadap kepatuhan pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017.



5.



Untuk mengetahui hubungan lingkungan sosial terhadap kepatuhan pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017.



Universitas Sumatera Utara



1.4 Hipotesa Penelitian 1. Faktor Pengetahuan Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap pemakaian APD Ha : Ada hubungan hubungan terhadap pemakaian APD 2. Faktor Sikap Ho : Tidak ada hubungan sikap terhadap pemakaian APD Ha : Ada hubungan sikap terhadap pemakaian APD 3. Faktor Kondisi APD Ho : Tidak ada hubungan kondisi APD terhadap pemakaian APD Ha : Ada hubungan kondisi APD terhadap pemakaian APD 4. Faktor Pengawasan Ho :Tidak ada hubungan pengawasan terhadap pemakaian APD Ha : Ada hubungan pengawasan terhadap pemakaian APD 5. Faktor Lingkungan Sosial Ho :Tidak ada hubungan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD Ha : Ada hubungan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD 1.5. Manfaat Penelitian 1.



Untuk memberikan informasi pada pekerja pemanen akan pentingnya pemakaian APD dalam melakukan pekerjaan yang berisiko sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan aman.



2.



Sebagai bahan masukan bagi PT. Socfindo Tanah Gambus untuk mensukseskan pemakaian APD di perusahaan.



Universitas Sumatera Utara



3.



Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait tentang pelaksanan kesehatan dan keselamatan kerja khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri.



4.



Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam melakukan penelitian mengenai alat pelindung diri pada pekerja pemanen kelapa sawit.



5.



Secara khusus bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam penulisan skripsi.



Universitas Sumatera Utara



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal 1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 2013). Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja,



Universitas Sumatera Utara



peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan (Notoatmodjo, 2014). Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum. Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2013). Tujuannya adalah sebagai berikut ; 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja tersebut. 3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien (Rejeki, 2015). Menejemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung, menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu mencakup



bidang



kecelakaan



kerja,



ini



sebagai



salah



satu



program



instruksionalnya.



Universitas Sumatera Utara



2.2. Pentingnya Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja 2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan merupakan kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi dengan alat pengamanan yang cukup, maka kondisi seperti ini menjadi sumber resiko. Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan pekerjaannya turut menjadi kontribusi untuk terjadinya kecelakaan (Hadiguna, 2009 ). Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan (Suma’mur, 2013). 2.2.2. Penyebab kecelakaan Setiap kecelakaan di tempat kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada faktor penyebabnya. Oleh karena ada faktor penyebabnya, faktor penyebabnya harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis



Universitas Sumatera Utara



dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. (Suma’mur, 2013 ). Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan demikian akar penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kembali Penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1.



Immediate causes a. Unsafe acts (pekerjaan yang tidak aman) misalnya penggunaan alat pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman, melakukan gerakan berbahaya. b. Unsafe condition (lingkungan yang tidak aman) misalnya tidak tersedianya perlengkapan safety atau perlengkapan



safety yang tidak



efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia di lingkungan kerja tidak memenuhi syarat. 2.



Contributing causes a. Safety management system, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak taat pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada sosialisasi tentang keselamatan kerja, faktor bahaya tidak terpantau, tidak tersedianya alat pengaman dan lain-lain.



Universitas Sumatera Utara



b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan kerja kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian terhadap keselamatan kurang, emosi tidak stabil, pemarah dan lain-lain. c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak memenuhi syarat, tuli, mata rabun, dan lain-lain (Rejeki, 2015). Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu ; 1. Kondisi mental dan fisik Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. 2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. 3. Pemakaian alat-alat pelindung diri Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung diri karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja (Cahyono, 2004).



2.3. Teori Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan.



Universitas Sumatera Utara



Menurut Sarwono, sikap kepatuhan (compliance) akan menghasilkan perubahan tingkah laku (behavior change) yang bersifat sementara dan individu yang berada di dalamnya akan cenderung kembali ke perilaku atau pandangannya yang semula jika pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar atau jika individu tersebut dipindahkan dari kelompok asalnya (Amalia, 2012). Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein, kepatuhan didefinisikan sebagai suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan melalui suatu aktifitas konkrit. Sedangkan menurut Azwar, Kepatuhan juga merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon terhadap suatu perintah,anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit. Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka (Siregar, 2016). 2.3.1. Kepatuhan Kebijakan K3 Keberhasilan pelaksanaan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak karyawan maupun pihak manajerial dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan K3. Menurut Saifuddin, kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk bersedia mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan lembaga lain yang berwenang (Amalia, 2012).



Universitas Sumatera Utara



Menurut Borman dan Motowidlo, salah satu komponen dari perilaku keselamatan adalah kepatuhan keselamatan, yaitu aktivitas yang harus dilakukan seseorang untuk menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti pada prosedur standar kerja dan pemakaian APD (Sari, 2010). Healey dan Walker mengatakan pekerja mempunyai dua pilihan dalam menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yaitu dengan patuh dengan kebijakan K3 atau mencegah masalah (Kecelakaan dan penyakit akibat hubungan kerja) (Siregar, 2016).



2.4. Alat Pelindung Diri (APD) 2.4.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadangkadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan.



Universitas Sumatera Utara



2.4.2. APD pada Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit di PT Socfindo Tanah Gambus Adapun jenis-jenis APD yang dipakai tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus adalah : 1. Kacamata 2. Sepatu Boot 3. Helm 4. Sarung Dodos / Egrek Pada PT Socfin Indonesia Tanah Gambus ini alat pelindung diri (APD) sudah disediakan dengan lengkap. Kriteria dari alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan tidak lengkap dalam pemakaian alat pelindung diri adalah apabila pekerja tidak memakai salah satu alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan perusahaan maka dikatakan pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap dan apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan perusahaan maka dikatakan pekerja memakai alat pelindung diri yang lengkap.



2.5. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. APD perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi ketentuan yang disyaratkan, yaitu ;



Universitas Sumatera Utara



1. Memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya ang dihadapi tenaga kerja. 2. Beratnya seringan mungkin dan tidak menyebakan rasa ketidaknyamanan. 3. Dapat dipakai secara fleksibel (enak dipakai). 4. Bentuknya cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama (awet). 6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakinya karena bentuk atau salah dalam pemakaiannya. 7. Memenuhi standar yang ditentukan. 8. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 9. Suku cadang mudah didapat untuk mempermudah pemeliharaannya. (Silaban, 2015)



2.6. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri (APD), yaitu : 1. Pekerja, yaitu ; a. Tidak cocok/ pas untuk dipakai. b. Tidak nyaman digunakan untuk waktu yang lama karena menahan panas/uap air dan sesak. c. tidak praktis (fleksibel) unuk dipakai. d. Tidak enak dipakai dan dipandang. e. Menghambat/membatasi gerakan dalam bekerja.



Universitas Sumatera Utara



f. Mengganggu komunikasi dan penglihatan. g. Cepat lelah karena berat dan mengurangi efisiensi kerja. h. APD tidak dipakai karena alasan kesehatan (penderita penyakit jantung, paru/emphisema). i. Tidak sadar atau tidak mengerti manfaat pemakaiannya. j. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada. k. Tidak ada sangsi jika tidak menggunakannya. l. Mengikuti sikap atasan yang tidak memakai juga APD yang disediakan. 2. Perusahaan a. Ketidakmengertian dari perusahaan tentang APD yang sesuai dengan jenis resiko yang ada. b. Sikap dari perusahaan yang mengabaikan APD. c. Dianggap hanya pekerjaan yang sia-sia karena tidak adanya pekerja yang mau memakainya. d. Pengadaan APD yang asal beli dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang beresiko kecelakaan kerja. (Silaban, 2015).



2.7. Perundang-undangan Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh Peraturan pelaksanaan UU RI No. I tahun 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri; Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri; Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 05/BW/97 tentang Penggunaan Alat



Universitas Sumatera Utara



Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur ketentuan tentang pengesahan, pengawasan dan penggunaan alat pelindung diri. Jenis



APD



menurut



ketentuan



tentang



pengesahan,



pengawasan,



dan



penggunaannya meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung telinga, alat pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain (Suma’mur, 2013). Kebijakan tentang APD, yaitu : 1. Diupayakan untuk menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja. 2. Apabila tidak memungkinkan untuk menghilangkan semua sumber bahaya, APD akan disediakan bagi seluruh pekerja untuk melindungi, baik dari cedera maupun bahaya terhadap kesehatan. 3. Perlindungan dengan APD ini akan diberikan juga kepada para pekerja kontraktor dan tamu, sama seperti yang diberikan kepada pekerja perusahaan. 4. Semua APD yang disediakan harus dibuat sesuai standart yang berlaku, sesuai oleh perusahaan. 5. APD akan diberikan kepada pekerja berdasarkan kebutuhan, dengan pengertian bahwa beberapa pekerjaan mungkin memerlukan standart yang berbeda dengan lainnya, dan beberapa pekerjaan mungkin memerlukan penggantian yang lebih sering dari yang lainnya. 6. Penggunaan APD didalam operasi perusahaan secara terus-menerus dimonitor oleh atasannya, didata dan dilaporkan kepada pimpinan (Rijanto, 2010).



Universitas Sumatera Utara



2.8. Jenis-jenis APD Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likelihood) namun hanya sekadar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequences). Sebagai contoh, seseorang yang menggunakan topi keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpa benda. Namun jika ada benda jatuh, kepalanya akan terlindung sehingga keparahan dapatdikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuh sangat berat atau dari tempat yang tinggi, topi tersebut mungkin akan pecah karena tidak mampu menahan beban. Alat keselamatan ada berbagai jenis dan fungsi yang dapat dikategorikan sebagai berikut. 1. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau fiber. 2. Alat pelindung muka, untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) dan topeng las. 3. Alat pelindung mata, untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair, dan radiasi panas, misalnya kacamata keselamatan, dan kacamata las. 4. Alat pelindung pernafasan, untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam seperti masker debu, masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).



Universitas Sumatera Utara



5. Alat pelindung pendengaran, untuk melindungi organ pendengaran dari suara yang bising misalnya sumbat telinga (ear plug) dan katup telinga (ear muff). 6. Alat pelindung badan, untuk melindungi bagian tubuh khususnya dada dari percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya appron dari kulit, plastik, dan asbes. 7. Alat pelindung tangan, untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan kimia, panas, atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan metal. 8. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian misalnya ikat pinggang keselamatan (safety belt), harness, dan jaring. 9. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh kedalam air misalnya baju pelampung, pelampung, dan jaring pengaman. 10.Alat pelindung kaki, untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit, atau betis dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis. Untuk melindungi dari kejatuhan benda, sepatu keselamatan dilengkapi dengan pelindung logam dibagian ujungnya (steel to cap) (Rejeki, 2015). Sesuai dengan ketentuan pasal 14c Undang-undang RI Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatan secara cumacuma sesuai dengan sifat bahayanya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan jenis bahaya serta diperlakukan sebagai pilihan terakhir (Ramli, 2010).



Universitas Sumatera Utara



2.8.1. Alat Peindung Diri (APD) pada pemanen kelapa sawit Alat pelindung diri khusus pada pemanen kelapa sawit adalah: helm, kaca mata, sarung tangan dan sepatu boot (Suryantoro, 2014).



2.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemakaian APD Peraturan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus ini telah diadakan tetapi para pemanen ini kurang mematuhi peraturan pemakaian alat pelindung diri (APD) yang telah dibuat oleh perusahaan. Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri (APD) adalah (Mulyanti, 2008) : 2.9.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam komponen person pada teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan. Teori safety triad ini berarti menjelaskan bahwa pengetahuan seharusnya memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan APD (Geller, 2001). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,



Universitas Sumatera Utara



cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya (Nototmodjo, 2014). 1. Proses Adopsi Perilaku Menurut Notoatmodjo, sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.



Universitas Sumatera Utara



b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2014). Pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur berdasrakan jenis penelitiannya: Berdasarkan penelitian kuantitatif, pada umumnya akan mencari jawaban atas fenomena yang menangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket (self administered):



Universitas Sumatera Utara



a. Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan instrument (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang mereka anggap paling benar dan paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka, dimana pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan bersifat terbuka, responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri. b. Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan (Notoatmodjo, 2014). 2.9.2. Sikap Menurut teori perilaku Bloom yang menjelaskan bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu. Sikap responden mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan APD di tempat kerja (Sudarmo, 2016). Sikap adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur secara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif



Universitas Sumatera Utara



adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja (Winarsunu, 2008). Cara mengukur sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metoden penelitian yang digunakan. Pengukuran sikap dalam penelitian kuantitatif juga dapat menggunakan dua cara seperti pengukuran pengetahuan, yakni : a. Wawancara Metode wawancara untuk mengukur sikap sama dengan wawancara untuk mengukur pengetahuan. Bedanya hanya pada substansi pertanyaannya saja. Apabila pada pengukuran pengetahuan pertanyaan-pertanyaan nya menggali jawaban apa yang diketahui responden. Tetapi pada pengukuran sikap pertanyaan-pertanyaan menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek. b. Angket Demikian juga pengukuran sikap menggunakan metode angket, juga menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek kesehatan, melalui pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tertulis (Notoatmodjo, 2014). Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan berikut :



Universitas Sumatera Utara



1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat. 2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. 3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan. 4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman. 5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada caracara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan tersebut. 6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok (Siregar, 2014). Sikap mempunyai karakteristik, yaitu : 1. Selalu ada objek



Universitas Sumatera Utara



2. Biasanya bersifat evaluatif 3. Relatif mantap 4. Dapat diubah 2.9.3. Kondisi APD Dalam



suasana



kerja,



kenyamanan



tempat



kerja



dan



juga



fasilitas/ketersediaan alat pelindung diri (APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal. 2.9.4. Pengawasan Hasil Penelitian yang dilakukan olah Sudarmo, dkk (2016) yang dilakukan kepada Perawat Bedah di Instalasi Bedah Sentral (IBS) terkait dengan faktor yang mempengaruhi terhadap kepatuhan penggunaan APD didapati bahwa hasil uji r nilai regresi logistika pengawasan terhadap kepatuhan diperoleh nilai P value (0,016) < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pengawasan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perawat bedah dalam menggunakan APD di IBS RSUD Ulin. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu Aripin (2006) yang menyatakan bahwa responden yang mendapatkan dukungan pengawasan dari pimpinannya berpeluang lebih patuh sebesar 21 kali dibandingkan dengan responden yang kurang mendapat dukungan pengawasan dari pimpinannya. Penelitian lain yang sependapat Madyanti (2011) menyebutkan dari hasil penelitianya terhadap kepatuhan bidan menggunakan APD pada waktu menolong persalinan terdapat pengaruh yang bermakna antara



Universitas Sumatera Utara



dukungan/komitmen pimpinan terhadap kepatuhan menerapkan SOP. Pengawasan bertujuan untuk memastikan behwa kegiatan yang dilakukan berjalan dengan rencana. Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah (Aditama dan Hastuti, 2002) : 1. Pencapaian tujuan agar target unit dapat tercapai. 2. Untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian. Pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif : 1. Pengamatan semua bahan/material keadaan serta keadaan lingkungan kerja yang mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja. 2. Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan. 3. Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri : a. Pemakaian alat pelindung diri/pengaman : Jenis, kualitas, kuantitas, ukuran, dan komposisi bahan alat pelindung b. Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan) c. Jenis konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan, dan penyimpanan bahan baku d. Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan, ventilasi, intensitas suara/bising, getaran). 2.9.5. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial



merupakan peran atau dukungan sosial baik dari



sesama karyawan maupun dari pimpinan terhadap penggunaan APD. Peran rekan kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran atasan/pimpinan



Universitas Sumatera Utara



adalah berupa adanya anjuran untuk menggunakan APD saat bekerja, pemberian sanksi maupun pemberian hadiah/reward. Lingkungan sosial pada pekerja pemanen ini juga sangat berpengaruh dalam pemakaian APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah diketahui. pekerja ini dapat mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD guna mengurangi efek kecelakaan. Pimpinan perusahaan juga berpengaruh pada lingkungan sosial pekerja stimulasi dengan memberikan hadiah/reward pada pekerja yang rajin memakai APD yang lengkap. Menurut Notoadmodjo, pengaruh interpersonal (keluarga, sejawat, tenaga kesehatan, dukungan sosial dan contoh model merupakan hal yang mempengaruhi karakteristik dan pengalaman seseorang. Hal ini dihubungkan dengan persepsi mereka terhadap penyakit yang ditimbulkan sangat berbahaya. Ini merupakan suatu kejadian yang sangat baik dan menguntungkan baik untuk diri responden sendiri maupun orang lain. Madyanti (2012) dalam penelitiannya menyatakan hal yang sesuai bahwa faktor lingkungan yaitu ada tidaknya rekan kerja yang menggunakan APD ketika melakukan pertolongan persalinan mempengaruhi mereka dalam menggunakan APD. Hasil penelitian ini responden menyatakan kepatuhannya karena ada pengaruh teman sejawat (Sudarmo dkk, 2016).



Universitas Sumatera Utara



2.10. Kerangka Konsep Penelitian



Variabel Bebas Faktor Tenaga Kerja 1.1. Pengetahuan Pengetahuan 2.2. Sikap Sikap



Variabel Terikat Faktor Faktor APDAPD 1.1. Kondisi KondisiAlat Alat Pelindung PelindungDiri Diri



Faktor 1. Patuh Tenaga Kerja 3. Pengetahuan 2. Tidak patuh 4. Sikap



(APD) (APD) 3. 4. Faktor Pendukung Faktor Pendukung 1. 1. Pengawasan 1. Pengawasan 2. 2. 2. Lingkungan Sosial Lingkungan Sosial



Universitas Sumatera Utara



BAB III METODE PENELITIAN



3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran informasi tentang bagaimana hubungan dari faktor tenaga kerja, faktor APD, dan faktor pendukung terhadap pemakaian alat pelindung diri oleh tenaga kerja pemanen kelapa sawit. Secara analitik dimaksudkan untuk melihat apakah ada hubungan variabel independen dan variabel dependen. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit PT.Socfin Indonesia Tanah Gambus Tahun 2017 dengan alasan : 1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian APD tenaga kerja pemanen kelapa sawit PT.Socfin Indonesia Tanah Gambus Tahun 2017 ini. 2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian Adapun penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2017-Juni 2017.



Universitas Sumatera Utara



3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus sebanyak 137 orang. 3.3.2. Sampel Menurut Roscoe, sampel adalah sebagai sebagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan di teliti. Pengambilan sampel terpilih dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 58 orang. Yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Siagian, 2011). n=



n=



n=



n=



= 57.80 ≈ 58



Keterangan ; N = Besar populasi karyawan pemanen yaitu 137 orang n = Besar sampel e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) yaitu 10 %



3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer



Universitas Sumatera Utara



Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari Peneliti mengobservasi langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus. yang meliputi data profile PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus dan data Instruksi Kerja tenaga kerja pemanen kelapa sawit.



3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Adapun yang menjadi variabel bebas (Independent Variabel) dari judul ini adalah : pengetahuan, sikap, kondisi APD, pengawasan dan lingkungan sosial. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Adapun yang menjadi variabel terikat (Dependent Variable) dari judul ini adalah : kepatuhan pemakaian APD. 3.5.2. Definisi Operasional 1. Kepatuhan terhadap Pemakaian APD, adalah ketaatan pada kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya pemakaian APD



yang



dapat melindungi tenaga kerja dan mencegah bahaya atau kecelakaan yang mungkin terjadi saat memanen kelapa sawit.



Universitas Sumatera Utara



2. Pengetahuan, adalah pemahaman para tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus mengenai bahaya dari pekerjaannya dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri. 3. Sikap, adalah respon atau tanggapan dari pengetahuan yang diterima pekerja tenaga kerja pemanen kelapa sawit terhadap pemakaian APD pada saat bekerja. 4. Kondisi APD, adalah Gambaran atau keadaan APD. Apakah APD tersebut baik atau tidak baik. 5. Pengawasan, adalah kegiatan atau peranan perusahaan untuk memantau para tenaga kerja pemanen kelapa sawit dalam penggunaan APD selama bekerja, baik kelengkapannya maupun keadaan alat pelindung diri tersebut. 6. Lingkungan Sosial, adalah peran atau dukungan sosial baik dari sesama karyawan maupun dari perusahaan itu sendiri terhadap pemakaian APD.



Universitas Sumatera Utara



Tabel 3.3. Aspek Pengukuran 3.1.1. Variabel Terikat No



Variabel



1.



Kepatuhan



Alat Ukur Kuesioner



Skala Ukur Nominal



Pemakaian APD



Hasil Ukur 1. Patuh 2. Tidak Patuh



3.1.2. Variabel Bebas No 1.



Variabel Pengetahuan



Alat Ukur Kuesioner



Skala Ukur Ordinal



1. 2.



2.



Sikap



Kuesioner



Ordinal



1. 2.



3.



Kondisi APD



Kuesioner



Ordinal



1. 2.



4.



Pengawasan



Kuesioner



Ordinal



1.



2.



5.



Lingkungan Sosial



Kuesioner



Ordinal



1. 2.



Hasil Ukur Baik, jika ≥50% dari total skor Tidak Baik, jika