Volume Lalu Lintas - Rumus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERHITUNGAN BOK



Volume lalu lintas Menurut Anonim (1997 : 2-10), volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu. Secara matematis, volume lalu lintas dapat dihitung berdasarkan Rumus 2.1 berikut ini. Q = QLV + QHV × empHV + QMC × empMC dimana: Q



= Total volume lalu lintas (smp/jam);



QLV



= Jumlah kendaraan ringan (smp/jam);



QHV



= Jumlah kendaraan berat (smp/jam);



empHV



= Ekivalen kendaraan berat;



QMC



= Jumlah sepeda motor (smp/jam);



empMC = Ekivalen sepeda motor. Tabel 2.1 Daftar konversi ke Satuan mobil penumpang No.



Jenis kendaraan



Ekivalensi mobil penumpang



1



Kendaraan Ringan / Light Vehicle



1



(meliputi mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick-up, truk kecil). 2



Kendaraan Berat / Heavy Vehicle



1,3



(meliputi kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda). 3



Sepeda Motor



0,4



Kecepatan lalu lintas Menurut Anonim (1997:5-19), kecepatan atau disebut juga dengan kecepatan tempuh didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan sepanjang segmen jalan. Secara matematis, kecepatan kendaraan dinyatakan dengan Rumus 2.2. V=



L TT



dimana: V = Kecepatan rata-rata ruang (km/jam); L = Panjang segmen (km); TT = Waktu tempuh rata-rata sepanjang segmen (jam).



Kecepatan arus bebas Kecepatan arus bebas didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain (Anonim 1997 : 5-18). Persamaan dasar untuk menentukan kecepatan arus bebas dapat dilihat pada rumus FV = (FVO + FVW)× FFVSF × FFVCS dimana: FV



= Kecepatan arus bebas (km/jam);



FVO



= Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam);



FVW



= Faktor penyesuaian untuk lebar efektif lajur lalu lintas (km/jam);



FFVSF = Faktor penyesuaian untuk kondisi hambatan samping; FFVCS = Faktor penyesuaian untuk ukuran kota.



Kapasitas Kapasitas dapat didefinisikan sebagai arus lalu lintas yang dapat dipertahankan dari suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu, dalam kendaraan/jam atau smp/jam (Anonim 1997 : 5-18). Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas dapat dilihat pada Rumus 2.4. C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCcs Dimana : C



= Kapasitas (smp/jam);



Co



= Kapasitas dasar (smp/jam);



FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan; FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi); FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb;



FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota.



Derajat kejenuhan



Menurut Anonim (1997:5-19), derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan. Persamaan dasar untuk menentukan kecepatan bebas dinyatakan dengan Rumus 2.5.



DS = Q/C dimana:



DS = Derajat kejenuhan; Q = Volume arus lalu lintas (smp/jam); C = kapasitas (smp/jam).



Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Menurut Anonim (2005 : 1), biaya operasi kendaraan adalah biaya total yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk satu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh (dalam Rp/km). Biaya tidak tetap (variable cost atau running cost) Biaya tidak tetap terdiri dari beberapa komponen yaitu biaya konsumsi bahan bakar, biaya konsumsi oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya upah tenaga pemeliharaan, dan biaya konsumsi ban. Adapun yang termasuk dalam biaya tidak tetap adalah: a) Biaya konsumsi bahan bakar minyak (KBBM) BiBBMj = KBBMi × HBBMj dimana: BiBBMj = Biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan i (Rp/km); KBBMi



= Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan i (liter/km);



HBBMj



= Harga bahan bakar untuk jenis BBM j (Rp/liter);



i = Jenis kendaraan sedan (SD), utiliti (UT), bus kecil (BL), bus besar (BR), truk ringan (TR), truk sedang (TS) atau truk berat(TB); j = Jenis bahan bakar minyak solar (SLR) atau premium (PRM). Konsumsi bahan bakar minyak untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan persamaan berikut: KBBMi = (α + β1/VR + β2 × VR2 + β3 × RR + β4 × FR + β5 × FR2 + β6 × DTR + β7 × AR + β8 × SA + β9 × BK × β10 × BK × AR + β11 × BK × SA)/1000 ................... (2.11) dimana: α



= Konstanta (diperoleh dari Tabel 2.3);



β1… β2 = Koefisien-koefisien parameter (diperoleh dari Tabel 2.3); VR



= Kecepatan rata-rata;



RR



= Tanjakan rata-rata;



FR



= Turunan rata-rata;



DTR



= Derajat tikungan rata-rata;



AR



= Percepatan rata-rata;



SA



= Simpangan baku percepatan;



BK



= Berat kendaraan



b) Biaya konsumsi oli (BOi) BOi = KOi × HOj dimana: BOi



= Biaya konsumsi oli untuk jenis kendaraan i (Rp/km);



KOi



= Komsumsi oli untuk jenis kendaraan i (liter/km);



HOj



= Harga oli untuk jenis oli j (Rp/liter);



i



= Jenis kendaraan;



j



= Jenis oli.



Konsumsi oli untuk masing-masing jenis kendaraan dapat dihitung dengan persamaan berikut: KOi = OHKi + OHOi × KBBMi dimana: OHKi = Oli hilang akibat kontaminasi (liter/km); OHO



= Oli hilang akibat operasi (liter/km),



KBBMi = Konsumsi bahan bakar.



Kehilangan oli akibat kontaminasi dihitung dengan persamaan sebagai berikut: OHKi= KPOi/JPOi dimana: KPOi



= Kapasitas oli (liter)



JPOi



= Jarak penggantian oli (km)



c) Biaya konsumsi suku cadang (BPi) BPi = Pi × HKBi/1000000 dimana: BPi



= Biaya pemeliharaan kendaraan untuk jenis kendaraan i (Rp/km);



HKBi = Harga kendaraan baru rata-rata untuk jenis kendaraan i (Rp); Pi



= Nilai relatif biaya suku cadang terhadap harga kendaraan baru jenis i;



i



= Jenis kendaraan.



Nilai relatif biaya suku cadang terhadap harga kendaraan baru atau konsumsi suku cadang untuk suatu jenis kendaraan i dapat dihitung dengan persamaan berikut: Pi = (Φ + γ1 × IRI) (KJTi/1000000)γ2 dimana: Pi



= Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i per juta kilometer;



Φ



= Konstanta (diperoleh dari Tabel 2.6);



γ1 & γ2 = Koefisien-koefisien parameter (diperoleh dari Tabel 2.6); IRI



= Kekasaran jalan (m/km);



KJTi



= Kumulatif jarak tempuh kendaraan jenis i (km);



i



= Jenis kendaraan.



d) Biaya upah tenaga pemeliharaan (BUi) BUi = JPi × UTP/1000 dimana: BUi



= Biaya upah perbaikan kendaraan (Rp/km);



JPi



= Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km);



UTP



= Upah Tenaga Pemeliharaan (Rp/jam).



Kebutuhan jumlah jam pemeliharaan untuk masing-masing kendaraan dihitung dengan persamaan berikut:



JPi = a0 × Pia1 dimana: JPi



= Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km);



Pi



= Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i;



a0, a1 = Konstanta



e) Biaya konsumsi ban (KBi) BBi = KBi × HBj/1000 dimana: BBi



= Biaya konsumsi ban untuk jenis kendaraan i (Rp/km);



KBi



= Konsumsi ban untuk jenis kendaraan i (EBB/1000km);



HBj



= harga ban baru jenis j (Rp/ban baru);



i



= Jenis kendaraan;



j



= Jenis ban.



Konsumsi ban untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan persamaan berikut: KBi = χ + δ1 × IRI + δ2 × TTR + δ3 × DTR dimana: χ



= Konstanta



δ1… δ3= Koefisien-koefisien parameter TTR



= Tanjakan + turunan rata-rata



DTR



= derajat tikungan rata-rata



Dengan demikian biaya tidak tetap dihitung dengan menjumlahkan biaya konsumsi bahan bakar, biaya konsumsi oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya upah tenaga pemeliharaan, dan biaya konsumsi ban seperti berikut ini: BTT = BiBBMj + BOi + BPi + BUi + BBi dimana: BTT



= Besaran biaya tidak tetap (Rp/km);



BiBBMj = Biaya konsumsi bahan bakar minyak (Rp/km); BOi



= Biaya konsumsi oli (Rp/km);



BPi



= Biaya konsumsi suku cadang (Rp/km);



BUi



= Biaya upah tenaga pemeliharaan (Rp/km);



BBi



= Biaya konsumsi ban (Rp/km).



Biaya Tetap (standing cost atau fixed cost) Biaya tetap yaitu biaya yang harus dikeluarkan pada awal dioperasikannya suatu system angkutan umum, biaya ini tidak tergantung pada besaran produksi pelayanan yang dihasilkan dengan beroperasikannya kendaraan tersebut. Persamaan untuk biaya tetap BT= Bpi + BKi dimana : BT = Biaya tetap (Rupiah/km). Bpi = Biaya depresiasi / penyusutan kendaraan (Rupiah/km). BKi = Biaya awak kendaraan (Rupiah/km). Tabel 1 Persamaan untuk perhitungan biaya tetap (1/2) Mobil No.



Nama Persamaan



Penumpang



Bus



Truk



1



Penyusutan (penyusutan/1000 km) dari harga kendaraan



Y = 1 / (2,5 S + 125)



Y = 1 / (6 S + 300)



Y = 1 / (6 S + 300)



2



Travelling Time pengemudi& kondektur (jam kerja/1000 km)



Tidak ada karena pengemudi adalah pemilik kendaraan



Y = 1000 / S



Y = 1000 / S



Dimana S = kecepatan rata-rata kendaraan Tabel 2 Persamaan untuk perhitungan biaya tetap (2/2)



No.



Nama Persamaan



3



Asuransi (asuransi/1000 km) dari harga kendaraan



4



Bunga Modal (Bunga Modal/1000 km) dari harga kendaraan



Mobil



Bus



Truk



Y = 38 / (500 S)



Y = 60 / (2571,42857 S)



Y = 61 / (1714,28571 S)



Y = 150 / (500 S)



Y = 150 / (2571,42857 S)



Y = 150 / (1714,28571 S)



Penumpang



Penghematan Waktu Perjalanan Penghematan waktu perjalanan diperoleh dari selisih perhitungan waktu tempuh untuk kondisi dengan proyek dan tanpa proyek. Penghematan waktu perjalanan akan timbul dari sebagian besar peningkatan karena kemacetan dikurangi, batas kecepatan dinaikkan, atau tersedia rute yang lebih nyaman. Penghematan waktu perjalanan tersebut biasanya dinyatakan dalam orang-jam.