Fairuz Zahira - Dormansi Dan Perkecambahan Biji [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN “DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI” Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisologi Tanaman



Disusun Oleh :



Nama



: Fairuz Zahira



NIM



: 4442190058



Kelas



: III B



JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2020



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, serta Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyusun laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Penyusunan laporan hasil praktikum ini semaksimal mungkin penulis upayakan dan didukung bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Mikrobiologi Umum, Bapak Dr. Rusmana, Ir., M.P., Ibu Imas R., S.P., M.Si., Ibu Eltis P.N., S.P., M,Si., dan asisten laboratorium Fisologi Tanaman Ainu Rohmah, serta semua pihak yang turut serta dalam penyusunan laporan praktikum ini. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini ditemukan banyak sekali kekurangan, serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi pembaca yang ingi memberi kritik dan sarannya demi memperbaiki laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca, dan dapat di ambil manfaatnya. Penulis pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam laporan ini terdapat kata-kata yang tidak berkenan di hati.



Serang, Desember 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Biji.............................................................................................. 3 2.2 Dormansi.................................................................................................. 4 2.3 Perkecambahan ........................................................................................ 5 2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan ............................................ 7 2.5 Pemecahan Dormansi ............................................................................... 8 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 9 3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9 3.3 Cara Kerja ................................................................................................ 9 3.3.1 Biji Kulit Tipis ................................................................................... 9 3.3.2 Biji Kulit Tebal................................................................................... 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil....................................................................................................... 10 4.2 Pembahasan ........................................................................................... 10 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................................ 13 5.2 Saran ...................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14 LAMPIRAN



ii



DAFTAR TABEL



Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis ................................................ 10 Tabel 2. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tebal ............................................... 10



iii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Stuktur Biji .....................................................................................4 Gambar 2. Perkecambahan Hipogeal dan Epigeal ............................................6



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Secara agronomis biji merupakan hasil budidaya yang digunakan sebagai bahan konsumsi manusia dan juga digunakan sebagai pakan ternak. Biji akan mencapai kualitas fisiologis tertinggi pada saat mencapai masak fisiologis yang mana terjadi saat pengisian bahan kering kedalam biji berhenti. Namun masalah yang dihadapi pada tanaman kedelai adalah mekarnya bunga dalam satu tanaman tidak serentak. Dengan demikian biji akan mencapai masak fisiologis yang tidak serentak pula. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan mengandung calon individu baru yang disebut lembaga. Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada lingkungan yang optimum. Dormansi dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit benih, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali. Dormansi terjadi dalam berbagai bentuk (biji, daun, buah, dan kuncup). Untuk dormansi biji pada umumnya mengalami proses dorman pada suatu periode waktu setelah keluar dari buah. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Mekanisme utama yang menyebabkan suatu biji dormansi adalah faktor lingkungan, faktor internal dan faktor waktu. Cara yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi yaitu dengan cara mekanik dengan menggosok kulit biji. Dapat pula dilakukan dengan cara kmia yaitu dengan memberikan larutan kimia saat perendaman. Perkecambahan merupakan proses metabolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan. Presentase perkecambahan adalah presentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan



1



1.2 Tujuan Adapun tujuan pada praktikum dormansi dan perkecambahan biji ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui respons perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor lingkungan (air, suhu, cahaya, zat kimia, dst). 2. Untuk mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji. 3. Untuk mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Biji Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan berfungsi sebagai alat perekmbangbiakan. Secara agronomis biji merupakan hasil budidaya yang digunakan sebagai bahan konsumsi manusia dan juga digunakan sebagai pakan ternak. Secara biologis biji difungsikan khusus sebagai alat perbanyakan tanaman atau penyebaran jenis (Pranoto, 1990). Menurut (Suyono, 2005), biji mencapai kualitas fisiologis tertingggi pada saat mencapai masak fisiologis, yaitu pada saat pengisian bahan kering ke dalam biji berhenti. Pada kondisi tersebut biji memiliki daya kecambah dan vigor paling tinggi dibandingkan pada waktu sebelum dan sesudahnya. Biji masak terdiri dari tiga bagian yaitu: embrio dan endosperm yang dihasilkan dari pembuahan ganda serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termsuk kedua integumentnya. Biji adalah ovule yang dewasa (mature ovule). Biji bisa terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovary pada legume, tetapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovary pada monocot. Setiap biji matang (mature seed) selalu terdiri paling kurang bagian embryo dan kulit biji. Biji yang dorman biasanya mempunyai kondisi fisiologis tertentu yaitu aktivitas metabolisme dalam tingkat minimal, mengalami dehidrasi sebagian dan tidak melakukan sintesis. Perkecambahan biji dapat dihambat dengan ketidakhadiran dari beberapa faktor eksternal yang sangat dibutuhkan seperti ketidakhadiran air, suhu, komposisi udara yang tepat. Meskipun demikian banyak pula biji yang telah ditempatkan pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan namun tidak berkecambah. Hal ini lebih disebabkan faktor internal. Hal ini dapat karena embrio biji yang belum masak, kulit biji yang impermeable terhadap air dan gas, penghambat pertumbuhan embrio karena mekanik, membutuhkan persyaratan khusus seperti suhu dan cahaya atau karena adanya substansi atau zat penghambat perkecambahan (Bagyoastuti, 2004). Biji terbagi ke dalam dua macam, yaitu biji terbuka dan biji tertutup. Tumbuhan berbiji terbuka atau biasa disebut dengan Gymnospermae merupakan tumbuhan



3



yang bijinya tidak tertutup oleh bakal buah. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki organ tanaman berupa akar, batang, daun, pembuluh, dan strobilus. Tumbuhan berbiji terbuka mempunyai sistem perakaran tunggang dengan jenis batang bercabang-cabang dengan ukuran daunyang sempit, tebal, dan kaku. Bakal bijinya terbuka dan terletak di bagian permukaan bakal buahnya, bakal tersebut tumbuh diluar megasporofil. Sedangkan tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae memiliki suatu ciri khas semua yang mana semua tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan berbiji tertutup memiliki bunga. Tumbuhan berbiji tertutup ini dapat dibagi menjadi 2 kelas, yaitu tumbuhan berbiji tertutup dikotil dan monokotil.



Gambar 1. Struktur Biji. (www.pusatbiologi.com)



2.2 Dormansi Dormansi dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali banyak tumbuhan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan,atau kimiawi. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya (Harahap, 2012). Tingkat dormansi benih bervariasi baik antar maupun di dalam spesies. Terdapat metoda dan tehnik yang berbeda untuk mengatasi dormansi, tergantung faktor yang mempengaruhinya. Misalnya, perlakuan yang umum dilakukan untuk dormansi kulit benih adalah perendaman dengan air panas, skarifikasi mekanik dan kimia, serta aerasi udara panas (Olmez, et al., 2007).



4



Menurut (Hartiningsih, 2012), penyebab dormansi benih adalah sebagai berikut: a) Dormansi Fisik, penyebabnya adalah 1). Impermeabilitas kulit terhadap air. Biasanya terjadi pada biji-biji yang mempunyai kulit biji keras, sehingga pengambilan air terhalang kulit biji yang berdinding tebal. 2). Permeabilitas kulit biji yang rendah terhadap gas-gas. Gas yang menjadi penghambat adalah gas CO2. b) Dormansi fisiologis, penyebabnya adalah 1). Immaturity embrio yaitu perkembangan embrio tidak secepat jaringan sekitarnya, sehingga perkecambahan perlu ditunda dan biji ditempatkan pada kondisi tertentu sampai embrio sempurna. 2). After ripening yaitu setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan, sehingga benih mampu berkecambah. Benih ini bisa langsung berkecambah bila setelah panen diberi perlakuan khusus. Tetapi setelah disimpan beberapa waktu, perlakuan khusus itu tidak diperlukan. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).



2.3 Perkecambahan Perkecambahan adalah munculnya radikula melewati seed coat dan berkembangnya embrio biji yang merupakan indikasi kemampuan untuk memproduksi tumbuhan normal pada kondisi yang sesuai. Beberapa biji mampu berkecambah beberapa hari setelah fertilisasi dan sebelum waktu panen sedangkan yang lain membutuhkan periode istirahat atau pemkembangan lebih lanjut sebelum perkecambahan dapat dimulai (Copeland & Miller, 2012). Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Sudjadi, 2006).



5



Proses perkecambahan benih secara



fisiologis



yang terjadi selama



perkecambahan benih ialah: 1) imbibisi, 2) pengaktifan enzim dan hormon, 3) proses perombakan cadangan makanan, 4) pertumbuhan awal dari embrio, 5) pecahnya kulit benih dan munculnya akar, dan (6) pertumbuhan kecambah (Gardner et al., 1991). Untuk memulai proses perkecambahan, benih harus mencapai suatu kadar air minimum. Air dalam proses perkecambahan dipergunakan dalam banyak reaksi biokimia. Salah saru proses biokimia yang terjadi adalah proses perombakan simpanan bahan makanan yang terdapat dalam benih. Air diperlukan untuk mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses perombakan, seperti enzim amilase untuk merombak karbohidrat menjadi glukosa, enzim lipase untuk merombak lemak menjadi asam lemak dan gliserol, serta enzim protease untuk merombak protein menjadi asam amino (Byrd, 1968). Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan, terdapat dua tipe perkecambahan, yaitu perkecambahan hipogeal dan perkecambahan epigeal. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya terangkat ke atas tanah dan tetap berperan dalam menyediakan nutrisi sampai titik tumbuh. Perkecambahan epigeal banyak ternyadi pada dikotil misalnya buncis. Sedangkan Perkecambahan hipogeal adalah jika kotiledon atau organ penyimpanan tetap di bawah tanah sedangkan plumula tumbuh ke atas dan muncul ke atas tanah. Epikotil tumbuh memanjang dengan cepat dan kotiledon melanjutkan perannya sebagai penyuplai nutrisi sampai titik tumbuh. Perkecambahan hipogeal banyak ditemui di monokotil seperti jagung dan padi (Copeland & Miller, 2012).



Gambar 2. Perkecambahan Hipogeal dan Epigeal. (http://majordifferences.com)



6



2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2 yaitu faktor dalam berupa gen, persediaan makanan dalam biji,hormon,ukuran dan kekerasan biji, dormansi dan faktor luar yaitu air, temperatur , oksigen, medium. Faktor dalam meliputi kemasakan biji/benih, kerusakan mekanik dan fisik, serta kadar air biji. Sedangkan faktor luar benih, yang meliputi suhu, cahaya, oksigen, kelembaban nisbi serta komposisi udara di sekitar biji (Hoesen, 1997). Selama periode tertentu sesudah panen, pada umumnya biji dari kebanyakan tanaman memerlukan waktu untuk perkecambahan yang berbeda beda. Walaupun demikian, waktu perkecambahan biji tersebut dipengaruhi banyak faktor yaitu (1) tingkat kemasakan benih (2) ukuran benih (3) dormansi benih (4) hormon tumbuh (5) oksigen (6) Cahaya (7) suhu (8) air (Kamil, 1986). Perkecambahan dapat terjadi apabila subtrat (karbohidrat, protein dan lipid) berperan sebagai penyedia energi yang akan digunakan dalam proses morfologi (pemunculan organ-organ tanaman). Dengan demikian kandungan bahan kimia yang terdapat dalam biji merupakan faktor yang dapat menentukan



dalam



perkecambahan biji (Azhari, 1995). (Bakki, 1972) menguraikan bahwa hubungan kadar air dan umur benih pada umumnya ialah bahwa untuk setiap kenaikan 1% kadar air benih, umur benih menurun setengahnya. Hukum ini berlaku untuk benih dengan kadar air antara 5 dan 13%. Pada kadar air di atas 13%, cendawan dan peningkatan panas akibat respirasi mengakibatkan umur benih menurun pada tingkat yang lebih cepat. Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %, peningkatan respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi benih yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak dorman mulai berkecambah. Pada kadar air tingkat rendah, benih yang disimpan pada kadar air 4 sampai 5 % tidak terpengaruh oleh cendawan, tetapi benih-benih tersebut memiliki umur simpan yang lebih pendek dari benih yang disimpan pada kadar air yang sedikit lebih tinggi



7



2.5 Pemecahan Dormansi Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat (Harahap, 2012). Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi pada benih keras karena meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan oksigen (Widyawati dkk, 2009). Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dipercaya dapat mematahkan dormansi pada biji keras karena dapat meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan O2. Selain itu dapat juga dengan cara perendaman dengan air panas. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa, dengan skarifikasi kulit biji maka ketebalan dan kerasnya kulit biji dapat dikurangi. Peresapan larutan zat perangsang pertumbuhan embrio pada benih yang diskarifikasi menjadi lebih mudah, sehingga daya pertumbuhan biji meningkat. Teknik skarifikasi kulit biji yang keras telah dilaksanakan untuk mempercepat perkecambahan biji dalam skala komersial (Soedjono dan Suskandari, 1996). Menurut (Sutopo, 2010), benih yang memiliki kulit keras biasanya mengalami dormansi dengan tipe dormansi fisik, dengan adanya pembatasan struktural pada perkecambahannya. Kulit yang keras merupakan penghalang terhadap masuknya air dan gas ke dalam benih tersebut. melukai benih atau membuang seluruh kulit benih yang menghambat terjadinya pertukaran gas akan meningkatkan perkecambahan dibandingkan biji tanpa dilukai. Kerasnya kulit benih dapat menyebabkan resistensi mekanis, dan ini menyebabkan embrio tidak dapat menyobek kulit yang berarti pula tidak dapat keluar untuk tumbuh sebagaimana mestinya.



8



BAB III METODELOGI PENELITIAN



3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Tanaman tentang Dormansi dan Perkecambahan biji ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Desember 2020 pukul 15.00-17.00 WIB. Bertempatkan di Jl. Raya Cilegon km. 3 Kp. Legok Assalam RT/RW 01/011 no. 48. Kecamatan taktakan, kelurahan Drangong. Serang, Banten.



3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah, stopwatch, amplas, label, gelas plastic, kapas dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, air biasa, air garam, kacang kedelai, kacang hijau, biji kelengkeng, dan biji asam jawa.



3.3 Cara Kerja Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu: 3.3.1 Biji Kulit Tipis 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Direndam biji (kacang hijau dan kedelai) pada air selama 5-10 menit. 3. Ditanam masing-masing biji pada kapas dengan perlakuan kering, lembab, dan tergenang masing-masing 2 biji di setiap perlakuan lalu diberi label. 4. Diamati pertumbuhan san perkembangannya. 5. Dicatat hasil dan dibuat dalam bentuk laporan. 3.3.2 Biji Kulit Tebal 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Diamplas masing-masing 2 biji kelengkeng/sawo dan asam jawa. 3. Direndam biji masing-masing 2 biji pada air garam, 2 biji pada air panas, 2 biji yang sudah diamplas pada air biasa selama 5-10 menit. 4. Ditanam masing-masing biji pada kapas lembab dengan 2 biji di setiap gelas plastic. 5. Diamati pertumbuhan san perkembangannya. 6. Dicatat hasil dan dibuat dalam bentuk laporan.



9



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis. Umur Tanaman



Parameter Pengamatan Kacang Hijau



Kacang Kedelai



K



L



T



K



L



T



2 hst



-











-







-



4 hst



-











-







-



6 hst



-











-







-



Keterangan : K= Kering, L= Lembab, T= Tergenang, ✓= Benih Tumbuh, (-)= Benih Tidak Tumbuh.



Tabel 2. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tebal. Umur Tanaman



Parameter Pengamatan Asam Jawa



Kelengkeng



N



S



A



N



S



A



2 hst



-



-



-



-



-



-



4 hst



-











-



-



-



6 hst



-











-











Keterangan : N= Air Panas, S= Larutan Garam, A= Amplas, ✓= Benih Tumbuh, (-)= Benih Tidak Tumbuh.



4.2 Pembahasan Pada praktikum Fisiologi Tanaman kali ini membahas tentang Doemansi dan Perkecambahan biji. Dormansi dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. 10



Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. (Edmond et al., 1975). Biji yanag digunakan dalam praktikum kali ini antara lain biji berkulit tipis dan berkulit tebal. Biji berkulit tipis yang diamati yaitu biji kacang hijau dan kacang kedelai, sedangkan biji berkulit tebal yang digunakan yaitu biji asam jawa dan biji kelengkeng. Masing-masing biji diberi perlakuan yang berbeda, pada biji berkulit tipis diberi perlakuan dengan cara direndam biji kacang hijau dan kacang kedelam air selama 5-10 menit, setelah itu biji ditiriskan dan di letakkan ke dalam gelas berisi kapas kering, kapas lembab, dan kapas tergenang. Sedangkan pada biji berkulit tebal, perlakuan yang diberikan kepada biji dengan cara diamplas terlebih dahulu 2 biji asam jawa dan biji kelengkeng, lalu direndam didalam air biasa selama 5-10 menit. Sedangkan biji yang tidak diamplas direndam biji masing-masing 2 biji pada air garam, 2 biji pada air panas. Kemudian dipindahkan kedalam gelas berisi kapas lembab. Setelah diamati pada biji berkulit tipis selama 6 hari setelah tanam, biji yang diberi perlakuan menggunakan kapas kering tidak berkecambah. Hal ini disebabkan karena kurang nya kadar air pada benih, sehingga benih tidak mengalami perkecambahan. Sedangkan pada biji kacang hijau yang diberi perlakuan dengan kapas lembab dan tergenang mengalami perkecambahan. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum dari benih tersebut (Ance, 1992). Kemudian pada biji asam jawa dan biji kelengkeng yang diberi perlakuan dengan direndam menggubakan air panas, dari biji berumur 2 hst sampai dengan 6 hst, tidak mengalami perkecambahan. Sedangkan pada biji yang diberi perlakuan dengan direndam pada air garam dan diamplas, pada umur 4 hst biji mulai berkecambah. Biji asam jawa mempunyai kulit biji yang tebal, sehingga susah sekali bagi biji asam jawa untukberkecambah. Kulit biji asam jawa yang keras



11



tersebut menyebabkan air dan udara sulit menembus kulit biji tersebutpada biji asam yang merupakan biji berkulit tebal mengalami perkecambahan dengan jumlah relatif kecil. Perlakuan lain secara fisik terhadap biji asam jawa yang diamplas menunjukkan perkecambahan sebesar 20% dan 80% yang lainnya hanya terpecah kulitnya. Pematahan dormansi biji dapat dilakukan dengan perlakuan skarifikasi mekanik yaitu mengamplasan, pengikiran, pemotongan, dan penusukan jarum tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrio (perlukaan selebar 5mm). Skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi berkurang, sehingga meningkatkan kadar air dapat terjadi lebih cepat yang memacu benih untuk berkecambah. Cara lain yaitu perlakuan skarifikasi kimiawi dengan maksud kulit benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Perendaman pada larutan kimia yaitu asam kuat seperti KNO3, H2SO4, dan HCl dengan konsentrasi encer sampai pekat membuat kulit benih menjadi lebih lunak, sehingga dapat dilalui oleh air dan biji cepat berkecambah (Widyawati et al, 2009). Biji yang tidak tumbuh selama pengamatan bisa dikatakan dormansi, karena penyebab dormansi benih adalah sebagai berikut: dormansi Fisik, penyebabnya adalah:1. Impermeabilitas kulit terhadap air. Biasanya terjadi pada biji-biji yang mempunyai kulit biji keras, sehingga pengambilan air terhalang kulit biji yang berdinding tebal.



12



BAB V PENUTUP



5.1 Simpulan Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2 yaitu faktor dalam berupa gen, persediaan makanan dalam biji,hormon,ukuran dan kekerasan biji, dormansi dan faktor luar yaitu air, temperatur , oksigen, medium. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum dari benih tersebu Biji yang tidak tumbuh selama pengamatan bisa dikatakan dormansi, hal ini dikarenakan impermeabilitas kulit terhadap air yang terjadi pada biji-biji yang mempunyai kulit biji keras seperti pada biji asam jawa dan kelengkeng.



5.2 Saran Semoga untuk praktikum berikutnya semoga berjalan lebih baik, dan bisa secepatkan praktikum offline. Kemudian disarankan kepada praktikan agar membaca materi di modul praktikum sebelum melaksanakan praktikum, agar bisa dilaksanakan dengan lancar



13



DAFTAR PUSTAKA



Ance, G. dan Kartasapoetra. 1992. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta. Azhari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budaya. Jakarta: UI Press Bagyoastuti, D.S. 2004. Pengaruh berbagai zat pengatur tumbuh terhadap waktu dormansi dan perkecambahan biji. Agromedia. Vol. 22 (2): 23-30. Baki, A.A. and Anderson, J.D. 1972. Physiological and Biochemical Deterioration of Seeds. Seed Biology Vol. II, 283 – 315. Byrd, H. W. 1968. Pedoman Teknologi Benih (diterjemahkan oleh Emid Hamidin). Jakarta: Pembimbing Massa. Copeland, L. O & Miller M. 2012. Principles of Seed Science and Technology. Springer. New York: 72-85. Edmond, J. 8., T. L. Senn dan F. S. Andrews. 197 5. Ftmdamentals of Horticulture. New York: Mc Graw Hill Book Company. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UI Press. Harahap, E, Nusyirwan, 2012. Induksi Pertumbuhan Nanas (Ananas Comosus L) In Vitro Asal Pangaribuan Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Kinetin. Semirata BKS-PTN Wil. Barat. Medan: UNIMED. Hoesen, D.S.H. 1997. Bank Benih. Dalam Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan. Hadi Sutarno dan Sudibyo (Penyunting). PROSEA Indonesia – PROSEA Network Office. Bogor: Pusat Diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang: Angkasa Raya. Olmez, Z., F. Temel., A. Gokturk and Z. Yahyaoglu. 2007. Effect of Sulphuric Acid and Cold Stratification Pretreatments on Germination of Pomeganate (Punica granatum L). J. Asian Journal of Plant Sciences 6 (2) : 427-430. Pranoto. 1990. Biologi Benih. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sudjadi B. 2006. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta: CV. Rajawali. Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: CV Rajawali.



14



Suyono. 2005. Studi Perkembangan Benih Kedelai yang Berasal dari Periode Bunga Mekar Yang Berbeda pada Kedelai tipe Semi Determinate. Jurnal Santika No.4: Malang. Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal agronomi Indonesia 37(2): 152-158.



15



LAMPIRAN



1. Pertumbuhan Kacang hijau 2hst.



2. Pertumbuhan Kacang kedelai 2hst.



3. Pertumbuhan Asam jawa 2 hst.



4. Pertumbuhan Kelengkeng 2 hst.



5. Pertumbuhan Kacang hijau 4 hst.



6. Pertumbuhan Kacang kedelai 4 hst.



7. Pertumbuhan Asam jawa 4 hst.



8. Pertumbahan Kelengkeng 4 hst.



16



9. Pertumbuhan Kacang hijau 6 hst.



10. Pertumbuhan Kacang kedelai 6 hst.



11. Pertumbuhan Asam jawa 6 hst.



12. Pertumbuhan Kelengkeng 6 hst.



17



LAMPIRAN



18