Faktor-Faktor Perencanaan Sistem Drainase [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR-FAKTOR PERENCANAAN SISTEM DRAINASE



Disusun Oleh :



Dian Pratiwi



(L2J009001)



Rizha Amelia



(L2J009002)



Ita Tetriana(L2J009006) Niken Wijayanti



(L2J009012)



Fajri Harish



(L2J009008)



OktoDiazander



(L2J009011)



Evi



(L2J009017)



Salman Al-Farisy (L2J009095) Renita Muninggar (L2J008061) Zainul Aulia



(L2J008077)



TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011



BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Sebagai contoh ada perkembanganbeberapa kawasan hunian yang disinyalir sebagai penyebab banjir dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan, sedangkan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan. Oleh karena itu setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase. Tidak cukup hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah sekitarnya juga. Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut ataubermuara ke laut di tepi kota tersebut. Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah (surfage drainage) atau lewat di bawah permukaan tanah (sub surface drainage), untuk dibuang ke sungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian banjir kota dan lain-lain. I.2 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah drainase. Selain itu makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dalam merencanakan sistem drainase dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan.



BAB II PEMBAHASAN II.1 Pembahasan Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase perkotaan idealnya menampung air hujan saja, namun pada prakteknya drainase perkotaan menampung air hujan dan berbagai macam air buangan. Secara umum sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-kelompok (disesuaikan dengan perencanaan air minum yang ada) , di antaranya :       



Dari rumah tangga Dari perdagangan Dari industri sedang dan ringan Dari pendidikan Dari kesehatan Dari tempat peribadatan Dari sarana rekreasi Untuk menghindari terjadinya pembusukan dalam pengaliran air buangan harus



sudah tiba di bangunan pengolahan tidak lebih dari 18 jam, untuk daerah tropis. Dalam perencanaan, estimasi mengenai total aliran air buangan dibagi dalam 3 hal yaitu: 1.



Air buangan domestik : maksimum aliran air buangan domestik untuk daerah yang



dilayani pada periode waktu tertentu 2. Infiltrasi air permukaan (hujan) dan air tanah (pada daerah pelayanan dan sepanjang pipa) 3. Air buangan industri dan komersial : tambahan aliran maksimum dari daerahdaerah industri dan komersial. Dalam merencanakan sistem drainase ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, yaitu : 1. Kondisi Tata Guna Lahan 2. Topografi



3. Geohidrologi 4. Ekonomi Sosial 1. Kondisi Tata Guna Lahan Merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan lahan di daerah rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus mencakup tetang kondisi eksisting maupun rencana pengembangan di masa mendatang. Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk merencanakan drainase yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah dari daerah yang bersangkutan. Perubahan tata guna lahan memberi dampak yang signifikan terhadap koefisien limpasan (Tuan, 1991). Penelitian itu dilakukan pada empat DAS kecil seluas 0,5 ha yang letaknya berdekatan dalam kurun waktu empat tahun dan satu DAS seluas 7,2 ha selama tiga tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien limpasan, puncak limpasan dan hasil sedimen per unit luas, meningkat seiring dengan peningkatan pengembangan tata guna lahan dan menurun seiring dengan konservasi vegetasi yang semakin baik. Oleh karena itu perencanaan drainase perkotaan hendaknya juga seiring dengan perubahan tata guna lahan sehingga terjadi keseimbangan dengan kepentingan lingkungan. Usaha pemanfaatan lahan mendorong adanya perubahan fungsi lahan dengan kecenderungan lebih kedap air sehingga menimbulkan genangan dan limpasan permukaan yang cukup tebal. (Sulistiono, 1995). Jika Koefisien limpasan besar dan kapasitas infiltrasi menurun maka air akan sulit berinfiltrasi dan mudah berkumpul di permukaan tanah (run off) dan masuk ke saluran drainase dengan kecepatan tinggi. Jika debit yang masuk tidak sesuai dengan debit yang di rencanakan dapat menampung drainase maka akan terjadi banjir (suyono, 1977). Pada Saat suatu drainase yang akan di buat adalah sistem campuran, yang artinya bukan hanya air hujan saja yang akan di alirkan pada drainase tetapi juga grey water dari penggunaan para penduduk, sehingga pada daerah yang tata guna lahannya di gunakan sebagai pemukiman (seperti kota – kota besar) maka perancangan drainase juga akan di pengaruhi oleh grey yang di buang oleh pemukiman tersebut. 2. Topografi



Informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran dan batas wilayah tadahnya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban perlu dilakukan pada skala 1:5000 atau 1:10.000 dengan beda kontur 0,5 meter di daerah datar dan beda kontur 1 meter pada daerah curam. Pemetaan tersebut perlu mengacu pada suatu datum survai yang dikenal. Pemetaan kontur dengan skala 1:50.000 atau 100.000 juga mungkin diperlukan untuk menentukan luas DAS (Daerah ALiran Sungai) di hulu kota, suatu beda kontur 25 meter biasanya cukup bagi keperluan agar efek dari jalan, saluran dan penghalang banjir lainnya dapat diperkirakan. Catchment area ini berfungsi untuk memprediksi air hujan yang masuk ke suatu lahan kira-kira akan lari kemana. Hal ini tentunya akan sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi yang ada, misalnya seperti daerah Jogja yang hampir seluruh topografinya miring ke selatan, ini berarti kemungkinan besar aliran airnya tidak ke utara.. Tapi untuk daerah yang topografinya datar seperti di Jakarta, kita harus jeli melihat catchment areanya.. Penentuan catchment area ini akan sangat terbantu jika tim surveyor lapangannya mengidentifikasi arah aliran air di lokasi pekerjaan. Contoh catchment area yang terkadang disebut juga cluster area dapat dilihat pada gambar di bawah



Selain itu Topografi juga dapat digunakan untuk mengetahui tolensi lamanya genangan dari daerah bencana.



3. Ekonomi Sosial Masyarakat Sosial ekonomi meliputi pertumbuhan penduduk urbanisasi, kebutuhan nyata dan prioritas daerah, keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota, ketersediaan tata guna tanah dan pertumbuhan fisik kota, dan ekonomi pedesaan. Data sosial ekonomi dapat diperoleh dari biro statistik atau kantor kelurahan, tujuannya untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah untuk menghindari timbulnya masalah-masalah sosial apabila saluran drainase atau bangunan-bangunannya akan dibangun kemudian hari. Contoh : hindari menempatkan saluran induk di tengah-tengah daerah padat penduduk, yang mengakibatkan terjadinya penggusuran dalam jumlah yang besar. Pada tahap perancangan drainase, seharusnya diadakan pengkajian apakah masyarakat sekitar daerah aliran drainase dapat menerima pembangunan ini karena tinggi rendahnya kinerja sistem jaringan drainase sangat di tentukan oleh partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya sehingga tidak timbul masalah sosial.



4. Geohidrologi Geohidrologi adalah ilmu yang memperlajari tentang distribusi dan pergerakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Geohidrologi mirip dengan hidrogeologi, namun pada hidrogeologi lebih ditekankan pada aspek geologi. Pengetahuan tentang airtanah telah diketahui sejak jaman dahulu, misalnya di Persia telah ditemukan pembuatan qanat. Air tanah adalah sumber air yang berada dibawah permukaan tanah pada di zona jenuh (zone of saturation) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan udara. Bidang geohidrologi juga berkaitan dalam pembuatan system drainase, karena akan membahas tentang pergerakan air bawah tanah dan juga lapisan batuan yang ada di dalam tanah yang akan memengaruhi infiltrasi. Jika aquifer yang ada pada suatu wilayah adalah aquifer yang kedap air maka akan mengurangi infiltrasi sehingga air hujan lebih banyak menjadi run off sehingga drainase yang di rancang



harus memiliki daya tamping yang banyak dan dapat mengalirkan air secara cepat sehingga tidak terjadi banjir. Selain itu batu yang kedap air ini mengakibatkan tekanan tinggi, sehingga ketika air menemukan jalur keluar, air tersebut melawan gravitasi dan mengalir ke atas daripada ke bawah. Dan air muncur sebagai mata air yang lebih tinggi dari pada air sumur.



BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dalam merencanakan sistem drainase ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, yaitu : 1. Kondisi Tata Guna Lahan Usaha pemanfaatan lahan mendorong adanya perubahan fungsi lahan dengan kecenderungan lebih kedap air sehingga menimbulkan genangan dan limpasan permukaan yang cukup tebal. (Sulistiono, 1995). 2. Topografi Topografi digunakan untuk penentuan catchment area ini akan sangat terbantu jika tim surveyor lapangannya mengidentifikasi arah aliran air di lokasi pekerjaan.



3. Geohidrologi Geohidrologi adalah ilmu yang memperlajari tentang distribusi dan pergerakan air yang berada di bawah permukaan tanah. 4. Ekonomi Sosial Pada tahap perancangan drainase, seharusnya diadakan pengkajian apakah masyarakat sekitar daerah aliran drainase dapat menerima pembangunan ini karena tinggi rendahnya kinerja sistem jaringan drainase sangat di tentukan oleh partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya sehingga tidak timbul masalah sosial. III.2 Saran Dari makalah di atas, 4 hal yang harus diperhatikan saat ingin merancang suatu drainase belum di perhatikan dengan baik, seperti perkembangan tata guna lahan yang kurang di perhatikan sehingga drainase yang dirancang tidak dapat menampung semua air limpasan yang ada sehingga masih terjadinya banjir, teruma di kota- kota besar. Sehingga harus betul –betul di perhatikan begitu juga dalam aspek sosial ekonominya karena masyarakat belum terlalu menyadari peran masing – masing individu dalam pengefektifan kinerja drainasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA Dr. Ir. Suripin, M. Eng (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi Yogyakarta. Hardjosuprapto, Moh Masduki. 1998. Drainase perkotaan. Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita : Jakarta