F5 Kiki [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UKM F5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (1) Tanggal Mulai : 11 Januari 2021 Pembimbing: dr. Meilince Peserta Hadir: Masyarakat Judul Laporan : Pemberian Imunisasi pada Balita di Posyandu Manggis Muara Bulian



Latarbelakang : Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal dengan sasaran pada bayi baru lahir sampai usia 11 bulan untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Kelengkapan imunisasi dasar mencakup imunisasi hepatitis B diberikan dalam 12 jam setelah lahir sebanyak 1 kali, BCG sebanyak 1 kali, DPT-HB-Hib sebanyak 3 kali, polio sebanyak 4 kali dan campak sebanyak 1 kali sedangkan untuk imunisasi lanjutan dilakukan pada usia 18 bulan dengan pemberian polio sebanyak 4 kali dan campak sebanyak 1 kali.1 Imunisasi BCG dilakukan dengan memberikan vaksin BCG yang bertujuan memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit tuberkulosis, imunisasi DPT dilakukan dengan pemberian vaksin DPT dengan tujuan meningkatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus, imunisasi HB (hepatitis B) dengan memberikan vaksin hepatitis B ke tubuh untuk melindungi tubuh dari penyakit hepatitis B, imunisasi Hib memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang meningitis (radang otak) yang disebabkan bakteri Haemophilus influenza type B, imunisasi polio dengan memberikan vaksin polio (oral) untuk melindungi tubuh terhadap penyakit polio. Imunisasi campak dengan tindakan memberikan vaksin campak untuk melindungi tubuh dari penyakit campak. Akibat yang ditimbulkan jika tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit antara lain campak, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan tuberkulosis. Pemerintah berusaha menurunkan angka kesakitan penyakit tersebut dengan pengobatan kasus secara standar dan pentingnya pencegahan dengan cara imunisasi. Penelitan mengatakan ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan penularan melalui dahak penderita. Penelitian membuktikan ada hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian penyakit TB paru pada anak dan balita.6 Campak adalah infeksi akut yang disebabkan



oleh virus campak dan sangat menular, kematian pada penyakit campak disebabkan karena komplikasinya. Status imunisasi tidak lengkap pada anak merupakan faktor risiko kejadian campak.



Permasalahan : -



Tingkat kepatuhan imunisasi



-



Kunjungan Imunisasi yang sering terlewat



-



Angka capaian imunisasi masih belum mencapai target



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi : -



Dilakukan penyuluhan mengenai status gizi anak



-



Dilakukan pengukuran status gizi anak meliputi usia, berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas.



-



Dilakukan interpretasi hasil pengukuran status gizi melalui kurva pertumbuhan BB/U dan TB/U



-



Dilakukan sesi konsultasi pada orangtua mengenai imunisasi



-



Dilakukan imunisasi tingkat dasar dan lanjutan pada anak balita



Pelaksanaan : Penyuluhan dan pengukuran dilakukan di Posyandu Manggis Muara Bulian, hari Senin, 11 Januari 2021 Pukul 15.30-17.00 WIB dengan agenda sebagai berikut: -



Penyuluhan mengenai protokol Kesehatan selama pandemik COVID-19, mencuci tangan, etika batuk, dan status gizi anak



-



Pengukuran status gizi anak meliputi usia, berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas.



-



Interpretasi hasil pengukuran status gizi melalui kurva pertumbuhan BB/U dan TB/U



-



Sesi konsultasi pada orangtua mengenai gizi anak



-



Imunisasi tingkat dasar dan lanjutan pada anak balita



Monitoring dan Evaluasi : -



Jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan secara individu sebanyak 12 orang, merupakan anak usia 0-36 bulan di lingkungan Posyandu Manggis Muara Bulian. 1. An. AR, 1 tahun 7 bulan, BBL: 3000 gram, BB sekarang: 15 kg, PB:76 cm, LK: 48 cm, Imunisasi: DPT Lanjutan



2. An. AZ, 3 bulan, BBL: 3500 gram, BB sekarang: 6500 gram, PB: 54 cm, LK: 40 cm, Imunisasi: DPT 1, HiB 1, Hep.B 1, Polio 2 3. An. CAK, 4 bulan, BBL: 2600 gram, BB sekarang: 6000 gram, PB: 58 cm, LK: 40 cm, Imunisasi: DPT 2, hiB 2, Hep.B2, Polio 3 4. An. B, 6 bulan, BBL: 3000 gram, BB sekarang: 8000 gram, PB: 65 cm, LK: 43 cm, Imunisasi: DPT 3, HiB 3, Hep.B 3, Polio 4 5. An. MHA, 3 bulan, BBL: 2400 gram, BB sekarang: 6000 gram, PB: 67 cm, LK: 45 cm, Imunisasi: DPT 1, HiB 1, Hep.B 1, Polio 3 6. An. MA, 5 bulan, BBL: 2850 gram, BB sekarang: 7800 gram, PB: 65 cm, LK: 44 cm, Imunisasi: DPT 3, HiB 3, Hep.B 3, Polio 4 7. An. DY, 5 bulan, BBL: 3200 gram, BB sekarang: 6700 gram, PB: 63 cm, LK: 42 cm, Imunisasi: DPT 1, HiB 1, Hep.B 1, Polio 2 8. An. ZR, 7 bulan, BBL: 3600 gram, BB sekarang: 8000 gram, PB: 60 cm, LK: 38 cm, Imunisasi: DPT 3, HiB 3, Hep.B 3, Polio 4 9. An. S, 10 bulan, BBL: 2800 gram, BB sekarang: 9400 gram, PB: 70 cm, LK: 39 cm, Imunisasi: DPT 3, HiB 3, Hep.B 3, Polio 4 10. An. ZS, 18 bulan, BBL: 3300 gram, BB sekarang: 10,5 kg, PB: 83 cm, LK: 47 cm, Imunisasi: DPT Lanjutan 11. An. AR, 2 bulan, BBL: 3400 gram, BB sekarang: 5600 gram, PB: 55 cm, LK: 37 cm, Imunisasi: DPT 1, HiB 1, Hep.B 1, Polio 2 12. An. DA, 5 bulan, BBL: 2850 gram, BB sekarang: 7600 gram, PB: 65 cm, LK: 44 cm, Imunisasi: DPT 3, HiB 3, Hep.B 3, Polio 4 -



Dari seluruh peserta terdapat beberapa anak balita yang tidak mendapatkan imunisasi sebelumnya dan telah melewati batasan umur untuk mendapatkan imunisasi tersebut (contohnya BCG), dan beberapa anak ada yang masih mengejar jadwal imunisasi sehingga terpenuhi target



-



Sarana dan prasarana penyuluhan cukup terbatas, diperlukan tambahan sarana khusus seperti pamflet, poster atau proyektor untuk membuat penyuluhan lebih menarik



(2) Tanggal Mulai : 21 Januari 2021 Pembimbing: dr. Meilince Peserta Hadir: Masyarakat Judul Laporan : Kunjungan rumah, Penyuluhan dan Konsultasi Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Bulian RT 23



Latarbelakang : Hipertensi didefinisikan dengan peningkatan tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg, dan merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Seringkali, mereka yang mengidap hipertensi tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko Hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok. Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pencegahan primer bagi yang belum terkena dan pencegahan sekunder bagi yang sudah terdiagnosis.



Permasalahan :



-



Jumlah pasien hipertensi di Indonesia masih tinggi



-



Pengetahuan masyarakat tentang hipertensi masih kurang



-



Kurangnya sikap mawas diri terkait hipertensi sehingga tidak memeriksakan diri



-



Ketidakpatuhan pasien untuk minum obat hipertensi



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi : -



Melakukan kunjungan rumah kepada warga yang terdiagnosis hipertensi



-



Dilakukan penyuluhan mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi, dan penatalaksaannya



-



Dilakukan sesi konsultasi terkait penanganan lebih lanjut pada pasien hipertensi



-



Pada pasien yang dapat memeriksakan tekanan darahnya sendiri, dapat melakukan pencatatan sendiri



Pelaksanaan : Dilakukan penyuluhan dan konsultasi mengenai hipertensi dengan melakukan kunjungan rumah kepada pasien yang terdiagnosis hipertensi: -



Penyuluhan mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi, dan penatalaksaannya



-



Menghimbau pasien untuk tetap berkunjung ke Puskesmas untuk mengambil obat rutin



-



Mengedukasi keluarga agar mengingatkan pasien untuk melakukan kunjungan rutin ke Puskesmas



-



Mengedukasi keluarga yang belum terkena hipertensi agar dapat mengurangi faktor risiko hipertensi seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.



Monitoring dan Evaluasi : -



Kegiatan berlangsung baik.



-



Diperlukan dua kali kunjungan untuk menghimbau pasien supaya memberikan nomor telepon yang dapat dihubungi.



-



Perlu adanya follow up terhadap pasien yang sudah dilakukan kunjungan rumah agar tetap melakukan kunjungan rutin ke puskesmas



-



Perlu adanya pembagian pamflet berisi pencegahan hipertensi.



(3) Tanggal Mulai : 18 Januari 2021 Pembimbing: dr. Meilince Peserta Hadir: Masyarakat Judul Laporan : Screening dan Penyuluhan HIV di Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Muara Bulian



Latar belakang : Penemuan kasus HIV pada daerah dengan epidemi terkonsentrasi dilakukan pada pasien TB, pasien IMS, pasien Hepatitis dan Ibu hamil serta populasi kunci seperti pekerja seks, penasun, waria, LSL dan warga binaan di rutan/lapas. Narapidana yang menjalani hukuman di lapas merupakan salah satu sub populasi khusus yang rawan tertular HIV (Evarina, 2008). Meskipun pengawalan sudah sangat ketat, suasana rutan/ lapas sangat memungkinkan penyebaran HIV. Hal ini dikarenakan narapidana dan tahanan narkoba masih berpotensi menggunakan jarum suntik, praktik tato secara sembunyi–sembunyi karena hunian yang sangat padat (Kemenkumham RI, 2007). Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011 di Indonesia sebanyak 4% narapidana pernah berhubungan seks di penjara, dan 17,2% narapidana menyuntikkan pertama kali di penjara dari total pengguna Napza suntik (Kemenkes RI, 2012). Sedangkan menurut penelitian mengenai survei perilaku berisiko di Lapas Maumere Sikka ditemukan perilaku seks berisiko (3,1%), pembuatan tato (5,1%), pemasangan aksesori (12,2%) dan berbagi alat cukur (74,5%). Menurut penelitian Ghasemzadeh (2014) faktor risiko utama untuk infeksi HIV dan transmisi di narapidana yaitu pengguna narkoba suntik, tato dan berbagi pisau cukur. Program ini bertujuan untuk menjaring semua napi yang ada di lapas agar dapat dideteksi mengidap HIV secara dini sehingga apabila napi yang terjaring positif HIV dapat langsung diberikan pengobatan.



Permasalahan : -



Warga binaan di rutan/lapas merupakan pasien yang berisiko tinggi terinfeksi HIV



-



Adanya kerjasama antara pihak lapas dan Puskesmas dalam pelaksanaan pengendalian HIVAIDS bagi tahanan dan warga binaan permasyarakatan



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi : -



Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap napi mengenai gejala-gejala awal HIV



-



Melakukan pengambilan spesimen darah pada napi yang belum dilakukan pengambilan darah pada tahun 2020



-



Dilakukan penyuluhan mengenai penyakit HIV, risiko penularan, dan pencegahan dan pengobatan



Pelaksanaan : Penyuluhan dan pengambilan spesimen darah pada seluruh napi di lembaga pemasyarakatan kelas II B Muara Bulian yang belum dilakukan screening pada tahun 2020, diadakan hari Senin dan Selasa, 19-20 Januari 2021 dengan agenda sebagai berikut: -



Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap napi mengenai gejala-gejala awal HIV



-



Melakukan pengambilan spesimen darah pada napi yang belum dilakukan pengambilan darah pada tahun 2020



-



Dilakukan penyuluhan mengenai penyakit HIV, risiko penularan, dan pencegahan dan pengobatan



Monitoring dan Evaluasi : -



Kegiatan berlangsung baik.



-



Total Napi yang dilakukan penjaringan sebanyak 56 orang pada hari Senin tanggal 19 Januari 2021. Pada hari Selasa tanggal 20 Januari total napi yang dilakukan penjaringan sebanyak 54 orang.



-



Banyak napi yang belum terjaring karena data napi yang terjaring di bawah tahun 2020 tidak lengkap.



(4) Tanggal Mulai : 27 Februari 2021 Pembimbing: dr. Meilince Peserta Hadir: Masyarakat Judul Laporan : Screening Pasien tersangka TB dan Melakukan Pengobatan Pasien TB di Poli Infeksi Puskesmas Aro



Latar belakang : Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang merupakan bakteri aerob. Penyakit ini biasanya menyerang organ paru, tetapi dapat menyebar hampir seluruh bagian tubuh, seperti otak, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening. Berdasarkan data WHO tahun 2020, secara global, angka kejadian TB menurun, tapi tidak cukup cepat untuk mencapai target pertama dari End TB Strategy WHO, yaitu adanya penurunan kasus hingga 20% pada tahun 2015 hingga 2020. Di dunia, pengurangan kumulatif dari 2015-2019 adalah 9% (dari 142 kasus menjadi 130 kasus per 100.000 penduduk) termasuk penurunan sebesar 2,3% antara 2018-2019. Indonesia menempati posisi kedua setelah India yang termasuk dalam negara dengan jumlah pasien terbanyak di dunia. Di Indonesia, kasus TB meningkat dari 331.703 kasus pada tahun 2015 hingga 562.049 kasus pada tahun 2019. Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat mencapai tujuan program penanggulangan tuberkulosis nasional, yaitu angka penemuan kasus minimal 70% dan angka kesembuhan minimal 85%. Target pembangunan milenium Indonesia tahun pada tahun 2015, angka prevalensi tuberkulosis di Indonesia diharapkan dapat turun sebesar 50% dan pada tahun 2050, diharapkan eliminasi tuberkulosis sebagai masalah kesehatan masyarakat. Penemuan pasien TB merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB, salah satu prioritas program pengendalian TB sekaligus sebagai upaya pencegahan terbaik dalam penularan TB di masyarakat.



Permasalahan : -



Angka kejadian TB di Indonesia tinggi



-



Kurangnya perhatian petugas kesehatan untuk melakukan screening TB



-



Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang penyakit TB



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi : -



Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien terduga TB



-



Melakukan pengambilan spesimen dahak pada pasien terduga TB



-



Pasien yang dinyatakan positif TB akan melakukan pengobatan OAT selama 6 bulan dan diberikan edukasi mengenai penyakit TB, faktor risiko dan pengobatannya



-



Pasien yang masuk dalam kategori kasus TB paru dalam pengobatan akan tetap melakukan pengobatan dan diberikan edukasi mengenai lanjutan pengobatan TB



Pelaksanaan : Screening pasien tersangka TB dan melakukan pengobatan pasien yang sudah terdiagnosis TB dilakukan di Poli Infeksi Puskesmas Aro yang dilaksanakan mulai tanggal 27 Februari-7 Maret 2021 dengan agenda sebagai berikut: -



Pasien dengan keluhan gejala pernafasan akan masuk ke Poli Infeksi Puskesmas Aro



-



Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah ke diagnosis TB



-



Pasien yang mengarah ke diagnosis TB akan melakukan pemeriksaan dahak. Pasien diberikan pot dahak dan akan mengantarkan spesimen dahaknya keesokan harinya. Menjelaskan kepada pasien bahwa dahak diambil pada pagi hari dan sewaktu sebelum pergi ke puskesmas.



-



Pasien dengan BTA positif akan melakukan pengobatan selama 6 bulan



-



Dilakukan penyuluhan mengenai penyakit HIV, risiko penularan, dan pencegahan dan pengobatan



-



Pasien yang masuk dalam kategori kasus TB paru dalam pengobatan akan tetap melakukan pengobatan dan diberikan edukasi mengenai lanjutan pengobatan TB



Monitoring dan Evaluasi : -



Kegiatan berlangsung baik.



-



Total pasien yang didapatkan saat penjaringan sebanyak 5 orang. 1. Tanggal 1 Maret 2021, Tn S, 35 tahun, dengan gejala batuk berdahak, demam (+), suara serak (+), sesak nafas (+), dilakukan pengambilan spesimen dahak dan dinyatakan BTA (+3)



2. Tanggal 2 Maret 2021, Ny J, 40 tahun, dengan gejala batuk berdahak, demam (+), penurunan berat badan (+), sesak nafas (+) dan ada riwayat DM (+), dilakukan pengambilan spesimen dahak dan dinyatakan negatif 3. Tanggal 3 Maret 2021, Tn H, 50 tahun, dengan gejala batuk berdahak, demam (+), nafsu makan menurun (+), sesak nafas (+), dilakukan pengambilan spesimen dahak dan dinyatakan negatif 4. Tanggal 5 Maret 2021, Ny A, 55 tahun, dengan gejala batuk berdahak, demam (+), keringat malam (+), rasa nyeri dada (+), nafsu makan menurun (+), dilakukan pengambilan spesimen dahak dan dinyatakan negatif 5. Tanggal 6 Maret 2021, Tn D, 45 tahun, dengan gejala batuk berdahak (+), demam (+), nafsu makan menurun, dilakukan pengambilan spesimen dahak dan dinyatakan negatif -



Pasien yang terdiagnosis TB paru sehingga menjadi kasus baru 1 orang dan pasien terdiagnosis TB paru dan sedang dalam masa pengobatan 1 orang 1. Tn S, 35 tahun, dengan TB paru kasus baru dan akan dilakukan pengobatan selama 6 bulan dengan pengobatan 4 FDC 3 tablet dan akan melakukan pengambilan obat setiap 2 minggu 2. Tn D, 50 tahun, dengan TB paru on OAT fase lanjutan masih melakukan pengobatan TB dengan pengobatan 4 FDC 4 tablet sebanyak 56 buah dan melakukan pengambilan obat setiap 2 minggu -



-



Pasien yang terkonfirmasi BTA negatif tetapi masih menunjukkan gejala TB walaupun sudah mendapatkan pengobatan yang adekuat seharusnya dirujuk ke RS untuk dilakukan pemeriksaan TCM Perlu adanya tindak lanjut seperti melakukan pelacakan kasus ke keluarga dan sekitar rumah