Unsur Ekstrinsik Student Hidjo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

B. Unsur Ekstrinsik 1.



Latar Belakang Mas Marco Kartodikromo



Mas Marco Kartodikromo, kelahiran Cepu (Jawa Tengah) tahun 1890 dan meninggal dalam pengasingan di Digul (Irian Jaya), 18 Maret 1932. Dia pernah menjadi Sekretaris Sarekat Islam Solo, dan ikut mendirikan Inlandsche Journalisten Bond bersama Tjipto Mangunkusumo dan R.M. Sosrokartono. Pernah bermukim di Negeri Belanda tahun 1916-1917 dan beberapa kali dipenjarakan oleh pemerintah Hindia-Belanda karena perjuangannya sebagai tokoh komunis. Karyanya : Mata Gelap (novel, 1914), Sair-Sair Rempah (kumpulan sajak, 1918), Student Hidjo (novel, 1919), Rasa Merdika (novel, 1924), dan Cermin Buah Keroyalan (novel, 1924). 2. Nilai-nilai 1. Nilai Budaya : pertentangan kenyataan hubungan antara kaum pribumi dan kolonial di Indonesia dan Belanda pada masa kolonial (diskriminasi ras dan golongan) “Saya ini hanya seorang saudagar. Kamu tahu sendiri. Waktu ini, orang seperti saya masih dipandang rendah oleh orang-orang yang menjadi pegawai Gouvernement .” (Halaman 2, paragraf 5) 2. Nilai politik : anggota-anggota Serikat Islam cenderung lebih mudah mendapatkan fasilitas-fasilitas. “Di depan Sriwedari, orang-orang yang hendak membeli karcis masuk sudah beribu-ribu. Meskipun begitu, Raden Hidjo bisa mendapatkan karcis lebih dahulu, karena ditolong oppas (penjaga) yang bertugas di keramaian itu.” (Halaman 13, paragraf 1) 3.



Nilai moral : mematuhi dan menghormati orang tua dan berlaku sopan santun.



“ “Jangan menangis, Bu!” bujuk Hidjo, membujuk ibunya supaya jangan menangis. “Kalau begitu, saya tidak mau pergi ke negeri Belanda saja!” ” (Halaman 7, paragraf 4) 4.



Nilai sosial : membantu sesama dalam berbagi urusan.



“ “Maukah Tuan mengantar kita melihat-lihat panorama?” tanya seorang dari perempuan itu. “Dengan senang hati!” jawab Hidjo sopan. ” (Halaman 27, paragraf 1)