Energi Panas Bumi Di Islandia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ruby
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGANTAR TEKNOLOGI DAN BISNIS ENERGI PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI DI ISLANDIA LAPORAN INI DITUJUKAN UNTUK PEMENUHAN SYARAT UJIAN TENGAH SEMESTER 1



DISUSUN OLEH : 1. 2. 3. 4.



DIVIANI PUTRI GULISCHA ANDI MAULYA TRIANDJANI SARAH AZ ZAHRA NADIA SURYA HAFIFA



: : : :



102317002 102317024 102317036 102317046



CHEMICAL ENGINEERING-2



TAHUN AJARAN 2017/2018 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI UNIVERSITAS PERTAMINA KOMPLEK UNIVERSITAS PERTAMINA, JL. TEUKU NYAK ARIEF, SIMPRUG, JAKARTA SELATAN



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan yang berjudul “Penggunaan dan Pemanfaat Energi Panas Bumi di Islandia” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Weny Astuti selaku dosen mata kuliah Pengantar Teknologi dan Bisnis Energi dan atas bantuan dari pihak yang turut berkontribusi dalam pembuatan laporan ini baik dalam bentuk materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.



Jakarta, 1 Oktober 2017



Penyusun



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar



2



Daftar Isi



3



BAB 1



BAB 2



BAB 3



PENDAHULUAN



4



1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Penulisan 4. Manfaat Penulisan



4 4 4 4



PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Energi B. Pemanfaatan Energi di Islandia C. Potensi Energi di Islandia D. Tantangan Pengembangan Energi di Islandia



5 7 12 22



PENUTUP



25



Kesimpulan



25



DAFTAR PUSTAKA



26



BAB 1 Pendahuluan 3



1. Latar Belakang Semua kegiatan yang dilakukan oleh makhluk hidup termasuk manusia dalam kehidupan sehari-hari pasti memerlukan energi, baik besar maupun kecil sehingga energi dianggap sebagai salah satu dari faktor penting untuk menunjang kehidupan di alam semesta. Penggunaan energi di dunia untuk kebutuhan sehari-hari masih menggunakan energi fosil, seperti batubara dan minyak bumi. Namun seiring berjalannya waktu energi fosil akan habis bila terus menerus digunakan. Oleh karena itu perlu adanya pencarian energi baru yang tidak akan pernah habis, atau disebut Energi Terbarukan. Salah satu contoh dari energi tak terbarukan tersebut adalah Energi Geothermal atau Energi Panas Bumi. Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non‐ listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Pada makalah ini kami akan membahas tentang energi panas bumi pada negara Islandia.



2. Rumusan Masalah Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: 1. Bagaimanakah penggunaan dan pemanfaatan energi panas bumi di negara Islandia? 2. Bagaimanakah potensi dari energi panas bumi di negara Islandia? 3. Adakah tantangan dan hambatan dalam pengembangan energi panas bumi di negara



Islandia?



3. Tujuan Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu: 1. Menjelaskan tentang konsep dasar energi dan energi panas bumi. 2. Menjelaskan tentang penggunaan dan pemanfaatan energi panas bumi di Islandia. 3. Menjelaskan tentang potensi energi panas bumi di Islandia. 4. Menjelaskan tentang tantangan dan hambatan energi panas bumi di Islandia.



4. Manfaat Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini yaitu agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang energi panas bumi di Islandia.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4



A. Konsep Dasar Energi 1. Pengertian Energi Energi menurut istilah adalah kapasitas dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan energi menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Adapun tipe energi ada 2, yaitu : a. Energi Primer Energi primer adalah segala bentuk energi yang ditemukan di alam, yang tidak melalui proses konversi alam atau transformasi apapun, seperti batubara, minyak, gas, nuklir, hydropower, traditional biomass, angin, geothermal, direct solar energy, dan ocean energy. b. Energi Sekunder Energi sekunder adalah segala bentuk energi yang didapat setelah mengkonversi atau melakukan transformasi terhadap energi primer, seperti coke, bunsen, coal, diesel, energi panas, energi mekanik, dan energi listrik. Berdasarkan jenisnya, energi terbagi kembali menjadi dua, yaitu energi terbarukan dan energi non terbarukan. a. Energi Tak Terbarukan Sumber energi tak terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang akan habis jika dieksploitasi secara terus menerus. Contohnya yaitu minyak bumi, gas bumi, batubara, gambut, dan serpih bitumen. b. Energi Terbarukan Sumber energi terbarukan adalah bentuk energi yang tidak akan pernah habis. Semua sumber energi berasal dari alam dan akan bertahan sepanjang ketersediannya di alam. Contohnya yaitu panas matahari, tenaga air, angin, dan panas bumi (geothermal) 2. Pengertian Energi Geothermal (Panas Bumi)



Energi Panas Bumi adalah energy panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai 5400 °C. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Selain itu sumber energi panas bumi ini diduga berasal dari beberapa fenomena: 



Peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi.







Panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke dalam pusat bumi.







Efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi



5



2.1



Sistem Hidrothermal Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. Adanya suatu sistem hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panas bumi lainnya. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahanrekahan yang memungkinkan fluida panas bumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan. Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa atau sistem dua fasa. Sistem dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistem dominasi uap merupakan sistem yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistem dominasi air merupakan sistem panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai 6



kandungan air yang sangat dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi. Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistem panas bumi menjadi tiga, yaitu: 1. Sistem/reservoir bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 125oC. 2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 125oC dan 225oC. 3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur diatas 225oC.



B. Pemanfaatan Energi di Islandia 2.2 Pemanfaatan Energi Panas Bumi Energi panas bumi merupakan sumber energi lokal yang tidak dapat di ekspor dan sangat ideal untuk mengurangi peran bahan bakar fosil guna meningkatkan nilai tambah nasional dan merupakan sumber energi yang ideal untuk pengembangan daerah setempat. Selain itu, energi panas bumi adalah energi terbarukan yang tidak tergantung pada iklim dan cuaca, sehingga keandalan terhadap sumber energinya tinggi. Dari segi pengembangan sumber energi ini juga mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena dalam memenuhi kebutuhan beban dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.



Gambar 2.1: Pabrik Gula Aren Masarang yang telah memanfaatkan energi panas bumi untuk semua proses pengolahan gula aren



7



Berikut adalah beberapa pemanfaatan energi panas bumi bagi kehidupan manusia:



1) Pemanfaatan di Sektor Pertanian dan Penghangat Ruangan Pemanfaatan energi panas bumi untuk pengeringan tidaklah sulit. Air panas yang berasal dari mata air panas atau sumur produksi panas bumi pada suhu yang cukup tinggi dialirkan melalui suatu heat exchanger yang kemudian memanaskan ruangan pengering yang dibuat khusus untuk pengeringan hasil pertanian. Selain sebagai pengering energi panas bumi juga dapat dimanfaatkan sebagai penghangat. Air panas itu dapat langsung dipipakan ke tempat yang membutuhkan panas. Penghangat yang berasal dari energi panas bumi bisa digunakan untuk menghangatkan rumah yang berada di daerah bersalju atau bersuhu dingin. Karena, pompa pemanas tanah dapat membahwa kehangatan ke permukaan dan kedalam Rumah-rumah. Cara ini bekerja dimana saja karena temparatur di bawah tanah tetap konstan selama tahunan



2) Pemanfaatan di Sektor Pariwisata Energi panas bumi dapat dimanfaatkan karena menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk menikmati panas bumi seperti uap air panas atau air panas itu sendiri.



3) Pemanfaatan Energi Panas Bumi sebagai Pembangkit Listrik Potensi panas bumi di dunia yang bisa dimanfaatkan untuk sumber listrik mencapai 113 Giga Watt (GW). Panas bumi dapat langsung dimanfaatkan untuk energi listrik dan kegiatan usaha pemanfaatan energi dan/atau fluidanya, misalnya dimanfaatkan dalam dunia agroindustri. Sifat panas bumi sebagai energi terbarukan menjamin kehandalan operasional pembangkit karena fluida panas bumi sebagai sumber tenaga yang digunakan sebagai penggeraknya akan selalu tersedia dan tidak akan mengalami penurunan jumlah. Pada sektor lingkungan, berdirinya pembangkit panas bumi tidak akan mempengaruhi persediaan air tanah di daerah tersebut karena sisa buangan air disuntikkan ke bumi dengan kedalaman yang jauh dari lapisan aliran air tanah. Limbah yang dihasilkan juga hanya berupa air sehingga tidak mengotori udara dan merusak atmosfer. Kebersihan lingkungan sekitar pembangkit pun tetap terjaga karena pengoperasiannya tidak memerlukan bahan bakar, tidak seperti pembangkit listrik tenaga lain yang memiliki gas buangan berbahaya akibat pembakaran.



2.3 Sistem Pemanfaatan Energi Panas Bumi Air dan uap panas yang keluar ke permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai pemanas. Selain bermanfaat sebagai pemanas, panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Air panas alami bila bercampur dengan udara akan menimbulkan uap panas (steam). Air panas dan uap inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi dapat dikonversi menjadi energi listrik maka diperlukan pembangkit (power plants). Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu yang bersuhu rendah (150ºC). Yang dapat 8



digunakan untuk sumber pembangkit tenaga listrik dan dikomersialkan adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 50ºC. Pembangkit listrik dari panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 50 s/d 250ºC.



Gambar 2.2: Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Dry Steam



Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan uap. Uap dipakai untuk memutar turbin yang kemudian mengaktifkan generator untuk menghasilkan listrik. Banyak pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil untuk mendidihkan air guna menghasilkan uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Ada tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga system yang diterapkan untuk mengeksplorasi sumber energi panas bumi pada dasarnya bersifat relatif yang penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan.



Gambar 2.3: Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Flash Steam



9



Penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik sudah mulai dilirik oleh pemerintah. Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.Apabila fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.



2.4 Energi Panas Bumi di Islandia Islandia adalah negara dengan 230.000 penduduk yang terletak di tengah pergunungan atlantik. Islandia merupakan negara yang memilik bnayak gunung dan mempunyai curah hujan yang tinggi, dengan kondisi geografis yang seperti ini, Islandia memilki sumber panas bumi yang meilimpah dan juga tenaga air yang melimpah. Sumber energi utama di Islandia 82% berasal dari sumber energi terbarukan (62% panas bumi dan 20% tenaga air) dan 18% berasal dari energi fosil. Dan sumber energi untuk pembangkit listrik mereka 100% berasal dari energi terbarukan (75,5% hydropower dan 24,5% geothermal). Awalnya pemanfaatan energi panas bumi hanya sekedar untuk pemanasan dan pembangkit listrik di sebagian kecil sektor daerah dan PLTA menjadi sumber energi listrik yang utama. Namun, dalam beberapa dekade terakhir permintaan energi listrik terutama dari industri energi intensif meningkat dan menjadikan energi panas bumi menghasilkan lebih banyak supply energi, hingga menyentuh angka 16,797 GWh (27% dari sumber energi listrik) pada tahun 2008. Pemanfaatan energi ramah lingkungan seperti hydropower dan geothermal masih terus dikembangkan, pemerintah setempat melihat keuntungan dan membandingkannya dengan kelayakan ekonomi dan dampak yang di timbulkan dari sumber energi tersebut. Selama tahap pertama evaluasi 19 proyek hidro, sebagian besar sungai glasial terletak di Dataran Tinggi Islandia. Proyek hydropower memiliki potensi gabungan 10,5 TWh/tahun. Dan ada 24 proyek panas bumi berpusat di daerah yang bersuhu tinggi di dekat pemukiman penduduk yang berada di daerah selatan, barat daya, dan timur laut Islandia. Proyek panas bumi memiliki potensi gabungan dari 13,2 TWh / thn. Dan semuanya dilihat apa dampak yang ditimbulkan kepada lingkungan sekitar.



10



2.5 Pemanfaatan Energi Panas Bumi di Islandia a. Pemanas Ruang Selama 60 tahun terakhir, telah terjadi perkembangan yang cukup besar dalam penggunaan energi untuk pemanasan ruang di Islandia setelah perang dunia kedua,



Otoritas



Energi



Nasional



(Orkustofnun) dan Islandia Geosurvey telah



melakukan



penelitian



dan



pengembangan, yang telah menyebabkan penggunaan panas bumi sumber daya untuk pemanasan di rumah tangga sebesar 89% dari populasi. Prestasi ini telah memungkinkan Islandia mengimpor lebih sedikit bahan bakar, dan menghasilkan harga sumber energi yang lebih rendah. b. Pengganti Energi Fosil Ketergantungan Islandia pada minyak dimulai pada abad ke-20. Pada awalnya minyak digunakan untuk penerangan, untuk daya kecil kapal nelayan dan kemudian berkembang sebagai bensin untuk mobil. Minyak untuk keperluan pemanasan pertama kali menjadi signifikan setelah perang dunia pertama. Namun pada tahun 1950 sekitar 20% keluarga menggunakan minyak untuk pemanasan, sementara 40% menggunakan batubara. Saat itu hanya sekitar 25% yang menggunakan panas bumi. Pada tahun 1950-an, peralatan untuk memanfaatkan minyak untuk pemanasan membaik, hal ini mengarah pada peningkatan konsumsi. Akibatnya, batubara dieliminasi penggunaannya di Islandia pada sekitar tahun 1960. Pada saat bersamaan, sistem kontrol untuk pemanasan pusat dengan cepat dikembangkan dan regulator suhu otomatis pertama untuk radiator menjadi umum



c. Sumber Energi Listrik Sumber energi listrik awalnya bersumber hanya dari tenaga air kecil di setiap daerah pemukiman, namun sekarang tenaga air mulai dibantu oleh energi panas bumi. Listrik tersebut digunakan untuk penerang lahan perkebunan, pertanian, pabrik-pabrik kecil, dan sumber listrik untuk rumah warga.



11



2.6 Keuntungan Menggunakan Energi Panas Bumi Keuntungan menggunakan energi panas bumi salah satunya yaitu dapat mengurangi pengeluaran pemerintah dalam sektor pembangkit listrik. Sumber panas bumi dan sumber energi fosil menghasilkan jumlah energi yang sama besarnya namun biaya pengeluaran untuk energi fosil lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pengeluaran untuk energi panas bumi.



Keuntungan lainnya yang didapat dalam menggunakan energi panas bumi adalah lingkungan hidup menjadi lebih bersih. Manfaatnya terutama terletak pada emisi CO2 yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Penggunaan minyak untuk menghasilkan panas yang disediakan oleh energi panas bumi untuk memanaskan rumah pada tahun 2008 telah menyebabkan emisi 2,1 Mt CO2 dan meningkatkan pelepasan antropogenik total CO2 dari sekitar 4,9 Mt pada tahun 2008 sampai 7,0 Mt. Dengan menggunakan energi panas bumi Islandia dapat mengurangi emisi karbon di udara. . Selain manfaat ekonomi dan lingkungan, pengembangan sumber daya panas bumi juga memiliki dampak yang diinginkan pada kehidupan sosial di Islandia. Pemanasan ruang yang lebih baik meningkatkan kenyamanan dan kesehatan masyarakat, dan pencairan salju di lingkungan rumah, tempat parkir, ruang publik, dan arena olahraga telah meningkatkan keamanan.



C. Potensi Energi di Islandia Islandia terletak di Samudra Atlantik, dekat dengan Lingkaran Arktik atau dapat pula dikatakan Islandia terletak di antara salah satu garis sesar utama bumi, punggungan MidAtlantic yang merupakan batas antara lempeng tektonik Amerika Utara dan Eurasia. Islandia adalah bagian anomali dari punggungan tempat persediaan mantel dalam dan menimbulkan titik panas dari produktivitas vulkanik yang sangat besar. Oleh karena itu Islandia memiliki 200 gunung api yang terletak di zona vulkanik aktif namun jarang menimbulkan kerusakan dan juga memiliki sumber air panas. Di zona vulkanik memiliki sekitar 20 daerah bersuhu tinggi yang mengandung medan uap dengan suhu di bawah tanah 12



mencapai 200 ° C dengan kedalaman 1000 m. Serta terdapat sekitar 250 area bersuhu rendah tidak lebih dari 150 ° C dengan maksimum kedalaman 1000 m di daerah yang mengapit zona aktif. Sehingga dari letak geografis, Islandia memiliki potensi akan sumber energi panas bumi yang juga merupakan program yang tengah dijalankan negara tersebut.



Gambar 1. Zona vulkanik dan area energi panas bumi Islandia



Sistem suhu rendah semuanya berada di luar zona vulkanik yang melewati Islandia (lihat Gambar 1). Sistem terbesar dari suhu rendah ini terletak di barat daya Islandia di sisi-sisi zona vulkanik barat, sementara sistem yang kecil lainnya dapat ditemukan di seluruh wilayah negara Islandia. Di permukaan, aktivitas dengan suhu rendah dimanifestasikan pada sumber air panas atau perebusan. Tingkat alir berkisar dari hampir nol sampai maksimum 180 liter per detik dari satu pegas. Suhu batuan di Islandia umumnya meningkat berdasarkan tingkat kedalaman. Di luar zona vulkanik, gradien suhu bervariasi dari sekitar 150 ° C / km di dekat garis tepi sampai sekitar 50 ° C / km lebih jauh dari garis tepi. Sifat aktivitas suhu rendah dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pengendapan, sebagian besar jatuh di dataran tinggi, meresap ke dasar hingga kedalaman 1-3 km. 2. Di kedalaman air dipanaskan oleh batu panas, kemudian naik ke arah permukaan karena kerapatan berkurang. 3. Air mengambil panas dari batuan dalam pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada konduksi di sekitarnya. Oleh karena itu, sistem ini diperkirakan tidak berlangsung lama atau bersifat sementara, sekitar beberapa ribu tahun saja.



13



Daerah bersuhu tinggi berada di dalam zona vulkanik aktif atau di dalam garis margin. Umumnya berada di dataran tinggi. Batuannya secara geologis sangat muda dan permeabel. Sebagai hasil topografi dan permeabilitas batuan dasar yang tinggi, air tanah di daerah bersuhu tinggi biasanya dalam, dan manifestasi permukaan sebagian besar adalah uap. Hidrogen sulfida yang ada dalam uap cenderung dioksidasi di permukaan oleh oksigen atmosfir, baik menjadi unsur belerang, yang diendapkan di sekitar pelepasan, atau menjadi asam sulfat, yang menyebabkan air asam mengubah tanah dan batuan dasar (bedrock). Titik didih air tergantung pada tekanan hidrostatik. Tekanan meingkat seiring dengan meningkatnya kedalaman suhu yang dibutuhkan agar air mendidih naik di sepanjang kurva yang disebut kurva titik didih. Suhu downhole tertinggi yang tercatat di Islandia adalah 386° C. Kebutuhan energi listrik dan energi lainnya di Islandia sebagian besar telah terpenuhi dengan energi terbarukan yaitu 70% energi hidro dan 30% dari energi panas bumi. Pemerintah Islandia menginginkan negaranya terbebas dari energi fosil, sehingga disaat energi fosil mengalami penyusutan tidak berdampak pada negara tersebut termasuk perekonomiannya. Pada tahun 1970, dunia pernah mengalami krisis minyak, dari situlah negara Islandia mengembangkan energi panas buminya. Di tahun 1980, krisis minyak berakhir sehingga negara-negara lain kembali beralih ke sumber daya alam tradisional, terutama minyak bumi sebagai bahan bakar utama. Namun Islandia tetap mengembangkan energi panas bumi sebagai sebuah energi utama untuk menunjang kebutuhan domestik terutama dalam pembangkit listrik. Penggunaan energi panas bumi di Islandia sangatlah sederhana, uap panas yang dihasilkan dari perut bumi dialirkan melalui pipa-pipa menuju ke turbin yang akan berputar dan menghasilkan listrik yang akan dialirkan ke rumah-rumah masyarakat di Islandia. Walaupun potensi cadangan energi panas bumi Islandia tidak banyak, namun Islandia memiliki perkembangan teknologi yang sudah maju dalam mengembangkan energi panas bumi sehingga mengundang negara-negara lain untuk bekerja sama yang dapat menguntungkan negara Islandia.



3.1 Cadangan Energi Panas Bumi Islandia Energi yang tersimpan saat ini diperkirakan sekitar 30 GW (1 GW = 109 W), dengan sekitar 24 GW berasal dari aliran magma dan 6 GW dari konduksi panas. Itu hanya ditinjau dari area di atas permukaan laut, sementara masih ada energi tambahan yang berada di dasar laut sekitar pulau Islandia yang melalui kerak bumi. Di area dekat permukaan arus energi terbagi antara; 7 GW dari aktivitas vulkanik, 8 GW dari aliran air dan uap di daerah panas bumi, dan 15 GW dari konduksi panas. Total energi yang tersimpan di kerak bumi Islandia dari permukaan sampai kedalaman 10 km berjumlah sekitar 12 x 1014 GJ. Dari permukaan sampai kedalaman 3 km energi yang tersimpan hanya sekitar 1 x 1014 GJ. Energi-energi ini hanya berasal langsung dari bawah negara Islandia, belum masuk potensi dari sekitaran pulau Islandia.



14



Gambar 2. Sketsa potensi dan cadangan energi panas bumi Islandia



3.2 Status Pengembangan Energi Energi panas bumi Islandia terus mengalami perkembangan, dari desa ke desa hingga ibukota negara Islandia yaitu Reykjavik. Energi panas bumi sangat penting perannya bagi masyarakat Islandia, yang dahulu penggunaannya hanya sebatas untuk mencuci dan mandi, namun saat ini telah dimanfaatkan dalam berbagai hal. Pada abad ke-20, panas bumi telah digunakan pada rumah kaca Islandia dan masyarakat mulai menggunakannya untuk pemanas ruangan dan kolam renang. Krisis minyak yang pernah terjadi ditahun 1970-an membuat pemerintah Islandia mengambil langkah untuk meneliti lebih lanjut dan mengembangkan energi panas buminya dan menekankan pengurangan impor minyak. Energi panas bumi Islandia juga telah digunakan untuk produksi listrik. Pembangkit listrik energi panas bumi pertama dibangun pada tahun 1969, saat ini telah ada 7 pembangkit listrik energi panas bumi yang dimiliki Islandia. Kapasitas yang terpasang di tahun 2011 adalah 663 Mwe. Pada tahun itu 40% pemanfaatan panas bumi di Islandia untuk produksi listrik. Sumber daya tersebut selanjutnya telah digunakan untuk pencairan salju, akuakultur, budidaya rumah kaca, pengeringan industri dan pembuatan produk perawatan kulit, garam dan metanol. Pada tahun 1940 pemerintah Islandia mendirikan sebuah instansi yang bergerak di bawah Kementerian Perindustrian dan Inovasi yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan umum tentang sumber daya panas bumi dan membuat pemanfaatan akan sumber daya ini menguntungkan bagi perekonomian nasional, yaitu The State Electricity Authority. Tetapi pada tahun 1967 di gantikan oleh The National Energy Authority (Orkustofnun). Tanggung jawab utama dari Orkustofnun adalah untuk memberi saran kepada Pemerintah Islandia mengenai masalah energi dan topik terkait, melisensikan dan memantau pengembangan dan eksploitasi sumber daya energi dan mineral, mengatur pengoperasian sistem transmisi dan distribusi listrik dan mempromosikan penelitian energi. 15



Kemajuan energi panas bumi Islandia tak lepas dari peran lembaga yang dimilikinya, ditambah adanya lembaga baru yaitu Iceland GeoSurvey. Mereka berusaha meratakan pelayanan energi panas bumi di setiap daerah. Pada tahun 1967, pemerintah Islandia telah menyiapkan Energy Fund yaitu dengan menggabungkan dana kelistrikan dan dana panas bumi agar energi panas bumi dapat terus meningkat dan berkembang. Selama beberapa tahun terakhir, dana tersebut telah memberikan banyak pinjaman kepada perusahaan untuk eksplorasi dan pengeboran panas bumi. Bila pengeboran tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan, pinjaman dikonversi menjadi hibah. Energy Fund dipegang oleh The National Energy Authority (Orkustofnun) sesuai dengan Undang-Undang Energi baru tahun 2003. Energi panas bumi merupakan penyumbang terbesar pembangkit listrik di Islandia yang perkembangannya relatif cepat selama beberapa tahun terakhir. Berikut adalah tabel daftar pembangkit listrik yang ada di Islandia.



Gambar 3. Pembangkit listrik energi panas bumi Islandia



16



Gambar 4. Pembangkit listrik energi panas bumi Islandia 1970-2013 Total kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi saat ini mencapai 663 Mwe. Total produksi pada 2013 adalah 5.245 GWh, yaitu 29& dari total produksi listrik di dalam negeri. Produksi pada tahun berikutnya diperkirakan akan sama dengan produksi di tahun 2013. Pembangkit listrik tenaga panas bumi tertua di Islandia berada di Bjarnaflag, yang mulai beroperasi pada tahun 1969. Turbin yang digunakan merupakan turbin bekas kilang gula yang diperbaharui. Uap yang digunakan saat itu yaitu uap dari sumur di lapangan panas bumi Namafjall di area danau Mývatn, Islandia Utara. Sumur tersebut sebelumnya digunakan untuk memasok panas untuk pengaplikasian industri, pemanasan distrik, dan spa panas bumi. Kemudian pada tahun 1985-1987 pembangkit tenaga panas bumi Bjarnaflag ditutup, karena aktivitas vulkanik di daerah tersebut. Kegiatan pengeboran panas bumi di Islandia bervariasi tiap tahunnya, seperti yang terlihat pada gambar 5, yaitu total kedalaman pengeboran sumur dari tahun 1970 sampai 2013. Puncak pengeboran terdalam ialah pada tahun 2008, namun pada akhir tahun tersebut terjadi krisis ekonomi yang melanda Islandia sehingga pada tahun 2009 perusahaan energi Islandia mengurangi aktivitas produksinya. Pengurangan aktivitas menyebabkan beberapa proyek tertunda sehingga yang tadinya pada tahun 2008 dilakukan pengeboran 28 sumur dengan temperatur tinggi menjadi tidak ada pengeboran suhu bertemperatur tinggi pada tahun 2014. Hal itu ikut mempengaruhi proyek luar negeri Islandia.



17



Gambar 5. Total kedalaman pengeboran sumur panas bumi Islandia tahun 1970-2013



Pemerintah Islandia memutuskan pada bulan April 2004 mengenai Official Development Assistance (ODA) sebagai proporsi Produk Domestik Bruto (PDB) yang harus meningkat dari 0,19% menjadi 0,35% pada tahun 2009. Pada tahun 2008, angka tersebut naik menjadi 0,43% namun menurun menjadi 0,35% pada 2009 karena pengurangan anggaran pemerintah. Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu pilar kerjasama pembangunan Islandia. Di dalam pilar tersebut, Islandia akan meningkatkan fokusnya pada pembangunan berkelanjutan, menekankan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya alam, terutama yang berkaitan dengan energi. Fokus kerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan energi panas bumi serta membantu negara-negara yang sumber panas buminya belum tereksplorasi dan mengembangkannya. The Icelandic International Development Agency (ICEIDA) adalah sebuah badan otonom di bawah Kementerian Luar Negeri yang ditetapkan oleh undang-undang untuk melaksanakan dan mengelola bantuan pembangunan bilateral yang diberikan oleh Islandia. Saat ini, ICEIDA terlibat dalam kerjasama pembangunan dengan delapan negara; Eritrea, Malawi, Mozambik, Namibia, Nikaragua, Sri Lanka dan Uganda, dan pulau-pulau Nevis dan Dominika di Hindia Barat. Di Uganda, ICEIDA mensponsori proyek panas bumi selama satu satu tahun, yang dimulai pada awal tahun 2004. Proyek ini untuk melanjutkan pekerjaan geofisika dan geologi sebelumnya yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam mengecek kelayakan dari tiga titik yang diperkirakan sebagai titik panas bumi di Uganda Barat. Karena hasil yang menjanjikan, proyek dilanjutkan dengan pemberian bantuan teknis sampai tahun 2008. Di Nikaragua, ICEIDA memulai persiapan pada tahun 2008 untuk proyek panas bumi yang bekerjasama dengan organisasi panas bumi di Islandia, seperti National Energy Authority, Iceland GeoSurvey, Program Pelatihan Geothermal UNU dan Kementerian Perindustrian Islandia. ICEIDA juga berpartisipasi dalam mempersiapkan proyek bersama dengan enam negara bagian di Afrika Timur. Proyek ini bekerja sama dengan Program Lingkungan PBB, Bank KfW di Jerman dan Global Environment Fund, bersama dengan perusahaan sponsor lain 18



yang terkait dengan penelitian dan penggunaan energi panas bumi di bagian utara Rift Afrika Timur (ARGeo). Dalam proyek ini Islandia GeoSurvey telah memprakarsai eksplorasi geofisika di Eritrea. Otoritas Energi Nasional membantu ICEIDA di kepulauan Nevis dan Dominika di Hindia Barat dalam merevisi undang-undang dan arahan untuk sumber daya alam negara tersebut. Teknologi terbarukan dan sumber bahan bakar masih dalam pengembangan dan belum semua mencapai potensi pasar massal dengan harga bersaing. Perekonomian dan mata uang Islandia masih pulih dari krisis perbankan di tahun 2008, yang mengakibatkan daya beli masyarakat semakin rendah. Infrastruktur baru membutuhkan waktu dalam hal membiayai, mengembangkan dan menggabungkannya ke dalam kerangka nasional. Meskipun target hasil akhirnya meningkatkan energi panas bumi secara signifikan, ketidakpastian utama adalah faktor waktu, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat perubahan. Oleh karena itu pemerintah Islandia akan bersikeras dalam mengintensifkan dan memfasilitasi program panas bumi seperti yang dapat dilihat dalam dokumen kebijakan dan program yang berlaku.



3.3 Kebijakan Energi Islandia Islandia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah. Sehingga kebijakan yang harus dibuat mengarah kepada pemanfaatan semaksimal mungkin akan sumber daya ini dan perkembangannya kedepannya. Dapat dikatakan kebijakan energi Islandia berhasil, karena hampir semua listrik dan pemanas ruang Islandia diperoleh dari sumber energi terbarukan, yaitu hidro dan energi geotermal. 70% penggunaan energi untuk umum dari energi terbarukan, dan 30% dari bahan bakar fosil. Energi fosil itupun hanya dipergunakan untuk kendaraan, kapal, dan beberapa keperluan industri. Pemerintah mendukung pemanfaatan langsung panas bumi dan pengembangannya dengan memberikan pinjaman berbunga rendah jangka panjang. Islandia juga mendirikan sistem edukasi untuk berbagi pengalaman pengembangan panas bumi dengan negara-negara berkembang melalui departemen panas bumi yaitu Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa.



Gambar 6. Produksi energi baru terbarukan untuk tenaga listrik di dunia



19



Konsumsi listrik di Islandia per kapita lebih dari 29 MWh/a, tertinggi di dunia. Oleh karena itu juga Islandia berusaha untuk lebih memprioritaskan penggunaan sumber energi terbarukan untuk mengurangi polusi global yang disebabkan oleh produksi energi dengan bahan bakar fosil. Hal ini menjadi faktor kebijakan kerja sama internasional Islandia, karena pemanfaatan energi terbarukan secara berkelanjutan merupakan faktor kunci dalam memastikan masa depan ekonomi dunia kedepannya. Energi terbarukan memang bersifat lokal, namun globalisasi ekonomi dunia telah menyebabkan internasionalisasi penggunaan energi. Produk energi yang dibuat di satu wilayah dikonsumsi di tempat lain, sehingga dibutuhkan kerja sama internasional. Islandia yang semakin maju dengan menjadikan energi baru terbarukan, seperti panas bumi sebagai posisi tawar dalam kerangka diplomasinya dengan negara-negara lain, seperti Indonesia. Hubungan bilateral Indonesia dan Islandia telah berlangsung sejak tahun 1983, dan untuk kerjasama di bidang panas bumi berlangsung pada tahun 2007. Ketertarikan Islandia untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang panas bumi merupakan salah satu upaya Islandia untuk memperkenalkan serta menerapkan penggunaan panas bumi sebagai pembangkit energi listrik yang telah dilakukannya dibeberapa negara seperti, Papua Nugini, Nikaragua, dan Mexico. Indonesia dipilih mengingat besarnya potensi panas bumi yang terdapat di Indonesia, yang dimana potensi panas bumi ini belum secara masif digunakan dan diberdayakan oleh pemerintah Indonesia itu sendiri. Metode diplomasi energi yang digunakan oleh Islandia merupakan salah satu fenomena hubungan internasional yang terjadi pada saat ini. 3.4 Kerangka Hukum Energi di Islandia Jika seseorang memiliki tanah yang di dalamnya terdapat sumber daya alam, maka hal itu tetap dikaitkan dengan kepemilikan tanah. Sementara jika tanah umum yang di dalamnya terdapat sumber daya maka itu menjadi milik negara Islandia. Meskipun kepemilikan sumber daya didasarkan pada kepemilikan tanah, penelitian dan pemanfaatan tunduk pada perizinan sesuai dengan Undang-Undang tentang Survei dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, No. 57/1998 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan No. 65/2003. Survei, pemanfaatan dan pengembangan lainnya sesuai dengan Undang-Undang ini juga tunduk pada Undang-Undang Konservasi Alam, Undang-Undang Perencanaan dan Bangunan dan tindakan lain yang berkaitan dengan survei dan pemanfaatan tapak dan lahan. Undang-Undang tentang Survei dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, No. 57/1998, mencakup sumber daya di dalam tanah, di dasar sungai dan danau dan di dasar laut dalam batas jaring. Undang-undang tersebut juga mencakup survei tenaga air untuk pembangkit listrik. Istilah sumber daya berlaku untuk unsur, senyawa dan energi apapun yang dapat diekstraksi dari Bumi, baik dalam bentuk padat, cair atau gas, terlepas dari suhu di mana mereka ditemukan. Menurut Undang-Undang, Menteri Perindustrian diijinkan untuk mengambil inisiatif dan / atau memberikan instruksi tentang survei dan pencarian sumber daya di lapangan di manapun di negara Islandia. Dengan cara yang sama, Menteri Perindustrian Islandia mengizinkan orang atau perusahaan lain untuk 20



melakukan survei atau prospek, dalam hal ini sebuah lisensi prospeksi diberikan kepada mereka. Lisensi prospeksi memberi hak untuk mencari sumber daya yang menjadi maksud tujuan pengeksplorasian dalam area tertentu selama jangka waktu lisensi, cakupan survei, jumlah dan hasil potensial dan untuk mengamati hal-hal lain yang tercantum dalam Undangundang dan apapun yang dianggap perlu. Pemanfaatan sumber daya di dalam tanah tunduk pada lisensi dari Menteri Perindustrian, Energi dan Pariwisata, baik itu menyangkut penggunaan lahan pribadi atau lahan publik, dengan pengecualian yang diatur dalam Undang-undang tersebut. Seorang pemilik tanah tidak memiliki prioritas terhadap lisensi pemanfaatan sumber daya di tanahnya, kecuali pemilik sebelumnya telah mengeluarkan izin prospeksi. Izin pelepasan izin pemegang lisensi untuk mengekstrak dan menggunakan sumber yang bersangkutan selama masa lisensi sampai pada batas dan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang tersebut serta dianggap perlu. Sebelum pemegang lisensi pemanfaatan mulai melakukan ekstraksi di lahan pribadi, pemegang harus mencapai kesepakatan dengan pemilik lahan atas kompensasi sumber daya atau mendapatkan izin untuk pengambilalihan dan penilaian permintaan. Dalam hal ini jika tidak ada kesepakatan yang dibuat mengenai kompensasi atau pengambilalihan dalam waktu 60 hari setelah tanggal penerbitan lisensi pemanfaatan, maka lisensi tersebut dibatalkan. Hal yang sama berlaku jika penggunaan berdasarkan lisensi belum dimulai dalam waktu tiga tahun sejak dikeluarkannya lisensi. Hal ini juga berlaku untuk pemanfaatan sumber daya di dalam lahan publik. Menteri Perindustrian, Energi dan Pariwisata dapat mencabut izin di atas jika kondisinya tidak terpenuhi. Jika pemegang lisensi tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam lisensi atau kontrak yang berkaitan dengan lisensi tersebut, Menteri harus mengeluarkan peringatan tertulis dan memberikan batasan waktu untuk pengambilan keputusan. Jika pemegang lisensi tidak mematuhi peringatan tersebut, maka lisensi tersebut harus dicabut. Menurut Undang-Undang Ketenagalistrikan No. 65/2003, izin yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian, Energi dan Pariwisata diminta untuk membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik. Namun, lisensi semacam itu tidak diperlukan untuk pembangkit listrik dengan kapasitas pengenal di bawah 1 MW, kecuali jika energi yang dihasilkan dikirim ke sistem distribusi atau ke dalam jaringan transmisi nasional. Pemilik pembangkit listrik dengan kapasitas pengenal 30-1.000 kW harus menyerahkan rincian teknis pabrik tersebut ke Otoritas Energi Nasional. Juga, Otoritas Energi Nasional harus diberitahu setiap tahun tentang total pembangkit listrik dengan kapasitas pengenal lebih dari 100 kW. Otoritas Energi Nasional bertanggung jawab untuk memantau daerah prospeksi atau ekstraksi mineral dan daerah panas bumi, serta untuk mengatur kepatuhan perusahaan yang beroperasi dengan izin yang dikeluarkan. Otoritas Energi Nasional akan melapor kepada Menteri Perindustrian, Energi dan Pariwisata mengenai pelaksanaan eksplorasi, pencarian dan ekstraksi sesuai dengan instruksi lebih lanjut yang dikeluarkan oleh Menteri. Perlindungan dan pemantauan area prospeksi dan ekstraksi juga tunduk pada Undang-Undang Konservasi



21



Alam. Tiga amandemen utama baru-baru ini dilakukan pada kerangka kerja energi legal di Islandia: 1. Kepemilikan sumber daya tidak dapat lagi dijual oleh negara atau daerah meskipun hak pemanfaatan dapat disewakan kepada pengembang hingga 65 tahun dengan kemungkinan perpanjangan. Royalti untuk pemanfaatan ditentukan oleh Perdana Menteri. 2. Produsen listrik bersaing di pasar terbuka di Islandia. Oleh karena itu pembangkit listrik CHP diwajibkan untuk menyimpan rekening terpisah untuk produksi panas dan listrik untuk mencegah subsidi silang listrik. 3. Otoritas Energi Nasional dapat memberikan lisensi atas nama Menteri Perindustrian, Energi dan Pariwisata, menurut Undang-undang. No. 57/1998 dan UU No. No. 65/2003, terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2008.



D. Tantangan Pengembangan Energi di Islandia Kemajuan penggunaan panas bumi di Islandia tidak berarti semua aspek akan mendukung kemajuan pengembangan energy tersebut. Adapula beberapa hambatan yang mungkin akan memperlambat pengembangan energy panas bumi di Islandia. Beberapa kendala atau hambatan tersebut antara lain : 1. Kondisi sungai dan danau yang tercemar mengontaminasi panas bumi. Beberapa area panas bumi di Islandia berdekatan dengan sungai dan danau. Sungai dan danau yang terkontaminasi zat kimia berbahaya seperti H2, H2S, S, N2, NH3, Rn dan B dari pabrik dikhawatirkan akan mengontaminasi area panas bumi tersebut. Maka dari itu, pemerintah dituntut untuk membangun sumur penampungan limbah agar pabrik tidak membuang zat-zat kimia hasil industry ke sungan atau danau.



2. Eksploitasi panas bumi menyebabkan tanah yang asam, sehingga menyebabkan ketidaksuburan tanah. Eksploitasi panas bumi di Islandia akan menemui titik sulit apabila beberapa lapisan masyarakat di bidang pertanian atau para pemerhati lingkungan merasa keberatan dengan dampak keasaman tanah yang meningkat akibat eksploitasi panas bumi. Tanah yang memiliki kadar keasaman tinggi tidak dapat digunakan untuk menanam tanaman apapun, sehingga tanah disekitar area panas bumi akan gersang dan tidak bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.



3. Membutuhkan teknologi baru yang efektif untuk menaikkan produksi panas bumi secara nasional yang saat ini sebesar 30% penggunaan enegi nasional dan menjadikan panas bumi sebagai energy utama di dalam negeri Islandia, sehingga penggunaan energy air yang saat ini mendominasi sebesar 72 % bisa dialihkan untuk tujuan ekspor. Teknologi yang cepat dan efektif dibutuhkan Islandia untuk mengeksploitasi dan menggali potensi panas bumi. Tentunya teknologi yang efektif membutuhkan modal yang sangat 22



besar, sehingga apabila hanya pemerintah yang menanggung, akan terbengkalainya aspek pembangunan lain yang harus dipenuhi pemerintah. Sejak tahun 1967, modal dan keuangan untuk energy listrik dan panas bumi diatur oleh pemerintah. Namun, beberapa dekade lalu pemerintah harus menambah modal dari hutang, namun baru-baru ini telah dipindah tanggung jawabnya kepada National Energy Authority di Islandia berdasarkan peraturan tentang energy di Negara tersebut pada tahun 2003.



4. Membutuhkan lebih banyak teknisi, akademika, pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap perkembangan eksploitasi panas bumi Islandia. Untuk mengembangkan produksi panas bumi di Islandia, dibutuhkan ahli untuk mengoperasikan alat-alat dan membuat bagian-bagian produksi berjalan lebih efektif dari masa ke masa. Tentunya, Islandia menginginkan warna negaranya sendirilah yang menjadi ahli terknologi tersebut, agar bisa berkontribusi sungguh-sungguh dan memiliki kewajiban mengabdi pada Negara. Untuk itu, Negara Islandia telah menyediakan beberapa sekolah khusus ataupun instansi dan sejenisnya untuk menyiapkan ahli terknologi di bidang panas bumi, yaitu :



a. Iceland GeoSurvey (ÍSOR) Merupakan institut penelitian yang akan menyelesaikan segala permasalahan dalam penelitian terknologi dan jasa dalam bidang industri panas bumi. Insitut ini beranggotakan 90 orang yang telah lulus sebagai ahli dalam bidang panas bumi, berpengalaman dan mendapatkan pelatihan. Eksplorasi dan panas bumi memerlukan ahli dibidang geologi, geofisika, geokimia, fisika reservoir, dan teknik-teknik lainnya. Beberapa bidang jasa yang dilakukan institute ini adalah memetakan lokasi panas bumi, hidrologi, eksplorasi geofisis, eksplorasi dalam laut, korosi dan deposisi, kaitan eksplorasi pada lingkkungan, pengeboran, desain sumur, tes dan simulasi, injeksi sumur, menejemen pabrik, pengolahan panas bumi, dll.



b. The Geothermal Training Programme of the United Nations University (UNU-GTP) Memiliki program 6 bulan pelatihan khisus, pembelajaran, dan penelitian mengenai keseluruhan tentang ilmu dan teknologi panas bumi. Pesertanya adalah seluruh lulusan yang ahli di bidang panas bumi. Fasilita yang ada sangat lengkap, terutama yang paling diunggulkan adalah perpustakaan yang memiliki 19000 buku, 60 jurnal cetak, dan lebih dari 14000 jurnal dari akses internet mengenail panas bumi dan tenaga hidro/air.



c. The School for Renewable Energy Science (RES) Since 2007 RES memiliki program intensif untuk penelitian energy terbarukan selama satu tahun program graduate. Program ini juga bekerjasama dengan University of Iceland and University of Akureyri dan beberapa universitas teknik di seluruh dunia. Pada tahun 23



2009, sekolah ini memeiliki 4 bidang utama dalam pembelajaran, yaitu Geothermal Energy (energi panas bumi), Fuel Cell Systems & Hydrogen (sistem energi panas matahai dan hydrogen), Biofuels & Bioenergy, and Energy Systems & Policies (system energy dan kebijakannya).



d. Reykjavik Energy Graduate School of Sustainable Systems (REYST) Sejak 2008 REYST telah menyediakan program kelulusan berkala internasional dalam bagian teknik, ilmu alam, dan bisnis. Program khusus dalam sekolah ini adalah fokus pada penggunaan energy terbarukan, keahlian kerja lapangan, dan berbagai sumber ahli-ahli dari berbagai Negara.



24



BAB III PENUTUP Kesimpulan Kebutuhan akan energi di dunia hingga kini masih sangat besar, salah satu penggunaan dan kebutuhan yang paling utama yaitu energi fosil, seperti minyak dan gas bumi. Namun, seiring perkembangan teknologi, wawasan ilmu pengetahuan, dan pertambahan waktu, manusia mulai menyadari akan terbatasnya ketersediaan energi fosil di bumi, dikarenakan energi fosil merupakan energi tak terbarukan, yang mana akan habis bila terus menerus digunakan, maka dari itu, manusia mulai mencari energi terbarukan yang mana tidak akan pernah habis bila terus digunakan, slah satunya yaitu Energi Panas Bumi. Energi Panas Bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Penggunaan energi panas bumi seperti penghangat ruangan, uap air, dan pembangkit listrik. Manfaat dari panas bumi pun beragam, salah satunya yaitu ramah lingkungan. Negara yang saat ini menjadikan energi panas bumi sebagai sumber energi utama mereka yaitu negara Islandia. Negara Islandia dijuluki sebagai negara es namun potensi akan panas buminya tinggi dikarenakan latar belakang geologinya yang menyebabkan banyaknya gunung api aktif di negara tersebut. Kemajuan penggunaan panas bumi di Islandia tidak berarti semua aspek akan mendukung kemajuan pengembangan energy tersebut. Adapula beberapa hambatan yang mungkin akan memperlambat pengembangan energy panas bumi di Islandia. Seperti kondisi sungai dan danau yang tercemar mengontaminasi panas bumi, eksploitasi panas bumi menyebabkan tanah yang asam, sehingga menyebabkan ketidaksuburan tanah, membutuhkan teknologi baru yang efektif untuk menaikkan produksi panas bumi, dan membutuhkan lebih banyak teknisi, akademika, pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap perkembangan eksploitasi panas bumi Islandia Pemerintah Islandia hingga saat ini masih terus berupaya untuk mengembangkan energi panas bumi dengan menerapkan berbagai kebijakan di negaranya.



25



DAFTAR PUSTAKA Fridleifsson, I. B.: Geothermal Energy amongst the World’s Energy Sources. Proceedings, World Geothermal Congress 2005, Antalya, Turkey, 24–29 April 2005. (www.os/wgc2005.is) 17 September 2017 Arnorsson, S.: Geothermal Systems in Iceland: Structure and Conceptual Models – II. Low – Temperature Areas. Geothermics, 24, 603–629, 1995. – 17 September 2017



Gunnarsson, B.: New International Geothermal M.Sc. Program in Iceland. Proceedings of the World Geothermal Congress 2010, Bali, Indonesia, April 2010. – 20 September Energi Panas Bumi (www.wikipedia.org) – 19 September 2017 Sekilas Tentang Panas Bumi (www.geothermal.itb.ac.id) – 23 September 2017 Orkustofnun. “Geothermal Development and Research in Iceland” (http://www.nea.is) - 14 September 2017 Orkustofnun. “The Resource of Geothermal” (www.nea.is/geothermal/the-resource/) - 29 September 2017 Árni Ragnarsson. “Geothermal Development in Iceland 2010-2014” (https://www.geothermalenergy.org) - 29 September 2017 The United Nations. “National Reporting Guidelines for CSD-14/15 Thematic Areas” (http://www.un.org) - 29 September 2017 Budiaf Syukur, Muhammad. “Kerjasama Indonesia – Islandia dalam Pengembangan Energi Panas Bumi (Geothermal)”( http://repository.unhas.ac.id) - 14 September 2017 Kranz, Kathrin. “Geothermal Energy in Iceland” (http://www.geo.tu-freiberg.de) - 14 September 2017



26