Draft Kti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GAMBARAN PEMBERIAN TERAPI CAIRAN KRISTALOID PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK TERHADAP PERBAIKAN TANDA-TANDA VITAL DI RUANG IGD RSUD R SYAMSUDIN SH KOTA SUKABUMI



KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi



Oleh : YAYAN KURNAEDI 32722001D17110



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI KOTA SUKABUMI 2020



SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN



Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: Yayan Kurnaedi



NIM



: 32722001D17110



Program Studi



: DIII Keperawatan



Institusi



: STIKES Sukabumi



Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.



Sukabumi, Juli 2020 Pembuat Pernyataan



Yayan Kurnaedi



Menyetujui, Pembimbing Utama



Ady Waluya, S.Kep., Ners., M.Kep NIDN 0407068804



Pembimbing Pendamping



Sulaeman, S.Kep., Ners NIP 196708021989011002



LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Ini telah disetujui dan dipertanggungjawabkan dalam Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi Sukabumi, Juli 2020



Pembimbing Utama



Ady Waluya, S.Kep., Ners., M.Kep NIDN. 0407068804



Pembimbing Pendamping



Sulaeman, S.Kep., Ners NIP 196708021989011002



LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui dan Dipertanggungjawabkan Di Hadapan Tim Penguji Sidang Hasil Prodi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi Pada Tanggal Juli 2020 Sukabumi, Juli 2020 Menyetujui, Pembimbing Utama



Pembimbing Pendamping



Ady Waluya, S.Kep., Ners., M.Kep NIDN. 0407068804



Sulaeman, S.Kep., Ners NIP 196708021989011002



Mengetahui, Ketua STIKES Sukabumi



Ketua Program Studi DIII Keperawatan



H. Iwan Permana, SKM, S.Kep.,M.Kep NIDK. 8862680018



Susilawati, S.Kp., M.Kep NIDN. 0419058003



ABSTRAK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI KARYA TULIS ILMIAH



YAYAN KURNAEDI NIM, 32722001D17110



GAMBARAN PEMBERIAN TERAPI CAIRAN KRISTALOID PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK TERHADAP PERBAIKAN TANDA-TANDA VITAL DI RUANG IGD RSUD R SYAMSUDIN SH KOTA SUKABUMI



xi+65 Halaman, V BAB, 11 Tabel, 1 Bagan, 6 Lampiran Karya Tulis Ilmiah ini dilatar belakangi oleh seringnya terjadi kematian yang di sebabkan oleh syok, salah satunya syok hipovolemik. Syok merupakan gangguan sirkulasi karena tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodenamik, gangguan hemodenamik tersebut dapat berupa berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung. Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, 2013 dalam Zul Qohhar, 2019). Syok hipovolemik merupakan penyebab tersering dari kondisi kehilangan darah dalam jumah banyak dari keadaan syok dibanding dengan sebab lain akibat trauma maupun nontrauma (ENA, 2008). Syok



hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi, seperti misalnya migrasi penduduk ke suatu tempat ataupun para pekerja yang pulang pergi setiap hari di suatu daerah. Salah satu penyebab terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat kecelakaan. Syok hipovolemik merupakan sindrom gangguan hemodinamik akibat hilangnya volume intravaskular lebih dari 15%, diikuti dengan penurunan perfusi dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Syok hipovolemik dapat terjadi akibat perdarahan hebat dan dehidrasi berat. Secara umum syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh pemberian pengelolaan penerapan manajemen sirkulasi sebelum dan sesudah dilakukan pengelolaan manajemen sirkulasi.



Hasil observasi, pada kedua pasien didapatkan masalah yang sama yaitu syok hipovolemik karena diare, dilakukan tindakan yang sama yaitu pemberian terapi cairan kristaloid yang dihangatkan. Pada hasil observasi setelah dilakukan tindakan manajemen sirkulasi, di dapatkan hasil masalah sirkulasi teratasi ditandai dengan membaiknya tandatanda vital. Kesimpulan yang didapat adalah hasil observasi setelah dilakukan pemberian terapi cairan kristaloid pada pasien dengan syok hipovolemik di dapatkan hasil bahwa pada kedua pasien dapat mengalami perbaikan tanda-tanda vital. Hasil perbandingan pada evaluasi sebelum dan sesudah dilakukan terapi cairan kristaloid pada pasien syok hipovolemik terdapat hasil yang sama pada kedua pasien.



Kata Kunci



: Syok Hipovolemik



Daftar Pustaka



: 11 (2010-2020)



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pemberian Terapi Cairan Kristaloid Pada Pasien Syok Hipovolemik Terhadap Perbaikan Tanda-Tanda Vital Di Ruang IGD RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk menempuh salah satu tugas akhir pada program studi Diploma III Keperawatan. Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. H. Iwan Permana, SKM, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. 2. Susilawati, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. 3. Ady Waluya, S.Kep,Ners., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan



i



memberikan masukan kritik kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah. 4. Sulaeman, Skep., Ners selaku pembimbing pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan kritik kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh petugas perpustakaan STIKES Sukabumi yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk menemukan referensi baik itu buku, jurnal, atau referensi dalam bentuk apapun. 6. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan, baik moril dan materil demi kesuksesan penulis. 7. Seluruh teman-teman seperjuangan, baik teman kuliah maupun teman kumpul di luar area perkuliahan yang sudah meluangkan waktunya untuk membantu mencari



referensi,



memberikan



penjelasan



untuk



memperbaiki



dan



mengizinkan penulis untuk menggunakan alat elektroniknya dalam proses untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari, penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat.



Sukabumi, Juli 2020



ii



Yayan Kurnaedi



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................iv DAFTAR TABEL...................................................................................................................v DAFTAR BAGAN.................................................................................................................vi BAB I......................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1 1.1



Latar Belakang.....................................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah................................................................................................7



1.3



Tujuan...................................................................................................................7



1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................................7 1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................................8 1.4



Manfaat Penulisan................................................................................................8



BAB II.....................................................................................................................................9 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................9 2.1 Konsep Dasar Syok Hipovolemik................................................................................9 2.1.1 Definisi...................................................................................................................9 2.1.2 Etiologi Syok Hipovolemik...................................................................................9 2.1.3 Manifestassi Klinis..............................................................................................10 2.1.4 Klasifikasi Syok hivopolemik.............................................................................11 2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................................12 2.1.6 Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik................................................................14 2.1.7 Pathway Syok Hipovolemik................................................................................16 2.1.8 Prinsip Penatalaksanaan.....................................................................................16 2.2 Konsep Cairan Kristaloid..........................................................................................18 2.2.1 Definisi.................................................................................................................18



iii



2.2.2 Penghangatan Kristaloid....................................................................................19 2.3 Konsep Pemberian Cairan Infus Kristaloid.............................................................19 2.3.1 Definisi.................................................................................................................19 2.3.2 Tujuan..................................................................................................................20 2.3.3 Prosedur Pemberian............................................................................................21 2.3.4 Pemilihan Lokasi Pemasangan IV.....................................................................24 BAB III.................................................................................................................................26 METODE PENGELOLAAN KASUS................................................................................26 3.1 Desain Pengelolaan Kasus.........................................................................................26 3.2 Batasan Pengelolaan Kasus.......................................................................................26 3.3 Subyek Pengelolaan Kasus........................................................................................27 3.4 Lokasi Dan Waktu Pengelolaan Kasus.....................................................................27 3.5 Faktor Studi................................................................................................................28 3.6 Instrumen Pengelolaan..............................................................................................28 3.7 Pengumpulan Data.....................................................................................................28 3.8 Uji Keabsahan Data...................................................................................................29 3.9 Analisa Data................................................................................................................29 3.10 Penyajian Data........................................................................................................31 3.11 Etika Pengelolaan Kasus.........................................................................................31 BAB IV..................................................................................................................................34 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................34 4.1 Hasil............................................................................................................................34 4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data................................................................34 4.1.2 Karakteristik Partisipan.....................................................................................36 4.1.3 Data Asuhan Keperawatan.................................................................................39 4.2 Pembahasan................................................................................................................44 4.2.1 Hasil Observasi Sebelum Dilakukan Tindakan Terapi Cairan Kristaloid.....50 4.2.2 Hasil Observasi Setelah Dilakukan Tindakan Terapi Cairan Kristaloid.......51 4.2.3 Perbandingan Kondisi Tanda-Tanda Vital Setelah Dilakukan Tindakan Terapi Cairan Kristaloid...................................................................................51 4.3 Keterbatan Penulis.....................................................................................................51 BAB V...................................................................................................................................53



iv



KESIMPULAN....................................................................................................................53 5.1 Kesimpulan.................................................................................................................53 5.2 Saran...........................................................................................................................53 5.2.1 Bagi Praktisi Keperawatan.................................................................................53 5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan...........................................................54 5.2.3 Bagi Penulis Selanjutnya....................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................55 LAMPIRAN.........................................................................................................................57



v



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden........................................................58 Lampiran 2. Lembar Observasi IGD....................................................................................59 Lampiran 3. Bukti dan persetujuan Pengambilan Kasus.......................................................61 Lampiran 4. Lembar Persetujuan Seminar Proposal.............................................................62 Lampiran 5. Lembar Persetujuan Seminar Hasil..................................................................63 Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup......................................................................................64



iv



DAFTAR TABEL Tabel 2. 1...............................................................................................................................15 Tabel 2. 2...............................................................................................................................21 Y Tabel 3. 1...............................................................................................................................30 Tabel 4. 1...............................................................................................................................40 Tabel 4.2...............................................................................................................................40 Tabel 4.3................................................................................................................................42 Tabel 4.4................................................................................................................................43 Tabel 4.5................................................................................................................................46 Tabel 4.6................................................................................................................................47 Tabel 4.7................................................................................................................................48 Tabel 4.8................................................................................................................................49



v



DAFTAR BAGAN Bagan 2.1..............................................................................................................................16



vi



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kesehatan



merupakan



salah



satu



unsur



kesejahteraan.



Apabila



kesejahteraan masyarakat menurun akan berdampak pada pembangunan otonomi daerah. Untuk itu pemerintah perlu memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai, terjangkau, berkualitas dan tanggap terhadap kebutuhan atau hak-hak masyarakat khususnya dalam pelayanan kesehatan. Pentingnya pelayanan kesehatan harus diimbangi dengan pelayanan Rumah Sakit yang berkualitas. Salah satu faktor penentu keberhasilan pelayanan salah satunya pelayanan gawat darurat (Alkano, 2016). Emergency atau gawat darurat merupakan suatu kondisi yang bersifat mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja (Susilowati, 2015 dalam Rizka saputri, 2017). Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang memerlukan pertolongan segera karena apabila tidak mendapat pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti nafas dan henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera misalnya patah tulang, pendarahan, kasus stroke dan kejang, keracunan dan korban bencana. Penyebab kejadian gawat 1



2



darurat yang sering terjadi dalam sehari-hari yaitu karena terjadinya kecelakan lalu lintas, kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas penyebab kematian utama di daerah perkotaan (Asculap M. 2007 dalam Mawu dkk 2016). Keberhasilan waktu tanggap atau respon time sangat tergantung kepada



kecepatan



serta



kualitas



pemberian



pertolongan



untuk



menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun dan Sudaryanto, 2014 dalam Apriani dan Febriani 2017). Korban pertama kali sampai di rumah sakit akan langsung mendapat penanganan di Unit Gawat Darurat untuk penangan segera. Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di unit gawat darurat. Adapun tugas unit gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan tindakan medis, pengobatan dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat. Sebagai unit pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat, komponen pelayanan di unit gawat



darurat



harus



memenuhi



kebutuhan



masyarakat



dalam



penanggulangan penderita gawat darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang teratur dengan unit-unit dan instalasiinstalasi lain dalam rumah sakit (Kemenkes R.I. 2006 dalam Muhandani, 2016).



3



Menurut Kemenkes R.I (2006), petugas kesehatan di unit gawat darurat di rumah sakit terdiri dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah mendapat pelatihan penanganan kegawatdaruratan yang dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang bekerja di unit gawat darurat. Mengacu kepada Pedoman Pelayanan Gawat Darurat tersebut diketahui bahwa perawat di unit gawat darurat mempunyai peran dan tanggung jawab yang penting. Tenaga kesehatan rumah sakit yang paling banyak adalah tenaga perawat yang berjumlah sekitar 60 % dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja perawatan (Muhandani, 2016). Dan salah satu kasus yang seringkali menyebabkan kematian di Unit Gawat Darurat adalah syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi karena tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodenamik, gangguan hemodenamik tersebut dapat berupa berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung. Berdasarkan



bermacam-macam



sebab



dan



kesamaan



mekanisme



terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, 2013 dalam Zul Qohhar, 2019). Syok hipovolemik merupakan penyebab tersering dari kondisi kehilangan darah dalam jumah banyak dari keadaan syok dibanding dengan sebab lain akibat trauma maupun nontrauma (ENA, 2008).



4



Syok hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi, seperti misalnya migrasi penduduk ke suatu tempat ataupun para pekerja yang pulang pergi setiap hari di suatu daerah. Salah satu penyebab terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat kecelakaan (Diantoro, 2014 dalam Zul Qohhar 2019). Menurut World Health Organization (2014), cedera akibat kecelakaan setiap tahunya menyebabkan terjadinya 5 juta kematian di seluruh dunia, angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%, sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik dirumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36% (Diantoro, 2014). Jika syok hipovolemik tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan hipoksia, penurunan kesadaran karena berkurangnya suplai darah ke otak, kerusakan dan kematian jaringan yang irreversible dan berakhir dengan kematian oleh karena berkurangnya volume sirkulasi dalam tubuh. Oleh sebab itu syok hipovolemik harus segera mendapatkan penanganan yang cepat, dan tepat untuk dapat mencegah kematian (Hidayatulloh dkk, 2016) Salah satu terapi yang tepat untuk penatalaksanaan syok hipovolemik adalah terapi cairan yang akan berdampak pada penurunan angka



5



mortalitas pasien. Akan tetapi terapi cairan yang tidak tepat akan menyebabkan pasien mengalami edema paru dan gangguan elektrolit (Putra, 2016). Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum besar dipasang untuk membuat



akses intra vena guna pemberian



cairan. Maksudnya



memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %). (Dewi dan Rahayu 2017). Pemberian cairan kristaloid pada kasus ini sebagai cairan resusitasi yang diberikan pada penatalaksaan awal karena cairan kristaloid memiliki kemiripan dengan cairan fisiologis tubuh dan dapat di ekskresi dengan baik, selain itu ketersedian cairan kristaloid di tempat-tempat pelayanan kesehatan memudahkan seorang dokter dalam melakukan resusitasi cairan. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Cairan kristaloid di hangatkan terlebih dahulu sampai 37℃ untuk mencegah hipotermi (Tafwid 2015). Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/Kg BB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan



bersamaan



dengan



pemantauan



tanda



vital



dan



hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus dilanjutnya. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena



6



distribusi cairan koloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera (Tafwid, 2015). Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari penerapan algoritma ABC, dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani gangguan airway, breathing dan circulation segera. Masalah paling mendasar pada syok hipovolemik adalah gangguan sirkulasi yang akan menyebabkan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga metabolisme sel akan terganggu. Dalam keadaan volume intravaskuler yang berkurang, tubuh berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit (Hidayatulloh dkk, 2016). Berdasarkan penelitian oleh Cemy Nur Fitria 2010, cara pemasangan infus 2 jalur intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan pada pasien syok, pemasangan infus 2 jalur intravena untuk menempatkan cairan yang steril melalui jarum atau larutan Nacl hangat langsung ke vena pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien syok hipovolemik yang dilakukan pemberian cairan infus 2 jalur intravena lebih cepat mengalami perubahan terhadap tanda-tanda syok (Riska, 2019). Dari hasil pengamatan saya selama pernah praktek di ruang Unit Gawat Darurat, penanganan petugas UGD mengenai pasien dengan tanda dini syok hipovolemik yang dilakukan pemasangan infus dua jalur dengan



7



cairan kristaloid hangat di ruang IGD RSUD R Syamaudin SH pada bulan Maret 2019 begitu banyak, bisa 2-4 kasus perhari yang dilakukan pemasangan infus 2 jalur. Mengingat banyaknya permasalahan keperawatan yang disebabkan oleh syok hipovolemik, sehingga peran perawat dituntut untuk mengatasi masalah kegawat daruratan, memberikan terapi cairan kristaloid, menghindari resiko kematian akibat syok. Dari pengamatan di atas tentang syok hipovolemik menjadi dasar bagi menulis mengambil kasus yang berjudul ; Gambaran Pemberian Terapi Cairan Kristaloid Pada Pasien Syok Hipovolemik Terhadap Perbaikan Tanda-Tanda Vital Di Ruang IGD RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah pada karya tulis ini “Bagaimanakah gambaran pemberian terapi cairan kristaloid pada pasien syok hipovolemik terhadap perbaikan tanda-tanda vital ?”.



1.3



Tujuan



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penulisan karya tulis ini adalah agar mahasiswa mampu menganalisis pengelolaan manajemen sirkulasi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan pemberian terapi cairan kristaloid hangat pada pasien syok hipovolemik.



8



1.3.2 Tujuan Khusus 1) Penulis dapat mengidentifikasi gambaran TTV, produksi urine, tingkat kesadaran sebelum dilakukan tindakan perawatan manajemen sirkulasi pada pasien syok hipovolemik. 2) Penulis dapat mengidentifikasi gambaran TTV, reproduksi urine,



tingkat



keperawatan



kesadaran



manajemen



setelah sirkulasi



dilakukan pada



tindakan



pasien



syok



hipovolemik. 1.4



Manfaat Penulisan Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ; 1) Institusi RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi Sebagai bahan masukan dalam standar penggunaan pengelolaan manajemen sirkulasi di IGD RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi 2) Institusi Akademik Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan tentang kegawat daruratan pada pasien syok hipovolemik di masa yang akan datang. 3) Penulis Penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan kegawat daruratan, khususnya pada pasien syok hipovolemik.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Syok Hipovolemik 2.1.1 Definisi Syok hipovolemik merupakan sindrom gangguan hemodinamik akibat hilangnya volume intravaskular lebih dari 15%, diikuti dengan penurunan perfusi dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Syok hipovolemik dapat terjadi akibat perdarahan hebat dan dehidrasi berat (Hardisman 2013). Secara umum syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik) (Dewi & rahayu 2010). 2.1.2 Etiologi Syok Hipovolemik Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh: 1) Pendarahan - Perdarahan Internal (perdarahan dari luka dan hematemesis dari tukak lambung)



9



10



- Perdarahan Eksternal (perdarahan dari saluran cerna seperti perdarahan pada tukak duodenium, cedera limpa, kehamilan diluar uterus, patah tulang pelvis) 2) Kehilangan Plasma - Luka bakar luas - Pankreatitis - Deskuamasi kulit - Sindrom dumping 3) Kehilangan Cairan Ekstraseluler - Muntah (vornitus) - Dehidrasi - Diare - Terapi deuretik yang sangat agresif - Diabetes insipidus - Insufisiensi adrenal (Sumber : Nanda Nic-Noc 2015) 2.1.3 Manifestassi Klinis Manifestasi klinik syok hipovolemik: 1)



Kulit memucat dan dingin karena pembuluh darah kulit tertutup



2)



Denyut nadi cepat karena jantung mempertahankan peredaran darah



3)



Pusing dan lemas



4)



Penurunan kesadaran karena otak kurang mendapatkann oksigen



11



5)



Pernafasan cepat dan dangkal



6)



Bibir kebiruan



7)



Tidak ada urine yang dihasilkan



(Sumber : Riska 2019) 2.1.4 Klasifikasi Syok hivopolemik Menurut Hardisman 2013, setiap stadium syok hipovolemik ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan klinis: 1) Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensasi



dengan



vasokontriksi



perifer



sehingga



terjadi



penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedikit cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan normal. 2) Syok hipovolemik stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 1530%. Pada stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas dan pasien menjadi lebih cemas. 3) Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali permenit,



12



peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling kapiler yang sangat lambat. 4) Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai dengan penurunan kesadaran atau letargik. 2.1.5 Patofisiologi Patofisiologi pada syok hipovolemik sangat tergantung dari penyakit primer yang menyebabkannya. Namun secara umum, prinsipnya sama. Jika terjadi penurunan tekanan darah yang cepat akibat kehilangan cairan, kebocoran atau sebab lain, maka tubuh akan mengadakan respon fisiologis untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi yang adekuat ke seluruh tubuh. Terjadinya syok hipovolemik terjadi dalam 3 fase yaitu fase kompensasi, dekompensasi dan fase syok ireversibel. Masing-masing kondisi ini memiliki tampilan klinis yang berbeda. Berikut akan dijelaskan perbedaan antar fase tersebut. 1) Fase Kompensasi : Pada fase ini metabolisme masih dapat dipertahankan.



Mekanisme



sirkulasi



dapat



dilindungi



dengan



13



meningkatkan



aktivitas



simpatik.



Sistem



sirkulasi



ini



mulai



menempatkan organ-organ vital sebagai prioritas untuk mendapatkan perfusi yang baik. Tekanan darah sistolik normal, sedangkan diastolik meningkat karena mulai timbul tekanan perifer. 2) Fase Dekompensasi : Pada fase ini metabolisme anaerob sudah mulai terjadi dan semakin meningkat. Akibatnya sistem kompensasi yang terjadi sudah tidak lagi efektif untuk meningkatkan kerja jantung. Produksi asam laktat meningkat, produksi asam karbonat intraseluler juga meningkat sehingga terjadi asidosis metabolik. Membran sel terganggu, akhirnya terjadi kematian sel. Terjadi juga pelepasan mediator inflamasi seperti TNF. Akhirnya sistem vaskular mulai tidak dapat mempertahankan vasokonstriksi. Sehingga terjadi vasodilatasi yang menyebabkan tekanan darah turun dibawah nilai normal dan jarak sistol-diastol menyempit. 3) Fase Syok Ireversibel : Saat energi habis, kematian sel mulai meluas, kemudian cadangan energi di hati juga lama-kelamaan habis. Kerusakan pun meluas hingga ke level organ,. Pada fase ini, walaupun sirkulasi sudah diperbaiki, defisit energi yang terlambat diperbaiki sudah menyebabkan kerusakan organ yang ekstensif. Akhirnya terjadi gagal sirkulasi, nadi tidak teraba, dan gagal organ multipel. (Sumber : Muhammad 2014)



14



2.1.6 Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik Berikut adalah gejala klinis dari masing-masing fase syok yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik. 1) Fase Kompensasi  Nadi cepat.  Anak tampak pucat, kulit lembab.  Suhu tubuh turun.  CRT memanjang.  Anak gelisah atau apatis. 2) Fase Dekompensasi  Takikardi bertambah  Tekanan darah menurun dibawah normal.  Perfusi memburuk, akral dingin, kebiruan, CRT memanjang.  Oliguria sampai anuria  Asidosis, Pernafasan kusmaull  Kesadaran Menurun. 3) Fase Irreversibel  Nadi tidak terukur.  Penurunan Kesadaran  Anuria  Kegagalan Organ lain (misal : Ginjal , Ureum Kreatinin meningkat tajam, hematuria)



15



Tabel 2. 1 Gejala Klinis Syok Hipovolemik (sumber : Muhammad, 2014) Tanda Klinis Blood loss (%) Heart rate Tek.Sistolik Nadi (Volume) Capillary Refill Kulit Pernafasan Kesadaran



Kompensasi Sampai 25 Takikardia + Normal Normal/Menurun Normal/Meningkat Dingin, Pucat Takipnea Gelisah



Dekompensasi 25 – 40 Takikardia ++ Normal/Menurun Menurun+ Meningkat > 5detik Dingin/Mottled Takipnea + Lethargi



Ireversibel >40 Taki/Bradikardia Tidak Terukur Menurun ++ Meningkat ++ 3-5 detik Dingin+/Deadly Pale Sighing Respiration Reaksiatau hanya bereaksi terhadap nyeri



2.1.7 Pathway Syok Hipovolemik Bagan 2.1 Trauma pada jaringan tubuh Misalnya luka bakar



Kehilangan protein melalui sel yang



Destruksi kaviler



Pengeluaran keringat berlebihan, diare, muntah, intake air dan elektrolit tidak adekuat



Perdarahan Berkurangnya cairan di seluruh



Kerusakan korteks adrenal pada ginjal



Obstruksi usus halus



Distensi usus halus Sekresi aldosteron menurun



Aliran balik vena pada dinding usus terhambat



16



(Sumber: Guyton, 2007)



2.1.8 Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tandatanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang.



17



Bila kondisi jantung, jalan nafas dan respirasi dapat dipertahankan, tindakan selanjutnya adalah menghentikan trauma penyebab perdarahan yang terjadi dan mencegah perdarahan berlanjut. Menghentikan sumber perdarahan dan jika memungkinkan melakukan resusitasi cairan secepat mungkin. Selanjutnya dibawa ke tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga adalah teknik mobilisai dan pemantauan selama perjalanan. Perlu juga diperhatikan posisi pasien yang dapat membantu mencegah kondisi syok menjadi lebih buruk, misalnya posisi pasien trauma agar tidak memperberat trauma dan perdarahan yang terjadi (Hardisman 2013). Pada pusat layanan kesehatan atau dapat dimulai sebelumnya harus dilakukan pemasangan infus intravena. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus dilanjutkan. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena distribusi cairan koloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera (Hardisman 2013).



18



2.2 Konsep Cairan Kristaloid 2.2.1 Definisi Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak mengandung molekul besar. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan kristaloid mempunyai keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah(Salam 2007). Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang di berikan harus lebih banyak (2,5 – 4 kali) dari volume darah yang hilang (Muhammad 2014). Larutan normal salin (NaCl 0,9%) merupaka jenis kristaloid yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Larutan salin mengandung natrium dan klorida dengan konsentrasi yang sama, sehingga isotonis dengan cairan ekstraseluler. Strong ion difference pada larutan salin adalah nol, sehingga pemberian salin dalam jumlah besar dapat menyebabkan asidosis metabolic hiperklomerik. (Myburgh & Mythen, 2013 dalam Putra, 2017) Sementara penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang disebabkan adanya peningkatan produksi bikarbonat akibat metabolisme lactatez (Syamsul Hilal, 2007) 2.2.2 Penghangatan Kristaloid Ketika seseorang memerlukan cairan dengan aliran yang cukup maka cairan infus perlu dihangatkan terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk



19



mencegah terjadinya hipotermi pada pasien. Cairan infus tersebut dapat dihangatkan hingga 37℃. Cara penghangatan menggunakan alat infus warmer bisa juga cara manual yaitu dihangatkan di bawah lampu atau direndam dengan air hangat(Salam 2007 dalam Riska 2019) Cairan infus kristaloid yang dihangatkan dengan suhu 37℃, diberikan pada pasien post operasi pasca anestesi bertujuan untuk mencegah terjadinya post anesthetic shivering (konsdisi usaha tubuh memproduksi panas



guna



mengembalikan



keseimbangan



panas



dengan



cara



menggetarkan otot-otot tubuh). Keadaan menggigil sangat tidak baik secara fisiologis tubuh dan penuh tekanan pada pasien yang menjalani operasi yang akan berdampak nyeri pada luka operasi, tekanan intraokular, dan gangguan jantung. (Laksono, 2012 dalam Riska, 2019) 2.3 Konsep Pemberian Cairan Infus Kristaloid 2.3.1 Definisi Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting terhadap pasien yang mengalami syok hipovolemik dan distributif. Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki volume darah yang bersikulasi, menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan aliran darah vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau koloid (Nanda Nic-Noc). Terapi cairan melalui pemasangan infus dua jalur IV seringkali merupakan terapi inisial pada pasien syok



20



yang bertujuan untuk meningkatkan cairan dan volume darah, sehingga dapat mengoreksi sistem sirkulasi tubuh (Brunner & Sudarth, 2013). Infus dua jalur adalah pemasangan infus dua jalur intravena dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses inttravena guna pemberian cairan.



Diluar



memperbaiki



penyebab



utama



penurunan



volume



intravaskular, penggantian cairan (juga disebut sebagai resusitasi cairan) adalah juga menjadi perhatian utama. Dua akses intravena memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.(Sitorus, 2019). 2.3.2 Tujuan Tujuan utama dalam pemberian cairan kristaloid adalah untuk menormalkan kembali volume intravaskuler dan intersitial, menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki cairan sirkulasi darah, mengefesiensikan sistem sirkulasi(Paul.MD 2009 dalam Riska 2019).



2.3.3 Prosedur Pemberian Tabel 2. 2 Adapun prosedur pemberian terapi cairan sebagai berikut:



21



(sumber : SOP Pemasangan Infus 2 Jalur oleh Sitorus, 2019) No 1. 2. 3.



PROSEDUR PEMASANGAN Persiapan alat : Sarung tangan steril 1 pasang Standar infus Selang infus sesuai kebutuhan (makro/mikro) /



1.



infus set Cairan parenteral sesuai program Jarum intra vena / surflu (ukuran sesuai) Torniquet / manset Desinfektan Bengkok Plester / hypafix Gunting dan pengalas Langkah Kerja : Jelaskan prosedur yang akan dilakukan



2. 3.



pemasangan infus Cuci tangan Hubungkan cairan kristaloid dengan infus set



4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



dengan memasukan ke bagian karet atau akses 4.



selang ke botol infuse Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan sampai terisi sebagian dan buka klem selang sampai cairan memenuhi selang dan



5.



udara selang keluar. Letakan pengalas di bawah lokasi (vena) yang



6.



akan dilakukan penusukan Lakukan pembendungan dengan torniket 10-12 cm di atas tempat penusukan, bila pasien sadar anjurkan untuk mengepalkan tangan dan usapkan alkohol ke area yang akan di tusuk dengan



YA



TIDAK



22



7. 8.



gerakan sirkuler. Gunakan sarung tangan Desinfeksi area penusukan



9.



alkohol Lakukan penusukan pada daerah iv dengan



menggunakan



meletakan ibu jari di bagian bawah vena dan 10.



posisi jarum mengarah ke atas 45 derajat. Perhatikan adanya keluaran darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam jarum sambil



11.



melanjutkan tusukan ke dalam vena. Setelah jarum infus bagian dalam di keluarkan, tahan bagian atas vena dengan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Selanjutnya



12.



bagian infus di hubungkan dengan selang infus. Buka pengaturan tetesan dan atur kecepatan



13. 14. 15. 16.



sesuai dengan anjuran dokter Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan Observasi klien setiap 30 menit untuk menentukan



respon



terhadap



cairan(jumlah



cairan benar sesuai dengan yang di programkan, kecepatan aliran benar dengan tetesan cepat sekitar 20ml/kg BB pada anak sekitar 1-2 liter 17.



pada orang dewasa, kepatenan vena). Dokumetasikan di catatan perawat (tipe cairan, tempat insersi, kecepatan aliran, ukuran dan tipe iv cateter, waktu infus di mulai, respon terhadap



23



cairan Iv, jumlah yang di infuskan, integritas dan kepatenan sistem IV.



Observasi respon pasien selama infus terpasang tetap di perhatikan untuk mengetahui perkembangan pasien selama pemberian resusitasi cairan. 2.3.4 Pemilihan Lokasi Pemasangan IV Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemilihan lokasi pemasangan terapi intravana mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:



1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir 2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun 3. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat kesadaran 4. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer) 5. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi



24



dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan) 6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena pengganti 7. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk (misalnya mudah pecah atau sklerosis) 8. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter 9. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke.



BAB III METODE PENGELOLAAN KASUS 3.1 Desain Pengelolaan Kasus Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh pemberian pengelolaan penerapan manajemen sirkulasi sebelum dan sesudah dilakukan pengelolaan manajemen sirkulasi (Nuraida 2017). Studi kasus (case study) adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosisal tertentu selama kurun waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus merupakan suatu model yang bersifat komprehensif, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer (Herdiansyah Dalam Nuraida, 2017). Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci., memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbaga sumber informasi. Studi kasus dibatasi waktu dan tempat, serta kasus yang diperlajari berupa suatu peristiwa, aktivitas atau individu (TIM Prodi DIII Keperawatan dalam Nuraida, 2017) 3.2 Batasan Pengelolaan Kasus Syok hipovolemik merupakan sindrom gangguan hemodinamik akibat hilangnya volume intravaskular lebih dari 15%, diikuti dengan penurunan perfusi



25



26



dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Syok hipovolemik dapat terjadi akibat perdarahan hebat dan dehidrasi berat (Hardisman 2013). Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di IGD rumah sakit. Asuhan keperawtan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak. (Aini dalam Anggraeni dkk, 2017). 3.3 Subyek Pengelolaan Kasus Partisipan dalam penelitian studi kasus ini adalah klien yang mengalami syok hipovolemik yang berjenis kelamin perempuan/laki-laki tanpa rentang usia di ruang IGD RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi dan dapat berkomunikasi dengan jelas. 3.4 Lokasi Dan Waktu Pengelolaan Kasus Lokasi penelitian adalah lokasi atau tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian pada studi kasus tertentu (Notoatmodjo, 2012). Lokasi penelitian pada studi kasus ini bertempat di ruang IGD RSUD R Syamsudin SH yang merupakan rumah sakit tipe A yang berada di Kota Sukabumi, selain fasilitas IGD 24 jam yang mempuni, pemilihan lokasi pengelolaan kasus tersebut juga memudahkan peneliti dalam melakukan observasi karena lokasi yang mudah di jangkau. Studi kasus ini dilakukan selama klien berada di ruang IGD RSUD R Syamsudin SH sampai keluar dari IGD.



27



3.5 Faktor Studi Faktor studi dalam penelitian ini adalah pengelolaan manajemen sirkulasi pada pasien dengan syok hipovolemik. 3.6 Instrumen Pengelolaan Instrument pengelolaan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik manajemen sirkulasi. 3.7 Pengumpulan Data Pada sub bab ini menjelaskan terkait metode pengumpulan data, Sugiyono (2011), menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, pengamatan, observasi, dan studi dokumentasi. Berdasarkan teori tersebut, maka pengumpulan data direncanakan dengan menggunakan metode berikut : 1. Wawancara Hasil anamnesa berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga. Sumber data dari klien, keluarga dan perawat. 2. Observasi Observasi dan pemeriksaan fisik dengan cara infeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 3. Studi dokumentasi Hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.



28



Data yang dikumpulkan dengan melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan syok hipovolemik dengan langkah-langkah sesuai SOP yang ada di rumah sakit RSUD R Syamsudin SH. 3.8 Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrument. Metode uji keabsahan data adalah derajat ketepatan antara data yang telah terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh penulis (Sugiyono, 2011). Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang di peroleh sehingga menghasilkan data dengan validitas yang tinggi. Uji keabsahan data diperoleh dari pemeriksaan fisik pada klien dan anamnesa yang ditanyakan kepada keluarga klien dengan masalah pada penerapan prosedur studi kasus sehingga menghasilkan data dengan validitas yang tinggi, serta uji keabsahan data diperoleh dari mendokumentasikan hasil penerapan tindakan manajemen sirkulasi pada pasien dengan syok hipovolemik yang telah dilakukan. 3.9 Analisa Data Pengelolaan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis desriptif digunakan untuk meganalisis data dengan cara mendeskriptifkan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan (Notoadmodjo dalam Nuraida, 2017). Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari pengelolaan manajemen sirkulasi pada pasien syok hipovolemik sebelum dan setelah dilakukan manajemen sirkulasi.



29



Menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono (2011), kegiatan analisa data dalam kegiatan ini, yakni : 1) Pengumpulan data Data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil telah ditulis dalam bentuk catatan lapangan. Tabel 3. 1 Tgl/Jam



Tensi



Nadi



Tgl/Jam



RR



Suhu



CRT



Evaluasi (SOAP)



Paraf



TTD/Nama Terang



2) Mereduksi data Data hasil observasi yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dan telah dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif, lalu telah dianalisis



berdasarkan



hasil



pemeriksaan



diagnostik



kemudian



dibandingkan dengan nilai normalnya. 3) Penyajian data Penyajian data telah dilakukan dalam bentuk tabel, gambar maupun teks naratif. Kerahasiaan klien dijamin dengan cara identitas klien. 4) Kesimpulan



telah mengaburkan



30



Data yang disajikan telah dibahas dan dibandingkan dengan hasil studi kasus terdahulu dan cara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang telah dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. 3.10 Penyajian Data Setelah dilakukan pengelolaan data dan didapatkan hasil pengelolaan, maka data atau hasil pengelolaan kasus akan di sajikan dalam bentuk teks (tekstular) dan tabel. 3.11 Etika Pengelolaan Kasus Dalam melakukan pengelolaan kasus ini, etika dalam pengelolaan kasus keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat keperawatan akan berhubungan dengan manusia, untuk itu peneliti menjamin hak asasi patisipan dalam pengelolaan kasus ini. Etika dalam pengelolaan kasus keperawatan meliputi : 1. Informed consent (persetujuan menjadi klien) Tujuan dari informed consent yaitu agar partisipan mengetahui maksud dan tujuan pengelolaan kasus serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan dan disertai judul pengelolaan kasus. Subyek bersedia untuk menjadi partisipan dan telah menandatangai lembar persetujuan untuk partisipan. 2. Anonimity (tanpa nama)



31



Untuk



menjaga



kerahasiaan



identitas



subyek,



peneliti



tidak



menggunakan nama pada pengelolaan data penelitian. Tetapi hanya memberikan nomor atau kode tertentu. Seperti pada pemberian nama, hanya mencantumkan inisial. 3. Confidentially (kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil pengelolaan baik kasus atau informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil pengelolaan kasus. 4. Pespect for justice and inclusiveness (keadilan dan keterbukaan) Dalam melakukan pengelolaan kasus ini, perlakukannya sama dalam artian setiap orang diberikan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subyek juga harus seimbang. Peneliti dalam hal ini tidak membeda-bedakan partisipan sebagai subyek dalam penelitian ini, semua partisipan diperlakukan sama berdasarkan moral, martabat dan hak asasi manusia.



5. Balancing harm dan benefit (memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan) Peneliti hendaknya memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin bagi masyarakat umumnya dan subyek peneliti pada khususnya, peneliti



32



hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek peneliti.



33



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Bab ini menguraikan hasil beserta pembahasannya yang meliputi penjabaran data umum dan data khusus serta analisi mengenai Gambaran Pemberian Terapi Cairan Kristaloid Pada Pasien Syok Hipovolemik Terhadap Perbaikan TandaTanda Vital Di Ruang IGD RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. 4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data RSUD R. Syamsudin SH adalah salah satu rumah sakit yang ada di wilayah kota Sukabumi yang beralamat di Jl. Rumah Sakit No.1 Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, Jawa Barat. Rumah sakit tersebut didirikan pada tahun 1920 yang awalnya diberi nama RS Gemeente ziekenhuis. Seiring dengan perkembangan zaman rumah sakit tersebut berkembang pesat dan pada tahun 1979 namanya di resmikan menjadi RSUD R. Syamsudin SH. RSUD R. Syamsudin SH merupakan rumah sakit terbesar se-kota Sukabumi, oleh karena itu RS Syamsudin SH menjadi rujukan bagi pasien yang berasal dari rumah sakit lain, Puskesmas, bahkan merupakan Rumah Sakit rujukan se-Jawa Barat. Lokasi RS Syamsudin SH yang berada di tengah kota Sukabumi sehingga dapat diakses dengan mudah baik menggunakan roda dua maupun roda empat.



34



Fasilitas yang tersedia di RSUD R. Syamsudin SH ini antara lain Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi, Instalasi Rawat



35



Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Bank Darah, Patologi Anatomi, Instalasi Bedah Sentral, Hemodialisa, Fisioterapi, Rehabilitas Medik, Unit Luka bakar, PONEK (Profil RSUD R. Syamsudin SH 2020) Penerapan prosedur ini penulis menggunakan Ruangan IGD yaitu salah satu unit terdepan dari bagian pelayanan pada pasien gawat darurat/emergency dan false emergency yang bekerja sama dengan unit terkait lainnya. Ruangan IGD R. Syamsudin SH memiliki ±14 ruangan yang terdiri dari 1 ruangan Triage, 1 ruangan Resusitasi, 1 ruangan Observasi, 1 ruangan Resusitasi Neonatus, 1 ruangan Tindakan Anak, 1 ruangan Tindakan Bedah, 1 ruangan pemeriksaan Non Bedah, 1 ruangan Dekontaminasi, 1 ruangan Farmasi, 1 ruangan Radiologi, 1 ruangan Laboratorium, 1 ruangan Intermediet Ward, 1 ruangan Isolasi, 1 ruangan Perawat dan Dokter. Suasana diruangan IGD sering kali tidak menentu, kadang ramai oleh kedatangan pasien namun kadang juga sepi dan juga pelayanan terhadap pasien tidak terbatas waktu, pelayanan yang diberikan 24 jam, terkadang juga IGD menjadi tempat penumpukan pasien karena tempat tidur dan ruang rawat inap yang terbatas.



36



4.1.2 Karakteristik Partisipan Penerapan prosedur ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus yaitu subyek I (Tn. A) dan subyek II (Tn. B). Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2020 Oleh : Yayan Kurnaedi 1. Subyek I Nama



: Tn. A



Umur



: 45 Thn



Jenis Kel.



: Laki-laki



Alamat



: Cikole



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



No. RM



: xxxxx



Dx. Medis



: Syok Hipovolemik Karena Diare



Tanggal Masuk RS



: 10 Mei 2020



Alasan masuk RS



: Keluarga pasien mengatakan pasien sudah BAB cair 8 kali sejak tadi pagi. Pada pukul 09.30 setelah keluar kamar mandi pasien tibatiba



pingsan



dan



kemudian



keluarga



membawanya ke IGD RSUD R Syamsudin SH.



37



Riwayat Penyakit Sekarang : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah diare sejak 2 hari yang lalu, sudah diberi obat warung tapi tidak ada hasilnya. Pagi tadi sekitar pukul 09.30 setelah keluar dari kamar mandi pasien tiba-tiba pingsan dan keluarga segera membawa pasien ke RSUD R Syamsudin SH. a. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Tn. J



Umur



: 25 Thn



Jenis Kel.



: Laki-laki



Agama



: Islam



Pendidikan



:-



Alamat



: Cikole Sukabumi



Hubungan Dengan Klien



: Anak Kandung



2. Subyek II Nama



: Tn. B



Umur



: 40 Thn



Jenis Kel.



: Laki-laki



Alamat



: Karamat



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



No. RM



: xxxxx



38



Dx. Medis



: Syok Hipovolemik Karena Diare



Tanggal Masuk RS



: 10 Mei 2020



Alasan masuk RS



: Keluarga pasien mengatakan pasien sudah BAB cair 7 kali sejak tadi pagi. Pada pukul 11.00 klien mengalami penurunan kesadaran, keluarga pasien merasa khawatir dan segera membawa pasien ke IGD RSUD R Syamsudin SH.



Riwayat Penyakit Sekarang : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah diare sejak 3 hari yang lalu. Pagi tadi sekitar pukul 11.00 klien mengalami penurunan kesadaran, keluarga pasien merasa khawatir dan segera membawa pasien ke RSUD R Syamsudin SH. b. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Ny.S



Umur



: 38 Thn



Jenis Kel.



: Perempuan



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Alamat



: Karamat Sukabumi



Hubungan Dengan Klien



: Istri



39



4.1.3 Data Asuhan Keperawatan 1. Subyek I A. Survey Primer 1.) Deskripsi Klien Klien bernama Tn. A berusia 45 thn, klien datang ke IGD di bawa oleh keluarganya menggunakan kendaraan roda empat. Klien datang ke IGD pukul 09.30 WIB dengan tidak sadarkan diri. Klien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk penangan lebih lanjut. Pada



pemeriksaan



breathing



klien



tampak



sesak, RR



30x/menit, pernapasan cepat dan dangkal. Pada circulation, akral teraba dingin, CRT >3 detik, mukosa bibir kering, TD: 90/70 mmHg, Nadi: 90x/menit, Suhu 35,6℃, terpasang kateter infus NaCL 500ml di tangan sebelah kanan dan kiri. Disability, kesadaran pasien Delirium, GCS (E2, V3, M5), keadaan umum lemah. 2.) Informasi Pra Hospital Klien dibawa ke rumah sakit pukul 09.30 WIB tanggal 10 Mei 2020, keluarga klien mengatakan klien tiba-tiba tidak sadarkan



40



diri setelah keluar dari kamar mandi. Klien dibawa ke rumah sakit menggunakan kendaraan roda empat yaitu mobil pribadi.



3.) Respon Petugas IGD Tabel 4. 1 Jam Tiba Pasien 09.30



Respon Petugas (dalam menit) Dokter Perawat Trauma Team 2 menit 1 menit



4.) Pengkajian Dan Resusitasi Tabel 4.2 Data Breathing (09.32)



Action (09.34)



DS :



-



Respon (09.37) Dilakukan -



DO : - Klien tampak pemberian sesak



nampak



02 berkurang



10L/menit



- RR 30x/menit



-



RR 30x/menit



menggunakan



-



Pernapasan



canul



cepat



sesak



nasal



dan - Observasi RR



dangkal



Evaluasi : Breathing



Circulation (09.35)



(09.38)



DS :



-



Clear Sementara (09.40) Dilakukan - Akral masih dingin



41



DO : - Akral dingin -



CRT >3 detik



-



Mukosa



pemasangan



infus - CRT >3 detik



asering 500 ml



bibir -



- Terpasang infus



Dilakukan - Terpasang kateter



kering



pemasangan



kateter urine, output urine



-



TD 90/70



urine



-



Nadi 90x/menit



- Dilakukan observasi



-



Suhu 35℃



tanda-tanda syok



±200 cc



Evaluasi Circulation



Disability (09.38)



(09.40)



DS :



-



DO



:



-



: Clear



Sementara (09.42) Membantu - Kebutuhan klien



Kesadaran kebutuhan klien



dibantu



Somnolen -



GCS (E2V3M5)



-



Klien



tampak



lemah



Evaluasi : Disability Clear Sementara



2. Subyek II A. Survey Primer 1.) Deskripsi Klien Klien bernama Tn. B berusia 40 thn, klien datang ke IGD di bawa oleh keluarganya menggunakan mobil. Klien datang ke IGD



42



pukul 11.00 WIB dengan penurunan kesadaran. Klien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk penangan lebih lanjut. Pada



pemeriksaan



breathing



klien



tampak



sesak, RR



35x/menit, pernapasan cepat dan dangkal. Pada circulation, akral teraba dingin, CRT >3 detik, mukosa bibir kering, TD: 80/60 mmHg, Nadi: 98x/menit, Suhu 35℃, terpasang kateter infus NaCL 500ml di tangan sebelah kanan dan kiri. Disability, kesadaran pasien somnolen, GCS (E2, V3, M4), keadaan umum lemah. 2.) Informasi Pra Hospital Klien dibawa ke rumah sakit pukul 11.00 WIB tanggal 10 Mei 2020, keluarga klien mengatakan klien sudah diare sejak 3 hari lalu, sejak tadi pagi sudah BAB 8 kali. Keluarga klien merasa khawatir kemudian membawa klien ke rumah sakit menggunakan mobil pribadi. 3.) Respon Petugas IGD Tabel 4.3 Jam Tiba Pasien 11.00



Respon Petugas (dalam menit) Dokter Perawat Trauma Team 2 menit 1 menit



43



4.) Pengkajian Dan Resusitasi. Tabel 4.4 Data Breathing (11.00)



Action (11.02)



DS :



-



Respon (11.04) Dilakukan -



DO : - Klien tampak pemberian sesak



nampak



02 berkurang



10L/menit



- RR 35x/menit



-



RR 35x/menit



menggunakan



-



Pernapasan



canul



cepat



sesak



nasal



dan - Observasi RR



dangkal



Evaluasi : Breathing Clear Sementara (11.10)



Circulation (11.05)



(11.07)



DS :



-



DO : - Akral dingin



pemasangan



-



CRT >3 detik



-



Mukosa



Dilakukan - Akral masih dingin infus - CRT >3 detik



asering 500 ml



bibir -



- Terpasang infus



Dilakukan - Terpasang kateter



kering



pemasangan



kateter urine, output urine



-



TD 80/60



urine



-



Nadi 95x/menit



- Dilakukan observasi



-



Suhu 35℃



tanda-tanda syok



±180 cc



Evaluasi Circulation



: Clear



44



Disability (11.11)



(11.14)



DS :



-



DO



:



-



Sementara (11.15) Membantu - Kebutuhan klien



Kesadaran kebutuhan klien



dibantu



Somnolen -



GCS (E2V3M4)



-



Klien lemah



tampak Evaluasi : Disability Clear Sementara



4.2 Pembahasan Pembahasan ini menjelaskan gambaran tanda-tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan penerapan pemberian cairan kristaloid pada pasien syok hipovolemik . 1. Hasil observasi sebelum dilakukan pemberian terapi cairan kristaloid Berdasarkan hasil observasi, tingkat kesadaran pada Tn. A berada pada nilai GCS 10 (E2V3M5), mukosa bibir kering dan TTV menunjukan tandatanda syok hipovolemik dengan TD: 90/70 mmHg, Nadi: 90x/menit, Suhu 35,6℃, RR : 30x/menit, CRT >3 detik . Dan pada kesadaran Tn. B dengan nilai GCS 9 (E2V3M4) dan TTV menunjukan tanda-tanda syok hipovolemik dengan TD: 80/60 mmHg, Nadi: 98x/menit, Suhu 35℃, RR : 35x/menit, CRT >3 detik.



45



Masalah paling mendasar pada syok hipovolemik adalah gangguan sirkulasi yang akan menyebabkan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga metabolisme sel akan terganggu. Dalam keadaan volume intravaskuler yang berkurang, tubuh berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit (Hidayatulloh dkk, 2016). Berdasarkan penelitian oleh Cemy Nur Fitria 2010, cara pemasangan infus 2 jalur intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan pada pasien syok, pemasangan infus 2 jalur intravena untuk menempatkan cairan yang steril melalui jarum atau larutan Nacl hangat langsung ke vena pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien syok hipovolemik yang dilakukan pemberian cairan infus 2 jalur intravena lebih cepat mengalami perubahan terhadap tanda-tanda syok (Riska, 2019). Pemberian cairan kristaloid pada kasus ini sebagai cairan resusitasi yang diberikan pada penatalaksaan awal karena cairan kristaloid memiliki kemiripan dengan cairan fisiologis tubuh dan dapat di ekskresi dengan baik, selain itu ketersedian cairan kristaloid di tempat-tempat pelayanan kesehatan memudahkan seorang dokter dalam melakukan resusitasi cairan. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda- tanda vital dan hemodinamiknya (Tafwid, 2015). Keadaan sebelum dilakukan pemberian terapi cairan dapat digambarkan pada tabel 4.5



46



Tabel 4.5 Hasil Penilaian Pemberian Terapi Cairan Kristaloid Pada Pasien Syok Hipovolemik Terhadap Perbaikan Tanda-Tanda Vital Di IGD RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi Pada Pasien Tn. A dan Tn. B SEBELUM OBSERVASI 09. 30 11.00 KRITERIA PENILAIAN Keadaan umum Tekanan Darah Nadi RR Suhu CRT



Tn. A Delirium 90/70 mmHg 90x/menit 30x/menit 35,6℃ >3 detik



Tn. B Somnolen 80/60 mmHg 98x/menit 35x/menit 35℃ >3 detik



2. Hasil observasi sesudah dilakukan pemberian terapi cairan kristaloid Berdasarkan hasil observasi setelah pemberian terapi cairan pada perbaikan tanda-tanda vital Tn. A dan Tn. B. Untuk hasil pemberian dapat digambarkan pada tabel 4.6



47



Tabel 4.6 Hasil Penilaian Pemberian Terapi Cairan Kristaloid Pada Pasien Syok Hipovolemik Terhadap Perbaikan Tanda-Tanda Vital Di IGD RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi Pada Tn. A. Waktu Lama



Hasil Observasi Pada Tn. A Keadaan Tekanan Nadi



Paraf RR



Suhu



CRT



Umum Delirium



30



35,6



>3



(WIB) Darah 90/70



10.00



15



90



10.15



menit 30



Delirium



90/70



90



30



35,6



detik >3



10.30



menit 45



Delirium



90/80



88



29



35,6



detik >3



menit



ddeti



10.45



60



Delirium



100/70



89



29



35,6



k >3



11.00



menit 75



Delirium



100/80



87



29



35,7



detik