Ebp Manajemen Nyeri Dewi Putri C1118077 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN GERONTIK EVIDENCE BASED PRACTICE(EBP) MANAJEMEN NYERI PADA LANSIA



OLEH:



NI PUTU DEWI PUTRI WIARDANI C1118077 VII C KEPERAWATAN



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BINA USADA BALI 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan setiap orang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. Umumnya setiap orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir. Pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial hingga tidak melakukan tugasnya sehari-hari lagi dan bagi kebanyakan orang masa tua kurang menyenangkan. Keterbatasan pergerakan serta penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik dan latihan sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily Living/ ADL) yang akan berpengaruh terhadap Quality of Life lansia yang sifatnya kronik-progresif (Stanley & Beare, 2007). Nyeri sendi yang akan mengakibatkan ketidaknyamanan bahkan hingga mengakibatkan kecacatan menjadi penyebab utama menurunnya kualitas hidup lansia karena sangat mengganggu aktivitas sehari-hari (Effendi, 2009). Mengingat besarnya kerugian yang ditimbulkan nyeri sendi maka perlu dilakukan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan. Terdapat dua intervensi yang digunakan dalam meminimalkan dampak nyeri sendi yaitu intervensi non farmakologi dan intervensi farmakologi (Cavalieri, 2002). Nyeri sendi umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul, lumbal dan servikal (Joern, Klaus, & Peer, 2010). Nyeri sendi merupakan penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh



pengeroposan kartilago articular (sendi) (Corwin, 2009). Badan Kesehatan Internasional (WHO) mengatakan nyeri sendi paling banyak diderita oleh individu yang berusia diatas 60 tahun. Kasus nyeri sendi pada lansia di dunia diperkirakan mencapai 9,6% pada pria dan 18 % pada wanita. Kasus tersebut akan terus meningkat akibat bertambahnya usia harapan. Secara keseluruhan, sekitar 10-15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita nyeri sendi (Tangtrakulwanich, Geater, & Chongsuvivatwong, 2006). Prevalensi nyeri sendi total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia di atas 65 tahun menderita nyeri sendi, dan 80 % pasien nyeri sendi mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat.



B. Rumusan Masalah



1. Bagaimana manajemen nyeri pada lansia ? 2. Bagaimana literatur artikel ilmiah manajemen nyeri pada lansia ? 3. Bagaimana elaborasi mengaplikasikan materi perkuliahan dengan jurnal penelitian ?



C. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana manjemen nyeri pada lansia 2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana literatur artikel ilmiah manajemen nyeri pada lansia 3. Mahasiswa mampu mengetahui bangaimana elaborasi mengaplikasikan materi perkuliahan dengan jurnal penelitian



D. Manfaat Penulisan analisis artikel ilmiah manajemen nyeri pada lanisa ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi tambahan kepada yang membutuhkan dan bagi mahasiswa STIKES Bina Usada Bali.



BAB II PEMBAHASAN



A. Ringkasan Materi Perkuliahan Manajemen Nyeri Pada Lansia 1. Pengertian Nyeri Nyeri pada dasarnya merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang rusak, sensasi nyeri menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Syaifudin, 2016). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat sangat subyektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya dan hanya orang tersebut yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Reseptor nyeri adalah nociceptor yang merupakan ujung-ujung saraf (sinaps). Nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu: a. Nyeri akut: merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan. b. Nyeri kronis: Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, lebih dari enam bulan. 2. Penyebab Nyeri a. Agen pencederaan fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma) b. Agen pencederaaan kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia iritan) c. Agen pencederaan fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)



3. Pengekajian Nyeri pada Lansia a. Skala nyeri dekriptif Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal/Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini.



b. Numerical Rating Scale (NRS) Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0-10. Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan. c. Faces Scale (Skala Wajah) Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri (anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat. Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif.



4. Diagnosis Keperawatan a. Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan Fisik Nyeri akut (00132) Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan. b. Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan Fisik Nyeri kronis (00133) Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi berulang atau konstan yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, berlangsung lebih dari 3 bulan. 5. Manajemen Nyeri Penatalaksanaan nyeri pada lansia dua macam yaitu farmakologis dan non farmakologis. a. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan/TENS Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS) adalah suatu alat yang menggunakan aliran listrik, baik dengan frekuensi rendah maupun tinggi, yang dihubungkan dengan beberapa elektroda pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar, atau mendengung pada area nyeri. TENS adalah prosedur non-invasif dan merupakan metode yang aman untuk mengurangi nyeri, baik akut maupun kronis.



b. Distraks Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Jenisjenis distraksi, yaitu distraksi visual/penglihatan, audio/pendengaran, dan distraksi intelektual. c. Relaksasi Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan meningkatkan nyeri. d. Guided imagery Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk berkosentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan cara menutup matanya. e. Akupuntur Akupuntur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses memasukkan jarum-jarum tajam pada titik-titik strategis pada tubuh untuk mencapai efek terapeutik. Karakteristik pelayanan kesehatan oriental ini



dikembangkan sejak periode 8000 dan 3000 SM. Terdapat fakta yang mengemukakan bahwa manusia primitif menggunakan jarum batu untuk menembus kulit, yang kemudian digantikan dengan tulang dan bambu. f. Aromaterapi Aromaterapi adalah memberikan aroma yang terapeutik untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada lansia. Ada beberapa jenis aromaterapi yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri, yaitu lavender, lemon, bitter orange, dll. Aromaterapi bisa diaplikasikan melalui saluran pernafasan dan bisa diaplikasikan dengan pemijatan. g. Pijat Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Masase kulit dapat dilakukan dengan menggunakan ointment (balsem gosok) atau liniment (obat cair gosok) yang mengandung menthol untuk membantu mencapai pengurangan nyeri. h. Kompres Kompres hangat atau kompres dingin, selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung yang berisi air hangat sehingga menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses penyembuhan. Pemberian panas secara lokal di bagian tubuh yang mengalami



cedera dapat berguna untuk pengobatan (Potter & Perry, 2005). Tujuan kompres hangat yaitu, memperbaiki sirkulasi dalam tubuh pasien, menghilangkan edema pada pasien, Meningkatkan drainase pus pada pasien, mengurangi rasa nyeri dalam tubuh pasien.



B. Analisa Artikel 1. Identitas Jurnal a. Nama Jurnal



: SEMINAR ILMIAH NASIONAL KEPERAWATAN



b. Volume



:-



c. Nomer



:-



d. Halaman



: 12-20



e. Tahun Penerbit



: 2015



f. Judul Jurnal



: Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri sendi pada lansia (60-74



tahun) g. Nama Penulis



: Henricha Evalina Sinaga & Chandra Bagus Ropyanto



h. Studi Kasus



:-



2. Abstrak Jurnal a. Jumlah Paragraf



:1



b. Halaman



: 20



c. Ukuran Spasi



: 1.0



d. Uraian Abstrak



: Nyeri sendi menduduki peringkat pertama penyakit degeneratif



yang diderita lansia. Nyeri sendi akan mengakibatkan ketidaknyamanan bahkan kecacatan yang menjadi penyebab utama menurunnya kualitas hidup lansia. Upaya



yang dilakukan untuk mengurangi nyeri sendi dilakukan dengan intervensi farmakologis dan nin farmakologis. Terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri sendi, yaitu dengan aplikasi panas pada persendian yang sakit berupa kompres hangat. Penelitian ini bertujaun mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap nyeri sendi pada lansia usia 60-74 tahun. Rancangan penelitian adalah true eksperiment, dengan desain penelitian randomized control group pre test post test design. Tehnik pengambilan sampling berupa systematic random sampling dengan jumlah responden pada penelitian adalah 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok intervensi dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Rata-rata tingkat nyeri pada kelompok kontrol saat pre-test sebesar 2,13 dan 1,67 saat post-test dengan nilai p=0,004. Rata-rata tingkat nyeri pada kelompok intervensi sebesar 2,93 saat pretest dan 0,73 saat post-test dengan nilai p=0,001. Kompres hangat dapat digunakan sebagai alternatif mengurangi nyeri sandi pada lansia untuk meminimalkan penggunaan pengobatan farmakologis yang dapat meningkatkan resiko efek samping medikasi. Perawat dapat diajarkan untuk melakukan kompres hangat dan sebagai prosedur tetap mengurangi nyeri sendi pada lansia sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan. e. Keyword Jurnal



: Nyeri sendi, kompres hangat, lansia.



3. Pendahuluan Jurnal : Dalam pendahuluan jurnal pembahas tentang pengertian lansia, prevelensi nyeri pada lansia, penanganan nyeri sendi pada lansia. 4. Tujuan Penelitian : Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis pengaruh kompres hangat terhadap nyeri sendi pada lansia (60-74 tahun). 5. Metode Penelitian



Rancangan penelitian adalah true eksperiment, dengan desain penelitian randomized control group pre test post test design. Tehnik pengambilan sampling berupa systematic random sampling dengan jumlah responden pada penelitian adalah 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok intervensi dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Rata-rata tingkat nyeri pada kelompok kontrol saat pre-test sebesar 2,13 dan 1,67 saat post-test dengan nilai p=0,004. Rata-rata tingkat nyeri pada kelompok intervensi sebesar 2,93 saat pre-test dan 0,73 saat post-test dengan nilai p=0,001. 6. Hasil Penelitian Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Berdasarkan analisis paired t-test menunjukkan bahwa melakukan kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada lansia dengan nilai ρ = 0,000 (