Fenomena Lucio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PORTOFOLIO KASUS EMERGENCY FENOMENA LUCIO



Disusun oleh : Dwi Ayu Nilamsari, dr.



Pembimbing : Dwi Aryaningrum, dr., Sp. KK



Pendamping : Widya Karunia, dr.



PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo, Pamekasan Portofolio Kasus



No. ID dan Nama Peserta : Dwi Ayu Nilamsari No. ID dan Nama Wahana : RSUD Pamekasan Topik : Kasus medik :



Tanggal (kasus): Nama Pasien: Nn. K/ 21 tahun Tanggal Presentasi:



No RM: 467397 Pendamping: dr. Dwi Aryaningrum Sp. KK



Obyektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Neonatus Deskripsi: Pasien laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan batuk lama dan sesak yang semakin memberat. Tujuan: Mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, pedoman diagnosis, tatalaksana TB paru serta contoh laporan kasus yang terkait. a Tinjauan Riset Kasus Audit Pustaka Cara Diskusi Presentasi & E-mail Pos membahas diskusi Data pasien Nama: Nn. K/ 21 tahun Nama Klinik: RSUD Telp: Pamekasan Data utama untuk bahan diskusi



No RM: 467397 Terdaftar sejak: 28 Februari 2020



1. Diagnosis/ Gambaran Klinis/Laboratoris ANAMNESIS Keluhan Utama: Demam dan luka pada kulit yang semakin terasa panas. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Pamekasan dengan keluhan muncul luka kemerahan dan bernanah pada area wajah, kedua tangan , dan kedua kaki yang semakin memberat. Awalnya luka tersebut berupa bintik-bintik kemerahan dan terasa panas yang muncul di kaki dulu, tangan dan pada akhirnya di muka. Selain itu, gejala juga disertai demam , lemas , nyeri-nyeri otot dan sendi. Muncul kira-kira 5 bulanan yang lalu, karena luka semakin melebar dan menyebar 1 minggu SMRS pasien dibawa ke pengobatan alternatif oleh orang tua pasien. Di pengobatan alternatif ditempeli seperti daun-daunan, setelah dari pengobatan alternatif tersebut luka semakin parah, nyeri, dan sekarang disertai nanah. Mual +, muntah -, sesak +, BAB dan BAK + normal. Nafsu makan pasien semakin menurun selama sakit ini. Riwayat Penyakit Dahulu:



Pada tahun 2018 ( 2 tahun yang lalu) pasien muncul lesi kemerahan dan semakin membesar yang muncul pada kedua kaki . Kemudian pasien periksa ke puskesmas, dan oleh puskesmas di diagnosis kusta. Pasien menjalani pengobatan selama 1 tahun, dan dinyatakan sembuh oleh puskesmas. Riwayat Alergi : disangkal Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada kelarga pasien yang pernah sakit serupa seperti pasien. PEMERIKSAAN FISIK



Keadaan umum : Lemah Kesadaran



: GCS 456



Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi



: 135 x/ menit, teratur, kuat angkat



Sp02



: 99%



Pernapasan



: 20 x/menit, teratur



Suhu



: 38 oC



Berat badan



: 35 kg



Tinggi badan



: 155 cm



BMI



: 14,5 (under wight)



Kepala & leher : konjungtiva anemis +/+, ikterus (-), cyanosis (-), dyspneu (-). pernafasan cuping hidung (-). Thorax



: simetris, bentuk normal, retraksi (-), deformitas (-)



Cor



: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)



Pulmo



: Vesikuler/vesikuler, wheezing -/-, rhonchi -/-



Abdomen



: Soepel +, BU (+) normal, perkusi timpanik / normal hepar/lien tidak teraba



Extremitas



: akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, edema ekstrimitas bawah -/-.



Status dermatologis Regio thorak anterior et posterior, ekstremitas superior et inferior, dan fasialis ditemukan nodul eritematus dengan diameter bervariasi 3-6 cm disertai dengan ulkus, tepi tidak rata, dasarnya kotor, dan terdapat krusta kuning kehitaman, dan nyeri pada



perabaan. Gambar



PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP (28/02/2020) Hemoglobin Leukosit Trombosit Haematocrit Gula Darah Acak Kolesterol Total Trigliserida SGOT SGPT Ureum / BUN



Hasil 8,5 18.590 265.000 26,7 129 83 101 18 40 28/14



Nilai normal 12-16 g/dL 4.500-11.000 150.000-450.000 38-47 General < 160 mg/dL General < 200 mg/dL General < 150 mg/dL 0-31 UL 0-35 UL General Urea 10-50 mg/dl



Kreatinin Serum Asam Urat



0,8 3,6



BUN 8-20 mg/dL 5 lesi Distribusi lebih simetris Hilangnya sensasi kurang jelas Banyak cabang saraf



2.9 Penatalaksanaan Regimen direkomendasikan



oleh



disederhanakan menjadi: 1. Pausi Basiler (PB)



pengobatan WHO/DEPKES



kusta RI



disesuaikan .



Untuk



itu



dengan



yang



klasifikasi



kusta



2. Multi Basiler (MB) Dengan memakai regimen pengobatan MDT (Multi Drug Treatment). Kegunaan MDT untuk mengatasi resistensi Dapson yang semakin meningkat, mengatasi ketidakteraturan penderita dalam berobat, menurunkan angka putus obat (drop out rate) pada pemakaian monoterapi Dapson, dan dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.8 Terapi Pausi Basiler (PB) Rifampicin Dewasa 600 mg/bulan Diminum di depan petugas kesehatan Anak-anak (10-14 th)



Regimen 450 mg/bulan Diminum di depan petugas kesehatan



Dapson 100 mg/hr diminum di rumah 50 mg/hari diminum di rumah



Tabel MDT pada kusta Pausibasiler (PB) Terapi Multi Basiler (MB) Rifampicin Dapson Dewasa 600 mg/bulan 100



Lamprene mg/hari 300 mg/bulan



diminum di depan diminum di rumah



diminum di depan



petugas kesehatan



petugas



kesehatan



dilanjutkan dgn 50 mg/hari diminum di Anak-anak (10-14 th)



450



mg/bulan 50



rumah mg/hari 150



mg/bulan



diminum di depan diminum di rumah



diminum di depan



petugas



petugas



kesehatan



dilanjutkan dg 50 mg selang sehari diminum di rumah



Tabel Regimen MDT pada kusta Multibasiler (MB)



Sediaan MDT Morbus Hansen PB dengan lesi 2 – 5. Lama pengobatan 6 dosis ini bisa diselesaikan selama 6-9 bulan. MB (BB, BL, LL) dengan lesi > 5 .Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18 bulan. Reaksi Kusta Reaksi kusta merupakan episode akut dalam perjalanan kronik yang termasuk dalam penyakit immunologis. Sehingga mengakibatkan kerugian pada penderita. Reaksi tipe1 disebabkan karena hipersensitivitas tipe IV antigen dari M. lepraae bereaksi dengan limfosit T karena adanya perubahan yang yang cepat dari imunitas seluler. Gejala berupa makula eritematosa menebal rasa panas dan nyeri tekan serta neuritis, gejala sistemik jarang ditemukan.



Reaksi tipe II terjadi karena kompek imun yang berupa g ejala ENL (Eritema Nodusum Leprosum) yaitu nodul kemerahan nyeri pada perabaan dimana lesinya dapat menjadi vesikuler atau bula pecah disebut eritema nekrotikan.



Pengobatan reaksi kusta. Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat jalan, pemberian analgetik dan obat-obat penenang bila perlu, dapat diberikan Chloroquine 150 mg 3×1 selama 3-5 hari, dan MDT (obat kusta) diteruskan dengan dosis yang tidak diubah. Reaksi berat, immobilisasi, rawat inap di rumah sakit, pemberian analgesik dan sedative, MDT (obat kusta) diteruskan dengan dosis tidak diubah, pemberian obat-obat anti reaksi dan pemberian obat-obat kortikosteroid misalnya prednison. Obat-obat anti reaksi, Aspirin dengan dosis 600-1200 mg setiap 4 jam (4 – 6x/hari ), Klorokuin dengan dosis 3 x 150 mg/hari, Antimon yaitu stibophen (8,5 mg antimon per ml) yang diberikan 2-3 ml secara selang-seling dan dosis total tidak melebihi 30 ml. Antimon jarang dipakai oleh karena toksik. Thalidomide juga jarang dipakai,terutama pada wanita (teratogenik). Dosis 400 mg/hari kemudian diturunkan sampai mencapai 50 mg/hari. Pemberian Kortikosteroid, dimulai dengan dosis tinggi atau sedang. Digunakan prednison atau prednisolon. Gunakan sebagai dosis tunggal pada pagi hari lebih baik walaupun dapat juga diberikan dosis berbagi. Dosis diturunkan perlahan-lahan (tapering off) setelah terjadi respon maksimal (Koasih et al., 2009).