Evaluasi Sumber Daya Lahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN DIGITASI LAYER NAMA



: SRI WAHYUNI



NIM



: 131510501105



GOL/KEL



: C/8



ANGGOTA



: 1. MARICH NUR M. (131510501146) 2. SILVIA Q. M. 3. RATNA A. D.C



(131510501152) (131510501136)



4. LULUK NOVIANA ( 131510501143) TANGGAL PRAKTIKUM



: 04 MEI 2015



TANGGAL PENYERAHAN



: 11 MEI 2015



ASISTEN



: 1. GANJAR ARISANDI 2. HAIDAR ALI ASSA’DULLAH 3. HERMANTO 4. MUHAMMAD YUNUS MA’SUM 5. WAHYU KUSUMANDARU 6. YESI RATNASARI 7. LAILY MUTMAINNAH 8. IRA AMGGRAENI



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



Permukaan bumi menurut ilmuwan yang telah melakukan penelitian bahwa bentuk bumi bulat. Meskipun bulat pada umumnya tidak beraturan dengan berbagai bukti adanya lekukan dan tonjolan pada permukaan bumi. Adanya lekukan bumi seperti adanya jurang pada permukaan bumi. Menurut para ahli bentuk bumi pada dasarnya tidak benar-benar bulat karena pada saat pemepatan pada kutub-kutubnya yang terjadi tidak benar-benar bulat, sehingga para ahli melilih elipsida sebagai bentuk matematis yang mewakili bumi hasil pemetaan. Untuk membuktikan bentuk bumi yang benar, perlu adanya data yang mendukung dan sumber geospatial. Sumber-sumber dari geospital seperti foto udara, peta digital, citra satelit dan lain-lain yang dapat mendukung mendapatkan bukti dari pemetaan bumi. Pemetaan merupakan proses penyajian informasi muka bumi yang sebenarnya dan nyata baik bentuk permukaan buminya maupun bentuk sumbu alam. Berdasarkan skala peta dari sistem proyeksi dan simbol-simbol dari unsur permukaan bumi yang disajikan, peta merupakan sarana informasi mengenai lingkungan dan bentuk permukaan bumi yang di gambar pada bidang data hasil dari pemetaan. Wawasan, paradigma baru dan pemikiran yang semakin luas pada proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi terjadi pada era teknologi yang semakin



canggih.



Kemajuan di bidang teknologi khususnya



di bidang



komputer mengakibatkan suatu peta bukan hanya dalam bentuk nyata (pada selembar kertas, real maps, atau hardcopy), tetapi juga dapat disimpan dalam bentuk digital, sehingga dapat disajikan pada layar monitor yang dikenal dengan peta maya (Virtualmaps atau softcopy). Pemetaan digital merupakan suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam jumlah atau skala peta yang dihasilkan. Sedangkan digitasi merupakan usaha untuk menggambarkan kondisi bumi kedalam sebuah bidang datar dalam computer. Atau dapat disebut sebagai pengubahan data peta hardcopy menjadi softcopy. Data hasil dari teknologi yang dapat di implemantasikan pada dunia nyata dan data disimpan serta diproses sedemikian rupa yang dapat di sajikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan sesuai dengan kebutuhan. Berkembangnya teknologi yang semakin lama semakin



meningkat khususnya pada basidata, teknologi informasi, dan teknologi satelit inderaja, maka kebutuhan mengenai penyimpanan, analisis, dan penyajian data yang berstruktur kompleks dengan jumlah makin besar makin mendesak dapat terpenuhi. Pengelolaan data yang kompleks ini diperlukan suatu sistem informasi yang secara terintegrasi mampu mengolah baik data spasial maupun data atribut secara efektif dan efisien. Sistem pengelolaan data yang kompleks juga harus mampu menjawab dengan baik pertanyaan spasial maupun atribut secara simultan. Salah satu sistem yang menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini yakni sistem informasi geografis (SIG). Salah satu permukaan bumi yang dapat diteliti menggunakan sistem informasi geografis yakni lereng. Lereng merupakan suatu permukaan yang menghubungkan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah. Penggambaran lereng dan besar sudutnya dengan melakukan trial and eror sehingga mendapatkan sudut busur lingkungan yang sesuai dengan panjang busur kelongsorannya. Secara umum terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk jenis fenomena-fenomena yang tedapat di dunia nyata. Pertama yakni jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Jenis data ini sering disebut sebagai data posisi, koordinat, ruang, atau spasial. Sedangkan yang kedua adalah jenis data yang



menjelaskan



aspek



deskriptif dari fenomena yang dimodelkannnya.



1.2 Tujuan 1.



Mahasiswa mampu untuk memasukan data titik.



2.



Mahasiswa mampu untuk memasukkan data garis.



3.



Mahasiswa mampu untuk memasukkan data polygon.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS), merupakan suatu sistem (berbasiskan komputer) yang digunakan untuk



menyimpan, dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Aplikasi SIG yang baik adalah apabila aplikasi tersebut dapat menjawab salah satu atau lebih dari 3 (tiga) pertanyaan yaitu tentang lokasi, kondisi dan pola. Sistem Informasi Geografis dapat juga menggunakan atribut yang tersimpan untuk menghitung informasi baru mengenai feature peta, seperti menghitung panjang jalan tertentu atau menghitung luas area. Teknologi GIS juga mampu mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang basa digunakan saat ini, seperti pengambilan data yang berdasarkan kebutuhan, analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis dengan gambar-gambar petanya. Kemampuan tersebut membuat Sistem Informasi Geografis berbeda dengan sistem informasi pada umumnya dan membuatnya berharga bagi perusahaan milik masyarakat atau perseorangan untuk memberikan penjelasan tentang suatu obyek dan pariwisata, membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis lainya (Lestari dan Marwoto, 2012). Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat juga memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini, salah satu sistem informasi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) yaitu suatu sistem informasi yang didesain untuk bekerja dengan data yang berrefensi pada spatial atau koordinat geografis. Perubahan penggunaan dan penutupan lahan, yang merupakan fungsi ruang dan waktu, serta penyebab terjadinya banjir ini dapat dipresentasikan lebih baik dalam data digital yang berstruktur data Sistem Informasi Geografis. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kondisi saluran yang ada, dengan pemanfaatan teknologi GIS. Diharapkan hasil sistem jaringan drainasenya akan lebih baik hasilnya dan lebih informatif, karena didukung dengan analisis geografis berupa gambar peta –peta ( Rachmawati, 2010). Kemiringan lereng mempengaruhi perilaku dan hidrograf dalam hal waktu aliran. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS semakin cepat laju aliran dan dengan demikian mempercepat respon DAS tersebut oleh adanya hujan. Salah



satu parameter dalam menentukan potensi banjir adalah lereng rata-rata DAS. Banjir bandang dipengaruhi oleh kemiringan lahan. Pada areal berbukit dan tebing sungai yang curam memiliki potensi mengalami gerakan tanah sehingga terjadi terjadi penyumbatan di hulu sungai. Sedangkan permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung akan menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi demikian besar sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran lereng. Analisis stabilitas tanah yang miring ini disebut dengan stabilitas lereng (Vidiya dkk., 2014). Klasifikasi bahaya erosi yang terjadi bervariasi dan sangat berat. Di Kabupaten Touna bahaya erosinya sangat ringan, hal ini menunjukkan kondisi DAS nya sangat baik. Di Kabupaten Donggala (DAS Taweli dan Lolitasiburi) tergolong sangat berat, artinya kondisi DAS sudah sangat kritis. Sedangkan di kabupaten lain tergolong klasifikasi sedang. Panjang lereng diukur dari suatu tempat pada permukaan tanah dimana erosi mulai terjadi sampai pada tempat dimana terjadi pengendapan, atau sampai pada tempat dimana aliran air dipermukaan tanah masuk ke dalam saluran. Dalam praktek lapangan nilai Lereng sering dihitung sekaligus dengan faktor kecuraman sebagai faktor kemiringan lereng. Departemen Kehutanan memberikan nilai faktor kemiringan lereng, yang ditetapkan berdasarkan kelas lereng (Sutapa, 2010). Menurut Barus dan Wiradisastra (2000), SIG dapat merepresentasikan dunia nyata (real world) di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi SIG memiliki kekuatan dan fleksibilitas lebih dibanding peta. SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur - unsurnya sebagai atribut di dalam basis data. Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di dalam tabel (relasional). Setelah itu SIG menghubungkan unsur - unsur di atas dengan tabel - tabel yang berkaitan. Dengan demikian atribut - atribut ini dapat diakses melalui lokasi – lokasi unsur - unsur peta, demikian sebaliknya. Kelebihan yang sangat jelas dari SIG jika dibanding dengan peta konvensional adalah kemudahan serta keefisienannya dalam menyajikan peta yang berdasarkan tema - tema tertentu (tematik) tanpa harus melakukan



perubahan besar. Menurut Prahasta (2002), jika pada peta konvensional harus menggambar peta pada lembaran - lembaran terpisah untuk setiap tema yang berbeda, dengan adanya SIG hanya perlu memanggil/mengaktifkan tema – tema berbeda tersebut. Perubahan - perubahan pada peta dapat dengan cepat dan mudah dilakukan. Beberapa karakteristik khusus yang dapat menjadi pembeda antara basis data SIG dengan basis data selain SIG diantaranya: a) Di dalam basis data SIG terdapat kebutuhan mengenai data spasial. Basis data SIG terdiri dari basis data atribut dan spasial. Basis data spasial inilah yang nantinya disajikan dalam bentuk peta tematik. b) Entitas spasial. Dengan adanya data spasial membawa konsekuensi munculnya entitas spasial. Entitas spasial nantinya digunakan dalam berbagai analisis spasial. c) Terdapatnya entitas tambahan sebagai akibat dari adanya kebutuhan data spasial dan entitas spasial. d) Di dalam basis data SIG sering muncul field tambahan di luarperancangan, karena telah disediakan secara otomatis oleh SMBD SIG. Untuk melakukan representasi visual data spasial, diperlukan suatu peta, baik itu peta digital maupun peta yang langsung dibuat dalam aplikasi SIG (Kurniawan, 2009). Menurut Ekadinata dkk. (2009), peta digital merupakan representasi fenomena geografik yang disimpan untuk ditampilkan dan dianalisis oleh komputer digital. Setiap objek pada peta digital disimpan sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat. Sebagai contoh, objek berupa lokasi sebuah titik akan disimpan sebagai sebuah koordinat, sedangkan objek berupa wilayah akan disimpan sebagai sekumpulan koordinat. Menurut Nugraha (2012), beberapa kelebihan penggunaan peta digital dibandingkan dengan peta analog (yang disimpan dalam bentuk kertas atau media cetakan lain), antara lain dalam hal: 1.



Peta digital kualitasnya tetap. Tidak seperti kertas yang dapat terlipat, memuai atau sobek ketika disimpan, peta digital dapat dikembalikan ke bentuk asalnya kapanpun tanpa ada penurunan kualitas.



2.



Peta digital mudah disimpan dan dipindahkan dari satu media penyimpanan yang satu ke media penyimpanan yang lain. Peta analog yang disimpan dalam bentuk gulungan-gulungan kertas misalnya, memerlukan ruangan yang lebih



besar dibanding dengan jika peta tersebut disimpan sebagai peta digital dalam sebuah hard disk, CD-ROM atau DVD-ROM. 3.



Peta digital lebih mudah diperbarui. Penyuntingan untuk keperluan pemutakhiran data atau perubahan sistem koordinat misalnya, dapat lebih mudah dilakukan menggunakan perangkat lunak tertentu.



BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Evaluasi Sumberdaya Lahan dengan acara “Digitasi Layer” dilaksanakan pada hari Senin, 04 April 2015 pukul 16.00 WIB – selesai yang bertempat di Ruang 9 Fakultas Pertanian Universitas Jember. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan 1. Peta 2. Software ArcView 3. Data vector 4. Data spasial 3.2.2 Alat 1. Laptop 2. Kabel Olor 3. Penggaris 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Mengaktifkan ekstensi 1. Membuat proyek baru. 2. Dari menu File, memilih Extensions. Akan muncul jendela Extensions 3. Mengecek JPEG 4. Menekan OK 3.3.2 Mendigitasi data titik 1. Memasukkan image “tondano.jpg”. 2. Dari menu View, memilih New Theme. Kemudian mengikuti perintah. 3. Memilih “point”, karena Anda akan memasukkan data titik. Menekan OK. 4. Menulis nama file misalnya “elevasi.shp”. 5. Menekan OK. Akan muncul gambar Tondano.



6. Menekan tombol Open Theme Table , dan akan muncul tabel Attributes of Elevasi.shp. 7. Dari menu Edit, memilih Add Field. Akan muncul tabel Field Definition. Mengganti Name menjadi “Elevasi”, Type menjadi “Number” karena kita akan memasukkan angka. Menekan OK. 3.3.2.1 Digitasi titik 1. Menekan tombol Draw Points 2. Mengarahkan ke titik yang Anda ingin digit pada peta. Menekan tombol kiri tetikus Anda. 3. Menekan tombol Open Theme Tabel 4. Memilih tombol Edit 5. Memasukkan “760” pada kolom Elevasi pada lajur yang disorot. Menekan Enter di keyboard. 6. Menyelesaikan digitasi titik lainnya. 7. Dari menu Theme, memilih Save Edits, tekan Yes. 8. Dari menu Theme, memilih Stop Editing, tekan Yes. 3.3.3 Mendigitasi data garis 1.



Dari menu View, memilih New Theme. Kemudian mengikuti perintah.



2.



Memilih “Line”, karena kita akan memasukkan data garis. Kemudian, Menekan OK. Menulis nama file “river.shp”. Menekan OK.



3.



Menekan tombol Open Theme Table.



4.



Dari menu Edit, mempilih Add Field. Mengganti Name menjadi “Nama”, Type menjadi “String” karena kita akan memasukkan kata. Menekan OK.



3.3.3.1 Digitasi garis 1.



Mengaktifkan View.



2.



Menekan tombol Draw Line



3.



Melakukan digitasi dengan cara Anda menggeser dan menekan tombol kanan tetikus Anda sambil menyusuri garis sungai yang ada di peta.



4.



Menekan tombol Open Theme Tabel



5.



Memilih tombol Edit



6.



Menulis “Sungai Buatan” pada kolom Nama pada lajur yang disorot. Menekan Enter di keyboard. Setelah selesai akan nampak seperti tampilan berikut.



7.



Menyelesaikan digitasi sungai yang sisanya.



8.



Dari menu Theme, memilih Save Edits, tekan Yes.



9.



Dari menu Theme, pilih Stop Editing, tekan Yes.



3.3.4 Mendigitasi data area (polygon) 1.



Dari menu View, memilih New Theme.



2.



Memilih Polygon, karena kita akan memasukkan data Area. Kemudian, menekan OK.



3.



Menulis “landuse.shp” pada papan File Name. Menekan OK.



4.



Menekan tombol Open Theme Table.



5.



Dari menu Edit, pilih Add Field. Ganti “Name” menjadi “Landuse”, “Type” menjadi “String” karena kita akan memasukkan kata, dan “Widh” 30. Menekan OK.



3.3.4.1 Digitasi polygon 1.



Menekan tombol Draw Rectangle .



2.



Pada ujung kiri tombol ini, menekan sekali lagi sampai muncul daftar tombol.



3.



Menekan tombol Draw Polygon.



4.



Menggeser, menekan, dan menyusuri batas luasan yang ingin Anda digitasi pada peta.



5.



Menekan tombol Draw Line to Append Polygon untuk menyambung digitasi.



6.



Untuk menggabungkan keduanya, mengklik polygon pertama kemudian SHIFT mengklik pada polygon kedua. Hasilnya, kedua polygon akan ditandai. Dari menu Edit, memilih Combine.



8.



Menekan tombol Open Theme Tabel



9.



Memilih tombol Edit



10. Menulis “Belukar” pada kolom landuse pada lajur yang disorot. Tekan Enter di keyboard. 11. Menyelesaikan untuk kedua polygon sisanya.



12. Bila sudah selesai, dari menu Theme, memilih Save Edits, menekan Yes. 13. Dari menu Theme, memilih Stop Editing, tekan Yes. 14. Dari menu File, memilih Save Project As. Menulis “Lat4.apr”. Menekan OK 15. Dari menu File, memilih Exit.



DAFTAR PUSTAKA Barus, Baba dan U. S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana dan Manajemen Sumberdaya.Bogor:Fakultas Pertanian Ekadinata, A., S. Dewi, D. Prasetyo, D. K. Nugroho dan F. Johana. 2009 Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. Yogyakarta: Kanisius. Kurniawan, Taufik. 2009. Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (GIS) Arcview 3.3 dalam Perancangan Peta Kemiskinan. Teknik Sipil, 4(2):190-103. Lestari, Uning dan Marwoto. 2012. Aplikasi Informasi Geografis Pemetaan Digital Loop Carrier. Teknologi Technoscientia,5(1):116-124. Nugraha, D. Wiria. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis Menggunakan Peta digital. Ilmiah Foristek,2(1):1-9. Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografi Konsep-konsep dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Jakarta:Informatika. Rachmawati, Azzizah. 2010. Aplikasi GIS (Sistem Informasi Geografis) untuk Evaluasi Sistem Jaringan Drainase di Sub DAS Lowokwaru Kota Malang. Rekayasa Sipil,4(2):111-123. Sutapa, I Wayan. 2010. Analisis Potensi Erosi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sulawesi Tengah. Teknik Sipil,8(3):169-181. Vidiya, Rika, Azmeri, dan E. Meilianda. 2014. Kajian Parameter Ancaman Banjir Bandang pada DAS Krueng Teungku Kabupaten Aceh Besar. Teknik Sipil,3(4):19-27.