Unsur-Unsur Liturgi Yang Dipakai Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. UNSUR-UNSUR LITURGI YANG DIPAKAI DI INDONESIA Unsur-unsur Liturgi yang umum dipraktekkan di Indonesia 1. Votum, salam, dan Introitus a. Votum, Pengertian Votum (bahasa Latin) adalah pernyataan “dalam nama...” (Kol 3:17). Votum merupakan sebuah pengakuan, pernyataan peneguhan, penegasan dan pengesahan bahwa persekutuan ibadah itu dianugerahkan Allah yang dinikmati dalam persekutuan dengan Allah dan sesama. Rumusan Votum Rumusan Votum dalam Liturgi Reformasi pendasaran Alkitabiahnya diambil dari Mazmur 124:8 “Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi”. Rumusan yang kedua “Ibadah ini berlangsung dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”,Bd Matius 28:19)1. Kedua rumusan ini adalah ordinarium (bersifat tetap). Dalam prakteknya untuk setiap ibadah saat Votum pelayan atau pendeta tidak angkat tangan. Sambutan Jemaat Sebuah Votum selalu disambut jemaat dengan “Amin”, entah diucakapkan atau dinyanyikan. Kalaupun lembaran tata ibadah tidak disiapkan, jemaat secara spontan menjawab: “Amin”, setiap mendengar Votum. Bukan Doa Votum bukanlah doa, melainkan suatu penyataan atau ketetapan. Jadi jemaat tidak perlu dalam sikap doa, tetapi dalam sikap yang hikmat, penuh keyakinan. b. Salam: Pengertian Salam adalah pernyataan yang hendak menyatakan bahwa Allah mau menyapa kita, dan juga sapaan sebagai bagian dari tubuh Kristus. Dalam surat-surat Rasul Paulus sering kali mengawalinya dengan salam. Rumusan Rumusan Salam dapat diambil rumusan dari salam rasuli seperti dalam surat-surat rasuli. Selain dapat dilakukan secara dialogis sesuai kebiasaan setempat dalam saling memberi salam satu sama lain, bisa juga dalam bentuk nyanyian. Kamu–Kita Salam adalah sapaan bukan doa atau berkat. Jika akta ini dipimpin oleh Pendeta, satu tangan diangkat. Seorang yang bukan pendeta, tidak mengangkat tangan pada akta salam, tetapi tetap bisa menyapa jemaat dengan kata “kamu”: “Salam sejahtera, bagi kamu semua!”, karena sambutan jemaat ialah: “Salam bagimu juga!” atau “Bagimu juga”. c. Introitus: Introitus merupakan nyanyian jemaat, dan biasanya selau di awal ibadah. Seperti dikatakan oleh Ch.Abineno bahwa Introitus pada hakekadnya adalah nyanyian Jemaat. 2. 2. Pengakuan dosa, pemberitaan Anugerah dan Dasa Titah a. Pengakuan Dosa Pengertian Akta Pengakuan Dosa adalah kesempatan bagi umat mengingat dan menyadari bahwa mereka yang sedang hadir di hadirat Allah itu adalah manusia berdosa, dan setiap saat membutuhkan penyucian hati dengan memohon pengasihan Tuhan yang telah memberi anugerah pengampunan kepada manusia. Litani pengakuan dosa Litani-litani pengakuan dosa disesuaikan dengan pergumulan jemaat. Selain menggunakan rumusan dalam Liturgi yang suda ada dan secara umum dipakai di berbagai gereja dapat pula dilakukan secara kreatif dengan doa yang dipimpin langsung oleh satu orang, ungkapan berbalasan, lagu, atau melalui puisi. Dalam kitab Mazmur, misalnya pasal 51…



1



2



Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgi, BPK GM Jakarta 2005, halaman 5 Ibid. halaman 10



1



b. Berita Anugerah Sangat perlu ditekankan di sini bahwa berita anugerah bukanlah ‘upah’ dari sebuah pengakuan dosa. Yang dihayati dalam akta ini adalah peneguhan dan penegasan kembali anugerah Allah, yang telah kita sepelekan dan abaikan karena keberdosaan kita…Pengakuan dosa dan pertobatan adalah respons terhadap anugerah Allah. Jadi dalam konteks liturgi, Berita anugerah yang ditempatkan setelah pengakuan dosa mengandung pesan bahwa Anugerah pengampunan diteguhkan atau ditegaskan kembali kepada umat yang berduka dan menyesal karena dosanya. c. Sambutan Jemaat Sambutan berita anugerah umumnya dinyatakan melalui nyanyian jemaat yang berisi ungkapan syukur karena anugerah pengampunan. d. Poin a,b,c sebagai satu kesatuan Poin a,b,c tidak disela dengan aktivitas liturgis lainnya, misalnya Paduan Suara, kecuali jika paduan suara tersebut, disiapkan secara khusus sebagai salah satu akta dan yang berkaitan dengan ketiga akta tersebut. e. Dasah Titah Dasa titah dikutip langsung dari Keluaran 20:1-17, tidak disingkat atau dikalimatkan sendiri, dan tidak dibaca berbalasan. Sesuai tradisi Calvinis, jemaat dapat perespons setiap satu hukum dengan “Kyrie eleison” (“Tuhan kasihanilah!”), baik diucapkan atau dinyanyikan. Bisa juga hukum 1-4, diantarai “Kyrie eleison” lalu lanjut hukum 5-10 3. Gloria kecil, Kyrie Eleison dan nyanyian pujian3 Gloria kecil adalah nyanyian jemaat juga namun secara singkat “Hormat Bagi Bapa serta anak Dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarng ini dan selama-lamanya. Amin). Kyrie Eleison ( Tuhan kasihanilah) adalah suatu doa yang terkenal di bangsa-bangsa Kafir. Sebagai salah satu unsure dalam kultus (penyembahan) matahari, jauh sebelum Kristus…kemudin diambil alih jemaat perjanjian baru dan digunakan dalam liturgy mereka 4. 4. Doa Doa pembacaan Alkitab merupakan Epiklese (memohon pimpinan Roh Kudus). Bukan doa panjang-panjang, dan bukan pula doa syafaat. 5. Pembacaan Alkitab dan Khotbah (homiletika…) 6. Mazmur dan Halleluya (Musger) 7. Pengakuan Iman Rumusan Pengakuan iman dalam akta ini, dapat menggunakan Pengakuan Iman Rasuli, NiceaConstantinopel, Athanasius,..Selain itu dapat pula melalui Nyanyian Jemaat yang secara eksplisit berbicara mengenai Pengakuan Kepada Allah Tritunggal, misalnya KJ 280, NR 3, atau bila ada gubahan baru. Diucapkan dan Dinyanyikan Secara kreatif, jemaat dapat membagi akta ini dengan “Diucapkan dan Dinyanyikan”. Jadi setelah mengucapkan rumusan pengakuan yang dipilih, masih bisa diikuti dengan sebuah nyanyian yang terkait dengan pengakuan. 8. Doa syafaat Buku Doa Syafaat Agar pemimpin doa syafaat dapat secara terstruktur menyampaikan doa, sebaiknya pokok-pokok doa syafaat dituliskan dalam sebuah Buku Doa Syafaat. Urut-urutan dalam Doa Syafaat Setiap orang memiliki cara sendiri dalam penyampaikan doa syafaat. Tetapi pada umumnya, doa syafaat terdiri atas 4 unsur yaitu Puji-pujian kepada Allah yang ditempatkan pada awal dan akhir Doa, Ungkapan Syukur karena berbagai hal, Pergumulan karena berbagai hal, dan Permohonanpermohonan. 9. Pemberian Jemaat Nas Persembahan 3



.Ch. Abineno, Unsur-Unsur Liturgi, BPK GM, Jakarta 2005. Halaman 33-37



4



Ibid. halaman 35.



2



Nas untuk persembahan, telah ditetapkan dalam Membangun Jemaat. Tetapi penyusun Liturgi dapat menyesuaikan pemilihan ayat tersebut.



Pengumpulan Persembahan Dalam pengumpulan persembahan, sebaiknya pemimpin selalu menyampaikan peruntukan setiap pundi persembahan (Misalnya: Pundi 1,2,3, Pundi Khusus, Kotak persembahan). Pengumpulan persembahan dapat diiring nyanyian jemaat, atraksi seni, instrumen, paduan suara atau sejenisnya Penguangan natura (jika ada), bisa ditempatkan dalam bagian ini, tetapi dapat pula ditempatkan sesudah ibadah. Majelis Gereja bisa menyepakati untuk hal itu. 10. Nyanyian dan PS ( Hymnologi) Nanyian ini merupakan suatu bangunan komitmen, kesadaran, pengharapan, keyakinan baru, serta permohonan dari jemaat setelah mengalami perjumpaan dengan Allah. 11. Berkat Rumusan Tetap (Ordinarium) untuk Berkat Gereja Toraja hanya menggunakan 2 rumusan berkat, yang hanya dibedakan dengan penggunaan kata Kamu (oleh Pendeta) dan Kita (oleh Penatua, Diaken, Warga Jemaat). Untuk pendeta, menggunakan rumusan tetap: yang diambil dari Bilangan 6:24-26, sedangkan untuk Penatua/ Diaken/Warga Jemaat, menggunakan rumusan dari Mazmur 67:2. Dalam penumpangan tangan, Pendeta dapat menggunakan satu atau dua tangan. B. Vestimentum Dalam kaitan dengan hal ini kita akan membicarakan dengan jenis-jenis busana Liturgi. Ada pakaian jabatan imam/ Pendeta atau pastor ada pula pakaian pemimpin Liturgis. Ada juga perlengkapan pelayanan: Stola, warna stola sering disesuaikan dengan hari raya gerejawi ( disarankan membaca buku Liturgi Gereja Toraja dan Buku: Liturgi , Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturg. Oleh: Karangan Emanuel Martasudjita, Pr,). C. Simbol-simbol: a. Artitekstur5 b. Instrumen music Sebaiknya jenis music disesuaikan dengan syair setiap nyanyian atau pesan setiap nyanyian… dalam hal ini juga sangat perlu memerhatikan bahwa yang diupayakan suara manusia yang lebih ditonjolkan dari pada alat eletronik. c. Gerak dan Sikap Tubuh Gerak dan sikap tubuh dalam pelaksanaan ibadah misalnya: Dalam Liturgi GT: a. Berhimpun Warga jemaat yang berhimpun menyimbolkan umat yang dipanggil dan dipilih menjadi umat yang kudus, yang bersekutu memuliakan Allah. b. Mendengarkan Mendengarkan adalah simbol kesediaan membuka diri untuk menerima dengan sadar dan mengambil bagian dalam peristiwa yang didengarkan itu, Firman Allah, doa, nyanyian, musik, dan sebagainya. c. Melihat. Dengan melihat suasana persekutuan, segala symbol di sekitar mimbar, wajah yang ceria, warga gereja sedang melihat kemuliaan Allah sendiri. d. Berjalan/Prosesi Berjalan dalam liturgi adalah berjalan ritmis atau teratur, dengan badan dan kepala tegak, tenang dan agung. Berjalan dalam prosesi, misalnya prosesi pelayan dari konsistori, melambangkan kebersamaan umat Allah yang sedang berziarah dan bergerak menuju tanah sorgawi, tanah air sejati. e. Bangkit Berdiri



5



James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, BPK GM, Jakarta 2002, halaman 86



3



Berdiri merupakan simbol liturgi yang mengungkapkan perhatian, kepedulian, penghormatan dan kesiap-sediaan terhadap kehadiran Tuhan. Dari segi bahasa, ungkapan “Bangkit berdiri” terkesan tidak baku. Namun, mengingat ungkapan ini bersifat simbolik, penamaan ini tetap dipertahankan. Sikap ini melambangkan situasi dan keberadaan orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan oleh Kristus yang bangkit. f. Duduk Duduk pada umumnya dipandang sebagai sikap tenang untuk mendengarkan pemberitaan Firman Tuhan. g. Berlutut Berlutut melambangkan sikap penghormatan, pernyataan ketidakpantasan, bahkan ungkapan penyembahan kepada Allah. h. Mengangkat tangan pada salam Mengangkat tangan pada salam, adalah simbol penerimaan dan kejujuran dalam berelasi. Simbol mengangkat tangan ini hanya dilakukan oleh pendeta dengan telapak tangan mengarah kepada yang diberi salam. Penatua dan diaken, tidak mengangkat tangan pada salam. i. Penumpangan tangan Penumpangan tangan oleh Pendeta dengan satu atau dua tangan merupakan simbol penganugerahan berkat dari Allah melalui pendeta sebagai yang diurapi dan diberi wewenang dan kuasa oleh Roh Kudus dengan telapak tangan mengarah ke bawah. j. Menebah dada Menebah dada (ussa’pa-sa’pa ara’) adalah simbol ungkapan penyesalan diri dan tobat, serta pengakuan bahwa dirinya bersalah dan berdosa. D. Kepelbagaian Ekspresi Ibadah Kristen (dari berbagai gereja) Kepelbagaian ekspresi ini sangat dipengaruhi oleh pandangan teologi dari masing-masing gereja dan berbagai aturan-aturan dalam gereja tersebut. Ada gereja menyukai dan menikmati suasana yang kontemplatif, suasana teduh dan kemudian menyapa orang di dalam ruangan di kiri dan kanan tidak boleh. Ada Gereja menikmati suasana kekeluargaan, persaudaraan, keramaian dan Ada pula menggabungkan suasana kontemplatif dengan suasana sorak-sorai… penampakanpenampakan ekspresi tersebut dapat kita lihat melalui perayaan-perayaan hari raya gerejawi d an



hari biasa-biasa dalam gereja.



4