4 0 109 KB
TUGAS 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit tidak Menular, Dosen pengampu : dr Hj Arulita Ika Fibriana, M.Kes
Disusun oleh: Nama : SURATMI NIM : 6411420028
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tahun ajaran 2021
Question : 1. Name at least four types of ncds 2. Name at least four charatheristic of ncds 3. What are at least 3 examples of modifiable risk factors 4. What are at least 3 examples of non modifiable risk factors 5. How do ncds and communicable deasess differ 6. What question does epidemiology answer 7. What are two approaches of epidemiology 8. What are the four main roles of epidemiology in the public health management cycle 9. What are the function of epidemiology 10. Discuss a local health problem and describe which function of epidemiology to use to address the problem
Jawaban : 1. Penyakit tidak menular atau disebut juga penyakit kronis adalah penyakit yang tidak ditularkan dari orang terinfeksi ke orang lain dan sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup. Beberapa contoh penyakit tidak menular yaitu :
Penyakit Vitiligo Vitiligo ialah penyakit kulit dan membran mukosa kronis yang terjadi akibat destruksi melanosit.
Kanker nasofaring Karsinoma nasofaring atau kanker nasofaring merupakan salah satu jenis kanker yang timbul pada nasofaring, yakni area yang terletak di belakang hidung, di sebelah atas bagian belakang tenggorokan.
Spina Bifida Spina bifida adalah cacat lahir di mana tulang belakang terbuka (bifid), seringkali dengan keterlibatan sumsum tulang belakang
Xeropthalmia
Xeroftalmia adalah penyakit yang menyebabkan mata kering karena kekurangan vitamin A .
2. Karakteristik penyakit tidak menular VITILIGO Penyakit vitiligo mempunyai karakteristik diantaranya ; a. Makula depigmentasi, hilangnya pigmen warna pada makula b. Faktor predisposisi multifaktorial c. Lesi vitiligo dapat terasa gatal dan sering terjadi fenomena Koebner. (fenomena timbulnya lesi pada kulit yang terluka) d. Penyakit ini biasanya terjadi secara persisten, jarang terjadi repigmentasi spontan, dan mempunyai pola perifolikular e. Memiliki tanda-tanda vitiligo yang meliputi:
Hilangnya warna kulit secara merata, yang biasanya pertama kali muncul di tangan, wajah, dan area di sekitar bukaan tubuh dan alat kelamin
Pemutihan dini atau uban pada rambut di kulit kepala, bulu mata, alis atau janggut
Hilangnya warna pada jaringan yang melapisi bagian dalam mulut dan hidung (selaput lendir)
KANKER NASOFARING a. Tanda klinis terbanyak yang ditemukan pada penderita KNF adalah pembesaran KGB leher b. Kanker ini akan menyebar melalui aliran darah ke daerah yang jauh seperti tulang, paru dan hati. c. Memiliki gejala klinis seperti kehilangan pendengaran, kesulitan menelan dan sakit kepala. SPINA BIFIDA Spina bifida mempunyai karakteristik diantaranya;
a. Penyebab penyakit ini belum pasti, kemungkinan merupakan kombinasi antara genetik, nutrisi dan faktor lingkungan. b. Memiliki Gejala atau tanda-tanda seperti
Otot kaki yang lemah (dalam beberapa kasus, bayi tidak dapat menggerakkannya sama sekali)
Kaki berbentuk tidak biasa , pinggul tidak rata, atau tulang belakang melengkung ( skoliosis )
Kejang
Masalah usus atau kandung kemih
c. Anak-anak juga mungkin mengalami kesulitan bernapas , menelan, atau menggerakkan lengan atas mereka. Mereka juga mungkin kelebihan berat badan . d. Gejalanya sangat bergantung pada di mana masalahnya ada, di tulang belakang dan saraf tulang belakang mana yang terlibat. XEROPTHALMIA a. Dapat merusak kornea mata dan menyebabkan kebutaan b. Diisebabkan kekurangan vit a c. Memiliki gejala seperti;
Pengeringan dan kerutan pada lapisan luar mata Anda, atau konjungtiva
Kebutaan malam, penyakit mata di mana Anda tidak dapat melihat dalam cahaya redup
Bisul atau bekas luka di kornea Anda
Bintik Bitot, atau bintik putih pada konjungtiva Anda
Pelunakan kornea
3. Faktor resiko penyakit tidak menular yang dapat dimodifikasi VITILIGO Terdapat beberapa faktor risiko dari penyakit vitiligo yang dapat dikendalikan yaitu: a. Stres, Penelitian telah menunjukkan bahwa peristiwa stres atau stres emosional
dan
fisik
kronis
dapat
memicu
perkembangan
dan
perkembangan vitiligo, terutama pada pasien yang cenderung karena gen mereka. Diperkirakan bahwa perubahan kulit dipicu, setidaknya sebagian, oleh perubahan hormonal yang terjadi ketika seseorang mengalami stres yang ekstrem. b. Sengatan matahari parah, Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari atau UVA dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit yang terpajan c. Trauma kulit, seperti kontak dengan bahan kimia. Kontak dengan atau paparan bahan kimia tertentu mungkin menjadi faktor risiko lingkungan lain untuk mengembangkan vitiligo. Beberapa ahli telah berhipotesis bahwa bahan kimia mempercepat jalur stres yang sudah ada dalam melanosit, yang menyebabkan peradangan autoimun.Salah satu bahan kimia yang telah dipelajari adalah monobenzone, yang ditemukan pada produk tertentu seperti karet, kulit, dan pewarna kosmetik. Contoh lainnya yaitu fenol, yang dianggap mengganggu fungsi melanosit. Bahan kimia ini sering menjadi bahan dalam produk seperti perekat, desinfektan, cat, insektisida, dan banyak lagi d. Autoimun, Orang yang memiliki penyakit autoimun, seperti psoriasis , lupus , penyakit Hashimoto , rheumatoid arthritis , diabetes tipe 1, dan hipotiroidisme, berada pada peningkatan risiko terkena vitiligo. KANKER NASOFARING a. Faktor Lingkungan, Sejumlah agen berupa faktor lingkungan telah dikaitkan dengan risiko NPC. Misalnya, paparan asap atau polutan kimia, termasuk elemen jejak (misal; Nikel), telah dilaporkan menjadi penebab perkembangan terjadinya NPC. b. Penggunaan obat-obatan herbal tradisional juga telah dilaporkan menjadi faktor unik terkait dengan peningkatan risiko KNF di negara-negara Asia . Beberapa tanaman herbal Cina dapat berkontribusi sebagai risiko KNF dengan menginduksi ekspresi antigen litik EBV c. Asap Rokok ,Pada banyak penelitian dikatakan bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya KNF. Merokok dapat meningkatkan serum anti-EBV. Serum anti-EBV merupakan penanda tumor yang digunakan untuk menilai adanya proses keganasan pada nasofaring, anti-EBV ini
terbagi dua yaitu serum antiEBV viral capsid antigen immunoglobulin A dan antiEBV DNase.3,9 Peningkatan marker anti-EBV positif dapat dimiliki pada orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok aktif selama lebih dari 20 tahun. Selain itu penelitian lain melaporkan bahwa pada perokok berat insiden kanker nasofaring meningkat 2 hingga 4 kali lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok.6 Apabila seorang perokok aktif dengan konsumsi rokok mencapai lebih dari 30 bungkus dalam setahun dapat meningkatkan kejadian karsinoma nasofaring dibandingkan dengan perokok aktif yang menghabiskan kurang dari 30 bungkus dalam setahun (Ali, 1965). d. Konsumsi ikan Asin , Konsumsi ikan asin merupakan salah satu penyebab KNF yang sering dilaporkan, mungkin ini berkaitan dengan substansi karsinogen yang terdapat didalamnya yaitu nitrosamin (Hsu, et.al., 2009). Nitrosamin adalah suatu molekul yang terdiri dari nitrogen dan oksigen, molekul tersebut dapat berbentuk senyawa nitrit dan NOx yang terdiri dari senyawa amino dan senyawa campuran nitroso (Rahman, 2015; Chien, et.al., 2001). Sumber utama nitrosamine dapat berasal dari konsumsi makanan yang diawetkan termasuk ikan asin
SPINA BIFIDA a. Nutrisi ibu, seperti rendahnya asupan folat. Folat yaitu bentuk alami vitamin B-9, penting untuk perkembangan bayi yang sehat. Bentuk sintetis, ditemukan dalam suplemen dan makanan yang diperkaya, disebut asam folat. Kekurangan folat meningkatkan risiko spina bifida dan cacat tabung saraf lainnya. Selain itu juga disebabkan Tingkat kolin yang rendah, Kadar vitamin B12 serum rendah, Tingkat vitamin C rendah, Asupan seng rendah, kualitas makanan dan asupan metionin rendah. b. Gaya hidup ibu, seperti Penggunaan alkohol, Penggunaan kafein, dan merokok saat kehamilan c. Riwayat penyakit pada ibu seperti Hipertermia, infeksi dan penyakit ibu, Diabetes tergantung insulin pregestasional, Pragestasional obesitas dan Stres psikososial.
Wanita dengan diabetes yang tidak memiliki gula darah yang terkontrol dengan baik memiliki risiko lebih tinggi memiliki bayi dengan spina bifida. Sedangkan, Obesitas sebelum hamil dikaitkan dengan peningkatan risiko cacat lahir tabung saraf, termasuk spina bifida. d. Status sosial ekonomi rendah e. Faktor lingkungan, seperti Polusi udara sekitar, Produk sampingan disinfektan dalam air minum, Polusi udara dalam ruangan, Senyawa terkait nitrat, Pelarut organik dan Pestisida f. Beberapa obat. Misalnya, obat anti-kejang, seperti asam valproat (Depakene), tampaknya menyebabkan cacat tabung saraf saat dikonsumsi selama kehamilan. Ini mungkin terjadi karena mereka mengganggu kemampuan tubuh untuk menggunakan folat dan asam folat. g. Peningkatan suhu tubuh. Beberapa bukti menunjukkan bahwa peningkatan suhu tubuh (hipertermia) pada minggu-minggu awal kehamilan dapat meningkatkan risiko spina bifida. Meningkatkan suhu tubuh inti Anda, karena demam atau menggunakan sauna atau bak mandi air panas, telah dikaitkan dengan
XEROPTHALMIA a.
Kebiasaan makan ibu yang menyebabkan Malnutrisi . Kurangnya nutrisi yang tepat dapat menyebabkan kekurangan vitamin A. Malnutrisi parah dapat menyebabkan mata kering dan dapat menyebabkan rabun senja.
b.
Pengetahuan ibu, Kurangnya pendidikan gizi. Mereka yang tidak menerima pendidikan yang tepat tentang nutrisi biasanya tidak menyadari manfaat vitamin A. Hal ini dapat menyebabkan asupan vitamin A yang lebih rendah dalam makanan mereka.
c. Ekonomi keluarga atau Kemiskinan. Orang yang hidup dalam kemiskinan atau tidak mampu membeli makanan yang layak lebih mungkin mengembangkan penyakit seperti xeroptalmia. d. Penyakit lainnya. Penyakit seperti pankreatitis atau penyakit radang usus dapat menyebabkan kekurangan vitamin A..
e. Masalah hati. Penyakit hati kronis atau sirosis hati dapat mencegah vitamin A diserap ke dalam tubuh. Kekurangan vitamin A yang dihasilkan dapat menyebabkan xeroptalmia. f. Diare kronis. Orang yang mengalami diare berulang kali berada pada peningkatan risiko xeropthalmia karena penipisan vitamin A. g. Alkoholisme . Minum alkohol berlebih dapat menurunkan kadar vitamin A dalam tubuh Anda. 4. Faktor risiko penyakit tidak menular yang tidak dapat dimodifikasi VITILIGO Beberapa faktor risiko pada penyakit vitiligo yang tidak dapat dikendalikan atau dimodifikasi yaitu; a. Umur, Vitiligo banyak terjadi pada usia di bawah 20 tahun, tetapi juga dapat terjadi pada usia lanjut. Vitiligo secara umum berawal pada masa anak atau dewasa muda, dapat terjadi di semua usia, dengan onset puncak usia 10-30 tahun. b. Jenis kelamin, Prevalensi laki-laki dan perempuan adalah sama. tetapi perempuan lebih banyak mencari pengobatan dengan alasan kosmetik. c. Riwayat keluarga atau genetik, Pasien dengan riwayat keluarga vitiligo mempunyai rerata onset lebih dini menderita vitiligo. Riwayat menderita vitiligo pada beberapa anggota dalam satu keluarga menunjukkan mungkin terdapat suseptibilitas genetik yang berperan dalam vitiligo. Gen dapat berkaitan dengan biosintesis melanin, respon terhadap stres oksidatif, dan regulasi autoimunitas. d. Faktor hormonal, Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan.
KANKER NASOFARING a. Faktor Genetik , Etnis pada KNF yang berbeda menunjukkan kontribusi penting dari kerentanan genetik terhadap patogenesis KNF. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, kejadian KNF adalah 20-50 kali lipat lebih tinggi di Cina Selatan dibandingkan dengan populasi di negara-negara barat. Karakteristik penting dari kanker karena keturunan adalah onset usia dini
KNF (Zeng & Jia, 2002). Beberapa analisis keterkaitan studi menemukan kerentanan
hubungan
human
leukocyte
antigen
(HLA)
dengan
perkembangan KNF. Sebagian besar penelitian dilakukan di antara penduduk Cina b. Jenis kelamin, Kanker nasofaring atau sering disebut nasopharyngeal carcinoma lebih umum ditemukan pada pria ketimbang wanita.Pada lakilaki mereka mungkin lebih rentan terpapar zat karsinogen di tempat kerjanya. c. Umur, Kanker ini juga bisa terjadi pada usia berapa saja, namun lebih umum terdiagnosis pada orang dewasa di rentang usia 30 hingga 50 tahun. SPINA BIFIDA a. Gen, Riwayat keluarga dengan cacat tabung saraf. Pasangan yang memiliki satu anak dengan cacat tabung saraf memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi untuk memiliki bayi lagi dengan cacat yang sama. Risiko itu meningkat jika dua anak sebelumnya terkena kondisi tersebut. Selain itu, seorang wanita yang lahir dengan cacat tabung saraf memiliki peluang lebih besar untuk melahirkan anak dengan spina bifida. Namun, sebagian besar bayi dengan spina bifida lahir dari orang tua yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut. b. Ras, Spina bifida adalah kelainan bawaan lahir yang lebih sering terjadi pada orang dengan ras kulit putih dan keturunan Hispanik. c. Jenis kelamin, Jenis kelamin juga dikatakan bisa memengaruhi risiko cacat lahir ini. Pasalnya, jumlah bayi perempuan yang mengalami spina bifida lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi laki-laki. XEROFTALMIA a. Umur, Xerophthalmia parah mempengaruhi bayi jauh lebih banyak daripada orang dewasa. Anak-anak usia 3 sampai 6 tahun berada pada risiko lebih tinggi terkena rabun senja karena xerophthalmia. b. Jenis Kelamin, xerophthalmia bisa terjadi pada jenis kelamin apapun. 5. Berikut adalah tabel perbedaan penyakit menular dan penyakit tidak menular
No.
Dasar Perbandingan
Penyakit Menular
Penyakit
tidak
Menular 1.
Definisi
Penyakit
menular Penyakit
tidak
adalah
penyakit menular
adalah
yang
disebabkan penyakit yang tidak
oleh agen infeksi ditularkan
dari
dan dapat ditularkan orang dari
orang
yang
yang terinfeksi ke orang
terinfeksi ke orang lain melalui cara lain, hewan, atau apa sumber
lain
pun
di sebagian
lingkungan.
dan besar
disebabkan
oleh
faktor-faktor seperti gaya hidup dan
kebiasaan
makan yang tidak tepat. 2.
Disebut juga
Penyakit infeksi
3.
Proses/perkembangan
lebih
Penyakit kronis
cenderung Lebih
cenderung
akut, artinya mereka menjadi
kronis,
muncul
berarti
dengan yang
cepat.
mereka
bertahan
untuk jangka waktu yang
lebih lama
dan
berkembang
secara bertahap.
4.
Waktu
Beberapa
penyakit
menular
mungkin menular
bersifat musiman.
Penyakit bersifat
tidak tidak
musiman
dan dapat terjadi kapan
saja
sepanjang tahun 5.
Penyebab
Mikroorganisme
disebabkan
oleh
patogen
adalah kekurangan nutrisi,
penyebab
utama kekurangan
penyakit menular
hormon,
atau
proliferasi sel yang tidak normal. 6.
Hereditas
Penyakit
menular Penyakit
tidak
dapat menular
dapat
tidak
diturunkan dari satu diturunkan generasi ke generasi
satu
dari
generasi ke
generasi lainnya. 7.
Agent/vektor
Virus, jamur, dan Tidak bakteri
ada
berperan untuk
infeksi
sebagai agen/vektor penyakit infeksi
tidak
dan menular
penularan penyakit mereka tersebut.
agen
karena terutama
bergantung
pada
diet pribadi, alergi, atau aktivitas fisik. 8.
Penyebaran
Ada banyak alasan Ini tidak menyebar untuk
penyebaran dari satu orang ke
penyakit
menular. orang
Ini dapat menyebar sekali melalui
udara,
melalui
kontak
langsung
dengan
permukaan terkontaminasi, makanan, dll..
yang
lain
sama
9.
Organ yang terpengaruh
Penyakit
menular Penyakit
tidak
yang paling umum menular adalah
penyakit bermacam-macam,
saluran pernapasan, seperti
penyakit
seperti
diabetes,
pilek, jantung,
influenza, TBC. 10.
Gejala
Gejala
dll
penyakit Gejala
menular
dapat tidak
penyakit menular
diamati secepat satu mungkin
tidak
atau dua hari sejak terlihat sampai satu masuknya patogen.
tahun atau lebih, yang meningkatkan risiko
penyakit
menjadi fatal. 11.
Tingkat keparahan
kurang parah, yaitu lebih
parah,
mereka berkembang bertanggung jawab dengan cepat dan atas lebih banyak menimbulkan ancaman
kematian di seluruh jangka dunia. Penyakit ini
pendek bagi pasien.
juga memiliki efek jangka pada
panjang kehidupan
pasien 12.
Kambuh
Tidak ada periode Mungkin kambuh
untuk beberapa
penyakit menular.
ada periode
kekambuhan selama penyakit.
13.
Diagnosa
banyak diagnostik
tes Tes
diagnostik
yang yang akurat tidak
akurat
tersedia tersedia
untuk
untuk
penyakit sebagian
besar
menular
penyakit
tidak
menular. 14.
Perlakukan/perawatan
Ini
dapat
diobati Ini
dengan
membutuhkan
jadwal perawatan
perawatan
yang
yang berkepanjangan
singkat. 15.
Kesembuhan
Hal
dpt
sembuh Penyakit
Hampir semua
Pencegahan
menular
seperti
penyakit kanker
menular
16.
tidak dan
dapat diabetes
disembuhkan
memiliki
kecuali HIV/AIDS.
khusus
Ini dapat dicegah Ini
tidak obat
membutuhkan
dengan
beberapa operasi
bedah
metode
khusus
untuk
konvensional
perawatan
seperti
menjaga
kebersihan pribadi, menghindari berbagi
peralatan
makan, dll..
17
Contoh penyakit
Penyakit
seperti Penyakit
tipus,
kolera, kanker,
seperti diabetes,
malaria, TBC, kusta penyakit adalah
contoh Alzheimer,
penyakit menular..
sindrom
Down,
Kwashiorker adalah penyakit menular
contoh tidak
6. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, beserta faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian tersebut. Epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) atau apa penyebab terjadinya masalah itu. Misalnya, setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah memang rokok itu merupakan faktor determinan/penyebab terjadinya kanker paru. Epidemiologi juga menjawab bagamaina frekuensi dan distribusi indikator kesehatan potensial dan kejadian terkait kesehatan (seperti merokok). Dengan epidemiologi kita dapat mengetahui penyebaran suatu penyakit dan riwayat alamiah suatu penyakit. 7. Terdapat pendekatan-pendekatan dalam epidemiologi yaitu pendekatan epidemiologi deskriptif dan analitik. Berikut penjelasan dari masing-masing pendekatan. a. Epidemiologi deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit. Epidemiologi deskriptif menggambarkan wabah dalam hal orang, tempat dan waktu. "Orang" mengacu pada karakteristik sosio-demografis kasus dan mencakup variabel seperti usia, etnis, jenis kelamin/gender, pekerjaan, dan status sosial ekonomi. Dengan variabel "orang" ini dapat diketahui faktor resiko terjadinya suatu penyakit tidak menular. “Tempat” mengacu pada hubungan spasial yang penting dalam menggambarkan terjadinya penyakit
dan
dapat
mencakup
variabel
yang
menggambarkan
pengelompokan, status desa-kota, kota, provinsi/wilayah, atau negara. "Waktu" mengacu pada pemeriksaan kapan dan selama periode waktu apa penyakit terjadi dan dapat menggambarkan epidemi sumber titik, tren sekuler, atau pengelompokan temporal. Tujuan epidemiologi deskriptif adalah
Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
b. Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko Budiarto, 2002:111) Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan.Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid. Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit). Studi epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian
jawaban
tentang
penyebab
terjadinya
masalah
kesehatan
(determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatarafaktor resiko dan penyakit. Epidemiologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:
Menentukan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
Memprediksikan kejadian penyakit
Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.
8. Beoglehole (WHO-1977) mengemukakan 4 peran utama epidemiologi, yakni; a. Mencari kausa; faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan dan yang menyebabkan terjadinya penyakit.
b. Riwayat alamiah penyakit; perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak (emergency), akut dan kronik. c. Deskripsi status kesehatan masyarakat; menggambarkan proporsi menurut status kesehatan, perubahan menurut waktu, perubahan menurut umur, dan lain-lain. d. Evaluasi hasil intervensi; menilai bagaimana keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan, upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan. Tjuan yang hendak dicapai dalam epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, misalnya: a. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan penyebabnya. b.
Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-paru dengan asbes, rokok dengan penyakit jantung dan hubungan-hubungan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
c. Menentukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaan heawan konsisten dengan data epidemiologis d. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggualangan masalah kesehatan, serta menentuka prioritas masalah keseahatan masyarakat 9. Pernan Epidemiologi diantaranya sebagai berikut a. Mngidentifikasi faktor-faktor yg berperan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat. b. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. atau menanggulanginya. c. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan. 10. Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematin yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrike kiri/bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi menempati urutan pertama pada 10 besar penyakit tidak menular di Kabupaten Wonosobo. Prevalensi kasus hipertensi di Kabupaten Wonosobo tahun 2018 sebesar 9 % dengan jumlah kasus sebanyak 52.700 kasus meningkat dari jumlah kasus di tahun 2017 sebanyak 20.987 kasus. Peningkatan ini didukung oleh kegiatan Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular melalui Posbindu dan Pelayanan Terpadu PTM di Fasilitas Kesehatan. Ada hubungan rokok dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan puskesmas di Kabupaten Wonosobo. Tidak ada hubungan konsumsi kopi, alkohol, aktivitas fisik, dan status gondok dengan kejadian hipertensi.
Epidemiologi dapat Menerangkan Penyebab dari hipertensi yang terjadi di Wonosobo. Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun langkah – langkah penaggulangan selanjutnya, baik yang bersifat pencegahan ataupun yang bersifat pengobatan.
Epidemiologi dapat menerangkan perkembangan Alamiah atau riwayat alamiah penyakit hipertensi. Pengetahuan tentang perkembangan alamiah ini amat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak sampai berkelanjutan. Manfaat atau peranan Epidemiologi dalam menerangkan perkembangan alamiah penyakit hipertensi adalah melalui pemanfaatan keterangan tentang frekwensi dan penyebaran penyakit terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan diketahuinya waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Lukas, Rika; Hendra ,Tarigan S. (2015). Vitiligo. Junal Unila, 5(9), 95-103. Kusuma, SA. (2014). Vitiligo. Presentasi kasus. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan. Universitas Jenderal Soedirman. mayoclinic.org. (2020). Vitiligo. Diakses pada 29 Agustus 2021, dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/vitiligo/symptoms-causes/syc20355912 winchesterhospital.org. (2021). Vitiligo. Diakses pada 29 Agustus 2021, dari https://www.winchesterhospital.org/health-library/article?id=22498 Mucthler, Christina. (2021). verywellhealth.com. Cause and Risk Factors of Vitiligo. Diakses pada 29 Agustus 2021, dari https://www.verywellhealth.com/vitiligo-causesand-risk-factors-5192401 Andrew J. Copp, N. Scott Adzick, [...], and Gary M. Shaw. ncbi.nlm.nih.gov. Spina Bifida. Diakses pada 29 Agustus 2021, pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4898641/ webmd.com. (2021). What is Spina Bifida. Diakses pada 29 Agustus 2021, pada https://www.webmd.com/parenting/baby/spina-bifida mayoclinic.org. Spina Bifida. (2021). Diakses pada 29 Agustus 2021, pada https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/spina-bifida/symptoms-causes/syc20377860 Dan Brennan, MD. (2021). webmd.com. What is Xerophthalmia. Diakses pada 29 Agustus 2021, pada https://www.webmd.com/eye-health/what-is-xerophthalmia Sapkota, Anupama. (2020). microbenotes.com. Communicable vs non-communicable diseases- Definition, 17 Differences, Examples. Diakses pada 29 Agustus 2021, pada https://microbenotes.com/communicable-vs-non-communicable-diseases/ cdc.gov. (2012). Section 4: Core Epidemiologic Functions. Diakses pada 29 Agustus 2021, pada https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section4.html Dinas Kesehatan Wonosobo. dinkes.wonosobo.go.id
Harlan, Johan. (2008). Epidemiologi Kebidanan. Jakarta. Gunadarma