E S D A - 3 - Fondasi Ekonomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bab 3



Fondasi Ekonomi SDA Ekonomi Sumberdaya Alam Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember



Ekonomi Kesejahteraan  Hal mendasar dari aspek ekonomi SDA adalah



bagaimana ekstraksi SDA tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan.  Dalam hal ini, ukuran kesejahteraan menggunakan



fondasi ekonomi neo-klasik, yaitu pengukuran surplus yang diperoleh dari konsumsi dan produksi barang/jasa yang dihasilkan dari SDA.  Surplus dari SDA pada dasarnya diperoleh dari



interaksi antara permintaan dan penawaran.



Kurva Permintaan 







Dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda.



Pertama, kurva permintaan diturunkan dengan memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang akan menghasilkan kurva permintaan biasa ( ordinary demand curve ) atau disebut kurva permintaan Marshall.







Kedua, kurva permintaan diturunkan dengan meminimumkan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi ( compensated demand curve ) atau kurva permintaan Hicks.



Teori Konsumsi Neo-Klasik Mengasumsikan bahwa individu bertindak rasional, dan dengan kendala yang ada berupaya untuk memaksimumkan kepuasan terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi. Kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X dan Y disebut utilitas terhadap barang X dan Y atau dituliskan sebagai : U(X,Y) Kepuasan mengkonsumsi barang X dan Y dibatasi oleh pendapatan (M) yang tetap. Jika barang X seharga Px dan barang Y seharga Py, maka jumlah yang dibelanjakan untuk barang tersebut adalah : M = Px.X + Py.Y



Teori Konsumsi Neo-Klasik Keputusan yang harus diambil oleh konsumen adalah bagaimana memilih barang X dan Y yang akan memberikan kepuasan maksimum dengan kendala (batasan) anggaran yang ada. Secara matematis dituliskan sbg : max : U(X,Y) dengan kendala : M = Px.X + Py.Y Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh : L = U(X,Y) +  ( M - Px.X - Py.Y ) Syarat keharusan dari persamaan L adalah : L U(X, Y)   λ Px  0 X X L  M  Px  X  Py  Y  0 L U(X, Y)   λ Py  0 λ Y Y



Teori Konsumsi Neo-Klasik Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :



U(X, Y) Px X  U(X, Y) Py X



U X (X, Y) UY (X, Y)







Px Py



Yang merupakan persamaan slope antara kurva indiferen dan kurva anggaran. Jika fungsi utilitas eksplisit diketahui, maka konsumsi optimal untuk barang X dan Y adalah fungsi dari harga barang dan pendapatan yang menghasilkan fungsi permintaan biasa. X M  x(P x, Py , M) Y M  y (P x, Py, M)



Teori Konsumsi Neo-Klasik Alternatif lain penurunan kurva permintaan adalah dengan meminimumkan pengeluaran dengan kendala utilitas yang harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0 : Minimumkan : M = Px.X + Py.Y dengan kendala : U(X,Y) = U0 Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh : L = Px.X + Py.Y +  [ U0 - U(X,Y) ] Syarat keharusan dari persamaan L adalah : L X L Y



 Px - λ  Py - λ



U(X, Y) X U(X, Y) Y



0 0



L λ



 U 0 - U(X, Y)  0



Teori Konsumsi Neo-Klasik Penyederhanaan persamaan di atas menghasilkan kurva permintaan Hicks yang merupakan fungsi dari harga barang dan utilitas. X H  X ( Px, Py , U 0 ) Y H  Y ( Px, Py , U 0 )



Contoh : Jika fungsi utilitas adalah berbentuk Cobb-Douglas, yaitu : U(X,Y) = X.Y maka: U(X, Y) U X (X, Y)  Y X U(X, Y) U Y (X, Y)  X Y



sehingga dari persamaan :



U X (X, Y) U Y (X, Y)







Y X







Px



atau



Py



U X (X, Y) UY (X, Y) Y







Px Py



Px



X



Py



Jika disubstitusikan ke kendala anggaran akan dihasilkan :



 Px  M  Px.X  Py  X  Py   



M  2 Px.X



Contoh : Dengan demikian akan diperoleh fungsi permintaan terhadap X dengan rumus : M XM  2 Px dan fungsi permintaan terhadap Y dengan rumus :



YM 



M 2 Py



Keduanya merupakan kurva permintaan Marshall.



Contoh : Sedangkan kurva permintaan Hicks dapat diturunkan dengan cara mensubstitusikan :



Y



Px



X



Py ke persamaan :



U 0 - U(X, Y)  0 U 0  U(X, Y)  X.Y



 Px  U  X. X  Py    0



U0  X2



Px Py



X2  U0



Py Px



X  U H



0



Py Px



U0  X2



Px Py



XH  U0



Py Px



YH  U0



Px Py



Y Penurunan Kurva Permintaan Marshall dan Hicks



M/Py



(a)



U0



U1 Y 



M1 / Py



A



B



C



M Py



M  X  pada P 0



0



PX



M  X  pada P 1



1



1



PX



0



xa



xb



xc



M1 / PX1



0



M/PX



1



M/PX



X



P



PX0



a



(b) c



PX1



0



b



D xa



xc



DM



H



xc



X



0



X



X



Keterangan :  Gambar (a) menggambarkan konsep utiliti, di mana :     



Aksis horizontal menyatakan barang X, sedangkan aksis vertikal menunjukkan konsumsi barang lain (barang Y) Garis M/P - M/P menggambarkan garis anggaran pada kondisi awal. Kurva indiferen U0 menggambarkan utilitas pada kondisi awal. Titik A adalah titik singgung antara kurva U0 dengan garis anggaran M/P - M/P menunjukkan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. 0



y



X



y



 Gambar (b) menggambarkan penurunan kurva permintaan barang X dari maksimisasi utilitas :  Pada kondisi awal di mana harga barang X sebesar P , titik A pada gambar (a) dipetakan pada gambar (b) sebagai titik a.  Seandainya barang X menurun dari P ke P di mana P < P , maka akibatnya jumlah barang X yang dapat dibeli menjadi semakin banyak karena barang X semakin murah, sehingga kurva M/P - M/P bergeser ke kanan menjadi garis anggaran baru kurva M/P - M/P . Dengan semakin banyaknya barang X yang dibeli, maka kepuasan yang dicapai juga semakin tinggi pada kurva indiferen baru U1 , yaitu di titik B pada persinggungan kurva U1 dengan garis anggaran M/P - M/P .  Pada kondisi ini jika dipetakan pada gambar (b) akan diperoleh titik b yang merupakan titik perpotongan antara harga P dengan jumlah barang yang diminta sebesar x 0



X



0



1



1



0



X



X



X



X



0



y



X



1



X



y



1



y



1



X



b



X



0



X



Keterangan :  Jika titik a dan b dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan biasa atau Kurva Permintaan Marshall.  Penurunan kurva permintaan terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks :  Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan.  Artinya, konsumen tetap berada pada utilitas semula meskipun ada perubahan harga barang X dari P ke P .  Konsumen meminimumkan anggarannya dengan garis anggaran baru M /P  M /P yang paralel dengan garis anggaran M/P  M  Garis anggaran baru M /P  M /P ini bersinggungan kurva indiferen U0 di titik C yang menghasilkan tingkat konsumsi baru barang x sebesar x dan dipetakan pada gambar (b) sebagai titik c pada tingkat harga barang x sebesar P .  Jika titik a dan c dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks. 0



1



X



X



1



y



1



y



X



1



1



y



1



X



c



1



X



 Gambar (b) juga memberikan informasi :  Daerah yang dibatasi oleh kurva permintaan Marshall, yaitu P , a, b dan menunjukkan surplus konsumen.  Daerah yang berada di belakang kurva Hics, yaitu P , a, c, P merupakan daerah yang disebut sebagai compensating variation 0



X



0



1



X



X



PX1



1



1



X



Penurunan Kurva Penawaran 



Kurva Penawaran adalah kuantitas barang yang dapat ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu.







Kurva penawaran diturunkan dari fungsi biaya (terutama biaya jangka pendek).







ACX = biaya rata-rata untuk barang X = TCX/X







TCX = Biaya total untuk barang X =







MCX = biaya marjinal untuk barang X = TCX/X



Hubungan antara kurva biaya marjinal dan biaya rata-rata : Minimumkan : ACX  ACX X



TC X







X (TC X /X).X  (X/ X).TC X X



0



2



(TC X /X).X  (X/ X).TC X  0



TC X X TC X X TC X



X



.X  TC X  0 .X  TC X







TC X



MC X  ACX



X



Biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata pada saat biaya rata-rata minimum.



Penurunan kurva permintaan diturunkan sebagai berikut : Profit : π  TR  TC X  PX .X  TC X Maksimisas i Profit : π  PX .X  TC X



π X



 PX .



X







TC X



X X TC X PX .  0 X TC X PX .  X



0



PX .  MC X



Artinya, produsen hanya akan memproduksi jika harga output sama dengan biaya marjinalnya. Hanya pada tingkat harga barang X lebih besar atau sama dengan biaya rata-rata, produsen akan memperoleh keuntungan dan output akan diproduksi.



Biaya



Kurva Penawaran



TC TVC



(a)



TFC



0



x1



x2



MC



P



AC AVC



(b)PX



0



X



X x1



x2



Surplus Salah satu hal yang krusial dari ekonomi SDA adalah bagaimana surplus dari SDA dimanfaatkan secara optimal. Konsep surplus diturunkan dari kurva permintaan dan kurva penawaran. Konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi SDA.



Surplus merupakan manfaat ekonomi, yaitu selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksi SDA tersebut.



Surplus Surplus ekonomi dapat dibedakan menjadi : Surplus Konsumen Surplus produsen



resource rent (rente sumber daya)



Surplus P = Harga S’



D



P0ED = surplus konsumen



E P0



P0ED = surplus produsen



S



0



Q0



D’



Q = quantitas)



Keterangan : Pada harga P0 dengan titik keseimbangan E, pemanfaatan SDA adalah : 



Terjadi keseimbangan jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang diproduksi (diekstraksi).







Terjadi efisiensi alokasi SDA (efisiensi statis).







Surplus konsumen sebesar P0ED







Surplus produsen sebesar P0ES







Rente sumberdaya (yaitu selisih antara jumlah yang diterima dari pemanfaatan sumber daya dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksinya) sebesar (Q0xP0) - (Q0xP0)



Surplus P = Harga S’



D P1BD = surplus konsumen P0ED = surplus konsumen



E P0



P0ES = surplus produsen A



B



P1 P1AS = surplus produsen S



0



QA



Q0



QB



D’



Q = quantitas)



Keterangan : Pada harga P1 (misalnya karena perdagangan bebas yang mengakibatkan harga barang menjadi lebih murah), pemanfaatan SDA adalah : 



Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang diproduksi (jumlah yang diminta > diekstraksi).







Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.







Surplus konsumen sebesar P1BD







Surplus produsen sebesar P1AS







Rente sumberdaya sebesar (QBxP1) - (QAxP1)



Surplus P = Harga



P2FD = surplus konsumen



D



S’



G



F P2



P0ED = surplus konsumen



E P0



P0ES = surplus produsen P2GS = surplus produsen



S



0



QF



Q0



QG



D’



Q = quantitas)



Keterangan : Pada harga P2 (misalnya karena adanya pajak mengakibatkan harga barang menjadi lebih mahal), pemanfaatan SDA adalah : 



Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang diproduksi (jumlah yang diminta < diekstraksi).







Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.







Surplus konsumen sebesar P2FD







Surplus produsen sebesar P1GS







Rente sumberdaya sebesar (QFxP2) - (QGxP2)



Discounting  Ekstraksi sumber daya alam merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal. Misalnya :  Apakah minyak/gas yang tersedia akan diekstrak sekarang atau menunggu sampai periode yang akan datang.  Karena SDA adalah aset (kapital) yang pemanfaatannya ditentukan oleh ketersediaan (supply), produktivitas, serta risiko dan ketidakpastian.



 Dasi sisi produsen, keputusan intemporal juga terkait



dengan biaya opportunitas dari kapital (modal).  Apakah kapital yang diinvestasikan untuk mengekstraksi SDA lebih bernilai sekarang di masa mendatang.  Apakah kapital SDA (tambang minyak) harus diesktraksi sekarang atau nanti.



Discounting  Dari sisi konsumen, aspek intertemporal terkait dengan preferensi waktu (time preference).  Umumnya konsumen lebih memilih manfaat sekarang daripada manfaat dikemudian hari.



 Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan pilihan keputusan tersebut ?  Melalui proses discounting dengan penentuan discount



rate yang tepat.  Proses discounting merupakan cerminan dari



bagaimana masyarakat berperilaku terhadap ekstraksi SDA dan bagaimana mereka menilai SDA itu sendiri (Hanley dan Spash, 1995).



Discounting  Dalam teori ekonomi neo-klasik aspek discount rate dibedakan antara utility discount rate () atau social discount rate (SDR) dengan consumption discount rate (r) atau CDR.  Utility discount rate () adalah suatu laju (rate) yang menunjukkan keinginan atau preferensi sekarang daripada di kemudian hari. Atau suatu rate di mana nilai peningkatan (increament) dari utilitas berubah pada saat waktu konsumsi tertunda (didasarkan pada fondasi utilitarian).  Consumption discount rate (CDR) suatu rate di mana nilai increament konsumsi berubah pada saat konsumsi mengalami penundaan (didasarkan pada konsumsi).



Discounting  Hubungan antara utiliti discount rate dengan CDR diformulasikan sebagai :



r  ρη



C C



di mana :



 = laju discount rate utiliti (sosial) atau SDR



 = elastisitas marjinal terhadap konsumsi, dan C / C = laju pertumbuhan konsumsi



Discounting  Dari formulasi di atas dapat disimpulkan bahwa :  CDR akan sama dengan SDR jika dan hanya jika sama dengan nol, yang berarti laju pertumbuhan konsumsi konstan sepanjang waktu, atau  elastisitas  = 0 yang berimplikasi bahwa utiliti bersifat linier.



Discounting  Hanley dan Spash (1995) menyatakan bahwa SDR () akan lebih kecil dari CDR (r), karena :  Secara keseluruhan masyarakat berpendangan bahwa investasi pada saat sekarang akan lebih memberikan manfaat daripada di masa mendatang, sehingga secara keseluruhan masyarakat secara kolektif akan melakukan saving lebih besar daripada individu.  Setiap individu dalam peran masyarakat akan memberikan dan menginginkan discoun rate (SDR) yg lebih rendah daripada jika ia sebagai individu.  Menentukan SDR atau  = 0 adalah hal yg tidak mungkin, karena bagaimanapun motif ketidaksabaran masih tetap ada.



Discounting Market Discount Rate (MDR) dan Consumption Discount Rate  Market discount rete atau interest rate adalah rate yang ditentukan oleh keseimbangan borrowing rate dan lending rate di pasar uang.  Dalam situasi tertentu, dapat dikatakan bahwa MDR akan sama dengan CDR dan akan sama dengan biaya opportunitas dari kapital.



i=r= di mana: i = interest rate, dan  = biaya opprtunitas kapital



Discounting Nilai Aset dari sisi Discounting  Dimisalkan seseorang menginvestasikan uangnya dalam bentuk deposito sebesar P rupiah pada t = 0 dan memperoleh bunga (interest) deposito sebesar i per tahun.  Pada akhir periode tahun pertama (t=1) orang tersebut akan memperoleh uangnya beserta bunganya (F) sebesar :



F1  P  (i  P)



F1  (1  i)  P



 Pada akhir periode tahun kedua (t=2), orang tersebut akan memperoleh uangnya beserta bunganya sebesar F2, yaitu : F2  F1  bunga tahun ke - 2 F2  F1  i  F1 F2  (1  i ) F1



karena : F  (1  i)  P maka : F  (1  i)(1  i) P 1



2



sehingga :



F2  (1  i) 2 P



 Dengan demikian, untuk t tahun, maka terakumulasi uang sebesar :



Ft  (1  i ) P t



Ft  (1  i ) P t



 Persamaan :



menunjukkan nilai aset di masa mendatang (future value) dalam bentuk uang.  Akan tetapi, jika uang yang di simpan dalam waktu t tahun dengan bunga sebesar i tersebut ingin diterima saat ini maka besarnya adalah :



P



Ft (1  i)



t



 Nilai tersebut dikenal sebagai present value, yaitu nilai di masa mendatang yang dinilai pada waktu sekarang.



PV 



Ft



(1  i)



t



di mana (1+i)t = discount fator pada tahun ke-t  Dengan demikian jika waktunya sangat panjang atau tak terhingga, maka formulasinya adalah : 



Ft



t 1



(1  i)



PV  



t



Tabel Discounting Discount Factor (DF) Tahun 5%



10%



15%



18%



20%



25%



0



1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000



1



0,952 381 0,909 091 0,869 565 0,847 458 0,833 333 0,800 000



2



0,907 029 0,826 446 0,756 144 0,718 184 0,694 444 0,640 000



3



0,863 838 0,751 315 0,657 516 0,608 631 0,578 704 0,512 000



4



0,822 702 0,683 013 0,571 753 0,515 789 0,482 253 0,409 600



5



0,783 526 0,620 921 0,497 177 0,437 109 0,401 878 0,327 680



Contoh: Seorang pegawai negeri setiap tahun gajinya dipotong untuk ditabungkan dalam tabungan Koperasi Pegawai dan diperkirakan saat pensiun pada akhir Tahun 2009 nanti ia berhak memperoleh hasil tabungannya sebesar Rp. 100.000.000. Namun karena keperluan keluarga yang mendadak, maka uang tersebut di ambil sekarang (akhir Tahun 2004). Apabila tingkat bunga diperhitungkan sebesar 18% per tahun, berapa jumlah uang yang diterima pegawai negeri tersebut sekarang (akhir tahun 2004)? Diketahui: Ditanyakan :



Ft = Rp. 10.000.000



t = 2009-2004 = 5



i = 18% = 0,18



PV = ?



Jawab : DF(5; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(2,2878) = 0.4371092 PV = 100.000.000 x 0.4371092 PV = Rp. 43.710.920,Berarti pegawai negeri tersebut akan memperoleh pembayaran sekarang sebesar Rp. 43.710.920,- yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Atau : DF(10; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(1,18)5 = 1/(2,2877578) = 0,4371092 PV = F x DF = 100.000.000 x 0,4371092 PV = Rp. 43.710.920,-



Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang Tahun



Waktu [t]



Jumlah Akhir Tahun [F]



Faktor Pembagi + i]



[1



Jumlah Awal Tahun [P]



1



2



3



4



2009



t5



100.000.000



1,18



84.745.760



2008



t4



84.745.760



1,18



71.818.440



2007



t3



71.818.440



1,18



60.863.090



2006



t2



60.863.090



1,18



51.578.890



2005



t1



51.578.890



1,18



43.710.920



2004



t0



43.710.920



3:4



atau



Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang Tahun



Waktu [t]



Nilai Akan Datang [F]



Discounting Factor (DF) = 1/(1 + i )t



Nilai Sekarang [P]



1



2



3



4



3x4



2009



0



100.000.000



1,000 000



100.000.000



2008



1



-



0,847 458



84.745.760



2007



2



-



0,718 184



71.818.440



2006



3



-



0,608 631



60.863.090



2005



4



-



0,515 789



51.578.890



2004



5



-



0,437 109



43.710.920