Evaluasi Kimia  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL I KIMIA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek evaluasi tekstil dan garmen 1



DISUSUN OLEH : Nama



: Nur Oktia Muslimiati



NPM



: 17040025



Group



: 2G6



Dosen / Asisten



: Karlina S.,ST.,MM. Pratiwi W., S.ST Liana D. F., S. ST



PRODUKSI GARMENT KONSENTRASI FASHION DESIGN



POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2019



BAB I UJI STABILITAS DIMENSI KAIN



1.1. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari pengujian Stabilitas Dimensi adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan memiliki kemampuan menguji perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan pengeringan (Uji stabilitas dimensi). 2. Dapat mengetahui nilai perubahan ukuran setelah pencucian dan dengan standar dapat diketahui nilai perubahan tersebut masih dalam toleransi atau tidak. 1.2. Teori Dasar Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setelah pemakaian sehari-hari termasuk jenis kain yang mempunyai mutu yang baik. . Penyebab utama dari perubahan dimensi kain adalah mengkeret setelah pencucian. Kadang-kadang orang membeli baju dengan ukuran sedikit lebih longgar dengan harapan apabila dicuci akan mengkeret dan ukurannya sesuai. Ada dua jenis medngkeret yaitu mengkeret karena teganngan mekanis pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan. Mmenyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan relaxation ke bentuk semmula. Dan jenis mengkeret lain, karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. misalnya serat wol yang cenderung untuk mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah. Perubahan dimensi adalah terjadinya mengkeret atau melebar setelah proses pencucian. Dalam cara ini dipergunakan berbagai cara yang bervariasi dari kondisi pencucian yang paling ringan dan dimaksudkan untuk mencakup semua kondisi pencucian. Pengeringan dilakukan dengan lima macam cara pengeringan yang mencakup semua pengeringan baik pengeringan secara komersial maupun secara rumah tangga. Pengujianpengujian ini bukan pengujian yang dipercepat dan harus diulang untuk mengevalusi perubahan dimensi setelah dicuci berulang-ulang. Pakaian atau kain contoh uji dicuci dalam mesin pencuci silinder bolak-balik, lalu dikeringkan dan apabila perlu diberikan gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan didalam alat yang divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang berbedabeda. Cara pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan divariasi untuk menyesuaikan dengan pengerjaan akhir pencucian dalam rumah tangga atau pencucian komersial. Jarak tanda pada contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.



Kain tenun apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian akan mengalami perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan. Apabila perubahan ini terjadi maka, kondisi tersebut harus dipulihkan kembali denagan cara : a. Tension Presser



b. Knit Shrinkage Gauge c. Hand Iron Pada pengujian ini kondisi pencuvciannya dengan menggunakan sabun netral/ detergen pada selama 40 menit (20 menit x 2 ). Untuk pemulihannya pada kain tenun dengan menggunakan Knit Shrinkage gauge, tetapi pada percobaan ini tidak dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian stabilitas dimensi ialah : a. Proses pencucian b. Proses pengeringan c. Proses pemulihan 1.3.Prinsip Pengujian Contoh uji atau pakaian yang diberi tanda, dicuci dalam mesin cuci, dikeringkan sesuai dengan cara yang dipilih. Jarak tanda pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur kainnya. 1.4. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada pengujian ini, yaitu : a. b. c. d. e. f.



Mesin cuci Plat cetakan ukuran untuk kain tenun Mistar Setrika Gunting Spidol tahan air (permanen) Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu :



a. b. c.



Detergen Kain rajut yang sudah diukur dengan cetakan yang telah di siapkan di lab Kain tenun dengan ukuran sesuai dengan cetakan yang telah disediakan di lab, kemudian di obras bagian sisi dari kain tenun agar saat dilakukan pencucian benangbenang pada kain tidak tertiras.



1.5. Langkah Kerja 1) Persiapan Contoh Uji a.



Contoh uji diletakkan tanpa tegangan atau tarikan pada permukaan yang datar serta halus, hindari kekusutan atau kerutan pada kain, atau bias dirapihkan dengan tangan agar tidak kusut.



b.



Contoh uji dicetak menggunakan alat pencetak kain tenun dan rajut yang sudah disediakan di lab, lakukan pencetakan secara bergantian, tandai menggunakan spidol permanen atau tahan air.Penandaan jarak-atau titik pada kain disesuaikan dengan ukura cetakan diusahakan arah lusi dan pakan pada kain lurus dan pas saat dicetak .



c.



Gunting kain tenun, setiap ujung kain tenun diobras terlebih dahulu kecuali pinggiran kain. Contoh uji kain rajut tidak perlu diobras karena benangnya tidak akan tertiras yang (berbentuk jeratan).



2)



Cara Pengujian



a)



Menyiapkan contoh uji kain tenun dan rajut.



b)



Meletakan plat/mal pengukur diatas contoh uji, atur sedemikian rupa sehingga sisi lubang plat pengukur yang berukuran (25,4 x 25,4) cm dapat sejajar dengan lusi dan pakan, dan dapat dengan mudah diukur sebelum maupun setelah dicuci.



c)



Gambar titik hasil pengukuran pada kain contoh uji dengan spidol permanen atau anti air.



d)



Gambar titik atau garis kecil di tengah-tengah setiap sisi dari bujur sangkar atau di keempat sisinya.



e)



Mengukur panjang awal contoh uji ke arah lusi dan ke arah pakan yang tadi sudah dicetak, atau ke arah wale dan course untuk contoh uji kain rajut.



f)



Masukkan contoh uji kedalam mesin cuci selama 20 menit selama pencucian, jangan lupa masukkan detergen setegah sendok detergen saja atau sedikit saja (jangan sampai berbusa).



g)



Apabila mesin cuci berhenti setelah 20 menit masukkan kembali detergen sedikit saja, tunggu hingga mesin cuci benar-benar berhenti beroprasi, kemudian ambil kain contoh uji (rajut dan tenun).



h)



Jangan menyetrika contoh uji, jemur kain tenun di suhu ruangan dan jepit dengan penjepit baju pada jemuran ataupun hanger. Sedangkan kain rajut di simpan atau di hamparkan di bidang datar agar air sisa pencucian hilang dan kering.



i)



Setelah contoh uji kering, Ukur panjang akhir contoh uji ke arah lusi dan ke arah pakan yag telah di cetak tadi, dan kemudian melakukan perhitungan. Begitu pula contoh uji kain rajut ukur ke arah course dan walenya pada titik atau garis cetakan yang telah dibuat sebelumnya.



1.6. Data Percobaan 



Tabel- 1 Perubahan Dimensi pada Kain Tenun Kain Tenun Lusi



Data



Pakan



Awal (cm)



Akhir (cm)



Awal (cm)



Akhir (cm)



1



37,8



35,9



37,2



36,8



2



35,7



33,9



35,7



35,1



3



38



35,8



37,6



37,2



Perubahan dimensi (tenun) Pakan =



Lebar akhir  Lebar awal  100 % Lebar awal



 Perubahan dimensi arah pakan 1



=



36,8  37,2  100 % = - 1,07 % 37,2



 Perubahan dimensi arah pakan 2



=



35,1  35,7  100 % = - 1,68 % 35,7



 Perubahan dimensi arah pakan 3



=



37,2  37,6  100 % = - 1,06 % 37,6



 Mengkeret Pakan : (−1,07) + (−1,68) + (−1,06) = - 3,81 % = -1,27 % 3



Perubahan dimensi (tenun) Lusi  Perubahan dimensi arah lusi 1



=



=



3 Panjang akhir  Panjang awal  100 % Panjang awal



35,9  37,8  100 % = - 5,03% 37,8



 Perubahan dimensi arah lusi 2



=



33,9  37,8  100 % = - 5,04 % 37,8



 Perubahan dimensi arah lusi 3



=



35,8  35,7  100 % = - 5,78 % 35,7



 Mengkeret Pakan : (−5,03) + (− 5,04) + (−5,78 = -15,8 % = - 5,28 % 3 



3



Tabel- 2 Perubahan Dimensi pada Kain Rajut Kain Rajut Course



Data



Wale



Awal (cm)



Akhir (cm)



Awal (cm)



Akhir (cm)



1



25



24,4



24,6



24,6



2



25



24,9



25



25



3



25



25



24,7



24,7



Lebar akhir  Lebar awal  100 % Lebar awal



Perubahan dimensi (rajut) course



=



 Perubahan dimensi arah course 1



=



24,4  25  100 % = - 2,4 % 25



 Perubahan dimensi arah course 2



=



24,9  25  100 % = - 0,4 % 25



 Perubahan dimensi arah course 3



=



25  25  100 % = 0 % 25



 Mengkeret Pakan : (−2,4) + (−0,4) + ( 0 ) 3



Perubahan dimensi (rajut) wale =  Perubahan dimensi arah wale 1 =



= - 2,8 % = - 0,93 % 3



Panjang akhir  Panjang awal  100 % Panjang awal



24,6  24,6  100 % = 0 % 24,6



 Perubahan dimensi arah wale 2 =



25  25  100 % = 0 % 25



 Perubahan dimensi arah wale 3 =



24,7  24,7  100 % = 0 % 24,7



 Mengkeret Pakan :



( 0 ) + ( 0 ) + ( 0) 3



= 0% =0% 3



1.7. Diskusi atau Pembahasan Dari hasil pelaksanaan praktikum, perubahan dimensi kain tenun pada proses pencucian dan pengeringan diketahui bahwa dimensi kain mengalami perubahan setelah dilakukan pencucian dan pengeringan . Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan penarikan, perputaran maupun gosokan antar kain, dan perendaman serta masuknya zat-zat pencuci pada detergen, dan lain sebagainya. Dalam pengujian kali ini praktikan mengalami kesulitan dalam pengukuran kain contoh uji baik ke arah pakan maupun ke arah lusi karena spidol yang digunakan terlalu tebal garisnya sehingga dibutuhkan ketelitian dalam mengukur arah lusi dan pakan serta harus sesuai dengan titik dimana pengukuran sebelum kain uji di cuci. Sedangkan pengujian pada contoh uji kain rajut juga mengalami sedikit hambatan karena spidol yang digunakan untuk menandai titik atau garis terlalu tebal dan susah untuk menentukan mana titik yang sebelum pencucian telah di ukur baik arah jeratan wale ataupun course. Tapi tidak bagus juga jika garisnya tidak terlihat padakain atau terlalu tipis yang akan membuat pengukurang menjadi sedikit lebih susah.



1.8. Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum, dinyatakan bahwa kain tenun pada saat proses pencucian, arah lusi dan pakan contoh uji kain tenun mengalami mengkeret. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rata-rata – 1,27 % pada arah pakan, sedangkan arah lusi dari hasil perhitungan didapatkan nilai rata-rata – 5,8 %. Untuk contoh uji kain rajut pada uji coba prakikum dinyatakan bahwa arah jeratan wale tidak mengalami perubahan mengkeret atau tetap setelah pencucian, dengan nilai positifyaitu nilai rata- rata 0 % tidak terjadi perubahan pada panjang kain. Sedangkan arah jeratn course mengalami mengkeret dengan nilai rata-rata perhitungan – 0,93 %. Pada contoh uji kain tenun terjadi sedikit perubahan dimensi (mengkeret atau mulur) setelah pengujian baik pada arah lusi maupun arah pakan, ini berarti bahwa contoh uji mempunyai kestabilan dimensi yang cukup. Hal ini disebabkan karena faktor konstruksi kainnya maupun dari bahan yang digunakan (benang) atau ada sifat khusus yang diinginkan oleh produsen tergantung dari kebutuhan dan penggunaan kain tersebut. Dapat disimpulkan bahwa mulut atau mengkeretnya kain tergantung dari bahannya baik kain katun mauun rajut.



UJI DAYA SERAP KAIN HANDUK TERHADAP AIR (CARA KERANJANG)



A. Maksud dan Tujuan Praktikum pengujian daya serap kain handuk terhadap air menggunakan cara keranjang ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara mengukur kemampuan kain dalam menyerap air (kapasitas serap) dan waktu serapnya sehingga terjadi pembasahan sempurna pada contoh uji.



B. Teori Dasar Uji daya serap ini dinyatakan dalam dua cara yaitu waktu serap dan kapasitas serap. Daya serap adalah kemampuan kain untuk menyerap air, sedangkan waktu serap yaitu waktu yang diperlukan untuk pembasahan sempurna seluruh contoh uji yang dinyatakan dalam detik. Basah sempurna yang dimaksud adalah pada saat contoh uji tepat mulai tenggelam. Pengujian daya serap sangat penting untuk dilakukan yaitu untuk mengendalikan mutu kain yang khusus dibuat dengan daya serap besar. Kain yang membutuhkan daya serap besar adalah kain handuk, mutu kain handuk ini ditentukan oleh kemampuannya untuk daya serap air yang mungkin tergantung dari sifat serat atau konstruksi handuk tersebut. Untuk pengujian waktu serap masing-masing contoh uji digulung kearah dalam keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut dan dijatuhkan pada ketinggian dua cm dari permukaan air dan dihitung waktu serapnya. Untuk pengujian kapasitas serap dilakukan dengan membiarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik. Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan dibiarkan selama 10 detik supaya airnya menetes. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam gelas ukur plastik yang sudah ditimbang. Kemudian gelas ukur plastik yang berisi keranjang tersebut ditimbang.



C. Prinsip Kerja Contoh uji atau kain handuk diukur lebarnya sekitar 7,5 cm sedangkan panjangnya diatur sedemikian rupa sehingga dapat ditimbang menggunakan neraca dengan berat sekitar ±5 gr buat sebanyak dua buah . Setelah itu kain handuk dimasukkan pada keranjang dan masukkan pada gelas ukur untuk di timbang, setelah itu dimasukkan ke dalam air untuk diketahui seberapa baik daya serap kain dengan cara keranjang.



D. Alat dan Bahan



Praktikum menguji daya serap kain mengguankan cara keranjang ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah: 



Alat : - Gelas ukur 250 ml dengan berat 35,55 gr dan 35,53 gr - Keranjang tembaga berbentuk silinder dengan tinggi 5 cm, garis tengah 3 cm, berat 3 gram dan berpori-pori - Stop watch - Bejana dengan tinggi minimum 25 cm - Air suhu kamar yang dituangkan kedalam bejana hingga mencapai ketinggian 17 cm - Penjepit. - Timbangan.







Bahan : Kain Handuk contoh dengan lebar 7,5 cm dan berat 5 gram.



E. Langkah Kerja  Persiapan Contoh Uji : Potong contoh uji dengan ukuran lebar 7,5 cm dan panjang sesuai dengan berat 5 gram







Cara Pengujian :



1. Contoh uji digulung kearah dalam keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut 2. Jatuhkan keranjang yang telah terisi contoh uji pada ketinggian 2 cm dari permukaan air dan dihitung waktu serapnya. 3. Catat waktunya mulai dari saat jatuh ke dalam air sampai keranjang tenggelam. 4. Biarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik. 5. Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan dibiarkan selama 10 detik supaya airnya menetes. 6. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam gelas ukur plastik yang sudah ditimbang. 7. Gelas ukur yang berisi keranjang tersebut ditimbang kembali.



F. Data Percobaan  Contoh Uji A : Berat awal



= 5 gr



Berat kering



= 43,53 gr



Berat basah



= 77,24 gr



Waktu tenggelam



= 05.35 detik



Gelas ukur



= 35,53 gr



 Contoh Uji B : Berat awal



= 5 gr



Berat kering



= 43,53 gr



Berat basah



= 75,47 gr



Waktu tenggelam



= 4.40 detik



Gelas Ukur



= 35,53 gr



G. Perhitungan (Kapasitas Penyerapan atau Keranjang) Persentase (%) Keranjang =  % Keranjang A =



𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥−𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐮𝐣𝐢



77,24 gr − 43,53 gr 5 gr



x 100%



x 100%



= 674 %



 % Keranjang B =



75,47 gr − 43,53gr 5 gr



x 100%



= 638,8% H. Diskusi Dalam melakukan pengujian daya serap kain cara keranjang ini kain yang diuji memiliki daya serap kain handuk A tenggelam dalam waktu 5.35 detik, sedangkan kain B tenggelam dalam waktu 4.40 detik. Kain tersebut memiliki penyerapannya yang baik karena dapat tenggelam dalam air dengan waktu kurang dari 60 detik (1 menit). Dalam penimbangan kain handuk harus tepat atau tidak boleh lebih dari 5 gr antara lebih baik 5 gr- 5,5 gr.



I. Kesimpulan Dari hasil uji praktikum uji daya serap kain cara keranjang ini didapatkan hasil persentase contoh uji kain handuk A sebesar 674%, sedangkan kain B sebesar 638,8%. Dimana bahwa contoh uji tersebut dinyatakan sangat baik dalam penyerapan air karena persentasenya kurang dari 500% sedangkan waktu penyerapannya baik karena kurang dari 60 detik sudah tenggelam dalam bejana berisi air.



UJI DAYA TOLAK AIR HUJAN PADA KAIN CARA BUNDESMAN SNI 08-0278-1989



A. Tujuan Praktikum Uji daya tolak air hujan pada kain dengan cara bundesman ini dilaksanakan agar mahasiswa dapat mengetahui sifat kain perihal ketahanannya terhadap air melalui curah hujan. B. Teori Dasar Cara uji tahan air dengan uji siram bermaksud untuk menyerupai curah hujan yang jatuh pada kain. Uji tahan air hujan yang lebih mendekati adalah uji tahan air cara Bundesman dengan menggunakan alat uji jenis Bundesman. Kain dipasang tepat dibawah curahan air hujan buatan. Air yang menetes kain ditampung dalam tabung dan jumlah air yang tertampung tersebut itu diukur, begitu pula yang tertinggal diatas kain diukur jumlahnya. Penyiraman air hujan dipasang sejauh 150 cm dari tempat tabung yang dipasang pada alas yang berputar dengan kecepatan 5 putaran per menit. Pada saat kain yang dipasang pada tabung berputar dibawah curahan air hujan buatan, alat penghapus yang berada didalam tabung akan menggosok kain bagian dalam untuk meniru gosokan mekanis yang ditimbulkan oleh pemakai jas hujan didalam pemakaian sebenarnya. Gerakan menggosok kain ini akan membantu penetrasi air kedalam kain. Setelah curah hujan disiramkan selama 10 menit, penyiraman dihentikan dan contoh uji diambil secara hati-hati untuk penilaian hal-hal sebagai berikut :    



Penetrasi air Penyerapan Dari berat contoh uji sebelum dan sesudah pengujian dapat diukur banyaknya air yang tertinggal pada setiap contoh uji dan diperhitungkan sebagai % air yang terserap oleh kain. Kondisi Pengujian



Menurut Baxser dan Cassie, kekuatan air hujan dari alat jenis Bundesmann adalah 5,8 kali tembusan awan, 91 kali kekuatan tetesan hujan lewat, 480 kali tetesan hujan biasa dan 21000 kali kekuatan hujan ringan.



C. Prinsip Kerja



Contoh uji telah dikondisikan dalm ruang standartyang telah ditimbang, kemudian dipasang pada alat dan disiram dengan air pada ketinggian dan kondisi tertentu, kemudian dihitung perembesan dan penyerapannya. D. Alat dan Bahan Praktikum menguji kemampuan kembali kain dari kekusutan ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:  Alat : - Bundesman tester - Stop watch dan contoh uji kain terpal - Gunting - Timbangan/neraca - Mal lingkaran (diameter 14 cm) - Gelas ukur - Alat pemeras - Mesin cuci dan pengering  Bahan : Contoh uji kain terpal berbentuk lingkaran dengan diameter 14 cm atau menggunakan cetakan yang sudah disediakan di Lab.



E. Langkah Kerja 1. Mengeringkan tabung penggosok dan penjepit pada alat uji 2. Menyiapkan contoh uji dengan ukuran diameter 14 cm dan menimbangnyasebelum diuji. 3. Memasang contoh uji pada mulut tabung dan menjepitnya dengan cincin penjepit (diameter 4. 5. 6. 7. 8.



10 cm). Memasang tabung dan menjepitnya pada tempatnya. Menjalankan motor dan menggeser penahan air. Menghitung waktu pengujian (10 menit) dengan menggunakan stop watch, dimulai pada saat air hujan mengenai contoh uji. Menimbang kain contoh uji yang telah dihujani Mengukur air yang merembes pada gelas ukur (bila ada).



F. Data Percobaan Tabel-1 hasil pengujian Berat Kering (k) Berat basah (b) 10,664 gr



Perembesan



12,33 gr



-



(Sumber : Dari hasil praktikum pribadi) % Penyerapan atau Perembesan =



b  k  x100%  12,33gr  10,644 gr  x100%  15,6% k



10,664 gr



G. Diskusi Pada saat melaksanakan praktikum terdapat kesulitan yang dialami yaitu pemasangan contoh uji pada tabung pemegang contoh uji, dimana permukaan kain harus rata dengan tegangan yang cukup dan tidak boleh kendor karena akan mempengaruhi tekanan air yang jatuh pada kain nantinya, selain itu pada praktikum ini hal yang harus diperhatikan yaitu jangan lupa untuk menutup kran yang terdapat pada tabung, karena apabila tidak ditutup air dari rembesan atau penyerapan kain contoh uji tidak akan tertampung pada tabung uji. Tahan air uji bundesman sesuai dengan SII (Standar Industri Indonesia). 0108 – 75. Jika tujuan akhir kain contoh uji (end use) adalah untuk dijadikan bahan tenda atau terpal, maka bahan tenda yang di uji Bundesman ini memenuhi syarat mutu kain tenun untuk tenda, karena syarat mutu kain tenun untuk tenda menurut SNI 08-0278-1989 harus memiliki persyaratan nilai penyerapan maksimal 20% dan perembesan maksimal 15 ml/10 menit. Karena kain contoh nilai perembesannya sebesar 0 mL/10 menit (0 mL/menit) dan penyerapan air oleh contoh uji sebesar 15,6% maka bahan contoh uji dapat dijadikan kain tenda atau terpal karena penambahan penyerapan air oleh bahan akan linier dengan penambahan berat bahan sehingga jika digunakan sebagai kain tenda tidak akan menimbulkan masalah-masalah seperti rubuhnya tenda akibat hujan (karena terlalu banyak menyerap air, dan massa bahan bertambah lebih dari setengah massa awal bahan).



H. Kesimpulan Dari hasil praktikum pengujian daya tolak air kain dengan cara uji curah hujan dengan bundesman dapat disimpulkan bahwa uji ketahanan terhadap hujan pada umumnya diperuntukkan untuk kain-kain yang dalam pemakaiannya berhubungan dengan kemampuan untuk menahan / menerima air hujan, contoh kain uji tidak terlalu menyerap air ketika diturunkan curah hujan buatan dan hanya ada bekas air atau basah saja di atas permukaannya. Kain-kain yang termasuk kedalamnya yaitu kain terpal. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil kapasitas perembesan sebesar : 15,6%.



UJI DAYA TOLAK DAN TAHAN AIR CARA SIRAM PADA KAIN PARASUT SNI ISO 4920:2010 A. Tujuan Mahasiswa mampu melaksanakan serta mengetahui pengujian daya tolak dan tahan air cara siram pada kain parasut.



B. Teori Dasar Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang tidak/belum ataupun yang sudah dilakukan penyempurnaan tahan air atau tolak air. Cara ini terutama sesuai untuk menilai kebaikan penyempurnaan tolak air yang telah diberikan pada kain khususnya kain dengan anyaman polos. Cara ini tidak dimaksudkan untuk meramalkan tahan hujan kain, oleh karena itu perembesan air melalui kain tidak diukur. Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang penyiraman. Air disiramkan diatas contoh uji yang dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang pada kedudukan miring 45o dengan bidang horisontal. Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 200 cm² air dengan suhu 22oC kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman selesai, pemegang contoh diambil dan sisa air dibuang dengan memukul-mukulkan tepi lingkaran penyulam sebanyak enam kali pada benda keras, dengan permukaan kain mengarah pada benda keras tersebut. Pemukulan tersebut dilakukan dalm dua posisi yaitu 3 kali pada posisi di suatu tempat pda pemegang contoh dan tiga kali pada posisi setengah lingkaran 180o terhadap posisi pertama. Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan standar penilaian uji siram. Setelah kelebihan air selesai dibuang, permukaan kain diamati secara visual dengan membandingkan peta air yang tinggal pada permukaan kain dengan peta pada standar penilaian uji siram.     



100 (ISO 5): Tidak ada penempelan atau yang pembasahan di permukaan kain atas. 90 (ISO 4) : Sedikit adanya penempelan atau pembasahan secara acak dipermukaan atas. 80 (ISO 3) : Pembasahan di permukaan atas pada titik siraman. 70 (ISO 2) : Pembasahan sebagian pada seluruh permukaan atas. 50 (ISO 1) : Pembasahan sempurna pada permukaan atas.



Skala nilai ISO dengan keterangan sama dengan skala1) foto AATCC sebagai berikut : ISO 1 = AATCC 50



ISO 2 = AATCC 70 ISO 3 = AATCC 80 ISO 4 = AATCC 90 ISO 5 = AATCC 100



Standar Nilai Uji Siram



Gambar-1 Peta Standar Uji Siram (Sumber : Peta SNI ISO 4920:2010) ISO 5 : Tidak ada penempelan atau ISO 2 : Pembasahan sebagian pada pembasahan di permu kaan



seluruh permukaan atas.



atas. ISO 4 : Sedikit adanya penempelan ISO 1 : Pembasahan sempurna atau pembasahan secara



pada permukaan atas.



acak di permukaan atas. ISO 3 : Pembasahan di permukaan Atas pada titik siraman.



Nilai Uji Siram ISO berdasarkan skala foto AATCC



Tabel-1 Syarat Mutu Kain Tenun Untuk Payung Hujan No. Jenis Uji 1. Kekuatan tarik 1.1 Kering 1.2 Basah 2.



Kekuatan sobek



3.



Satuan



Persyaratan



N Kg N Kg N Kg N Kg -



154 15,7 108 11,0 10 1,02 67 6,83 80



Ketahanan selip benang pada jahitan bukaan 6 mm 4. Tahan air (uji siram) 5. Tolak air (alat jenis Bundesman) 5.1 Penyerapan % 20 5.2 Perembesan Ml 15 6. Ketahanan luntur warna terhadap: 6.1 air 6.1.1 Perubahan warna1) 4 6.2 Gosokan 6.2.1 Kering2) 4 2) 6.2.2 Basah 4 3) 6.3 Sinar 4 7. Perubahan dimensi % 3 Keterangan: 1) Skala abu - abu 2) Skala penodaan 3) .Standar wol biru (Sumber: SNI 1517:2008)



Keterangan



Minimum



Minimum Minimum Minimum



Maksimum



Minimum



Minimum Minimum Minimum



C. Prinsip Kerja Kain parasut dipakaikan simpai bordir disekelilingnya kemudian di buat tidak ada kerutan, setelah itu diuji siram dibuat miring pada suatu bidang didekatkan dengan wastafel agar air tidak berceceran dimana-mana, kemudian diuji siram menggunakan alat siram atau spray test. Setelah itu sesuaikan dengan peta penilaian uji siram.



D. Alat dan Bahan Praktikum menguji daya tahan air cara siram ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah: 



Alat :



- Spray tester - Labu ukur 250 mL - Peta penilai uji siram - Lap pengering - Simpai bordir







Bahan : Kain Parasut



E. Langkah Kerja 1. Memasang contoh uji pada simpai sulam sehingga bagian permukaan kain yang lembut 2. 3. 4. 5.



menghadap ke atas. Memasang simpai sulam pada alat penguji sedemikian rupa sehingga bagian muka kain yang lembut berada di bagian paling atas. Melakukan penyiraman pada kain contoh uji dengan menuangkan air sebanyak 200 mL kedalam corong pada alat penguji (± 25-30 detik) Menghilangkan air yang berada dipermukaan kain dengan memukul-mukulkan bingkai sulam pada tangan sehingga pembasahan pada kain dapat terlihat. Melakukan penilaian dengan menggunakan peta penilai uji siram standar.



F. Data Percobaan Tabel-1 Data Praktikum Pengujian Ke-



Nilai



1



70 (ISO 2)



2



70 (ISO 2)



(Sumber : Hasil dari percobaan atau praktikum pribadi) G. Diskusi Pada saat melakukan pengujian ketahanan kain menggunakan cara siram ini diperlukan ketelitian dalam mencocokan hasil kain yang telah dibasahi dengan grade pada gambar atau ketentuan, kain yang diuji pada pengujian ini memiliki nilai sebesar 70 yang berarti terjadi pembasahan sebagian pada seluruh permukaan atas, hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan praktikum ini adalah pada saat kain sudah dalam keadaan basah, dalam mmukul-mukul simpai sulam cukup dua kali jangan terlalu keras karena apabila terlalu keras akan mempengaruhi hasil dari penilaian. Pengujian daya tolak air (uji siram) pada contoh kain contoh uji sesuai dengan standar mutu SII (Standar Industri Indonesia) 0124-79. Kemudian termasuk SNI. 08-1517-1989 dengan pemakaian kain tenun untuk pakaian tahan hujan.



H. Kesimpulan Berdasarkan pengujian atau hasil praktikum didapatkan nilai tolak air dan tahan air cara siram pada kain parasut sebesar 70 atau setara dengan ISO 2 sehingga tergolong memiliki daya tahan terhadap air kurang baik, karena banyak merembes pada permukaan kain dari bagian depan hingga belakangnya.



UJI DAYA SERAP KAIN RAJUT TIDAK BERBULU CARA TETES SNI 08-0279-1998



A. Tujuan Praktikum pengujian daya serat kain menggunakan cara tetes ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mempraktekan daya serap kain rajut tidak berbulu terhadap air dengan mengetahui kecepatan waktu penyerapan air pada contoh uji kain rajut tidak berbulu dengan uji tetes. B. Teori Dasar Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan bentuk tujuan tertentu, misalnya kain pembalut, kain handuk dan lai-lain. beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk menyerap air atau cairan secara cepat atau mudah terbasahi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembasahan kain : 1. Bila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari tiga jenis benda padat yang rata, maka tetesan air tersebut mungkin berbentuk bulat, pipih atau antara bulat dan pipih. Karena sifat air maka perbedaan kondisi tekanan air pada ketiga permukaan benda padat disebabkan oleh perbedaan sifat dari gabungan antara air dan permukaan benda padat. 2. Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membetuk bola menunjukan sudut kontak, dan akan cenderung untuk menggelinding meninggalkan permukaan benda padat dalam keadaan kering. Semakin kecil sudut kontak, semakin mudah tetesan air menyebar keseluruhan permukaan benda padat dan membasahi benda padat tersebut. Perbedaaan permukaan disebabkan oleh perbedaan energi permukaan dan tegangan permukaan dari dua fase, yaitu padat-cair, cair-udara, dan padat-udara. Percobaan oleh Cassie menunjukan bahwa bahan yang tahan air akan memberikan sudut kontak tinggi. Sudut kontak yang tinggi akan terjadi pada air diatas suatu permukaan yangn kering dan susdut kontak tersebut akan mengacil apabila cairan makin berkurang , permukaan menjadi basah. C. Prinsip Kerja Prinsip pengujian daya serap kain tidak berbulu dilakukan dengan meneteskan setetes air dari ketinggian tertentu ke permukaan kain. Waktu yang diperlukan oleh pantulan cahaya karena setetes air untuk menghilang diukur dan dicatat sebagai waktu basah.



D. Alat dan Bahan  1) 2) 3)



Alat : Pamidangan/ Simpai bordir Buret, batang statif dan penjepit klem Stopwatch



 Bahan : 1) Kain rajut tidak berbulu yang cukup untuk dipasang rata pada simpai bordir. Contoh uji dikondisikan dalam ruangan dengan kondisi standar pengujian. 2) Air suling E. Langkah Kerja : 1) Pasang kain pada simpai bordir sehingga permukaan kain bebas dari kerutan-kerutan tetapi tanpa mengubah struktur kain. 2) Masukkan air suling pada buret sampai batas buret 3) Letakkan simpai bordir tersebut dibawah buret dengan jarak ± 1 mm dari ujung buret.Teteskan setetes air pada permukaan kain. 4) Ukur waktu yang diperlukan hingga pantulan cahaya tetesan hilang menggunakan stopwatch. Jika waktu basah melebihi 60 detik, pengukuran waktu dihentikan dan waktu basah dilaporkan 60 detik. 5) Pengujian dilakukan lima kali.



F. Data Pengamatan Tabel-1 Hasil pengujian Pengujian Waktu serap Ke1



> 1 menit



2



> 1 menit



3



> 1 menit



4



> 1 menit



5



> 1 menit



𝑥̅



> 1 menit



(Sumber : Dari hasil praktikum pribadi) G. Diskusi Dalam melakukan pengujian daya serap kain rajut tidak berbulu praktikan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan air dari buret, diakrenakan pemutar untuk mengontrol keluarnya air licin ataupun susah untuk diputar, air yang dikeluarkan dari buret cukup satu tetes jika lebih dari satu tetes pengujian harus diulangi, selain itu dalam melakukan uji praktikum ini dibutuhkan ketelitian dalam mengamati peresapan air ke contoh uji, apabila air sudah meresap, keseluruh permukaan kain contoh uji yaitu tidak ada air yang berada diatas kain contoh uji biasanya air tersebut berkilau apabila berada diatas kain contoh uji. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3-5 kali pada tempat yang berbeda, dibutuhkan ketepatan dalam mengukur air sampai meyerap ke contoh uji dalam menggunakan stopwatch. Bila air tidak meresap kedalam contoh uji selama 60 detik atau kurang dari 1 menit maka hentikan percobaan dan lakukan percobaan kembali ditempat yang berbeda. Jika tujuan akhir kain contoh uji (end use) adalah untuk dijadikan bahan sandang (pakaian seperti kaos), maka bahan rajut yang di uji daya serap cara uji tetes ini tidak memenuhi syarat karena kurang syarat mutu kain rajut untuk pakaian karena daya serapnya lebih dari 60 detik.



H. Kesimpulan Dari hasil praktuikum pengujian daya serap kain rajut tidak berbulu memiliki daya serap air yang sangat buruk atau rendah karena air tidak merembes ataupun menyebar kedalam kain maupun permukaannya dalam waktu 1 menit.



I. Lampiran



Gambar-1 Contoh uji kain rajut



Gambar-2 Simpai bordir



tidak berbulu sebelum diuji



Gambar-3 Buret, batang statif dan penjepit klem



Gambar-4 Hasil percobaan



(Sumber : Foto pribadi kamera saat praktikum dari Handphone )



PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN



A. Maksud dan Tujuan Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa (praktikan) dapat mengetahui dan memberikan penilaian pada contoh uji dengan menggunakan Gray Scale dan Staining Scale mengenai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dengan mesin yang mengandung chlor dalam rumah tangga, hampir sama dengan satu kali pengujian selama 45 menit dengan suhu 40o C.



B. Teori Dasar Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian. Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan lima kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali pencucian dengan mesin selama 45 menit. Contoh uji dicuci dengan mesin cuci. Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja tahan karat. Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa sehingga kondisinya sama dengan keadaan pencucian yang diinginkan. Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung pada suhu yang dikehendaki. Penilaian tahan luntur dilaksanakan terhadap perubahan warna pada kain contoh uji, dibandingkan dengan standar perubahan warna pada “Gray Scale”, dan terhadap penodaan kain multi uji serat atau kain kapas putih yang ikut dicuci bersama contoh uji, dengan membandingkan terhadap standar penodaan warna pada “Staining Scale”.  Gray Scale Pada Gray Scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan yang sesuai dilakukan dengan membandingkan perbedaan contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap perbedaan yang sesuai dari deretan standar perubahan yang digambarkan oleh Gray Scale.



Dalam penggunaan Gray Scale sifat perubahan warna baik dalam corak, kecerahan, ketuaan atau kombinasinya tidak dinilai. Dasar evaluasinya adalah keseluruhan perbedaan atau kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji Tabel-1 Evaluasi Perubahan Warna (Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap Gray Scale) Nilai Nilai 5



Arti Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam gray scale.



Nilai 4



Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –4 dalam gray scale



Nilai 3



Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –3 dalam gray scale



Nilai 2



Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –2 dalam gray scale



Nilai 1



Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –1 dalam gray scale



 Staining Scale Pada Staining Scale penilaian penodaan pada kain putih di dalam pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang ternodai dan yang tidak ternodai terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining Scale.



Tabel-2 Evaluasi Penodaan Warna



Nilai Nilai 5 Nilai 4



Arti Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam staining scale. Penodaan warna setara dengan tingkat ke –4 dalam staining scale



Nilai 3



Penodaan warna setara dengan tingkat ke –3 dalam staining scale



Nilai 2



Penodaan warna setara dengan tingkat ke –2 dalam staining scale



Nilai 1



Penodaan warna setara dengan tingkat ke –1 dalam staining scale



(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih terhadap Staining Scale)



Nilai tahan luntur contoh uji, adalah angka Gray Scale dan angka Staining Scale yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji. Tabel hasil evaluasi tahan luntur warna terhadap angka-angka Gray Scale dan Staining Scale adalah sebagai berikut : Tabel-3 Evaluasi Tahan Luntur Warna Nilai Tahan



Evaluasi Tahan



Luntur Warna



Luntur Warna



5



Baik sekali



4–5



Baik



4



Baik



3–4



Cukup baik



3



Cukup



2–3



Kurang



2



Kurang



1–2



Jelek



1



Jelek



Prinsip pengujiannya adalah dimana contoh uji dicuci pada kondisi, suhu, alkalinitas yang sesuai dan gosokan-gosokan sedemikian, sehingga berkurangnya warna yang dikehendaki didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan diperoleh dengan lemparan, geseran dan tekanan, bersamasama dengan digunakannya perbandingan larutan yang rendah dan sejumlah kelereng baja yang sesuai arah lusi dan contoh uji pakan lebarnya sejajar arah pakan.



C. Alat dan Bahan Praktikum menguji kekuatan tahan luntur warna terhadap pencucian ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah: 1. Launderometer/Lini test (dengan kecepatan 42 putaran per menit) 2. Gray scale dan Staining scale, 3. Larutan sabun netral 5 g/l, asam asetat 0,014 % 4. Kain berukuran 4 x 10 cm diletakan diantara dua kain putih (poliseter dan kapas/katun) dengan ukuran yang sama kemudian dijahit. 5. Tabung baja tahan karat/piala baja 6. Kelereng baja tahan karat 7. Light Box



D. Langkah Kerja  Persiapan Contoh Uji : 1. Kain putih kapas 1 buah dijahit menjadi satu dengan contoh uji berukuran (5 x 10) cm, juga dijahit bersama dengan kain putih dari bahan poliester dengan ukuran yang sama. 2. Dibuat sebanyak 2 pasang contoh uji.



 Cara Pengujian :



1. Memotong contoh uji sesuai ukuran kemudian diberi lapisan kain putih kapas dan poliester,



bila kain utamanya printing atau motif, maka kain lapisan kapas ataupun poliester dibuat masing-masing 2 buah yang berhadapan dengan bagian atas permukaan kain motif susunanya (kapas, motif, poliester atau sebaliknya), kemudian pada kedua permukaannya dijahit salah satu ujungnya pada mesin jahit. 2. Memasukan 200 ml larutan yang mengandung 0,5 % volume sabun yang sesuai dan 10



kelereng baja tahan karat ke dalam bejana, kemudian menutup rapat bejana dan memanaskan bejana sampai 400 °C. 3. Meletakan bejana tersebut pada tempatnya dimana pemanasan bejana diatur sedemikian rupa



sehingga setiap sisi terdiri dari sejumlah bejana yang sama. 4. Menjalankan mesin untuk pemanasan pendahuluan. 5. Memberhentikan mesin kemudian membuka tutup bejana 6. Memasukan contoh uji ke dalam bejana lalu menutupnya kembali 7. Menjalankan mesin Linitest selama 40 menit. 8. Menghentikan mesin dan mengeluarkan contoh uji kemudian membilas contoh uji dan



mengasamkannya dengan larutan asam asetat 0,014 %.



E. Data Percobaan Hasil pengujian : Tabel-4 Hasil Pengujian Pada Contoh Uji Dengan Menggunakan Gray scale dan Staining Scale Nilai Gray Scale



Nilai Staining Scale



Pengujian Ke Kain uji



Polyester



Cotton



4



4/5



4



1 (Kain kapas diatas kain)



2 (Kain poliester



4



4/5



4



diatas kain)



F. Diskusi Dalam melakukan praktikum pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian ini praktikan megalami kesulitan dalam memotong contoh uji karena contoh uji memiliki warna yang berbeda – beda dimana kainnya bermotif (printing), contoh uji harus mewakili semua warna yang terdapat pada kain. Pada saat melakukan penilaian disini praktikan mengalami kesulitan karena harus membandingkan secara visual kekontrasan antara contoh uji yang asli dengan contoh uji yang telah diuji terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Gray Scale selain itu, dalam penilaian skala mengalami kekontrasan antara kain pelapis (poliester dan katun) yang asli dengan kain yang telah diuji dengan standar perubahan warna yang digambarkan oleh Staining Scale, susah untuk menentukan perubahan warnanya. G. Kesimpulan Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian, didapat hasil pengujian untuk perubahan warna maupun penodaan warna sebagai berikut: 1. Nilai perubahan warna (gray scale) pengujian ke 1 dan 2 sebesar 4 dan 4 2. Nilai penodaan warna (staining scale) pada pengujian ke - 1 polyester sebesar 3/4 dan cotton sebesar 3/4 3. Nilai penodaan warana (staining scale) pada pengujian ke - 2 polyester sebesar 4 dan cotton sebesar 4



Nilai tersebut dapat dikatakan cukup baik, dalam arti kain yang diuji memiliki ketahanan luntur terhadap warna yang cukup baik.



PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT ASAM DAN BASA



A. Maksud dan Tujuan Praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat asam dan basa ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara memberikan penilaian pada contoh uji dengan menggunakan Gray scale serta Staining Scale, mengenai ketahanan luntur warna terhadap larutan keringat buatan baik yang bersifat asam atau bersifat basa, sehingga mahasiswa dapat mengetahui mutu kain contoh uji untuk dapat dijadikan acuan pada proses pengendalian mutu produksi dan perdagangan.



B. Teori Dasar Pengujian ini meliputi pengujian ketahanan luntur warna dari segala macam dan bentuk bahan tekstil berwarna terhadap keringat. Prinsip pengujian dari uji tahan luntur warna terhadap keringat adalah contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm dan dijahit diantara sepasang kain putih dengan ukuran yang sama. Contoh-contoh uji yang terpisah dari bahan tekstil berwarna dalam larutan keringat buatan bersifat asam dan basa, kemudian diberikan tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada suhu yang naik sedikit demi sedikit. Pada saat pengujian, contoh uji kain motif dipasangkan dengan dua helai kain putih dimana yang sehelai kain poliester dan sehelainya lagi kain katun kemudian di jahit di salah satu ujung kainnya ke arah lebar kain.



C. Alat dan Bahan Praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah: 1. Kain contoh uji yang berwarna dengan ukuran (4 x 10) cm dan kain poliester serta kain katun 2. Perspiration tester 3. AATCC Perspiration Tester atau alat lain yang sejenis 4. Gelas piala 500 ml dan pengaduk kaca 5. Alat pengering listrik/oven 6. Alat pemeras jenis mangel yang diperlengkapi dengan pengatur tekanan 7. Lempeng-lempeng kaca/plastic 8. Gray Scale dan Staining Scale 9. Pereaksi : larutan keringat buatan yang bersifat asam dan basa



D. Langkah Kerja  Persiapan Contoh Uji : 1. Contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm sebanyak 4 buah dan masing-masing dijahit dengan kain putih terbuat dari bahan kapas dan poliester. Dengan kain poliester berada di atas kain uji atau kain kapas berada di atas kain uji di buat masing-masing 2 buah.  Cara Pengujian : 1. Menjahit dua buah contoh kain berwarna diantara kain putih (kapas dan poliester), kemudian direndam dalam larutan keringat buatan yang bersifat basa, sedangkan dua buah contoh lainnya



dalam larutan keringat bersifat asam selama 15-30 menit untuk mendapatkan pembasahan yang sempurna. 2. Memeras dan meletakan contoh uji diantara dua lempeng kaca atau mika, lalu dipasang pada prespiration tester dan diberi tekanan 10 pound (60 g/cm2) dan diatur sehingga contoh uji dalam kedudukan tegak pada waktu meletakannya dalam pemanas. 3. Memasukan contoh uji yang telah siap kedalam pemanas pada suhu 38 ± 1 °C selama 4 jam. 4. Melakukan evaluasi perubahan warna terhadap contoh uji yang sudah kering dengan Gray scale dan evaluasi penodaan warna dilakukan dengan cara membandingkannya dengan Staining Scale.



E. Data Percobaan Hasil pengujian : Tabel-1 Evaluasi terhadap Hasil Pengujian



Pengujian Ke -



Uji Ketahanan terhadap keringat



Uji Ketahanan terhadap



Asam



Keringat Basa



Kain



Poliester



Kapas



4/5



4/5



3/4



4/5



4/5



3/4



contoh uji



Kain



Poliester



Kapas



4/5



4/5



3/4



4/5



4/5



3/4



contoh uji



1 (Kapas di atas contoh uji) 2 (Poliester di atas contoh uji)



F. Diskusi



Dari Hasil pelaksanaan praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat asam dan basa ini memiliki tingkat kesulitan yang hampir sama dengan pengujian ketahanan luntur warna yang lain, dimana saat penilaian hasil uji diperlukan ketelitian yang sangat baik dalam memilih skala warna yang sesuai dengan contoh kain uji selain itu pada saat memeras kain contoh yang telah direndam larutan keringat menggunakan pengaduk kaca mengalami kesulitan, saat memeras hanya cukupp ditekan supaya larutan keringat terbuang saja dan janga menggunakan tangan saat memerasnya. Pada proses terakhir yaitu contoh uji dipanaskan didalam oven dibutuhkan waktu sekiranya 4 jam sehingga evaluasi kain tidak dilakukan saat itu juga dan pengambilan kainnya tertunda karena waktu praktikum tidak sesuai dengan jam mata kuliah sehingga harus di ambil di luar jam perkuliahan Praktikum Evaluasi Tekstil dan Garmen 1.



G. Kesimpulan Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat asam dan basa ini dapat dilihat bahwa berdasarkan data yang didapat dari praktikum yang terdapat pada tabel di atas, menunjukkan bahwa warna pada kain tersebut tidak banyak menodai kain putih (poliester dan kapas), perubahan warna kain pun tidak ada dalam larutan keringat yang bersifat asam maupun basa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kain contoh uji tersebut cukup baik dan tahan luntur warna terhadap keringat yang bersifat asam maupun basa, namun ada sedikit perubahan warna pada larutan basa.



PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN



A. Maksud dan Tujuan Praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan dimaksudkan untuk menguji ketahanan luntur warna pada contoh uji atau bahan, baik celup ataupun di cap dengan cara penggosokan. Tujuannya adalah untuk menentukan seberapa banyak lunturan warna terhadap kain kapas putih dengan cara pengggosokan kemudian analisa berapa besar nilainya dengan Staining Scale dan Grey Scale.



B. Teori Dasar Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji penodaan dari bahan berwarna pada kain, yang disebabkan oleh gosokan dari segala macam serat, baik dalam bentuk benang maupun kain. Pengaruh gosokan tersebut diamati dalam keadaan kering maupun basah. Prinsip pengerjaannya yaitu dengan menggosokkan kain putih kering maupun basah yang telah dipasang pada Crockmeter bersama contoh uji dengan ukuran tertentu. Penodaan pada kain putih dinilai dengan menggunakan Staining Scale. Pada Staining scale penilaian penodaan warna pada kain putih dalam pengujian tahan luntur warna dilakukan dan membandingkan perbedaa warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak dinodai, tahap perbedaan yang digambarkan oleh Staining Scale, dan dinyatakan dengn nilai Kearomatikan Adam seperti pada Gray Scale Kain putih yang dipakai adalah kain telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, yang kemudian dipotong dengan ukuran 5 x 5 cm. Crockmeter ini memiliki jari dengan diameter



1,5 cm yang bergerak 1 kali maju mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran, dengan gaya tekanan pada kain seberat 900 gram. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna terhadap kain putih menggunakan stadar Staining Scale.



C. Prinsip Kerja Contoh uji dipasang pada Crockmeter, kemudian padanya digosokan kain putih kering dengan kondisi tertentu. Penggosokan ini diulang dengan kain putih basah dengan memutar tuasnya sebanyak 10 kali. Penodaan pada kain putih dinilai dengan mempergunakan Staining Scale dan kain contoh uji dinilai dengan Grey Scale. D. Alat da Bahan a. Alat-alat yang digunakan : 



Crockmeter







Staining Scale







Grey Scale







Kertas saring







Light Box



b. Bahan yang digunakan : 



Kain kapas putih







Air suling







Kain tenun printing



E. Langkah Kerja  Persiapan Contoh Uji



1. Empat contoh uji diambil, dua untuk pengujian gosok kering dan dua lagi untuk pengujian gosok basah 2. Kain contoh uji (kain tenun) dipotong dengan ukuran 5 x 20 cm secara diagonal atau miring terhadap lusi atau pakan, potong sebanyak 4 buah.



 Uji Gosokan Kering 1. Contoh uji diletakkan rata di atas alat penguji dengan sisi yang panjang searah dengan arah gosokan. 2. Jari Crockmeter dibungkus dengan kain katun kering yang berperan sebagai penggosok kain yang akan di uji. 3. Kemudian digosokkan 10 kali maju mundur ( 20 kali gosokan). Dengan kecepatan satu putaran per detik. Setelah itu kain katun di ambil dan dievaluasi. 4. Bandingkan kain penggosok dengan Staining Scale. 



Uji Gosokan Basah



1. Kain putih (katun) dibasahi dengan air suling, kemudian peras di antara kertas saring sehingga kadar air dalam kain menjadi 65  5 % terhadap berat kain pada kondisi standar kelembaban relative 65  2 % dan suhu 27  20C. kemudian kerjakan seperti uji gosok kering. Kain putih (katun) dikeringkan dan di evaluasi. 2. Pengujian kering dan basah dilakukan dua kali dan hasilnya dirata-ratakan.



F. Data Percobaan Lebar contoh uji = (5 x 20) cm Tabel-1 Hasil pengujian :



Jenis Pengujian



Nilai pada Staining Scale



Nilai pada Grey Scale



(Kain katun/putih)



(Kain contoh uji)



1



4/5



4/5



2



4/5



4/5



Contoh Uji



Kering



1



4



4/5



2



4



4/5



Basah



G. Diskusi Pengujian ini dimaksudkan untuk mencari nilai dari ketahanan luntur warna kain contoh uji terhadap gosokan. Dimana kain tersebut digosok pada media kapas (basah dan kering) bertekanan dari alat Crockmeter. Selanjutnya disesuaikan penodaan warna pada kain kapas dengan Grey Scale. Dalan melaksanakan praktikum penggosokan terjadi kesulitan dimana kain sering terangkat oleh penggosok Crockmeter atau jari-jarinya, sehingga kain kapas sering bergosokan dengan bagian meja datar dari Crockmeter.



H. Kesimpulan Dari hasil praktikum didapatkan data dari hasil pengamatan skala Staning Scale dan Grey Scale untuk kain kapas kering skalanya bernilai 4/5, dan kapas basah 4. Sedangkan kain hijau yang kering skalanya bernilai 4/5serta kain hijau basah skalanya bernilai 4/5. Dimana kain contoh uji berarti memiliki ketahanan luntur warna nya yang cukup baik bila dilihat dari nilai skalanya. Dari hasil praktikum pengujian ketahan luntur warna terhadap gosokan, didapat hasil bahwa berdasarkan nilai perbandingan dengan staining scale diperoleh bahwa untuk uji gosok pada keadaan kering memberikan nilai yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa ketahanan luntur contoh uji akan berkurang pada kondisi basah dibandingkan dengan kondisi kering. Hal itu disebabkan karena friksi antar kain jauh lebih besar dalam keadaan kering dibandingkan dalam keadaan basah.