Zat Hara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ZAT HARA



LAPORAN



OLEH : DEWI NOVITA SARI/160301151 AGROEKOTEKNOLOGI III B



LABORATORIUM BOTANI DASAR PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016



PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat keseluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat rendah, penyerapan air dan zat hara terlarut didalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Teddy, 2009). Pada umumnya, air dan zat-zat hara tanah diserap melalui akar. Sebagian zat yang lain terutama gas O2 dan CO2, diserap melalui daun. Selanjutnya, zat-zat tersebut akan dibawa ke daun karena daun merupakan pusat aktivitas penyusunan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan. Bagaimanakah penyerapan dan pengangkutan zat tersebut terjadi ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu memahami bagaimana susunan sel-sel jaringan akar dan daun sebagai organ penyerapan zat. (George, 2010). Agar transportasi pada tanaman dapat dipahami dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada sistem produksi tanaman secara efektif dan produktif, maka perlu dikaji pengetahuann tentang gambaran umum transportasi pada tanaman, absorpsi air dan mineral, transportasi cairan xylem, pengendalian transpirasi serta translokasi cairan xylem (Hartanto,dkk., 2010). Kebutuhan air setiap tanaman berbeda, tergantung pada jenis tanaman dan fase pertumbuhannya. Hal ini juga berkaitan langsung dengan proses fisiologis dan morfologis pada tanaman serta kombinasi kedua faktor tersebut dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi dengan adanya penyerapan air oleh akar. Jumlah air yang diserap oleh akar sangat bergantung pada kandungan air tanah, kemampuan partikel tanah untuk menahan air serta kemampuan akar untuk menyerap air (Ai dan Patricia, 2013).



Pengangkutan Ekstravaskuler merupakan pengangkutan yang terjadi di luar jaringan pembuluh (xylem atau floem). Termasuk dalam pengangkutan ekstravaskular adalah pengangkutan air dan mineral dari daram tanah ke xylem akar. Pengangkutan air di akar dapat berlangsung dengan dua cara: Lintasan Simplas: lintasan keluar masuk sel melalui plasmodesmata masing-masing sel Lintasan Apoplas: melalui ruang-ruang antar sel (Delayota, 2011). Air merupakan faktor yang sangat penting bagi tanaman. Air dibutuhkan untuk bermacam – macam fungsi oleh tanaman, seperti : 1) pelarut dan medium untuk reaksi kimia, 2) medium untuk transpor zat terlarut organik dan anorganik, 3) medium yang memberikan turgor pada sel tanaman, 4) hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul – molekul koloid, 5) bahan baku untuk fotosíntesis dan hidrolisis, 5) evaporasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman (Alam dkk., 2012). Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daerah pengangkutan zat hara pada tanaman Pacar Air (Balsamina impatient L.) dan tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinous L.). Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bayam ( Amaranthus spinosus L.) Klasifikasi tanaman bayam ialah: Kingdom: Plantae ; Divisio: Spermatophyta ; Sub Divisio: Angiospermae ; Kelas: Dicotyledoneae ; Ordo: Amaranthales ; Family : Amaranthaceae; Genus: Amaranthus ; Spesies: Amaranthus sp. (Noni, 2005). Bentuk tanaman bayam adalah terma (perdu), berumur semusim atau lebih. Batang tanaman bayam banyak mengandung air (herbaceous), tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Percabangan akan melebar dan tumbuh tunas baru bila sedang dilakukan pemangkasan. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40cm dan berakar tunggang. Daun bayam mempunyai bentuk yang beragam, berwarna hijau atau ungu dan memiliki susunan yang berselang seling dengan ujung yang tumpul. Bunga nya memanjang mirip ekor kucing, muncul dipucuk tanaman atau pada ketiak daun. Biji nya berukuran kecil, berwarna hitam atau coklat yang mengkilap setiap tanaman dapat menghasilkan kira-kira 1200-3000 biji (Bandini dan Azis, 2002). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun ladang (Palada dan Chang, 2003). Bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan keadaan iklim. Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain: ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah.



Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1500 mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta kelembaban udara 50-60% (Noni, 2005). Tanah Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh, sehingga dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman. Lokasi penanaman harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu: keadaan lahan harus terbuka dan mendapat mendapat sinar matahari serta memiliki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-7 dan tidak tergenang air (Rukmana, 2000). Botani Tanaman Pacar Air (Balsamina impatient L.) Sistematika dari tumbuhan bunga pacar air merah adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Angiospermae, Klass : Dicotyledoneae, Ordo : Sapindales, Famili : Balsaminaceae, Genus : Impatiens, Spesies : Impatiens balsamina Linn. (Hutapea, 2003). Pacar Air (Impatiens balsamina L.) merupakan tumbuhan berbatang basah dan tegak mempunyai tinggi 30-80 cm dan bercabang. Daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun berbentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, dan warnanya hijau muda. Bunga keluar dari ketiak daun, warnanya bermacam-macam, seperti merah, oranye, ungu, dan putih. Bunganya ada yang engkel dan ada yang dobel. Buahnya buah kendaga, jika masak akan membuka menjadi lima bagian yang terpilin (Dalimartha, 2003).



Syarat Tumbuh Iklim Syarat fisiografis tumbuhnya tanaman pacar air yaitu : (a) Curah hujan: Curah hujan yang baik sekitar 400-1.000 mm. (b) Suhu : Suhu yang baik untuk tanaman bunga pacar air adalah sekitar 200-300 C. (c) Tanah : media tanah untuk menanam bunga pacar air tidak terlalu sulit.,yang penting cukup unsur hara (Nurul, 2010). Tanah Topografi : Tanaman bunga pacar air akan tumbuh subur di dataran tinggi yaitu pada ketinggian 1.000-1.500m di atas permukaan air laut pada dataran rendah tanaman pacar air tumbuh kurang baik , sehingga kebanyakan orang menanam tanaman pacar air pada dataran tinggi (Purwanti et.al., 2013). Transportasi Zat Hara Pada tumbuhan darat, sebagian besar air dan zat hara diserap dari tanah melalui akarnya. Zat yang lain seperti O2 dan CO2 banyak diserab melalui daun, terutama melalui mulut-mulut daun (stomata). Tanaman dapat dipupuk lewat daun dengan menggunakan pupuk daun. Pada daun terdapat celah-celah atau pori yang dapat menjadi pintu masuknya zat-zat, sekaligus merupakan pintu pelepasan zat-zat. Dengan demikian, daun merupakan alat pertukaran zat (Suyitno, 2011). Penyerapan air dan zat hara yang terlarut didalam tanaman dilakukan oleh pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem dimana pengangkutan unsur-unsur anorganik dari tanah kedaun itu terutama lewat xilem dan organik melewati floem (Teddy, 2009).



Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misalnya ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui saluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misalnya spermatophyta) proses pengankutan dilakukan oleh pembuluh pengangkut terdiri dari xilem dan floem (Nurul, 2010). Kecepatan pergerakan unsur hara dan pergerakan air dari bawah (akar) sampai keatas (puncak) dipengatuhi oleh faktor-faktor tekanan akar, transpirasi, gaya kohesi, dan anatomi xilem. Pengangkutan zat hara secara longitudinal dari akar kedaun. Tetapi dapat juga secara transversal. Pengangkutan secara transversal itu berlangsung melalui jari-jari empulur dengan cara batang tanaman dipangkas dan menunjukkan bahwa daun tersebut biasa saja seperti dengan akar yang masih utuh (Widyawati, 2005). Transportasi pada tumbuhan melibatkan jaringan-jaringan pengangkut, seperti xylem dan floem. Jika seandainya jaringan pengangkut xylem dan floem tidak ada pada tumbuhan, maka dapat dipastikan transportasi pada tumbuhan tidak akan terjadi. Pertama sekali, jaringan xylem memiliki dua fungsi dalam tanaman. Fungsi pertama adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang dan juga daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh (Hendra,2012). Proses aktif, yaitu: proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara yang memerlukan adanya energi metabolik, dan (2) proses pasif, penyerapan air terjadi sebagai akibat dari proses transpirasi. Semakin lancar transpirasi, semakin lancar pula absorpsi air oleh akar dan tidak memerlukan energi metabolic (Ispandi dan Munip, 2004). Secara umum, gerak zat menyebar dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah, atau dari daerah bertekana tinggi ke daerah yang tekanannya lebih rendah, disebut difusi. Suatu zat juga akan bergerak menyebar karena



terjadinya perbedaan tekanan atau suhu. Angin merupakan udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah bertekanan lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Zat juga akan bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar (lebih pekat) ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada dasarnya setiap zat akan bergerak bila terjadi perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi (Rahman, 2009). Terdapat dua (2) faktor penting yang menetukan transpor zat melewati membran, terkait dengan keluar masuknya zat dari dan ke sel. Kedua faktor adalah : a. Faktor perbedaan (gradien) kondisi fisik luar dengan dalam sel (jaringan).Perbedaan sistem di luar dan di dalam sel. Perbedaan yang menjadi sumber tenaga penggerak (energi kinetik) zat, yaitu meliputi : 1) gradien kandungan air (beda potensial air), 2) gradien suhu, 3) gradien kelembaban, 4)gradien tekanan, 5) gradien konsentrasi zat yang terlarut dalam air. b.Permeabilitas membran terhadap zat-zat. Zat-zat yang keluar masuk dari dan ke sel akar atau daun dapat berupa : 1) Gas-gas : Uap H2O, O2, CO2, H2S, N2, dst, 2) Air, 3) Ion-ion, yaitu kation (ion positip) dan anion (ion negatif) (Al, 2006). Titik-titik dan garis-garis merah yang tampak setelah pemotongan melintang dan membujur merupakan jaringan pembuluh kayu (xilem) yang dilalui oleh larutan eosin pada saat digunakan sebagai bahan pada praktikum. Bila sepotong pucuk dimasukkan ke dalam larutan pewarna seperti eosin (yang mewarnai seluruh dinding sel jika larutan tersebut mengenainya), Larutan tersebut akan diserap ke atas dalam batang, Pengamatan terhadap irisan melintang akan menunjukkan bahwa hanya dekat permukaan batang yang dipotong semua sel terwarnai, sedangkan pada bagian yang lain hanya dinding sel unsur-unsur xilem yang terwarnai oleh larutan pewarna tersebut (Hartono, 2009). Setiap molekul suatu larutan atau gas pada suhu > 0 K selalu bergerak sehingga memiliki energi gerak potensial kimia. Air bergerak karena adanya potensial air, zat terlarut bergerak



karena adanya potensial kimia zat terlarut. Potensial kimia air dipengaruhi oleh: Konsentrasi zat terlarut Suhu Tekanan Bahan-bahan yang mudah ditempeli air (adsorptif) (Delayota,2011).



BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada hari Rabu,6 April 2016 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman Pacar Air (Balsamina impatient) dan tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinous) sebagai objek yang akan diamati, larutan Eosine sebagai media yang digunakan untuk zat hara yang akan diserap oleh tanaman dan Vaselin sebagai zat untuk penutup stomata. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tabung Erlenmeyer sebagai wadah untuk larutan eosin dan tanaman yang akan diamati, pisau silet/cutter sebagai alat untuk memotong dan mengkupas pangkal batang, rol/penggaris sebagai alat untuk mengukur tinggi larutan eosin yang diserap oleh tanaman, stopwatch sebagai alat untuk mengatur lamanya waktu pengamatan, kalkulator sebagai alat untuk menghitung hasil pengamatan dan alat sanitasi sebagai alat untuk membersihkan alat-alat laboratorium. Prosedur Percobaan: 1. Disediakan tanaman Pacar Air (Balsamina impatient L.) dan tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinous L.) yang sama tinggi dan sama besarnya, tegak lurus, masingmasing 2 batang. 2. Dipotong bagian pangkal akarnya dan dikupas kulit batangnya sepanjang 3 cm dari pangkalnya.



3. Diberi perlakuan masing-masing tanaman : a. Tanaman I : pada bagian ujung pangkalnya diberi vaselin (xylem+vaselin) a



Tanaman II : pada bagian batang yang dikupas diberi vaselin (floem+Vaseline).



4. Dimasukkan tanaman tersebut ke dalam tabung erleyenmeyer yang berisi larutan eosine dan dibiarkan selama 30 menit. 5. Diukur ketinggian larutan eosin pada jaringan tanaman dan hitung laju transportasi dengan rumus : V = = mm/detik



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tanaman : Pacar Air (Balsamina impatient L.)



PERLAKUAN



TINGGI LARUTAN EOSIN SETELAH 30 MENIT



V= mm/detik



Xylem + Vaselin I



16,3 Cm



0,09 mm/det



Xylem + Vaselin II



10 Cm



0.05 mm/det



Floem + Vaselin I



18 Cm



0,1 mm/det



Floem + Vaselin II



21,2 Cm



0,11 mm/det



Perhitungan: Xilem + Vaselin I



Floem + Vaselin



= 16,3 cm



= 18 cm



30 m



30 m



=0,09 mm/s



= 0,1 mm/s



Xylem + Vaselin II =10 cm



= 21,2 cm



30 m



30 m



Floem + Vaselin II



=0,05 mm/s



= 0,11 mm/s



Tanaman : Bayam Duri (Amaranthus spinous L.)



PERLAKUAN



TINGGI LARUTAN EOSIN SETELAH 30 MENIT



V= mm/detik



Xylem + Vaselin I



21,5 Cm



0,11 mm/det



Xylem + Vaselin II



49 Cm



0,19 mm/det



Floem + Vaselin II



24,5 Cm



0,272 mm/det



Floem + Vaselin II



18,5 Cm



0,10 mm/det



Perhitungan: Xilem + Vaselin I = 21,5 cm



Floem + Vaselin I = 24,5 cm



30 m



30 m



= 0,11 mm/s



= 0,272 mm/s



Pembahasan Transportasi zat hara adalah proses pengangkutan unsur hara dari akar tanaman menuju ke seluruh tubuh tumbuhan atau dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. Hal ini sesuai dengan



pernyataan Nurul (2010) yang menyatakan bahwa transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Dari hasil praktikum yang dilakukan , diperoleh data bahwa laju transportasi paling cepat pada tanaman Bayam ( Amaranthus spinosus L.) ialah dengan perlakuan xylem yang diberi vaselin pada sekeliling batang yang di kupas, yaitu sebesar 0,272 mm/detik. Dan laju transportasi paling cepat pada tanaman Pacar Air (Balsamina impatient L.) ialah dengan perlakuan perlakuan floem yang diberi vaselin pada sekeliling batang yang di kupas yaitu sebesar 0,11 mm/detik. Hal tersebut dikarenakan pada bagian bawah batang yang dipotong dan tidak diberi vaselin jaringan xylem nya tidak terhambat dalam penyerapan larutan eosin dari pangkal batang ke bagian atas batang.



Hal



ini



sesuai



pernyataan



dari



Rahman (2009) yang menyatakan bahwa xilem berperan untuk mengangkat air dan bahan-bahan mineral dalam tanah sedangkan floem berperan untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun keseluruh tumbuh. Penyerapan air pada tumbuhan dilakukan dengan dua proses yaitu penyerapan air secara aktif dan penyerapan air secara pasif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ispandi dan Munip (2004) yang menyatakan bahwa proses aktif, yaitu: proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara yang memerlukan adanya energi metabolik, dan (2) proses pasif, penyerapan air terjadi sebagai akibat dari proses transpirasi. Semakin lancar transpirasi, semakin lancar pula absorpsi air oleh akar dan tidak memerlukan energi metabolic. Proses transportasi (pengakutan) zat hara pada tanaman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pengangkutan air dan garam mineral diluar pembuluh pengangkut (ekstravaskuler) dan pengangkutan air melalui pembuluh pengangkut (intravaskuler). Pada pengangkutan ektrvaskuler, pengangkutan zat haranya berjalan dari sel-sel dan biasanya dengan arah horizontal. Hal ini sesuai dengan literature Hendra (2012) yang menyatakan bahwa Pengangkutan air pada tumbuhan meliputi 2 cara yaitupengangkutan air dan garam mineral



diluar pembuluh xilem (ekstravaskuler) dan pengangkutan air melalui pembuluh xilem (intravaskuler). Pada percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa larutan eosine digunakan sebagai media larutan untuk penyerapan zat hara pada batang tanaman Pacar Air (Balsamina impatient L. )



dan



tanaman



Bayam Duri (Amaranthus spinous L.). Larutan eosin digunakan sebagai zat hara yang akan diserap oleh tanaman tersebut. Jika tanaman tersebut menyerap larutan eosin maka pada batang tanaman tersebut akan terlihat garis-garis merah sebagai penanda sampai mana batas tertinggi larutan eosin yang diserap oleh batang tanaman tersebut. Hal ini sesuai pernyataan dari Hartono (2009) yang menyatakan bahwa bila sepotong pucuk dimasukkan ke dalam larutan pewarna seperti eosin (yang mewarnai seluruh dinding sel jika larutan tersebut mengenainya), Larutan tersebut akan diserap ke atas dalam batang. Pada transportasi zat hara terdapat dua (2) faktor penting yang menetukan transpor zat melewati membran, yaitu Faktor perbedaan (gradien) kondisi fisik luar dengan dalam sel (jaringan). Perbedaan sistem di luar dan di dalam sel dan . Permeabilitas membran terhadap zatzat.



Hal



ini



sesuai



dengan



pernyataan



dari



Al (2006) yang menyatakan bahwa terdapat dua (2) faktor penting yang menetukan transpor zat melewatimembran, terkait dengan keluar masuknya zat dari dan ke sel. Kedua faktor adalah : A. Faktor perbedaan (gradien) kondisi fisik luar dengan dalam sel (jaringan).Perbedaan sistem di luar dan di dalam sel. B. Permeabilitas membran terhadap zat-zat.



KESIMPULAN 1. Transportasi zat hara adalh proses pengangkutan zat hara dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan. 2. Proses penyerapan air pada tanaman ada 2, yaitu proses aktif dan proses pasif 3. Xylem berperan untuk mengangkat air dan bahan-bahan mineral dalam tanah. Floem berperan untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun keseluruh tumbuh. 4. Kecepatan transportasi zat hara tanaman Bayam ( Amaranthus spinosus) yang paling cepat dengan perlakuan xylem+vaselin yaitu 0, 272 mm/detik. 5. Kecepatan transportasi zat hara tanaman Pacar Air (Balsamina impatient) yang paling cepat dengan perlakuan Floem+vaselin yaitu sebesar 0,11 mm/detik.



6. Proses transportasi (pengakutan) zat hara pada tanaman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pengangkutan air dan garam mineral diluar pembuluh pengangkut (ekstravaskuler) dan pengangkutan air melalui pembuluh pengangkut (intravaskuler) 7. Larutan eosine digunakan sebagai media larutan untuk penyerapan zat hara pada batang tanaman Pacar Air (Balsamina impatient) dan tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinous). 8. Terdapat dua (2) faktor penting yang menetukan transpor zat melewati membran, terkait dengan keluar masuknya zat dari dan ke sel. Kedua faktor adalah : a. Faktor perbedaan (gradien) kondisi fisik luar dengan dalam sel (jaringan) dan b. Permeabilitas membran terhadap zat-zat.



DAFTAR PUSTAKA Ai, N. S dan T. Patricia. 2013. Karakter Morfologi Akar sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.



Alam, T. Tohari. dan Dja’far, S. 2012. Tanggapan Jagung (Zea Mays L.) Terhadap Sistem Parit Berbahan Organik Dan Dosis Kalium Di Lahan Kering Pada Tanah Bersifat Vertic. Fakultas Pertanian Gadjah Mada. Yogyakarta



Al,S. 2006. Fisiologi Tumbuhan Lanjut. FMIPA Universitas Yogyakarta. Yogyakarta.



Bandini, Y. dan Azis, N. 2002. Bayam. Penebar Swadaya. Jakarta.



Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Trubus Agriwidya. Jakarta.



Delayota. 2011. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.



George. 2010. Introductiory Plant Biology Edition Eleven. McGrow Hill Migher Education, New York



Hartanto,D., I.Permana., F.U.Hasan., F.H.Rahman dan U. Rohimat. 2010. Transportasi pada Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Semarang



Hartono. 2009. Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan yang dapat Digunakan sebagai Bahan Praktikum Sistem Transportasi pada Tumbuhan. Biologi FMIPA Universitas Negeri Makasar. Makasar.



Hendra,F.D.R. 2012. Transportasi Air Pada Tumbuhan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.



Hutapea, J.R., 2003. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.



Ispandi, M. L. Munip. 2004. Zat Hara Pada Tanaman dan Faktornya. Universitas Brawijaya. Malang



Nurul, S. 2010. Transportasi Zat Hara Pada Tanaman. IPB Press. Bogor



Noni. 2005. Respon Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Produksi Bayam (Amaranthus sp.) Terhadap Jenis dan Dosis Pupuk Nitrogen yang Berbeda. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.



Palada, M. C. dan Chang, L. C. 2003. Suggested Cultural Practices for Vegetable Amaranth. Asian Vegetable Research and Development Center.



Purwanti, N.W.T. Made, S. dan Treman, I.W. 2013. Diversifikasi Tanaman Cabai Dan Bunga Pacar Air Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Di Desa Selisihan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung (Tinjauan Geografi Ekonomi). Jurusan Pendidikan Geografi ,Undiksha Singaraja. Denpasar.



Rahman, T. 2009. Nutrisi dan Energi Tumbuhan. Modul Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta



Rukmana, R. 2000. Bayam Pertanaman dan Pengolahan Pascapanen . Kanisius. Yogyakarta. .



Suyitno A.2011.Penyerapan Tumbuhan.UNY.Yogyakarta.



Zata



dan



Transportasi



pada



Teddy, R. 2009. Nutrisi dan Energi Tumbuhan. Modul Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta



Widyawati, R. 2005. Pergerakan Unsur Hara Tanaman. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan



.