Etika Profesi (Fisioterapi) [PDF]

  • Author / Uploaded
  • FARIS
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE (ECE) MODUL KOMUNIKASI PROFESIONAL



DISUSUN OLEH



MUHAMMAD FARIS N



(1610301237)



PRODI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017



HALAMAN PENGESAHAN



LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE ( ECE ) MODUL KOMUNIKASI PROFESIONAL



Disusun Oleh Muhammad Faris N



(1610301237)



Telah di setujui pada tanggal :



Koordinator ECE Semester 1 Reguler



Dosen Pembimbing ECE



Ummy Aisyah N, S.St.Ft



Tyas



Mengetahui : Ketua Prodi S1 Fisioterapi



Siti Khotimah, S.St.Ft., M.Fis



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas selesaiNya Laporan EARLY CLINICAL EXPOSURE ini. Makalah ini telah kami buat dengan maksimal bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelsaian makalah ini. Terlepas dari semua ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dari laporan kami dari segi kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembacanya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.



Yogyakarta, Februari 2017



Penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2 C. Tujuan ................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 A. Sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi fisioterapi............... 3 B. Komunikasi trapeutik fisioterapi ....................................................... 3 C. Dasar-dasar komunikasi dalam proses komunikasi profesional ........ 5 D. Saluran komunikasi dan jenis-jenis komunikasi ............................... 6 E. Teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKO-SBAR) . 11 F. Berbagai hambatan dalam komunikasi dan solusi untuk menyelesaikannya ................................................................................... 12 BAB III PENUTUP ............................................................................................ 17 A. Kesimpulan ........................................................................................ 17 B. Saran ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... DOKUMENTASI



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang dibagi kepada orang lain. Berkomunikasi berarti membantu menyampaikan pesan untuk kemudian diketahui dan pahami bersama. Pesan dalam komunikasi digunakan dalam memilih dan pengambilan keputusan. Komunikasi bersifat fundamental dalam kehidupan sehari-hari karena kita tidak dapat hidup tanpa berkomunikasi. Berkomunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari sumber pesan (komunikator) kepada satu atau lebih penerima pesan (khalayak) dengan menggunakan seperangkat aturan atau cara tertentu. Pada tingkat yang paling sederhana, komunikasi memerlukan unsur pengirim pesan, pesan, penerima, dan media komunikasi. Namun, setiap peristiwa komunikasi yang kompleks, pengirim pesan juga berfungsi sebagai penerima pesan, dan pesan lain yang berbeda dikirim melalui media yang berbeda. (Ganjar, 2009: v-4) Komunikasi bersifat sosial dalam masyarakat sehari-hari sering berlangsung secara verbal, berlangsung secara langsung yaitu melalui percakapan dan atau bahasa tertulis, tetapi komunikasi nonverbal juga memainkan peran penting dalam komunikasi sehari-hari. Komunikasi nonverbal meliputi, ekspresi muka, bahasa tubuh atau gerak gerik, postur tubuh samai kepada pakaian yanh digunakan berkonstribusi terhadap pesan yang



diterima.



Komunikasi



berlansung



secara



terus



menerus



dan



berkesinambungan, sengaja atau tidak sengaja tentang berbagai hal, misalnya, mengutarakan persepsi, pendapat, perasaan, identitas diri kepada orang lain. Diam atau tidak melakukan apa-apa pun adalah komunikasi. Tidak tersenyum atau tertawa memiliki pesan yang sama pada saat tersenyum atau tertawa di waktu yang tepat karena setiap situasi pengalaman seseorang percaya padaa suatu hal akan tetapi nada suara, ekspresi atau bahasa tubuh menunjukkan pada mereka percaya pada sesuatu yang lainnya.



Komunikasi melibatkan hubungan antar manusia dan mengharuskan memiliki peserta komunikasi dan persamaan pemahaman. Persamaan bahasa dan gerak tubuh adalah sarana utama yang orang mempengaruhi orang lain. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah, hal ini diintegrasikan pada Early Clinical Exposure (ECE) yang di lakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping. ECE diberikan untuk mempersiapkan mahasiswa agar dapat melakukan dan mengetahui prinsipprinsip dalam praktik klinis dan merangsang mahasiswa untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis mereka untuk memecahkan masalah. Early Clinical Exposure ini telah diberikan semenjak pendidikan akademik dalam bentuk praktik klinis. maka komunikasi dengan ECE saling berhubungan karena tanpa komunikasi profesional yang baik ECE tidak bisa berlangsung, begitu juga sebaliknya. Di dalam kita sebagai tenaga medis kesehatan selalu melakukan komunikasi dengan petugas kesehatan yang lain dan juga dengan pasien.



B. Rumusan Masalah a. Bagaimana sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi fisioterapi? b. Bagaimana komunikasi trapeutik fisioterapi? c. Apakah dasar-dasar komunikasi dalam proses komunikasi profesional? d. Apakah saluran komunikasi dan jenis-jenis komunikasi? e. Bagaimana teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKOSBAR)? f. Apakah hambatan dalam komunikasi dan solusi untuk menyelesaikannya?



C. Tujuan a. Mengetahui sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi fisioterapi? b. Mengetahui komunikasi trapeutik fisioterapi? c. Mengertahui



dasar-dasar



komunikasi



dalam



proses



profesional? d. Mengetahui saluran komunikasi dan jenis-jenis komunikasi?



komunikasi



e. Mengetahui teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKOSBAR)? f. Mengetahui



hambatan



menyelesaikannya?



dalam



komunikasi



dan



solusi



untuk



BAB II PEMBAHASAN



A. Sikap Caring Dalam Setiap Tindakan Komunikasi Fisioterapi Caring merupakan bahasa Inggris, pengertian caring menurut bahasa Indonesia adalah peduli. Menurut kamus besar bahasa Indonesia peduli adalah sikap mengindahkan, menghiraukan, memprihatikan sesuatu yang terjadi kepada orang lain. Swanson menjelaskan caring didefinisikan sebagai sebuah cara untuk menghubungkan nilai-nilai lain berdasarkan perasaan seseorang yang berkomitmen dan tanggung jawab. Kata kunci dari definisi tersebut adalah seorang fisioterapis harus memberikan pelayanan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitmen dan tanggung jawab. Caring dalam fisioterapi sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan fisioterapis melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien. Aktivitas tersebut meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Misalnya saat fisioterapis melakukan tindakan fisioterapi ke pasien, fisioterapis akan berkomunikasi kepada pasien, komunikasi yang di selingi dengan humor dapat membuat pasien tidak merasa canggung dan lebih terbuka, sehingga pasien tidak tegang ataupun khawatir pada saat terapi berlangsung.



B. Komunikasi Trapeutik Fisioterapi Komunikasi therapeutik adalah komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam pencapai tingkat kesehatan yang optimal. Komunikasi fisioterapi therapeutik adalah kemampuan atua keterampilan fisioterapi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. (Notoatmojo, 2008). Tujuan komunikasi therapeutik adalah : 1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.



2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan akan saling bergantung dengan orang lain. 3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. 4. Identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.



Prinsip komunikasi therapeutik yaitu : 1. Hubungan fisioterapi dengan klien adalah hubungan therapeutik yang saling menguntungkan. 2. Fisioterapi harus menghargai keunikan klien. 3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menajga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini fisioterapi harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klient. 4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust). Menurut



Machofed.



(2009)



terdapat



sebuah



sikap



atau



cara



menghadirkan diri secara fisik, yaitu : 1. Berhadapan, artinya menghadap klien, dengan jujur dan terbuka yaitu sikap tubuh dan wajar menghadap ke klien. 2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata menunjukkan bahwa perawat mendengar dan memperhatikan klien. Kontak mata pada level yang sama atau sejajar berarti menghargai klien dan mengatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. 3. Membungkuk ke arah pasien. Posisi ini menunjukkan bahwa perawat merespons dan perhatian terhadap klien, dan menunjukkan keinginan untuk membantu klien. 4. Mempertahankan sikap terbuka. 5. Tetap rileks. Tahapan komunikasi therapeutik :



1. Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan ini fisioterapi menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga fisioterapimencari informasi tentang klien. 2. Tahap Perkenalan. Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan fisioterapi saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. 3. Tahap Kerja. Pada tahap ini fisioterapi dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap ini dituntut kemampuan fisioterapi dalam mendorong klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya, dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi. Dalam tahap kerja fisioterapi perlu melakukan Active Listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan



masalah



klien,



fisioterapi



diharapkan



mampu



menyimpulkan percakapannya dengan klien. 4. Tahap Terminasi. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan fisioterapi klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Strategi menanggapi respon klien : 1.



Bertanya merupakan teknik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.



2.



Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi therapeutik.



3.



Mengulang yaitu kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh klien.



4.



Klasifikasi adalah meyakinkan kembali ide-ide pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.



5.



Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kembali klien.



6.



Memberi informasi.



7.



Menyimpulkan



8.



Mengubah cara pandang



9.



Eksporasi



10. Membagi persepsi



11. Mengidentifikasi tema 12. Humor 13. Memberi pujian



C. Dasar-dasar Komunikasi Dalam Proses Komunikasi Profesional Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama : pengirim pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Berikut ini adalah pembahasan atas masing-masing unsur tersebut (Hamid, 2011) : 1. Pengirim pesan : komunikator Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi, disebut juga komunikator. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Karena itu, komunikator kita definisikan sebagai manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari (a) satu orang, (b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang, serta (c) massa. Apabila lebih dari satu orang - yakni banyak orang - di mana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan banyak orang ini kita sebut kelompok kecil. Apabila lebih dari satu orang - atau banyak orang - relatif tidak saling kenal secara pribadi dan karenanya ikatan emosionalnya kurang kuat, maka kita sebut sebagai kelompok besar ataupublik. Namun, apabila banyak orang - atau lebih dari satu orang ini - memiliki tujuan yang sama dan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat pembagian kerja di antara para anggotanya, maka wadah kerjasama yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang ini lazim kita sebut organisasi. 2. Penerima pesan : komunikan



Komunikan didefinisikan sebagai manusia berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antarpribadi, peran komunikator dan komunikan bersif at dinamis, saling berganti. Dalam komunikasi yang dinamis, peran ini saling dipertukarkan. Karena itu, uraian tentang komunikator juga berlaku pada unsur komunikan, bahwa komunikan dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, termasuk dalam wujud organisasi), dan massa. 3. Pesan Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasiberupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Suara, mimik, dan gerak gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal. Awalnya manusia berkomunikasi hanya dengan mimik dan gerak gerik serta suara yang relatif tanpa makna, kecuali untuk mempertegas mimik dan gerak gerik. Pesan disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasi: apa yang ia pikir dan rasakan. Karena itu, pesan didefinisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya.



D. Saluran Komunikasi dan Jenis-jenis Komunikasi 1. Saluran Komunikasi a) Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dari suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back).



Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai,



dan



saling



mengembangkan



kualitas.



Hubungan



interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan



dan



kerjasama



antara



berbagai



pihak.



Komunikasi



interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. b) Media Komunikasi  Teori media komunikasi Produksi media merespons terhadap perkembangan sosial dan budaya dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan tersebut. Adanya jenis media tertentu seperti televisi mempengaruhi bagaimana kita berpikir tentang dan merespon pada dunia. Sementara media bekerja dalam berbagai cara untuk segmen-segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak semuanya terpengaruh, tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media.  Media komunikasi Media yang dimaksud di sini adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk jamak dari medium. Medium komunikasi kita artikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alatperantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. Dalam komunikasi tatap muka, saluran atau jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya adalah gelombang cahaya atau gelombang suara (Fitiani,2011).



Dengan pengertian media di atas,yaitu alat perantara yang sengaja



dipilih



komunikator



untuk



menghantarkan



pesan



komunikator agar sampai ke komunikannya, maka gelombang cahaya dan gelombang suara tidak termasuk media komunikasi, melainkan alternatif saluran komunikasi, karena manusia tidak melakukan pemilihan dengan sengaja atas gelombang cahaya dan suara. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan atas (Jufri. 2013) :  Media massa Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibedakan atas media massa periodik dan media massa nonperiodik. Periodik berarti terbit teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan atas yang elektronik (radio, TV) dan nonelektronik atau cetak (surat kabar, majalah). Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual, tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaannya. Untuk itu, media massa nonperiodik dapat dibedakan atas manusia (juru kampanye atau sales promotion girl) dan benda (poster, spanduk, leaflet).  Nonmedia massa Dilihat dari sifatnya, dapat dibedakan atas nonmedia massa manusia (kurir pembawa pesan) dan nonmedia massa benda. Nonmedia massa benda dapat dibedakanatas yang elektronik (telepon, faks) dan yang nonelektronik (surat). Perkembangan teknologi komunikasi terkini, yakni teknologi komputer dengan internetnya, melahirkan media yang bersifat multimedia. Dikatakan multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya. Di internet kita dapat menemukan surat elektronik, i-phone (telepon internet), surat kabar/majalah



elektronik, radio internet, TV internet, bahkan kegiatan tatap muka melalui internet (video conference). Kembali pada komunikasi langsung tatap muka. Pada dasarnya, yang dilakukan adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi tatap muka ini bentuknya



bermacam-macam,



mulai



dari



perbincangan,



wawancara, konseling, rapat, seminar, lokakarya, hingga pameran di mana target komunikan (calonkonsumen) dapat berbincang langsung tatap muka dengan wakil dari perusahaan guna membicarakanproduk



yang



dipamerkan.



Gambar



berikut



mengurai berbagai bentuk media dan saluran komunikasi yang kita singgung di atas.



c) Saluran Lokal dan Kosmolit Saluran interpersonal menurut Efendi (2009) adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan penerima) antara dua orang atau lebih. Misalnya rapat atau pertemuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut, dsb. Sedangkan saluran media massa adalah alat-alat penyampai pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batasan waktu dan ruang. Misalnya radio, televisi, film, surat kabar, buku, dsb. Saluran antar pribadi disebut saluran lokalit apabila kontak-kontak langsung itu sebatas daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit. Sebaliknya saluran media massa dapat dipastikan bersifat kosmopolit. Hasil penelitian Rogers dan Beal (2007) berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:  Saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi.



 Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.  Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).  Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). Pembedaan sifat tersebut tentu saja masih dapat diperhalus lagi, misalnya antara bentuk media massa satu dengan media massa lain mungkin ada sifat-sifat yang berbeda; radio memiliki keampuhan tersendiri yang berbeda dengan yang dimiliki oleh media majalah, atau televise dalam penyampaian pesan-pesan kepada penerima. Begitu pula halnya dengan saluran interpersonal. Dengan memperhatikan perbedaan sifat itu, jika seseorang ingin berhasil dalamkomunikasinya maka ia harus dapat memilih saluran yang tepat yang sesuai dengan tujuan komunikasi, konteks pesan dan siapa penerimanya. 2. Jenis-jenis Komunikasi Dr.Arni Muhammad (2009:4), membagi komunikasi ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut : a) Komunikasi verbal Komunikasi verbal bentuk yang paling umum digunakan dalam organisasi. Oleh karena itu penting bagi seseorang pemimpin untuk mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi verbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunankan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis. Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus



dari



manusia.



Tidak



ada



makhluk



lain



yang



dapat



menyampaikan bermacam- macam arti melalui kata- kata. Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif sangat penting, karena



dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai tujuan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tertulis. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tertulis apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam simbol- simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bias dibaca, kemudian dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan. Didalam organisasi, terdapat bermacam-macam tipe dari komunikasi lisan seperti: instruksi, penjelasan, laporan lisan, pembicaraan untuk mendapatkan persetujuan kebijaksanaan, memajukan penjualan dan menghargai orang lain dalam organisasi. Sedangkan dalam komunikasi tertulis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti penampilan komunikasi dan pemilihan katakata yang digunakan. b) Komunikasi nonverbal Komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal karena keduanya itu saling bekerja sama dalam proses komunikasi. Dengan adanya komunikasi nonverbal dapat memberikan penekanan, pengulangan, melengkapi dan mengganti komunikasi verbal, sehingga lebih mudah ditafsirkan maksudnya. yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbalorang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah, nada atau kecepatan berbicara.



Tanda-tanda



komunikasi



nonverbal



belumlah



dapat



diidentifikasikan seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara seseorang duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap gerakan yang seseorang buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologis seseorang. Arti dari sebuah komunikasi verbal dapat diperoleh melalui hubungan komunikasi verbal dan nonverbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. Komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal.



E. Teknik Komunikasi Dalam Praktik Komunikasi (CABAKO-SBAR) 1. CABAKO Dalam bekomunikasi di rumah sakit,petugas dan tenaga medis harus melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan



catat



,baca



kembali,dan



konfirmasi



ulang



(CABAKO)



yaitu(Robbin, 2006). :  Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang di gunakan, intonasi kekeuatan suara (Tidak besar dan tidak kecil), jelas singkat dan padat.  Penerima pesan mencatat pesan tersebut (CATAT). Untuk menghindari adanya pesan yang terlewatmaka penerima pesan harus mencatat pesan yang diberikan secara jelas.  Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan (BACA) setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik



 Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada pemberi pesan (KONFIRMASI)



2. SBAR Dalam memberikan layanan di sarana kesehatan, antar pemberi layanan melakukan komunikasi dengan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara Fisioterapis dengan dengan tenaga kesehatan lainnya. Dengan komunikasi SBAR ini maka FISIOTERAPIS dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur(Oktaviani, 2013). Empat (4) unsur SBAR  Situation Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien misalnya : Penurunan tekanan darah, gangguan irama jantung, dll.  Background Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya keluhan klinis misalnya : riwayat alergi, obatobatan, hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan penunjang dll.  Assesment Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu di antisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk.  Recommendation Merupakan usaha sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini. Misalnya : Menghubungi Fisioterapis, mengarahkan pasien untuk melakukan pemerikasaan penunjang dll.



F. Hambatan Dalam Komunikasi dan Solusi Untuk Menyelesaikannya



Pesan yang disampaiakan komunikan kepada komunikator bisa jadi tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hasil A misalnya dari yang diharapkan dari sebuah proses komunikasi bisa jadi hasilnya adalah B. Untuk itu seseorang yang ingin berkomunikasi dan menginginkan hasil sesuai dengan yang diharapkan harus mempertimbangkan kemungkinan munculnya berbagai hamabatan. Hambatan itu bisa berupa gangguan dan rintangan, di antaranya adalah adalah (Ayubi, 2010):



1. Gangguan Teknis Ganggun ini lebih terjadi akibat tidak siapnya atau tidak normalnya alat, media atau teknologi. Gangguan gelombang, tidak pasnya volume suara, gema suatu ruangan atau bahkan gambar yang kabur dan tulisan yang terlalu kecil dsb. Untuk mengatasi ini maka perlu dipersiapkan alat komunikasi atau media yang sesuai dengan luas tempat, out door atau in door dan bahkan cuaca dan jarak pandang. Gangguan teknis bisa menyebabkan proses komunikasi tidak berjalan dengan tidak nyaman. 2. Gangguan Semantik Gangguan Semantik adalah gangguan yang berasal dari penggunaan bahasa yang tidak tepat. Hal ini bisa terjadi karena:  Perbedaan bahasa  Perbedaan persepsi  Penggunaan istilaha yang berlebihan  Ketidak mampuan dalam memilih kata atau kalimat yang tepat. 3. Gangguan Psikologis Ganguan Psikologis adalah adalah situasi dan kondisi psikis dan psikologis yang dialami oleh komunikan maupun komunikator. Rasa tegang, takut, gugup, nervous dan sebagainya bisa menyebakan munculnya hasil yang tidak diharapkan dari proses komunikasi. 4. Rintangan Fisik



Rintangan Fisik dapat berupa hambatan jarak komunikasi, misalnya jarak yang terlalu jauh, lokasi luar kota, luar pulau. Atau bahkan kurangnya fungsi alat komunikasi (tuli dan sengau). 5. Rintangan Status Perbedaan status antara komunikan dan komunikator seringkali menjadihambtan yang dapat mengurangi pencapain tujuan komunikasi. Misalnya seorang karyawan yang harus memberi kuliah didepan para direktur. 6. Rintangan Budaya Perbedaan Budaya (nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor lain yang juga bisa menghambat tercapainya tujuan komunikasi. Budaya yang dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap nilai,norma, kebiasaan dan adat dimana dia tinggal selama bertahun-tahun. Misalnya komunikasi yang terjadi anatara orang jawa dengan bule yang baru datang ke jawa. 7. Rintangan Kerangka Berfikir Pernahkah anda menyaksikan debat ditelevisi antar satu wakil partai dengan partai lainnya dalam membahas suatu masalah? Sering kita saksikan terjadi saling serang dengan kata-kata bahkan mungkin serangan secara fisik. Hal ini sebabnya seringkali sederhana yaitu berawal dari kerangka berfikir yang berbeda. Semakin dekat perbedaan kerangka berfikir maka semakin efektif komunikasi yang dijalankan. Adapun solusi untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi adalah sebagai berikut (Hamid, 2011): 1. Solusi Dari Hambatan Yang Bersifat Teknis Sebelumnya hambatan teknis merupakan hambatan yang datang dari faktor yang bersifat teknis, seperti media untuk komunikasi, saluran atau jaringan komunikasi, dan penguasaan menggunakan media yang tersedia. Untuk mengatasi hambatan ini solusinya adalah sebagai berikut :  Seluruh media yang dibutuhkan harus tersedia secara lengkap



 Media yang tersedia harus uptodate (terbaru) sehingga tidak tertinggal dengan teknologi yang dipakai oleh instansi yang sering menjalin kerja sama. Solusi sejenis ini dapat juga dilakukan dengan menyediakan media yang standar digunakan kantor-kantor pada umumnya.  Pastikan media yang digunakan terhubung dengan saluran yang baik dan terawat. Serta berjangka waktu lama untuk mengganti dengan yang baru.  Lakukan komunikasi pada waktu yang tepat. Hal ini ditujukan karena pada waktu tertentu jaringan komunikasi dapat terganggu, seperti saat hujan.  Sediakan jenset atau penyimpan daya listrik lainnya. Ini berguna saat terjadi padam listrik di tengah komunikasi terjadi, karena sebagian besar media bertenaga listrik.  Komunikator harus dapat menggunakan berbagai media yang digunakannya.  Metode yang digunakan harus sesuai dengan media yang tersedia. Misalnya metode yang digunakan adalah melalui sebuah presentasi, maka media yang harus tersedia adalah sebuah projector.  Dan yang terkhir tentu saja tempat yang digunakan harus sesuai dengan media,



metode,



waktu,



dan



kempuan



komunikator



dalam



berkomunikasi. 2. Solusi Dari Hambatan Perilaku Hambatan ini terjadi akibat faktor dalam diri komunikator maupun komunikan. Biasanya salah seorang diantaranya atau keduanya ada masalah diluar hubungan komunikasi tersebut. Sehingga bisa dibilang ada sebuah perang dingin di dalamnya. Untuk mengatasi hambatan semacam ini adalah sebagai berikut :  Komunikator dan komunikan harus bersifat profesional, apabila ada masalah diluar jangan sampai terbawa dalam sebuah komunikasi yang melibatkan banyak orang.



 Mimik wajah yang ditimbulkan harus simpati, perhatian, dan mendengarkan.  Mendengarkan dan menghargai tiap pesan dari komunikator.  Tidak merasa paling pintar dan anggap tiap pesan yang diterima itu penting.  Tidak memihak dan tidak memaksakan kehendaknya untuk diterima.  Berfikir



positif.



Jangan



beranggapan



kritik



dari



komunikator/komunikan sebuah cara untuk menjatuhkan 3. Solusi Dari Hambatan Bahasa Hambatan ini terjadi karena penggunaan bahasa, artikulasi, dan intonasi saat berkomunikasi tidak sesuai dengan pihak yang diajak berkomunikasi ataupun bahasa yang digunakan memiliki dua arti dan banyak



pandangan



yang



berbeda



mengenai



maknanya.



Untuk



mengatasinya, solusinya adalah sebagai berikut :  Gunakan bahasa yang umum tetapi tetap resmi, jika komunikasi yang terjadi bersifat resmi.  Kata-kata yang diucapkan tidak bersifat ambigu (memiliki dua arti), sehingga tidak terjadi pemahaman makna ganda.  Bicara secara to the point atau langsung keinti pembicaraan tanpa bertele-tele dengan kalimat yang tidak penting.  Artikulasi perkata harus jelas  Intonasi harus sesuai dengan konteks kalimat. Apabila kalimat yang ingin disampaikan adalah sebuah pertanyaan, maka intonasinya pun harus intosi pertanyaan bukan perintah.  Menyadari kemampuan komunikan dalam memahami kata-kata yang disampaikan.  Penggunaan kode ataupun bahasa isyarat haru jelas atau bersifat umum, sehingga dapat dimengerti oleh orang yang dimaksud 4. Solusi Dari Hambatan Struktur



Hambatan ini diakibatkan karena adanya perbedaan tingkat jabatan antara atasan dengan bawahan. Yang biasanya terjadi hambatan adalah ketika bawahan yang ingin menyampaikan sebuah pesan atau menerima sebuah perintah langsung dari atasan. Dalam hal itu biasanya bawahan sudah gugup dahulu, karena menganggap atasan orang yang paling tidak bersahabat dengan bawahan. Untuk mengatasinya, solusinya adalah sebagai berikut :  Baik atasan atau bawahan harus membina hubungan yang bersahabat dan terbuka.  Atasan harus mau berkomunikasi dengan bawahan secara formal maupun non formal.  Atasan harus mempercayakan bahwa bawahan dapat memberi saran dan info yang dia butuhkan.  Atasan tidak boleh menganggap dirinya paling pintar, sehingga menjadi sombong dengan bawahan.  Bawahan harus percaya diri saat berbicara kepada atasan  Tidak menganggap perbedaan jabatan menjadi hambatan, akan tetapi tetap harus bersifat sopan dan santun dalam berkomunikasi. 5. Solusi Dari Hambatan Latar Belakang Hambatan ini terjadi karena adanya perbedaan status sosial dan status pendidikan. Hambatan ini hampir sama dengan hambatan struktur, akan tetapi ini tidak dilihat dari sisi tingkatan jabatan. Untuk mengatasinya, solusinya adalah sebagai berikut :  Menggunakan kata-kata yang dipahami oleh komunikan (yang status sosial/pendidikan yang lebih rendah)  Tetap berpandangan simpati, perhatian, dan mengahargai tiap perkataan dari komunikan  Jangan merasa paling pintar dan menguasai kegiatan komunikasi, hanya karena status sosial dan pendidikan yang lebih tinggi dari komunikan  Komunikan harus menambah wawasannya meskipun status sosial dan pendidikannya mungkin lebih rendah dari komunikator



 Komunikator juga harus mau menerima saran dari komunikannya  Jangan sampai perbedaan status tersebut membuat salah satu pihak terpancing emosi, maka dari itu harus saling rendah hati dan menghargai



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan B. Saran Pentingnya



komunikasi



dalam



mengembangkan



kompetensi



komunikasi profesional dalam rangka meningkatkan mutu asuhan fisoterapis yang diberikan pada klien dan keluarga. Fisioterapis harus memiliki kemampuan membangun komunikasi yang efektif, yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pasien sebagai penguna jasa di rumah sakit. Selain itu komunikasi interpersonal merupakan awal untuk membuat rencana terhadap semua keluhan pasien, sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara adekuat. Diharapkan setiap fisioterapis dapat memiliki ketrampilan dan pengetahuan



tentang



komunikasi



profesional,



serta



mengembangkan



ketrampilan komunikasi peofesional tersebut sebagai upaya meningkatkan kualitas personal fisoterapis. Perlu dikembangkan lebih lanjut tentang faktorfaktor yang menentukan kepuasan pasien, ataupun analisis faktor yang mempengaruhi



motivasi



fisioterapis



dalam



menjalin



komunikasi



interpersonal, sehingga pasien akan lebih merasa nyaman dalam menjalani perawatan atau proses terapi di rumah sakit.Pasien pada dasarnya selalu mengharapkan perhatian yang lebih sehingga mereka dapat mengungkapkan semua keluhan serta harapanmereka ketika menjalani proses pengobatan, komunikasi yang dijalin seorang terapis saat berinteraksi sangat mereka harapkan khususnya komunikasi interpersonal dari fisioterapisnya.Semoga dengan adanya laporan hasil observasi ini mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami dan menerapkan komunikasi profesional ini baik dikehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja nanti.



DAFTAR PUSTAKA Antartika, Resha Alfa. 2015. Identifikasi Kemampuan Komunikasi Tenaga Marketing Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/5648, diakses 3 Februari 2017 pukul 15:43 WIB. Arianto. 2013. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien). http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36 diakses 2 Februari 2017 pukul 22:57 WIB. Imron, Moh Ali dan Tyas Sari Ratna Ningrum. 2016. Modul Komunikasi Profesional. Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Priambodo, Galih. 2014. Caring Dalam Asuhan Keperawatan Kategori Caring Berdasarkan Budaya. http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t34187.pdf diakses 2 Februari 2017 pukul 23:34 WIB. Utami, Ika Nur Wahyu. 2012. Komunikasi Interpersonal Anggota Organisasi Oi (Orang Indonesia) Di Wilayah Badan Pengurus Kota Sidoarjo. http://digilib.uinsby.ac.id/9701/ diakses 3 Februari 2017 pukul 15:13 WIB.