10 0 624 KB
Hastomo.S.ST
SANITASI SEBAGAI AKSES MENUJU MASYARAKAT SEHAT SEJAHTERA
Sanitation ACCES to HEALTH 1
Copyright 2011 Hastm.inc
Pengantar Kata Pertama tama penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan EBook yang berjudul “Sanitasi sebagai Akses Menuju Masyarakat Sehat”. Penulis berharap yang sebanyak banyaknya dengan adanya E-Book ini dapat memberikan kontribusi terhadap permasalahan seputar kesehatan masyarakat di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya. Kita menyadarai kesehatan juga haruslah seimbang dengan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu adanya peran di semua lapisan masyarakat.
Penulis
Hastomo. S.ST 2
Daftar isi Pendahuluan ………………………………………………………… ....4 Sanitasi……………………………………………………………………7 Sanitasi dan Air…………………………………………………………10 Sanitasi Yang Buruk Mengancam Kesehatan Masyarakat……..….13 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat…………………………………..17 Gender Penting Dalam Proyek Proyek Penyediaan Air Dan Sanitasi………………………………………………………………..…21 Analisis Gender…………………………………………………………23 Mekanisme Partisipasi Masyarakat………………………………..…41 Pembangunan Sanitasi Kota Yang Sehat Sebagai Bagian Dari Sustainable Cities Development………………………………….….45 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)………………………………………………………………….49 Permukiman Sehat……………………………………………….……58 Referensi…………………………………………………………….....83
3
Pendahuluan
S
aat ini hampir tiap tahunnya 100,000 anakanak
meninggal
dunia
karena
penyakit
menular, terutama anak-anak balita. Kerugian
ekonomi akibat tidak tersedianya fasilitas air, sanitasi dan higenitas diperkirakan mencapai 2.4% dari GDP (Gross Domestic Product) pada tahun 2002. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan penyakit infeksi seperti diare (18%), pneumonia (14%) dan campak (5%) merupakan beberapa penyebab kematian 161,000 anak-anak usia balita di Indonesia sepanjang 2005. Menurut hasil JMP 2005 (Joint Monitoring Program) antara UNICEF dan WHO di Indonesia saat ini baru 77% dari total populasi penduduk di Indonesia yang mempunyai akses terhadap air bersih dan baru 55% total populasi yang mempunyai Pemerintah Republik Indonesia telah 4
mengadopsi Kebijakan mengenai Sanitasi Total sebagai bagian dari Strategi Nasional mengenai sanitasi di pedesaan dan higenitas untuk dapat diterapkan didalam kegiatan sehari-hari. Tujuan dari Strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini
untuk
memberi
Pemerintah
arahan
Daerah
dan
dalam
mendukung perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi program sanitasi total di daerah perdesaan dengan begitu akan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, terutama di pedesaan. Dalam rangka mempercepat peningkatan cakupan akses sanitasi pedesaan sesuai dengan target Millenium
Development
Goals
(MDGs)
melalui
peningkatan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, maka disusunlah suatu strategi nasional gerakan
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(Community Led Total Sanitation). Sanitasi Total dapat
dicapai
oleh
masyarakat
di
pedesaan,
kecamatan dan kabupaten apabila setiap Kepala Keluarga (KK) akan: 5
a. Menghentikan BAB sembarangan b. Menggunakan WC yang dirawat dan bersih c. Mencuci tangan pakai sabun setelah BAB dan sebelum makan ataupun menyuapi bayi/Balita d. Menjaga agar WC tetap bersih dan berfungsi dengan baik e. Menggunakan
air
minum
yang
aman
dan
mengelola makanan dengan baik f. Mengelola limbah dengan baik, termasuk di dalamnya limbah padat dan limbah cair. Setiap intervensi dari Sanitasi Total tersebut akan memberikan dampak dan persentase yang berbedabeda. Menurut UNICEF, Badan Dunia PBB yang mengurusi anak-anak, perilaku cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi resiko terkena diare hingga 44 % melalui pengelolaan air yang aman mencapai 39%, perbaikan kondisi sanitasi mencapai 32% dan dengan
perilaku
hidup
bersih
dan
sehat
bisa
mengurangi resiko terkena penyakit diare hingga 28%.
6
Sanitasi
S
anitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahan berbahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan
buangan
yang
dapat
menyebabkan
masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya
perawatan
cucian
dan
sisa
cairan
buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, 7
tangki
septik),
atau
praktik
kebersihan
pribadi
(contohnya membasuh tangan dengan sabun). Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan
mata
rantai
kuman
dari
sumber
penularannya dan pengendalian lingkungan. Sanitasi dasar mengacu pada pengelolaan kotoran manusia di tingkat rumah tangga. Istilah ini adalah
indikator
yang
digunakan
untuk
menggambarkan target dari Millenium Development Goal pada sanitasi. Sanitasi higienis
makanan
untuk
mengacu
memastikan
pada
tindakan
keamanan
pangan.
Sanitasi lingkungan, kontrol faktor lingkungan yang membentuk link dalam penularan penyakit. Himpunan bagian dari kategori ini adalah pengelolaan sampah padat, air dan pengolahan air limbah, pengolahan 8
limbah industri dan kebisingan dan pengendalian polusi. Ekologi sanitasi, konsep dan pendekatan daur ulang dengan sifat nutrisi dari limbah manusia dan hewan
9
Sanitasi dan air
T
erdapat
hubungan
masalah
sanitasi
yang dan
erat
antara
penyediaan
air,
dimana sanitasi berhubungan langsung
dengan 1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan
air
sebenarnya
berkaitan
dengan
pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif. 2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga
40%
kebutuhan
dari
rumah
penggunaan tangga.
air
Dengan
untuk jumlah
penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk 10
rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar. 3. Biaya dan pemulihan biaya. a.
Biaya
pengumpulan,
pengolahan
dan
pembuangan limbah meningkat dengan cepat
begitu
konsumsi
meningkat.
Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan
menyebabkan
kota
berhadapan
dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, dengan
Bank
Dunia
melaporkan
menggunakan
konvesional,
untuk 11
bahwa
praktik-praktik membuang
air
dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter. b.
Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung
mengakibatkan
peningkataan
penggunaan air limbah, penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.
12
Sanitasi yang buruk mengancam kesehatan masyarakat
"S
anitasi
merupakan
landasan
dari
kesehatan masyarakat," kata Direktur Jenderal WHO Dr Margaret Chan.
"Peningkatan sanitasi memberikan kontribusi besar terhadap kesehatan manusia dan kesejahteraan, terutama bagi anak perempuan dan perempuan Kita tahu bahwa sederhana, intervensi dicapai dapat mengurangi risiko tertular penyakit diare oleh ketiga.." Meskipun WHO dan UNICEF yang memperkirakan 1,2 miliar orang di seluruh dunia mendapatkan akses ke sanitasi yang baik antara 1990 dan 2004, diperkirakan 2,6 milyar orang - termasuk 980 juta anak - tidak memiliki toilet di rumah. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, masih akan ada 2,4 miliar orang tanpa sanitasi dasar pada tahun 2015, dan anak-anak di antara mereka akan 13
terus membayar harga dalam kehidupan yang hilang, sekolah tidak terjawab, pada penyakit, kekurangan gizi dan kemiskinan.
"Hampir 40% dari populasi
dunia tidak memiliki akses ke toilet, dan martabat dan keselamatan yang mereka berikan," kata Ann M. Veneman, Direktur Eksekutif UNICEF "Ketiadaan sanitasi yang memadai memiliki dampak serius pada kesehatan dan pembangunan sosial., Terutama untuk anak-anak. Investasi dalam meningkatkan sanitasi akan
mempercepat
kemajuan
menuju
Tujuan
Pembangunan Milenium dan menyelamatkan nyawa. " Menggunakan toilet yang tepat dan mencuci tangan - sebaiknya dengan sabun - mencegah perpindahan bakteri, virus dan parasit yang ditemukan dalam kotoran manusia yang dinyatakan mengkontaminasi sumber air, tanah dan makanan. Kontaminasi ini merupakan
penyebab
utama
diare,
pembunuh
terbesar kedua anak-anak di negara berkembang, dan mengarah ke penyakit utama lainnya seperti kolera, schistosomiasis, dan trachoma.
14
Meningkatkan merupakan dampak
akses
langkah
penyakit
ini.
terhadap
penting Hal
untuk ini
juga
sanitasi mengurangi membantu
menciptakan lingkungan fisik yang meningkatkan keselamatan, martabat dan harga diri. Masalah keamanan sangat penting bagi perempuan dan anakanak, yang dinyatakan risiko pelecehan dan serangan seksual ketika buang air besar pada malam hari dan di daerah terpencil. Juga, meningkatkan fasilitas sanitasi dan kebersihan di sekolah mempromosikan manfaat baik belajar dan kesehatan anak-anak., serta fasilitas untuk mencuci tangan dengan sabun, lebih siap untuk menarik dan mempertahankan siswa, terutama perempuan. Di mana fasilitas tersebut tidak tersedia, anak perempuan sering ditarik dari sekolah ketika
mereka
mencapai
pubertas.
Di
fasilitas
pelayanan kesehatan, pembuangan limbah manusia yang aman pasien, staf dan pengunjung merupakan ukuran penting kesehatan lingkungan. Intervensi ini dapat berkontribusi untuk pengurangan penularan infeksi kesehatan terkait yang mempengaruhi 5% 15
sampai 30% pasien. "Fokus pada sanitasi merupakan hal
mendasar
untuk
manusia,"
kata
Pasquale
Steduto, PBB-Air ketua. "Target MDG sanitasi serius tertinggal jadwal. Sistem PBB memiliki seluruh tanggung jawab bersama dalam mobilisasi tindakan konkret terhadap prestasi; investasi harus meningkatkan segera "PBBAir adalah mekanisme koordinasi, program badan PBB dan dana yang memainkan peran penting dalam menangani air global dan kekhawatiran sanitasi. Tahun Sanitasi Internasional 2008 bertujuan untuk meningkatkan profil masalah sanitasi dalam agenda internasional dan untuk mempercepat kemajuan memenuhi sasaran Tujuan Pembangunan Milenium untuk mengurangi setengah dari proporsi orang yang hidup tanpa akses sanitasi pada tahun 2015. Dalam sistem
PBB,
Internasional
titik
fokus
adalah
PBB
untuk
Tahun
Sanitasi
Departemen
Urusan
Ekonomi dan Sosial, bekerja sama dengan Satuan Tugas PBB-Air di Sanitasi. 16
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
S
anitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi
yang
bersifat
lintas
sektoral.
Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut : 1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat 17
mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF). 2. Setiap
rumahtangga
telah
menerapkan
pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga. 3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor,
rumah
makan,
puskesmas,
pasar,
terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar. 4. Setiap
rumah
tangga
mengelola
limbahnya
dengan benar. 5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. Sejarah STBM mulai diuji coba tahun 2005 di 6 kabupaten (Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim, Muaro Jambi, dan Sambas). Sejak tahun 2006 Program STBM sudah diadopsi dan diimplementasikan di 18
10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah menyusun rencana strategis pencapaian
sanitasi
total
dalam
pembangunan
sanitasinya masing-masing. Dalam 5 tahun ke depan (2010
–
2014)
diimplementasikan
STBM di
20.000
diharapkan desa
di
telah seluruh
kabupaten/ kota. Latar Belakang Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program
(ISSDP)
tahun
2006,
menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 19
9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan
air
minum
rumah
tangga
menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli
20
Gender Penting dalam Proyekproyek
Penyediaan
Air
dan
Sanitasi
P
royek-proyek penyediaan air dan sanitasi yang ditangani oleh ADB lebih dari beberapa
dekade
terakhir
telah
membuktikan adanya hubungan positif yang kuat antara perhatian pada gender dan partisipasi kaum perempuan,
di
satu
pihak,
dengan
tingkat
keberhasilan proyek dan kesinambungan pengelolaan penyediaan air dan sanitasi, di lain pihak. Di antara pelajaran-pelajaran utama yang dipelajari adalah sebagai
berikut:
Kaum
perempuan
merupakan
kolektor, pengangkut, pengguna dan pengelola utama air untuk keperluan rumah tangga dan sebagai promotor dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sanitasi di rumah dan di masyarakat. Namun, 21
di
kebanyakan
masyarakat,
pandangan
kaum
perempuan tidak terwakili secara sistematis dalam lembaga-lembaga penyediaan
air
pembuat dan
keputusan. sanitasi
kesempatankesempatan
yang
mempersempit kesenjangan ini.
22
Proyek
memberikan luas
untuk
Analisis Gender
A
nalisis gender untuk sebuah proyek biasanya dilakukan sebagai bagian dari analisis sosial awal (ISA) atau analisis
sosial (SA) secara keseluruhan. Jasa konsultan untuk analisis gender dan desain proyek awal selama implementasi PPTA dapat memerlukan antara 1 sampai 3 bulan-orang, tergantung pada skala dan sifat proyek tersebut. Perhatian pun harus diberikan pada metodologimetodologi yang digunakan. Langkah-langkah
utama
pertanyaanpertanyaan
yang
yang
dilakukan diajukan
dan
selama
dilakukannya analisis adalah seperti tersebut di bawah ini: Tinjauan ulang 1. Meninjau ulang informasi yang tersedia (yakni statistik, analisis gender,dokumen-dokumen dari proyekproyek penyediaan air dan sanitasi yang didanai oleh donor yang terdahulu) atas layanan23
layanan yang diberikan penyediaan air dan sanitasi
di
wilayah
proyek
dan
profil
sosioekonomi dari populasi target sasaran. 2. Meninjau ulang aspek perundangundangan yang terkait
(misalnya,
hukum
waris),
kebijakan
(misalnya, kebijakan subsidi pembayaran air) dan kerangka kerja kelembagaan kelembagaan(yakni sistem administratif saat ini untuk layanan penyediaan air) dan implikasi gendernya.
Survei rumah tangga 1. Beri gambaran profil sosial-konomi yang terpilah berdasarkan gender atau jenis kelamin dan identifikasi praktek-praktek penyediaan air dan sanitasi, kendala-kendalanya, dan kebutuhankebutuhan populasi target sasaran. 2. Kumpulkan informasi kuantitatif. Metodologi
partisipatif
(misalnya,
penilaian
partisipatif cepat ataua PRA, diskusi-diskusi kelompok terfokus
atau
focus
group
24
discussion
(FGD),
wawancara random, tur-tur dengan berjalan kaki atau transek) 1. Kumpulkan informasi kualitatif yang tidak dapat dikumpulkan melalui survei. 2. Tentukan cara-cara dimana kaum laki-laki dan kaum
perempuan
yang
mendapatkan
manfaatnya dan stakeholder lainnya, khususnya kaum perempuan miskin, dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut. 3. Petakan wilayah-wilayah target sasaran. Di mana wilayah-wilayah yang sangat tertinggal dalam hal akses
pada
layanan
dan
pada
tingkat
kemiskinan? 4. Identifikasi
kelompok-kelompok
stakeholder
utama dan peran mereka Penempatan staf 1. Pastikan adanya keseimbangan gender yang memadai dalam timtim lapangan. 2. Menyeleksi para anggota tim lapangan dengan kesadaran gender, pengetahuan tentang wilayah
25
setempat, pemahaman kultural, dan kesediaan untuk mendengarkan.
Data yang akan dikumpulkan Kerangka kerja kelembagaan makro 1. Dampak
gender
atas
kebijakan
sektoral,
kerangka kerja hukum/ 2. perundang-undangan dan kelembagaan 3. Kapasitas dan komitmen lembaga pelaksana pada pendekatan partisipatif dan perhatiannya pada gender.
Profil Sosial-ekonomi Demografi 1. Komposisi
berdasarkan
subwilayah,
gender,
suku/kasta, usia, dan lain-lain. 2. Tren migrasi ke dalam dan ke luar wilayah (baik laki-laki maupun perempuan). 3. Besar atau ukuran rumah tangga 4. Usia saat menikah, berdasarkan gender.
26
Ekonomi 1. Tingkat pendapatan dan sumber-sumber daya, berdasarkan gender 2. Pola-pola
pengeluaran
dan
pembuatan
keputusan, berdasarkan gender. 3. Kepemilikan
tanah
dan
penggunaannya,
berdasarkan gender.
Kesehatan 1. Tingkat pertumbuhan populasi. 2. Tingkat kematian kanak-kanak dan ibu. 3. Ketersediaan layanan. 4. Tingkat kesuburan dan pembuatan keputusan. 5. Alokasi makanan dan tingkat gizi dalam rumah tangga, berdasarkan gender. 6. Insiden kekerasan dalam rumah tangga.
Pendidikan 1. Rasio-rasio
melek-huruf
dan
pendidikan, berdasarkan gender. 27
pengenyaman
2. Rasio putus sekolah, berdasarkan gender 3. Tenaga kerja anak-anak, berdasarkan gender.
Status kaum perempuan 1. Keterwakilan dalam dunia politik dan kesadaran berpolitik 2. Persepsi sosio-kultural dan praktek-praktek yang dilakukan kaum laki-laki dan kaum perempuan. 3. Kebijakan-kebijakan dan hukum-hukum yang mendiskriminasi secara gender.
Peran-peran dan tanggung jawab gender 1. Pembagian tenaga kerja gender secara luas dalam tanggung jawab produktif (yakni pertanian, aktivitas-aktivitas peningkatan pendapatan) dan tanggung jawab reproduksi (yakni tugas-tugas rumah tangga, perawatan anak), dan alokasi waktu untuk setiap tanggung jawab.
28
Pengetahuan, Sikap, Perilaku dan Kebiasaan Penggunaan Air Ketersediaan, jumlah dan mutu layanan penyediaan air dan sanitasi 1. Siapa
yang
memberikan
pelayanan
(misal,
pemerintah daerah, Ornop, perusahaan swasta)? 2. Apakah pelayanan tersebut disediakan selama 24 jam sehari? 3. Apakah terdapat perbedaan ketersediaan, jumlah atau mutu air berdasarkan musim? 4. Apakah lembaga pelayanan sangat bersahabat?
Biaya 1. Adakah biaya-biaya untuk layanan pada air atau sanitasi? 2. Siapa membayar kepada siapa? (misal, komite pengguna,
pemerintah
swasta) Berapa biayanya?
29
daerah,
perusahaan
Sumber air 1. Sumber air apa yang digunakan (misal, pancuran umum, sungai, tangki, danau, sumur atau tangki umum, pipa air) 2. Seberapa
jauh
jarak
sumber-sumber
air
tersebut?
Pengumpulan dan penyimpanan air 1. Siapa yang mengumpulkan dan menyimpan air? Bagaimana hal itu dilakukan? 2. Berapa banyak waktu yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air?
Transportasi atau pengangkutan air 1. Siapa yang membawa air dan bagaimana caranya? 2. Berapa banyak waktu yang digunakan untuk membawa air? 3. Adakah
bahaya-bahaya
kesehatan
diakibatkan oleh membawa air?
30
yang
Penggunaan air dalam rumah tangga 1. Bagaimana penggunaan air yang terkumpul digunakan berbeda oleh perempuan maupun lakilaki? (misal, untuk memasak, sanitasi, kebun halaman, ternak?) 2. Siapa yang memutuskan alokasi air?
Peran-peran
dalam
hal
air
untuk
pertanian
(agrikultur): Siapa yang mengumpulkan air tersebut? Siapa yang membawa/ mengangkut dan siapa yang mengelola untuk digunakan dalam pertanian dan bagaimana caranya?
Pengelolaan air pada musim kemarau 1. Apakah air tersedia pada musim kemarau? 2. Bagaimana
pengelolaan
langka-air? Dan oleh siapa?
31
air
selama
musim
Konflik-konflik dalam distribusi air 1. Adakah konflik alokasi air diantara penggunaan untuk pertanian dan untuk penggunakan dalam rumah
tangga?
Bagaimana
kebutuhan-
kebutuhan tersebut diprioritaskan? 2. Adakah konflik-konflik dalam distribusi air secara umum, berdasarkan gender, tingkat pendapatan, suku/kasta, dan lainlain? 3. Bagaimana hal ini dipecahkan?
Tanggung jawab pengelolaan air di masyarakat (dalam rumah tangga ) 1. Siapa yang bertanggung jawab memelihara infrastruktur air untuk rumah tangga? 2. Siapa yang akan menjadi informan-informan kunci? 3. Adakah
perbedaan
yang
signifikan
dalam
tanggung jawab berdasarkan gender, tingkat pendapatan, atau suku/kasta?
32
Pengetahuan, perilaku, dan kebiasaan dalam sanitasi Pendidikan higiene keluarga 1. Apakah kebersihan diajarkan di dalam keluarga? 2. Oleh siapa? Pengaturan dalam sanitasi 1. Apa saja pengaturan sanitasi/kakus untuk kaum laki-laki dan kaum perempuan? 2. Bagaimana menjamin adanya privasi? Adakah tabu-tabu dalam pembagian kakus antara kaum laki-laki dan kaum perempuan, dan para anggota keluarga? 3. Mandi: Bagaimana dan di mana kaum laki-laki dan kaum perempuan mandi? 4. Bagaimana cara pengumpulan dan pembuangan limbah manusia? Dilakukan oleh siapa? 5. Apakah pupuk?
limbah
manusia
Apabila
ya,
digunakan
sebagai
siapakah
mengumpulkan limbah manusia tersebut?
33
yang
Tanggung jawab atas kebersihan komunitas 1. Siapa yang bertanggung jawab atas kebersihan komunitas? 2. Siapa yang dapat menjadi informan kunci? 3. Apakah
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
dalam tanggung jawab berdasarkan gender, tingkat pendapatan atau suku/ kasta? Akses, pengendalian, dan kendala (isu-isu yang tidak berkaitan dengan air) Akses pada sumber produksi atau jasa 1. Bagaimana perbedaan antara kaum laki-laki dan kaum
perempuan
pengendalian
atas
dalam tanah,
akses
dan
inputpertanian,
pelatihan, pasar, peluang kerja dan kredit? 2. Apakah bantuan eksternal disediakan untuk meningkatkan akses/ pengendalian tersebut? Oleh siapa hal itu dilakukan?
34
Ketersediaan dan akses pada pelayanan sosial (misalnya, kesehatan dan higiene, program melek-huruf) Apakah bantuan eksternal juga disediakan? Kebutuhan, permintaan, persepsi, dan prioritas Prioritas sektoral 1. Apakah
air
prioritas
dalam lebih
rumah daripada
tangga
memiliki
layanan-layanan
infrastruktur lainnya bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan? (misal, air untuk irigasi, jalan, sekolah) 2. Apakah kaum laki-laki dan kaum perempuan tertarik dalam proyek tersebut? Mengapa? Atau Mengapa tidak? Kebutuhan Dengan
adanya
kendala-kendala
kebiasaan-kebiasaan yang
ada,
dan
kebutuhan-
kebutuhan apa yang diperlukan kaum laki-laki, 35
kaum perempuan dan orang tua serta anakanak
dalam
pembuatan
dan
penempatan
fasilitas-fasilitas penyediaan air, kakus, dan fasilitas serta layanan penyediaan air dan sanitasi lainnya? Mengapa? Kesediaan untuk membayar 1. Apakah kaum laki-laki dan kaum perempuan di dalam masyarakat bersedia membayar untuk meningkatkan layanan-layanan penyediaan air dan sanitasi, dan sampai seberapa banyak? 2. Apakah mereka bersedia memberikan tenaga kerja, dan sampai seberapa banyak? Kredit Apakah
kredit
diperlukan
penyediaan air dan sanitasi?
36
untuk
layanan
Dampak proyek Persepsi-persepsi dan distribusi 1. Apakah kaum laki-laki dan kaum perempuan mendapat dampakdampak positif dan negatif dari proyek tersebut secara berbeda? 2. Apakah
manfaat-manfaatnya
didistribusikan
dengan merata? 3. Bagaimana cara mengurangi dampak-dampak negatif tersebut? Kelompok-kelompok
yang
tertinggal
atau
rentan 1. Adakah kelompok-kelompok yang tertinggal atau rentan? 2. Siapa
mereka?
Bagaimana
Di
mana
karakteristik
mereka
tinggal?
sosial
ekonomi
mereka? 3. Bagaimana proyek ini memberi dampak pada kelompok-kelompok ini?
37
Penggusuran tanah 1. Apakah
terdapat
pengambilalihan
tanah?
Seberapa luas? 2. Apa saja dampaknya terdapat gender tertentu? 3. Apakah terdapat kemungkinan sumbangan tanah dari masyarakat?
Organisasi Kelompok-kelompok pengguna atau Water User Group (WUG) air 1. Adakah WUG untuk air pertanian dan air untuk keperluan rumah tangga? 2. Apabila ada WUG untuk air keperluan rumah tangga, lakukan penilaian terhadap (i) kinerja mereka dalam pelaksanaan dan perawatannya serta
pengelolaan
finansialnya,
(ii)
status
hukumnya, dan (iii) struktur organisasinya (misal, ukurannya, anggota-anggota komite berdasarkan gender, keanggotaan berdasarkan gender, aturan-aturan keanggotaan). 38
3. Apabila WUG untuk air rumah tangga belum ada, apakah kaum laki-laki dan kaum perempuan bersedia membangun/membuat WUG? 4. Apakah
kaum
perempuan
tertarik
untuk
berpartisipasi dalam WUG? Mengapa, atau mengapa tidak? Keterwakilan kaum perempuan Seberapa jauh tingkat keterwakilan kaum perempuan pada saat ini dalam lembagalembaga masyarakat pembuat keputusan?
Organisasi-organisasi setempat/local 1. Adakah organisasi-organisasi setempat (misal, pemerintah daerah, Ornop internasional dan nasional,
organisasi
berbasis
masyarakat,
ormas-ormas) yang memperhatikan kendalakendala
dan
kebutuhan-kebutuhan
39
kaum
perempuan? Bagaimana proyek ini berkaitan dengan hal-hal tersebut? 2. Mekanisme apa yang dapat digunakan untuk meyakinkan adanya partisipasi aktif kaum perempuan dalam kegiatan-kegiatan proyek? 3. Organisasi-organisasi apa yang dapat digunakan untuk
menggerakkan
dan
melatih
kaum
perempuan dalam kegiatankegiatan proyek tersebut?
40
Mekanisme Partisipasi Masyarakat
K
embangkan sebuah strategi partisipasi bagi laki-laki dan perempuan selama implementasi proyek dan M&E. Hindari
harapan yang terlalu tinggi atas partisipasi kaum perempuan dan kembangkan sebuah jadwal praktis dimana kaum perempuan biasanya memiliki waktu dan kendala-kendala finansial. Strategi tersebut harus memasukkan halhal berikut: 1. Pembentukan tingkatkan
organisasi:
Bentuk
keterwakilan
kaum
WUG
dan
perempuan
dalam komite-komite eksekutif (misal, sebagai ketua,
bendahara).
Perhatikan
adanya
penentuan jumlah yang wajib dipenuhi bagi perempuan
dalam
komite-komite
eksekutif
untuk memastikan adanya keterwakilannya.
41
Apabila
diperlukan,
bentuk
komite-komite
perempuan yang terpisah. 2. Pengaturan kelompok: Tentukan secara jelas aturan-aturan
dan
tanggung
jawab
para
anggota. Buat mekanisme-mekanisme keluhan dan
aturan-aturan
pembagian
air
untuk
menghindari persaingan antara kaum laki-laki dan
kaum
perempuan
dalam
hak
menggunakan air (misal, berkenaan dengan kebutuhan air untuk kebun rumah dan ternak). Mendokumentasikan kesepakatan-kesepakatan berdasarkan hukum. 3. Konstruksi: Memastikankondisi-kondisi kerja yang kondusif untuk partisipasi kaum perempuan (misal,
tingkat
gaji
setara-gender,
musim
konstruksi, toilet dan fasilitas pengasuhan dan penitipan anak). 4. O&M:
Tunjuk
operator-operator
perempuan
untuk pompa air, pengurus, pemantau sumber air, apabila dimungkinkan. 42
5. Sanitasi/higiene:
Gunakan
kaum
perempuan
sebagai pihak yang aktif namun pastikan untuk melibatkan suami dan para pemimpin laki-laki. 6. M&E:
Kembangkan
mekanisme
upan
balik
dimana baik laki-laki maupun perempuan yang mendapatkan manfaat tersebut memiliki hak bersuara. 7. Ornop/Ormas: Identifikasi organisasi-organisasi yang
dapat
memfasilitasi
partisipasi
perempuan selama implementasi dan M&E. Pilihan-pilihan pelatihan 1. Kembangkan sebuah program untuk pendidikan dan
peningkatan
kesadaran
masyarakat.
Pertimbangkan
yang
digunakan,
akan
adanya
bergantung
higiene media pada
kelompok target sasaran (misal, pelatihan guru, kurikulum sekolah, poster, billboard, radio).
43
2. Tingkatkan kesadaran masyarakat atas bahayabahaya kesehatan yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh pengangkutan air. 3. Pertimbangkan adanya pelatihan dalam bidang mekanik dan operational serta perawatan (O&M). 4. Pertimbangkan manajemen
adanya keuangan
pelatihan dan
dalam
organisasi,
khususnya bagi kaum perempuan. 5. Berikan pelatihan sadar-gender untuk seluruh staf proyek baik laki-laki maupun perempuan. 6. Latih pejabat-pejabat lembaga pelaksana dan staf proyek di M&E.
44
Pembangunan Sanitasi Kota Yang Sehat
Sebagai
Bagian
Dari
Sustainable Cities Development
P
ada 2002 perhatian dunia terfokus kepada konferensi pembangunan berkelanjutan di Johanneburg (kompas, 10 Pebruari 2005),
tetapi sayang sekali masih sedikit perhatian dari kalangan masyarakat dan pemerintah akan hal itu. Policy paper ini mengemukakan secara singkat tentang
konsep
pembangunan
kota
yang
berkelanjutan, program kota sehat dari segi konsep dan pelaksanaannya di Indonesia, kebijakan ini nantinya dapat dilaksankan di kota-kota Indonesia khususnya kota-kota besar untuk menciptakan suatu kondisi lingkungan perkotaan yang bersih sehingga dapat
mencegah
masalah
sosial
dan
menanggulangi
khususnya
masalah
berbagai sanitasi
lingkungan dan kesehatan seperti pencegahan dan 45
penanggulangan berkembangnya berbagai macam penyakit yang mewabah / epidemi seperti yang terjadi pada saat sekarang ini. Akhirnya kebijakan ini nantinya dapat menciptakan dan mengembangkan sebuah
kota
yang
sehat
sebagai
pembangunan
kota
yang
berkelanjutan.
Model
disini
model
analisis
yang
Retrospektif
digunakan
karena
menganalisis
dalam
terhadap
hal
bagian
adalah ini
kami
dari
akan
konsekuensi-konsekuensi
kebijakan yang akan timbul. Kebijakan yang akan diusulkan
melibatkan
(forecasting)
untuk
teknik-teknik memprediksi
peramalan kemungkinan-
kemungkinan yang akan timbul dari suatu kebijakan yang
akan
diterapkan.
Pembangunan
yang
berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi penerus untuk mencukupi kebutuhannya. Untuk mencapai hal itu, ada lima opsi alternatif kebijakan dalam upaya untuk menciptakan suatu lingkungan kota yang bersih yang perlu dilakukan di kota, yaitu; 46
1. Mengendalikan menular,
dan
memberantas
penyakit
parasit,
penyakit
dan
beban
kesehatan yang memberati penduduk kota, 2. Mengurangi bahaya zat kimiawi dan fisik di rumah, tempat kerja, dan wilayah kota yang lebih besar. 3. Menciptakan
kondisi
lingkungan
yang
berkualitas bagi penduduk kota 4. Meminimalisasi transfer biaya lingkungan kepada wilayah
dan
masyarakat
serta
sistim
lingkungan di sekitar kota dan kota lain di Indonesia. 5. Menjamin adanya konsumsi yang berkelanjutan tanpa
merusak
lingkungan.
Dari
segi
perspektif global dan lokal kegiatan tersebut dapat menjadi bagian dari program kota sehat. Pada policy paper ini juga forecasting yang akan menjadi tantangan dari pembangunan kota yang sehat agar menjadi bagian dari pembangunan kota yang berkelanjutan yaitu; kurang adanya dukungan Peran pemerintah (Pemda setempat), masyarakat, 47
dan swasta dalam menciptakan kondisi sanitasi lingkungan yang baik, kurang adanya dukungan program kebijakan dan peran Instantsi terkait khususnya dinas kesehatan dan sulit menciptakan /networking /serta pemahaman menyeluruh arti konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan sektor terkait dalam mewujudkan suatu tatanan kota yang baik dan /Hyegene/ dalam mewujudkan kondisi sanitasi lingkungan dalam mewujudkan tingkat
kesejahteraan
masyarakat
sejahtera.
48
sehat
dan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
P
sanitasi
PSP
adalah
upaya
mengejar
ketertinggalan
pembangunan
sebagai
terobosan
urusan
untuk dalam
sanitasi,
Menjadikan
bersama
Pemerintah
kabupaten/kota, provinsi, pusat, swasta, donor, dan masyarakat,
serta
Mendorong
pemerintah
kabupaten/kota untuk menyusun suatu perencanaan strategis
pembangunan
sektor
sanitasi
yang
komprehensif dan koordinatif ÆStrategi Sanitasi Kota (SSK) Target PPSP adalah : Mendukung pencapaian target RPJMN 2010 – 2014 :
49
1. Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 2. Pelaksanaan praktik 3 R serta peningkatan TPA menjadi sanitary landfill 3. Pengurangan genangan air di 100 wilayah perkotaan seluas 22.500 ha Dengan cara : 1. Membangun sinergi vertikal dan horizontal dalam pembangunan sanitasi permukiman 2. Meningkatkan melaksanakan
kapasitas
pemerintah
pembangunan
dalam sanitasi
permukiman 3. Memaksimalkan kontribusi semua pihak dalam pembangunan sanitasi permukiman
50
Tahapan PPSP
51
Jumlah Kota Sasaran PPSP 2010-2014
Tahapan
Jumlah Kota Sasaran
Kampanye, edukasi, advokasi dan
Peran & tanggung
2009
2010
2011
2012
2013
2014
jawab
41
49
62
72
82
(100)
Pusat, Propinsi,
pendampingan
dan Donor
Pengembangan Kelembagaan dan
41
49
62
72
82
(100)
Pusat, Provinsi
24
41
57
80
100
51
Kabupaten/Kota
3
21
35
45
56
65
Pusat
3
24
59
160
104
Pusat,
Peraturan Penyusunan
Rencana
Strategis
(SSK) Penyusunan
Memorandum
Program Implementasi
Propinsi,
Kab/Kota Pemantauan,
Pembimbingan,
27
65
Evaluasi, dan Pembinaan
52
114
176
248
330
Pusat, Propinsi
Pelaksana 1. Pemerintah Pusat – Tim Teknis Pembangunan Sanitasi/Pokja AMPL Pusat fasilitasi
kegiatan
di
Bantuan teknis,
Æ
kabupaten
dan
kota,
advokasi, penguatan kelembagaan. 2. Pemerintah Provinsi – Pokja AMPL/Sanitasi: Koordinasi
dan
pengorganisasian
kabupaten/kota 3. Pemerintah AMPL/Sanitasi:
Kabupaten/Kota Penyusunan
Kota (SSK)
53
–
Pokja
Strategi
Sanitasi
Pendanaan PPSP SUMBER APBN
KETERANGAN Anggaran
Operasionalisasi PMU, koordinasi & perencanaan program
999 APBN
Kem.
Operasionalisasi
PIU
Advokasi,
kegiatan
advokasi,
pelaksanaan
Kesehatan
pendampingan bidang advokasi dan kampanye.
APBN Kem. Dalam
Operasionalisasi PIU Kelembagaan, kegiatan penguatan kapasitas di pusat
Negeri
dan daerah
APBN Kem. PU
Operasionalisasi PIU Teknis, perekrutan fasilitator dan KMW (Konsultan Manajemen Wilayah), penguatan kapasitas bidang teknis.
Hibah Belanda
1. Melalui WES UNICEF: pelatihan fasilitator 2. Melalui USDP (Urban Sanitation Development Program): penyediaan tenaga ahli
Hibah AusAID
1. Melalui WASPOLA Facility: bridging pengadaan fasilitator propinsi hingga Mei 2010 2. Melalui InDII : bridging pengadaan fasilitator kota/kab. hingga Mei 2010
APBD Propinsi
Operasionalisasi Pokja AMPL/Sanitasi
APBD Kota/Kab
Operasionalisasi Pokja AMPL/Sanitasi, pelaksanaan studi-studi pendukung
54
55
Jumlah Total
Software pendukung keg.Implementasi Pemantauan, pembimbingan, evaluasi, dan VI pembinaan
5. persampahan di 240 kota 6.Pembangunan dan perbaikan drainase di 100 kota
4.CLTS ++ (50% disubsidi)
3.Implementasi kota yang telah memiliki SSK
2.Sanimas 5 lokasi/thn di 322 kota)
1. Sewerage 16 kota (20% layanan)
Implementasi (akumulasi dan dalam proses),termasuk implementasi 16 kota mulai V thn 2011
IV Penyusunan memorandum program
III Penyusunan rencana strategis (SSK)
II Pengembangan kelembagaan dan peraturan
I
Tahapan
Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan
2009
61,492,200,000 1,097,384,217,566 401,500,000,000 605,968,336,058 3,333,506,508,986 1,194,650,000 28,394,700,000 7,136,380,782,586
137,173,027,196 365,000,000,000 6,856,400,987 2,332,138,494,333 4,251,700,000 16,665,500,000 4,249,907,403,582
166,331,977,333
80,499,153,050
6,987,750,000
49,728,900,000
38,084,453,050
1,359,620,707,642
16,890,120,000
18,655,406,100
1,223,981,994,067
14,368,465,000
2011
19,613,524,800
2010
10,630,536,897,289
43,665,975,000
2,816,433,000
4,444,170,906,018
934,438,819,398
441,650,000,000
2,697,736,201,517
166,285,157,500
1,573,016,350,455
200,667,381,600
75,170,030,000
31,918,436,600
19,001,206,200
2012
2013
23,255,203,590,018
61,893,837,500
7,854,208,300
10,949,237,422,867
1,816,053,240,230
485,815,000,000
7,315,894,783,776
450,942,800,000
1,772,411,371,445
242,096,324,480
102,157,579,160
27,197,280,780
23,649,741,480
Prakiraan Biaya PPSP (Rp.)
17,225,083,726,567
83,887,794,550
6,545,682,305
7,673,738,770,270
1,419,174,189,416
534,396,500,000
4,755,331,609,454
322,424,102,000
2,005,047,249,310
285,740,057,480
69,822,258,396
36,741,316,274
32,234,197,112
2014
62,497,112,400,041
Pusat,Propinsi,Kota/Kab, Donor
dan partisipasi masy.
dan partisipasi masy.
Pusat,propinsi,kab / kota, Donor
Pusat dan Kota/Kab
Kabupaten/kota, donor
pusat,propinsi, kota/kabupaten
pusat,propinsi dan donor
Sumber Pendanaan
56
SUMBER PENDANAAN PPSP
1,918,234,961,018
GAP
TOTAL (APBN dan APBD) *) dan **) Sumber : KemenKeu ‐ DJPK 2007 ‐ 2010
15,000,000,000 3,750,000,000
Rp.5M/Kota/kab. 5,000,000,000 25% dr CSR 25%
129,812,500,000
70,000,000,000 17,500,000,000
5,000,000,000 25%
Rp.5M/Prop 25% dr CSR
4,712,500,000
7,500,000,000 25%
$1juta/kota 25% dr donor
12,500,000,000 6,350,000,000
4,156,888,519,632
Roadmap PPSP (Tahap 4 dan 5)
Donor (Allocated) ADB IDB AUSaid ‐ Existing (2010) dan Proyeksi stlh 2010 : ‐WSI (Commited) ‐IndII (Commited) AUSaid ‐ Projected Donor lain Lain‐lain ‐ Propinsi CSR tk. Propinsi Masyarakat Lain‐lain ‐ Kota/Kabupaten CSR tk. Propinsi Masyarakat
2,238,653,558,614
TOTAL (APBN dan APBD)
29,078,059,353.09
Kota/Kab APBD (Belanja sanitasi) **)
2010 357,231,500,000 58,601,666,667 1,240,969,238,000 80,950,000,000 1,950,000,000
451,123,094,594
16.67% 100% 25% 25%
2009
Propinsi APBD (Belanja Sanitasi) *)
Pusat DAK Sanitasi DAK Lingkungan KemenPU Kemenkes *) Kemendustri
1,169,812,500,000
120,000,000,000 30,000,000,000
100,000,000,000 25,000,000,000
12,000,000,000 7,000,000,000 180,000,000,000 178,962,500,000
316,500,000,000 200,350,000,000
2,133,682,686,018
7,026,998,597,586
4,715,089,930,374
247,856,104,759
802,925,488,949
2011 464,400,950,000 76,182,166,667 2,870,100,220,000 101,187,500,000 2,437,500,000
Prakiraan Sumber Pendanaan PPSP
1,747,937,500,000
295,000,000,000 73,750,000,000
125,000,000,000 31,250,000,000
12,000,000,000 7,000,000,000 442,500,000,000 244,587,500,000
316,500,000,000 200,350,000,000
5,126,771,645,679
10,460,781,249,489
6,831,820,493,692
649,209,108,735
1,250,441,797,291
2012 603,721,235,000 99,036,816,667 3,731,130,286,000 126,484,375,000 3,046,875,000
Gap 2011 - 2014
3,747,875,000,000
800,000,000,000 200,000,000,000
135,000,000,000 33,750,000,000
12,000,000,000 7,000,000,000 1,200,000,000,000 515,825,000,000
480,500,000,000 363,800,000,000
8,717,708,256,631
23,040,305,151,098
10,037,477,492,650
1,875,844,309,113
1,682,540,247,360
2013 784,837,605,500 128,747,861,667 5,410,138,914,700 158,105,468,750 3,808,593,750
22,337,394,228,718 35.87%
2,910,375,000,000
520,000,000,000 130,000,000,000
165,000,000,000 41,250,000,000
12,000,000,000 7,000,000,000 780,000,000,000 410,825,000,000
480,500,000,000 363,800,000,000
4,440,996,679,372
17,002,398,160,235
15,298,654,552,905
1,299,135,233,132
2,562,086,932,647
2014 1,020,288,887,150 167,372,220,167 8,347,844,345,382 197,631,835,938 4,760,742,188
Grafik Alokasi Kebutuhan Pendanaan PPSP – Per Tahun- Seluruh Tahapan
PPSP 25,000,000,000,000
20,000,000,000,000
15,000,000,000,000
10,000,000,000,000
5,000,000,000,000
0 2010
2011
2012 PPSP
57
2013
2014
Permukiman Sehat
P
emukiman adalah bagian dari
lingkungan
hidup
kawasan
hutan
diluar
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau
kegiatan
hunian yang
dan
tempat
mendukung
perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992).
58
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal
dilengkapi
atau
hunian
dengan
yang
prasarana
lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air
minum,
listrik,
pembuangan
telepon,
jalan,
memungkinkan pemukiman
sampah, yang
lingkungan
berfungsi
sebagaimana
mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas untuk
penunjang
yang
penyelenggaraan
berfungsi serta
pengembangan kehidupan ekonomi, 59
sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan,
sarana
keamanan,
serta
perhubungan, fasilitas
umum
lainnya. Perumahan
sehat
merupakan
konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat
kesehatan
meningkatkan penghuninya.
standar Konsep
tersebut
melibatkan
pendekatan
sosiologis
dan
pengelolaan
teknis
faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bagunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan 60
dan
pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, apakah
serta
rumah
mencakup tersebut
unsur
memiliki
penyediaan air minum dan sarana yang
memadai
untuk
memasak,
mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan
kotoran
manusia
maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Kawasan pemukiman didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi
dengan 61
prasarana
dan
sarana lingkungan, tempat bekerja yang
memberi
kesempatan
pelayanan
dan
terbatas
yang
perikehidupan
dan
kerja
mendukung penghidupan.
Satuan
lingkungan
pemukiman
adalah
kawasan
perumahan dalam berbagai bentuk ukuran dengan penataan tanah dan ruang,
prasarana
lingkungan memungkinkan
dan
terstuktur pelayanan
sarana yang dan
pengelolaan yang optimal. Prasarana lingkungan pemukiman adalah
kelengkapan 62
dasar
fisik
lingkungan
yang
lingkungan berfungsi
memungkinkan
pemukiman sebagaimana
dapat mestinya.
Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan
listrik,
telepon,
gas,
dan
primer
prasarana
sebagainya. Jaringan lingkungan
adalah
jaringan
utama
yang menghubungkan antara kawasan pemukiman
atau
antara
kawasan
pemukiman dengan kawasan lainnya. 63
Jaringan
sekunder
prasarana
lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di dal am satu satuan lingkungan
pemukiman.
Sarana
lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang
yang
berfungsi
untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi,
sosial
dan
budaya. Contoh pemukiman perbelanjaan,
sarana adalah
lingkungan fasilitas
pelayanan
pusat umum,
pendidikan dan kesehatan, tempat 64
peribadatan, rekreasi dan olah raga, pertamanan, pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan
pemukiman,
meliputi
jaringan air bersih, listrik, telepon, gas, transportasi,
dan
kebakaran.
Utilitas
pemadam umum
membutuhkan pengelolaan profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha.
65
Persyaratan Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman Kesehatan
perumahan
dan
lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah,
di
lingkungan
rumah
dan
perumahan, sehingga memungkinkan penghuni
mendapatkan
derajat
kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka
melindungi
masyarakat
yang 66
penghuni bermukim
dan di
perumahan
dan/atau
masyarakat
sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan
kesehatan
perumahan
yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan
dan
pemukiman
serta
persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan
karena
pembangunan
perumahan berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan
peningkatan individu,
keluarga
masyarakat (Sanropie, 1992).
67
derajat dan
Persyaratan
kesehatan
perumahan
dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan
Menteri
Kesehatan
(Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi
parameter sebagai berikut :
Lokasi 1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, longsor,
aliran
lahar,
gelombang
tanah tsunami,
daerah gempa, dan sebagainya; 68
2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang; 3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan
dan
daerah
kebakaran seperti alur pendaratan penerbangan. Kualitas udara Kualitas
udara
ambien
di
lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan
memenuhi
gas
syarat
beracun baku
lingkungan sebagai berikut : 69
dan mutu
1. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi; 2. g/m3 ;μg maksimum 150 μDebu dengan diameter kurang dari 10 3. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm; 4. Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari. 5. Kebisingan dan getaran 6. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A; 7. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
70
Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman 1. Kandungan
Timah
hitam
(Pb)
(As)
total
maksimum 300 mg/kg 2. Kandungan
Arsenik
maksimum 100 mg/kg 3. Kandungan
Cadmium
(Cd)
maksimum 20 mg/kg 4. Kandungan
Benzopyrene
maksimum 1 mg/kg
71
Prasarana dan sarana lingkungan Memiliki taman bermain untuk anak, sarana
rekreasi
keluarga
dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan; 1. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; 2. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu
konstruksi
trotoar
kesehatan, tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang
cacat, 72
jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata; 3. Tersedia
cukup
air
bersih
sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan; 4. Pengelolaan
pembuangan
tinja
dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan
kesehatan; 5. Pengelolaan sampah
pembuangan
rumah
tangga
harus
memenuhi syarat kesehatan; 73
6. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan
kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan,
tempat
pendidikan,
kesenian, dan lain sebagainya; 7. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin
keamanan
penghuninya; 8. Tempat (TPM)
pengelolaan harus
makanan
menjamin
tidak
terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
74
Vektor penyakit 1. Indeks
lalat
harus
memenuhi
syarat; 2. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%. Penghijauan Pepohonan lingkungan
untuk
pemukiman
penghijauan merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan
rumah
Kepmenkes
tinggal
menurut No.
75
829/Menkes/SK/VII/1999
adalah
sebagai berikut : Bahan bangunan 1. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan; 2. Tidak terbuat dari bahan yang dapat
menjadi 76
tumbuh
dan
berkembangnya
mikroorganisme
patogen. Komponen dan penataan ruangan 1. Lantai
kedap
air
dan
mudah
dibersihkan; 2. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan; 3. Langit-langit dibersihkan
rumah dan
tidak
mudah rawan
kecelakaan; 4. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir; 77
5. Ruang
ditata
sesuai
dengan
fungsi dan peruntukannya; 6. Dapur
harus
memiliki
sarana
pembuangan asap. Pencahayaan Pencahayaan buatan
alam
langsung
dan/atau
maupun
tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan
dengan
intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
78
Kualitas udara 1. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C; 2. Kelembaban udara 40 – 70 %; 3. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; 4. Pertukaran
udara
5
kaki
3
/menit/penghuni; 5. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; 6. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
79
Ventilasi
:
Luas
lubang
ventilasi
alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. Penyediaan air 1. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari; 2. Kualitas
air
harus
memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air
minum 80
menurut
Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. Pembuangan Limbah 1. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak
mencemari
permukaan
tanah; 2. Limbah
padat
dengan
baik
menimbulkan
harus agar bau,
dikelola tidak tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah. 81
Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
82
Referensi Asian Development Bank, Penyediaan Air dan Sanitasi, 2009, BasiIius K. Cahyanto Staf UNICEF, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, diunduh 12 Agustus 2011 Kelompok Studi Kesehatan Masyarakat , AVICENNA COMMUNITY: PERGERAKAN REVOLUTIF UNTUK INDONESIA SEHAT 2030, 2010, diunduh 12 Agustus 2011 UNDP-World Bank Water and Sanitation Program – South Asia. 1999. Water for India’s Poor: Who Pays the Price for Broken Promises? New Delhi. UNDP-World Bank Water and Sanitation Program, WEDC, and DFID. 1999. Community Initiatives in Operation and Maintenance of Urban Services. New Delhi. Wakeman, Wendy. 1995. Gender Issues Sourcebook for Water and Sanitation Projects. Washington, D.C.: The World Bank. World Bank. 1996. World Bank Participation Sourcebook. Washington, D.C.: Environmentally Sustainable Development Vice Presidency. World Health Organization and PROWWESS/United Nations Development Programme. 1984. Involvement of Women in Water Supply, Sanitation and Health Education Projects: A Guideline for Case Studies. New York.
83
Biodata Penulis : Hastomo.SST Epid Pernah melakukan penelitian tentang bahaya sampah, dan kajian penyakit menular masyarakat, saat ini berkecipung dalam pengurus asset dan barang di instansi BP4 Yogyakarta di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dunia seni dan budaya adalah pelengkap dalam kehidupan. Penulis pernah bersekolah di -SD inti Negeri Sonosewu II -SLTP N 1 Kasihan Bantul -SMTI Departemen Perindustrian Yogyakarta -Poltekkes Departemen Kesehatan Yogyakarta
Naskah Editor : Hastomo.SST epid Pusat publikasi : hastm.inc Jl Wates km 3, no 93 Sonopakis Lor, Yogyakarta
HASTM.INC 84 2011