Faktor Kegagalan Sebuah Bank [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA: MELLISA RACHMAWATI NIM : 023144095 FAKTOR-FAKTOR KEGAGALAN SEBUAH BANK Internal Factors: 1. Management Rendahnya  kualitas  perbankan   antara  lain   tercermin   dari  lemahnya   kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank, serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. Sehat   tidaknya   suatu   perusahaan   atau   perbankan,   dapat   dilihat   dari   kinerja keuangan   terutama   kinerja   profitabilitasnya   dalam   suatu   perusahaan perbankan tersebut. Dalam industri perbankan risiko kegagalan yang terjadi biasanya   disebabkan   oleh   kegagalan   dalam   menangani   portofolio   kredit ataupun   kesalahan   manajemen   perusahaan   yang   berakibat   pada   kesulitan keuangan bahkan kegagalan usaha perbankan, sehingga pada akhirnya dapat merugikan kegiatan perekonomian nasional dan merugikan masyarakat selaku pemilik dana. Tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasiorasio dalam kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang   sangat   penting   untuk   memperoleh   informasi   yang   berkaitan   dengan posisi 3 keuangan perusahaan serta hasil­hasil yang telah dicapai sehubungan dengan   pemilihan   strategi   perusahaan   yang   akan   diterapkan.   Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan dengan hasil­   hasil   yang   telah   dicapai   diwaktu   lampau   dan   diwaktu   yang   sedang berjalan.   Selain   itu,   dengan   melakukan   analisis   keuangan   diwaktu   lampau maka dapat diketahui kelemahan­kelemahan perusahaan serta hasil­hasil yang dianggap   cukup   baik   dan   mengetahui   potensi   kegagalan   suatu   perusahaan tersebut.  Dengan  diketahuinya  kemungkinan  kesulitan  keuangan  yang  akan terjadi   sedini   mungkin   maka   pihak   manajemen   dapat   melakukan   antisipasi dengan   mengambil   langkah­langkah   yang   perlu   dilakukan   agar   dapat mengatasinya. 2. Asset Quality Penyebab utama dari kegagalan bank adalah karena adanya masalah pada kualitas asset atau yang dikenal dengan sebutan kredit bermasalah (bad lending atau non performing loan/NPL). Ekspansi yang berlebihan atau pertumbuhan yang terlalu cepat untuk mencapai target membawa kearah pengabaian standar kualitas kredit yang sehat dan konsekuensi kerugiannya. Kualitas asset yang buruk atau kredit bermasalah, secara umum dilahirkan oleh hal-hal sebgai berikut:







Lalai dalam peneraparan standar kredit. Biasanya pengabaian peneraparan standar kredit disebabkan karena keinginan untuk melakukan pertumbuhan kredit yang sangat cepat, dan atau adanya konstrentrasi pembiayaan yang didominasi pada sector industry yang spekulatif seperti property dan minyak. Kondisi ini mengakibatkan 40 % kegagalan bank. Tercatat korban dari kelalaian dalam penerapan standar kredit adalah Penn Square Bank, Continental Illinois dan Southeast Bank.  Pemberian kredit kepada pemilik atau perusahaan group sendiri. Kejadian ini tidak hanya di barat saja tetapi juga di dunia. Akibat dari praktek-praktek seperti ini mengakibatkan 40 % kegagalan bank. Sebagai contoh pada tahun 1990 negara di kawasan teluk memberikan kredit yang melampaui batas maksimum kepada pemilik atau koleganya yang berbisnis di industry minyak. Peristiwa ini bisa terjadi pada Negaranegara yang penegakan peraturan perbankan nya lemah dan adanya “crony capitalism” seperti Indonesia (Andromeda Bank), Rusia (Autovasbank) dan bahkan juga di Amerika Serikat (Enron/Bush).  Kekeliriuan, korupsi, investasi yang tidak sah dan penipuan. Contoh penipuan atau fraud yang terkait dengan pemberian kredit adalah kredit yang diberikan tetapi dokumen kredit yang seharusnya ada tidak lengkap atau palsu. Kejadian ini dialami oleh Banque Arabe et Internationale d’Investissement dan FrancoArab Consortium Bank. Tindakan penjualan jugalah yang mengakibatkan bank besar seperti BCCI mengalami kerugian besar dan akhirnya menjadi bankrupt. Dari pengalaman yang pernah terjadi, penyebab-penyebab kegagalan bank tersebut tidak selalu berdiri sendiri, melainkan banyak permasalahan terjadi karena kombinasi dari factor diatas. 3. Capital Management Bank pada umumnya adalah lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Permodalan bagi industri perbankan sangat penting karena berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya risiko. Besar kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. 4. Technology Pergeseran fungsi vital perbankan atau lumpuhnya fungsi vital perbankan tentu disebabkan oleh berbagai alasan yang



kompleks, salah satunya adalah isu kemajuan teknologi yang membahayakan bagi pengembangan sektor perbankan. Dengan kata lain, kemajuan teknologi telah menjadi bumerang bagi kemajuan sektor perbankan itu sendiri. Dalam konteks ini, kemunduran pengembangan teknologi bagi perbankan berkaitan dengan implementasi manajemen resiko yang menitik beratkan pada analisis komputer berbasis teknologi informasi, serta kecenderungan untuk melakukkan transaksi keuangan (investasi dalam instrumen keuangan di pasar saham, uang atau transaksi derivatif) yang secara “biaya transaksi” sangat rendah dengan adanya kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi juga telah banyak menciptakan efisiensi dalam sistem pembayaran. Disisi lain, dengan adanya kemajuan teknologi, perbankan juga semakin dimudahkan dalam mendukung operasional kerjanya. Menciptaan biaya transaksi yang semakin murah dalam sistem pembayaran. Contoh sederhana, tentang biaya transaksi mesin ATM (Automated Teller Machine) yang mampu menciptakan biaya transaksi hanya sebesar $ 0.27, jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya transaksi dengan teller/kasir bank yang mencapai $ 1.07. Selain itu, sistem RTGS (Real Time Gross and Settlement) yang telah dikembangkan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa perkembangan terkini dalam sistem pembayaran tidak lekang dari kemajuan dan inovasi teknologi. Teknologi sangat mendukung aktivitas perbankan, mulai dari pemanfaatan e-banking, risk management hingga evaluasi kredit (credit scoring). Kemajuan teknologi juga merubah preferensi dan prilaku perbankan. Namun disisi lain, kecenderungan pergeseran perilaku perbankan kearah transaksi yang sifatnya beresiko tentu harus diantisipasi dengan hati-hati. Hal ini disebabkan karena transaksi yang dilakukkan oleh perbankan mengarah pada transaksi yang sebatas “Arms-length”, yang sangat minim dengan pertimbangan kualitatif dan hubungan relasional yang baik (kepercayaan). Dalam hal ini, pengembangan manajemen resiko berbasis komputer atau “Arms-length” analisis, merupakan kemunduran dalam core aktivitas perbankan. Lemahnya implementasi manajemen resiko dalam arti yang “luas” ini pada akhirnya akan menjadi sumber instabilitas baru bagi industri perbankan tanah air dan sistem keuangan secara makro. Semakin meningkatnya ketergantungan bank terhadap teknologi informasi merupakan salah satu sumber utama risiko operasional. Kerusakan data bank baik karena sengaja maupun tidak merupakan penyebab umum kesalahan operasional bank yang mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung bank.



Contoh kasus, salah satu bank yang baru mengganti teknologi informasi dengan teknologi baru dan belum berjalan lancar mengakibatkan transfer keluar dibukukan dua kali sehingga bank yang bersangkutan mengalami kerugian. Perencanaan infrastruktur teknologi informasi yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan transaksi bank terganggu karena off line yang cukup lama, sehingga mengakibatkan timbulnya risiko reputasi dan potensial kerugian yang sulit diperkirakan besarnya akibat nasabah bank pindah ke bank pesaing. Pembayaran bank kepada nasabah kelebihan ratusan milliar hanya karena program komputer yang berkaitan dengan perubahan angka desimal telah ditemukan sebagai akibat kesalahan testing. Berbagai Contoh sumber risiko operasional terkait dengan penggunaan teknologi informasi antara lain adalah: 







   



Permasalahan umum teknologi, seperti kesalahan operasional terkait dengan teknologi, penggunaan teknologi oleh orang yang tidak berwenang dan penyalahgunaan teknologi. Permasalahan hardware, seperti kegagalan perlengkapan dan ketidakcukupan atau ketidaktersediaan hardware yang diperlukan. Permasalahan pengamanan atau security, seperti pembobolan (hacking), kegagalan firewall dan gangguan eksternal. Permasalahan software, seperti virus komputer dan bugs dalam programming. Permasalahan sistem, seperti kegagalan sistem dan pemeliharaan sistem. Permasalahan telekomunikasi, seperti jaringan telepon, faksimili dan email.



5. Human Resources Kontrol internal sering kali dijadikan kambing hitam atas kegagalan suatu proses operasional bank. Namun demikian apabila ditelusuri, ternyata seringkali penyebab sebenarnya dari kerugian operasional bank adalah kesalahan manusia. Kerugian risiko operasional dapat terjadi karena tuntutan kompensasi pekerja, pelanggaran terhadap ketentuan jaminan kesehatan dan keamanan, pemogokan dan tuntutan karena perlakuan diskriminasi. Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor manusia juga bisa disebabkan oleh pelatihan dan manajemen yang tidak memadai, kesalahan manusia, pemisahan tugas atau wewenang yang tidak memadai, ketergantungan terhadap orang-orang penting tertentu, integritas dan kejujuran yang rendah. Risiko-risiko operasional di atas bisa lebih diperburuk oleh kualitas pelatihan yang tidak memadai, kontrol yang tidak



  



memadai dan kualitas sumber staf yang buruk atau faktorfaktor lainnya. Contoh-contoh risiko operasional berikut ini, baik yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak disengaja oleh faktor manusia dapat menyebabkan kerugian bank: Kesalahan manusia seperti kesalahan melaksanakan transaksi dan prosedur. Penyelewengan pekerja, seperti fraud dan trading yang tidak sah atau diluar kewenangan. Hal-hal lainnya yang terkait dengan pekerja, seperti perselisihan ketenagakerjaan, kekurangan pekerja, perekrutan pekerja dan pemutusan hubungan kerja, kecelakaan kerja dan lain-lain.



6. Institution Operations Infrastructure Meskipun tidak ada kaitan antara deregulasi dan krisis keuangan, sistem perbankan di beberapa negara banyak menghadapi problema setelah pemerintah melancarkan kebijakan deregulasi, khususnya jika kerangka ketentuan (regulatory framework) dan perangkat sistem pengawasan (prudential supervision) tidak mampu mengakomodasi tuntutan deregulasi. Kedua, belum adanya pemahaman substansi produk-produk keuangan oleh otoritas pengawasan bank, padahal perkembangan financial market yang produkproduknya bercirikan inherent risk sangat tinggi. Atau dapat dikatakan bahwa perkembangan industri keuangan khususnya perbankan bergerak dalam deret ukur sementara kemampuan otoritas pengawasan bergerak seperti deret hitung.



Eksternal Factors: 1. Macro Economic Condition Kondisi perekonomian sangat dipengaruhi oleh berbagai sektor. Sektor yang sangat berpengaruh adalah sektor keuangan seperti bank. Deregulasi dan penerapan kebijakan yang tekait dengan sektor moneter dan sektor riil telah menyebabkansektor perbankan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerja ekonomi makro di Indonesia. Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan mengalami kemunduran total akibat terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengakibatkan seluruh potensipotensi ekonomi mengalami kemunduran dan diambang kebangkrutan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan sektor rill yaitu sektor jasa keuangan (perbankan) di Indonesia terpaksa ditutup atau dibekukan kegiatannya akibat



ketidakmampuan bank tersebut dalam mengelola operasionalnya. pemerintah melakukan liberalisasi di sektor keuangan tanpa memastikan apakah sistem keuangan domestik dalam kondisi sehat dan stabil, serta kebijakan makro ekonomi berjalan secara efektif. 2. Country Risk Risiko Negara adalah country risk yaitu resiko yang timbul karena perubahan ekonomi atau politik suatu negara yang berdampak pada negara lain yang akan berhubungan dengan negara tersebut; misalnya, kekurangan cadangan devisa suatu negara akan menyebabkan keterlambatan pembayaran pinjaman kepada bank kreditur di negara lain. 3. Industry Environment Perubahan – perubahan yang terjadi pada lingkungan sangat dinamis dan kadang – kadang pengaruhnya pada manajemen tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Karenanya manajemen dituntut untuk bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Terdapat kompleksitas dan ketidakmungkinan untuk diprediksi. Kompleksitas yang mengacu kepada kekuatan yang mempengaruhi organisasi misalnya jumlah kompetitor. Ketidakmungkinan diprediksi adalah tingkat ketidakpastian kekuatan yang dapat mempengaruhi organisasi. Alasan mengapa kita menganalisis lingkungan yaitu untuk mengetahui dan meramalkan apa yang terjadi besok, menyadari dan mengantisipasi resiko dari tindakan yang dilakukan organisasi, untuk menganalisis faktor politik, sosial, ekonomi dan faktor lainnya. Serta untuk mengatasi keadaan dengan lingkungan. Dilihat dari sifat lingkungannya, organisasi harus membaca dengan cepat kondisi lingkungan, bekerjasama untuk mengendalikan lingkungan, merespon dan menyiapkan diri mengahadapi lingkungan melalui pendidikan dan latihan serta organisasi bersedia membuka diri. 4. International Banking Activities Permasalahan globalisasi keuangan yang menciptakan efek yang negatif bagi pengembangan sektor keuangan pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya regulasi dan supervisi di sector keuangan. Hal ini secara umum telah menyebabkan pelaku perbankan untuk tidak membatasi resikonya dan terekspos dalam keterbukaan resiko yang tinggi. Sehingga pada akhirnya, resiko yang dialami oleh beberapa bank menyebabkan efek domino dan krisis yang berkepanjangan



bagi pengembangan sektor perbankan itu sendiri, dan sektorsektor lainnya. Seiring dengan tingginya kemajuan globalisasi dalam teknologi memberikkan efek yang kompleks terhadap aktivitas bisnis perbankan. Disatu sisi pengenalan teknologi telah banyak mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi dalam sistem pembayaran, namun disisi lain penggunaan teknologi informasi yang semakin tinggi telah membatasi implementasi manajemen resiko yang terpaku pada analisis komputer, dan mengurangi hubungan personal dengan nasabah. Segala bentuk usaha selalu memiliki competitor, tidak terkecuali dalam bidang perbankan. Bank-bank dalam negeri berusaha untuk terus bersaing dengan bank asing yang terus masuk ke Indonesia. Bank-bank dalam negeri berusaha menarik simpati para deposan agar tertarik menempatkan dananya pada bank dalam negeri. Bank asing yang masuk ke Indonesia antara lain, HSBC (Hongkong and Shanghai Banking Corporation), CityBank (Amerika), Commonwealth, DBS (Singapore), RBS (Scotland), ANZ (Australia Newzealand), dan masih banyak yang lainnya. Bank asing juga berupaya untuk menarik perhatian dari para deposan dalam negeri, oleh karena itu bank dalam negeri harus pandai mengatur strategi yang digunakan agar tidak kalah dengan bank asing. Kebanyakan bank asing menerapkan suatu system yang berbeda dengan bank dalam negeri. Bank asing cenderung pada priority banking, dimana nasabah yang diambil adalah nasabah pilihan. Jumlah penimpanan juga memiliki standart minimum sendiri, tergantung dari kebijakan bank itu sendiri. Bank asing juga memiliki standart pelayanan yang lebih baik terhadap para nasabahnya. Dengan memberikan fasilitas lounge, internet banking, system pemasaran dimana nasabah tidak perlu dating kekantor tersebut melainkan orang marketing yang akan mendatangi nasabah untuk membuka rekening, tidak perlu antri terlalu banyak karena semua dapat dilakukan secara online. Selain itu dengan banyaknya program hadiah dan suku bunga yang cukup menarik yang disertai dengan nama besar bank tersebut maka bank asing akan lebih mudah mendapatkan dana dari pihak ke tiga. Ini yang menjadi penghambat dari bank lokal untuk dapat berkembang. Pemberian fasilitas kartu kredit kepada para nasabah juga menjadi suatu program yang dapat diunggulkan oleh para bank asing. Dalam kartu kredit bank asing juga cenderung lebih banyak menggandeng merchant-merchant ternama untuk memberikan promo yang menarik.



5. Development of International Payment System Dalam neraca pembayaran internasional defisit menimbulkan beberapa akibat buruk terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi negara. Defisit terjadi akibat impor yang berlebihan yang menyebabkan penurunan dalam negeri dengan barang impor. Ketika harga valuta asing meningkat, maka akan menyebabkan harga-harga barang impor bertambah mahal. Kegiatan ekonomi dalam negeri yang menurun dapat mengurangngi kegairahan perusahaan-perusahaan untuk melakukan penanaman modal dan membangun kegiatan usaha baru. Sama halnya dengan masalah pengangguran dan inflasi, masalah defisit dalam neraca pembayaran dapat menimbulkan efek yang buruk terhadap prestasi kegiatan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu setiap negara harus berusaha menghindari berlakunya defisit dalam neraca pembayaran. Secara umum apabila kita ingin mengkaji lebih mendalam terkait pengaruh neraca pembayaran luar negeri bagi Indonesia, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran, karena pengaruh dari pada neraca pembayaran terlihat secara jelas pada proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran .Didalam proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran tersebut terdiri dari 3 komponen, yaitu tingkat harga, tingkat kurs, dan sektor moneter. 1. Tingkat harga Neraca pembayaran yang surplus dapat menyebabkan bertambahnya uang yang beredar di masyarakat. Sebaliknya jika neraca pembayaran defisit akan mengurangi jumlah uang yang beredar. Pertambahan uang yang beredar menyebabkan kenaikan harga, dan sebaliknya berkurangnya uang yang beredar menyebabakan penurunan harga. Surplus neraca pembayaran akan meningkatakan jumlah uang yang beredar, harga naik dan inflasi yang akan mengakibatkan daya saing produsen dalam negeri menurun dibandingkan produsen luar negeri, hal ini akan meningkatkan impor daripada impor. Kenaikan impor dan penurunan ekspor keduanya bersamasama mendorong berkurangnya surplus neraca pembayaran proses penyeimbangan ini akan berjalan terus menerus dengan surplus neraca pembayaran suatu negara dibarengi dengan derfisit neraca pembayaran negara asing. Jumlah uang yang beredar dinegara asing akan berkurang maka harga akan turun dan terjadi inflasi, berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi peningkatan ekspor dan penurunan impor negara asing tersebut. 2. Tingkat kurs



Dalam penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus. Keberhasilan devaluasi untuk menghilangkan atau mengurangi ketidakseimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta asing. 3. Sektor moneter Pendekatan sektor moneter neraca pembayaran menganggap bahwa timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran karena ketidakseimbangan portopolio yaitu saldo kas yang terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan masyarakat. Menyamakan saldo kas yang terjadi dengan yang diinginkan inilah yang menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran dan berfluktuasinya kurs valuta asing. Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah semata-mata merupakan gejala moneter, oleh karena itu mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam sistem kurs tetap tidak akan ada hasilnya. Mempengaruhi jumlah uang secara efektif akan dapat dilakukan dalam sistem kurs bebas, dalam penyeimbangan neraca pembayaran. Pengaruh timbal balik antara kebijaksanaan moneter dinegara-negara lain hanya akan berpengaruh kepada kurs dan tidak pada neraca pembayaran. Neraca pembayaran luar negeri merupakan suatu alat yang diperuntuhkan untuk mencatat secara sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional yang mencakup: perdagangan, investasi, dan pinjaman yang terjadi antara penduduk dalam negeri pada suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun dan dinyatakan dalam dolar AS. Dalam neraca pembayaran internasional defisit menimbulkan beberapa akibat buruk terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi negara. Defisit terjadi akibat impor yang berlebihan yang menyebabkan penurunan dalam negeri dengan barang impor. Ketika harga valuta asing meningkat, maka akan menyebabkan harga-harga barang impor bertambah mahal. Kegiatan ekonomi dalam negeri yang menurun dapat mengurangngi kegairahan perusahaan-perusahaan untuk melakukan penanaman modal dan membangun kegiatan usaha baru. Dengan demikian, sama halnya dengan masalah pengangguran dan inflasi, masalah defisit dalam neraca pembayaran dapat menimbulkan efek yang buruk ke atas prestasi kegiatan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karenanya setiap negara harus berusaha menghindari berlakunya defisit dalam neraca pembayaran. 6. International Debit Crisis Permasalahan globalisasi keuangan, dengan hadirnya bankbank asing di negara-negara berkembang, juga masih menimbulkan pro kontra yang belum menemui titik



konsensus. Pandangan yang “pro” terhadap masuknya bank asing di pasar domestik memiliki ide dasar bahwa masuknya bank asing akan memberikan warna kompetisi yang sehat sehingga dapat menurunkan biaya dana dan menciptakan efisiensi pada pasar keuangan domestik. Masuknya bank asing ke pasar domestik kurang memberikan akses terhadap kredit mikro dan menengah. Kedua, masuknya bank asing yang cenderung memiliki biaya operasional yang rendah mendesak perbankan tanah air untuk melakukkan merger agar bisa lebih kompetitif. Proses perubahan struktur inilah yang akan menyebabkan permasalahan baru dimana stabilitas keuangan akan semakin terancam dengan bankrutnya bank besar di tanah air. Terakhir, bank asing cenderung tidak menangung resiko, jika terjadi krisis atau permasalahan dalam pasar domestik, sehingga menyebabkan instabilitas bagi sistem keuangan domestik.