Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Kurikulum 2013 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013 (PENILAIAN AUTENTIK)   MAKALAH   Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pendidikan IPA Yang Diampu oleh Habidin, S.Pd, M.Pd, Ph.D  dan Dr. Yayuk Mulyati, S.Si, S.Pd, M.Si.



Disusun Oleh : Kelompok 8 Diana Dahniar



(190351620411)



Hesti Fajar Lestari



(190351620473)



Natalie Pniel Dipa P.



(190351620451)



Offering B Angkatan 2019    



   



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM  PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Maret 2021



KATA PENGANTAR   Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Kurikulum 2013 (Penilaian Autentik)” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Pendidikan IPA. Dalam kesempatan ini tak lupa mengucapkan terimakasih kepada: 1. Yth Bapak Habidin, S.Pd, M.Pd, Ph.D dan Ibu Dr. Yayuk Mulyati, S.Si, S.Pd, M.Si. selaku Dosen pengampu mata kuliah Penilaian Pendidikan IPA. 2. Orang tua penulis yang telah memberi dukungan dan bantuan sehingga makalah dapat selesai tepat waktu. 3. Rekan-rekan kelompok 8 yang telah ikut serta dalam pengerjaan makalah ini.



Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaan penulisan ini. Demikian semoga makalah ini bermanfaat. Wassalamualaikum Wr.Wb   Malang, 01 Maret 2021   Penulis



P a g e 2 | 18



DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR............................................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5 1.3 Tujuan...............................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6 HAKIKAT DAN KONSEP....................................................................................................6 PRINSIP.................................................................................................................................7 PENDEKATAN.....................................................................................................................9 KARATERISTIK.................................................................................................................12 STRATEGI PENILAIAN HASIL BELAJAR.....................................................................14 BAB III PENUTUP.......................................................................................................................17 KESIMPULAN....................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18



P a g e 3 | 18



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Guru harus menyadari bahwa kemajuan peserta didik merupakan salah satu indikator keberhasilannya. Perubahan elemen standar isi pada Kurikulum 2013 membuat guru yang selama ini menggunakan penilaian tradisional harus mengubah penilaiannya yaitu menjadi evaluasi otentik berdasarkan tuntutan kurikulum. Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Penilaian tersebut mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat kemampuan sesungguhnya yang dimiliki oleh siswa. Penilaian ini bukan hanya kompetensi pengetahuan saja yang dinilai melainkan proses dalam pembelajaran juga ikut dinilai. Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru mengenai perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.  Penilaian otentik ini dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari input, proses, dan output.



  P a g e 4 | 18



1.2 Rumusan Masalah 1.      Apa pengertian dari penilaian autentik? 2.      Bagaimana pendekatan pada penilaian autentik? 3.      Apa saja yang termasuk dalam karakteristik penilaian autentik? 4.      Bagaimana strategi penilaian hasil belajar pada penilaian autentik?   1.3 Tujuan 1.      Untuk mengetahui pengertian dari penilaian autentik 2.      Untuk mengetahui pendekatan pada penilaian autentik 3.      Untuk mengetahui karakteristik penilaian autentik 4.      Untuk mengetahui strategi penilaian hasil belajar pada penilaian autentik



P a g e 5 | 18



BAB II PEMBAHASAN HAKIKAT DAN KONSEP Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172). Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari  asli, nyata, valid, atau reliabel.  Salah satu tuntutan kurikulum 2013 adalah meminta peserta didik untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Melalui pendekatan saintifik peserta didik diharapkan memahami beragam fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata di luar sekolah. Di sini guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas-tugas yang diembannya. Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.  Asesmen autentik adakalanya disebut  penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan P a g e 6 | 18



peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.



PRINSIP Evaluasi pembelajaran menurut kurikulum 2013 adalah evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Seorang guru harus menerapkan sistem pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 agar pembelajaran dan evaluasinya menjadi lebih maksimal dan mencapai tujuan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut : 1. Sahih/valid Agar valid, penilaian  harus dilakukan berdasar pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang dapat mencerminkan kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen yang sahih juga, yaitu instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur. 2. Objektif Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu dirumuskan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi penilai dan meminimalisir subjektivitas, apalagi  dalam  penilaian kinerja yang cakupan, otentisitas, dan kriteria penilaiannya sangat kompleks. Untuk penilai lebih dari satu perlu dilihat reliabilitas atau konsistensi antar penilai (interrater reliability) untuk menjamin objektivitas setiap penilai. 3. Adil Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta  didik karena perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, gender, dan halP a g e 7 | 18



hal lain. Perbedaan hasil penilaian semata-mata harus disebabkan oleh berubahnya capaian belajar peserta didik pada kompetensi yang dinilai. 4. Terpadu Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah  suatu kompetensi telah tercapai. Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian aktivitas pembelajaran. Karena itu penilaian tidak boleh terlepas apalagi melenceng dari pembelajaran. Penilaian harus mengacu pada proses pembelajaran yang dilakukan. 5. Terbuka Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat diketahui oleh siapapun. Dalam era keterbukaan seperti sekarang, pihak yang dinilai dan pengguna hasil penilaian berhak tahu proses dan acuan yang digunakan dalam penilaian, sehingga hasil penilaian dapat diterima oleh siapapun. 6. Menyeluruh dan Berkesinambungan Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik atau peserta didik. Instrumen penilaian yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek yang dinilai secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen, diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan menggunakan pendekatan  assessment as learning, for learning,  dan  of learning  secara proporsional. 7. Sistematis  Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan  pemetaan. Dilakukan identifikasi dan analisis KD, dan indikator ketercapaian KD. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen, dan waktu penilaian yang sesuai. 8. Beracuan kriteria Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan kriteria. Artinya untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten atau belum bukan dibandingkan terhadap capaian teman-teman atau kelompoknya, melainkan dibandingkan terhadap kriteria minimal yang ditetapkan. Peserta yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas, dapat melanjutkan pembelajaran untuk P a g e 8 | 18



mencapai kompetensi berikutnya, sedangkan peserta didik yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh remedial. 9. Akuntabel  Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian dilakukan secara sahih, objektif, adil, dan terbuka, sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan perlu dipikirkan konsep meaningful assessment. Selain dipertanggungjawabkan teknik, prosedur, dan hasilnya, penilaian juga harus dipertanggungjawabkan kebermaknaannya bagi  peserta didik dan proses belajarnya.



PENDEKATAN  Kurikulum 2013 menghendaki agar evaluasi hasil belajar peserta didik menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik sebagaimana dikemukakan secara umum dalam Permendiknas Nomor 81A Tahun 2013 adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Tuntutan terhadap penerapan penilaian otentik dalam kurikulum 2013 muncul sejalan dengan standar proses yang telah ditetapkan. Salah satu penekanan yang cukup menonjol dalam kurikulum 2013 selain dikembangkan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi, juga penekanannya pada proses pembelajaran yang menggunakan model pendekatan saintifik. Artinya, standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.  Pendekatan saintifik sudah lama diyakini sebagai jembatan bagi pertumbuhan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Para ahli meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik, selain dapat menjadikan peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengkonstruk pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat memotivasi mereka untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Dalam hal ini peserta didik dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan berintuisi, mengira-ngira dalam melihat suatu fenomena. Mereka mestilah dilatih agar mampu berfikir logis, runut dan sistematis. P a g e 9 | 18



Pendekatan saintifik berkelindan pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Tentu saja untuk bisa disebut sebagai pendekatan saintifik maka metode pencarian (method of inquiry) mestilah didasarkan pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis. Jadi, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang mengupayakan agar peserta didik dapat secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamatidalam rangka mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data



dengan



berbagai



teknik,



menganalisis



data,



menarik



kesimpulan



dan



mengomunikasikann konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan Pendekatan saintifik tersebut ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dari berbagai informasi yang mereka peroleh. Informasi-informasi tersebut bisa berasal dari berbagai sumber sesuai dengan luasnya sumber belajar, kapan saja, dan tidak mesti berasal dari informasi yang diberikan guru. Artinya, peserta didik diarahkan untuk mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu oleh guru. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti



mengamati,



mengklasifikasi,



mengukur,



meramalkan,



menjelaskan,



dan



menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru tentulah diperlukan. Akan tetapi bantuan tersebut harus diangsurkan dan semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya peserta didik atau semakin tingginya kelas peserta. Teori Piaget berpandangan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema itu tidak pernah berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi tersebut bisa dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif, yang dalam hal ini P a g e 10 | 18



seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan, dalam beberapa hal mirip dengan teori Piaget. Menurut Bruner perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: (1) enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; (2) ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya; dan (3) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga mampu dalam mengutarakan pendapatnya dengan bahasa. Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya, namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan kemampuan peserta didik sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Merujuk kepada teori-teori yang dikemukakan di atas dapat ditarik benang merah bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik, sekurangkurang memiliki empat karakteristik pokok yaitu: a. Berpusat pada peserta didik; b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip; c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik. Untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Terdapat sejumlah metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik yang sudah popular, seperti metode problem based learning; project based learning; inkuiri, group investigation dan lain-lain. Pendekatan



saintifik



dalam



pembelajaran



sebagaimana



dikonsepsikan



oleh



Kemendikbud (2013) meliputi komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran dan materi tertentu, pada situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan tersebut tidak selalu P a g e 11 | 18



tepat diterapkan secara prosedural, walaupun harus dipastikan akan tetap menerapkan nilainilai atau sifat-sifat ilmiah, dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah : a. Penilaian Acuan Patokan (PAP), semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. b. Penilaian Acun Kriteria (PAK), merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.   KARATERISTIK Karakteristik Penilaian Otentik Santoso (2004) menyatakan beberapa karakteristik penilaian otentik adalah sebagai berikut : a.   Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. b.  Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata c.   Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. d.  Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Sedangkan Nurhadi (2004: 173), mengemukakan bahwa karakteristik authentic assessment adalah sebagai berikut: a. Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience) b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung c. Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi d. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. e. Berkesinambungan P a g e 12 | 18



f. Terintegrasi g. Dapat digunakan sebagai umpan balik h. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013 1. Belajar Tuntas Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI4),



siswa



tidak



diperkenankan



mengerjakan



pekerjaan



berikutnya,



sebelum



mampumenyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah siswa dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Siswa yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya.  2.



Otentik Menurut Nurhadi (2004: 172) penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benarbenar dikuasai dan dicapai. Penilaian autentik juga merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas yang riil yang dibutuhkan peserta didik untuk dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan mereproduksi informasi. Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa.



3. Berkesinambungan Memiliki tujuan dalam mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus-menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas). P a g e 13 | 18



4. Berdasarkan Acuan Kriteria Kemampuan siswa tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. 5. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri. STRATEGI PENILAIAN HASIL BELAJAR Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat menggunakan berbagai jenis strategi penilaian diantaranya adalah:  a. Tes standar prestasi, b. Tes buatan guru, c. Catatan kegiatan, d. Catatan anekdot, e. Skala sikap, f. Catatan tindakan, g. Konsep pekerjaan, h. Tugas individu, i. Tugas kelompok atau kelas, j. Diskusi, k. Wawancara, l. Catatan pengamatan, m. Peta perilaku,



P a g e 14 | 18



n. Portofolio, o. Kuesioner, dan p. Pengukuran sosiometri (santoso, 2004). Contoh strategi penilaian otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student self-assessment), dan penilaian tertulis. 1.  Penilaian Performansi (Performance Assessment) Penilaian ini merupakan bentuk penilaian yang membangun respon siswa,  misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat diperoleh guru dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas. Penilaian ini meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang komplek dalam konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan keahlian yang relevan untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat menggunakan bahan-bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi masalah, contoh: laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan demonstrasi. 2.   Penilaian Kinerja Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.   Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas.  3.   Penilaian Proyek Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.  Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.  P a g e 15 | 18



4.  Portofolio (Portfolios) Bentuk ini merupakan sistem pengumpulan hasil kerja siswa yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam jangka waktu tertentu. Contoh penilaian portofolio, misalnya:  1) menulis, 2) membaca buku harian, 3) menggambar, 4) audio atau video, 5) komentar guru dan siswa tentang kemajuan yang telah dicapai siswa. 5.   Diri-Sendiri (Student Self-Assessment) Penilaian ini merupakan kunci dalam penilaian otentik dan dalam pengaturan pembelajaran diri, “motivasi dan strategi untuk menyelesaikan permasalahan dengan tujuan spesifik”. 6.   Penilaian Tertulis Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan (Kemendikbud, 2013).  Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. memilih jawaban dan mensuplai jawaban.  1)      Memilih jawaban terdiri dari   pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.  2)      Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi,  jawaban singkat atau pendek,dan  uraian.



P a g e 16 | 18



BAB II PENUTUP



KESIMPULAN Setiap evaluasi pembelajaran harus memiliki prinsip di atas agar evaluasi yang diadakan obyektif dan sah. Evaluasi juga harus memiliki kriteria/karateristik dan pendekatan yang ada dalam kurikulum 2013. Salah satu tuntutan kurikulum 2013 adalah meminta peserta didik untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Dalam dunia pendidikan sebagai pembimbing, pengamat dan penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus melakukan tugas-tugas nya sesuai tujuan yang hendak dicapai. Dengan melakukan evaluasi dalam pendidikan didapat informasi mengenai sampai sejauh mana keberhasilan para pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Sehingga diketahui indikator-indikator yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan mencapai tujuan yang dikehendaki atau hasil yang optimal.



P a g e 17 | 18



DAFTAR PUSTAKA Amir Daien Indrakusuma. 1998. Evaluasi Pendidikan Penilaian Hasil-hasil Belajar. jilid 1 Terbitan Sendiri. Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Bistok Sirait. 1985. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang Press, Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. Muljono,  Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan .Jakarta : Penertbit PT Grasindo. Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Implementasi Kurikulum. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.. Santoso, A. B. 2004. Penilaian Berbasis Kelas. Makalah. Semarang: Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNNES.



P a g e 18 | 18