Fidelia Taufik, 018.06.0006, DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Fidelia Taufik Kelas : B NIM



: 018.06.0006



Diagnosis dan intervensi komunitas Berkaitan dengan blok-blok sebelumnya, seorang dokter harus bisa membuat keputusan yang tepat terhadap penanganan pasien baik pada saat ini hingga kedepannya. Ini mencerminkan the five-star doctor yang dijelaskan oleh WHO yaitu care provider, decision maker, educator, manager, dan community leader (Dr. Boelen, 1993). Perlu diingat pada system kesehatan di Indonesia di tingkat primer, Pusat Kesehatan Masyarakat atau dikenal sebagai Puskesmas memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat di area kerjanya, yaitu kecamatan atau kelurahan, dan memiliki 3 (tiga) fungsi utama, yaitu sebagai pusat pengembangan program kesehatan, pusat pelayanan kesehatan primer, dan pusat pemberdayaan masyarakat. Pada blok kemarin, penanganan dan diagnosa lebih difokuskan pada pasien dan keluarganya, serta aspek-aspek lainnya dari sang pasien atau lebih memfokuskan pada diagnosis holistik. Namun, blok kali ini lebih memfokuskan pada kesehatan komunitas, yang artinya diagnosa yang dilakukan tidak boleh hanya terbatas pada sang pasien saja, namun komunitas secara menyeluruh. Essay ini akan membahas mengenai diagnosis komunitas dan intervensi-intervensi yang akan dilakukan. Diagnosis komunitas, menurut buku keterampilan klinis ilmu kedokteran komunitas FKUI, merupakan suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat lapangan (Herqutanto & Werdhani, 2014). Jika mengutip dari WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya (World Health Organization, 1994).



Diagnosis komunitas harus dikuasai oleh dokter untk menerapkan pelayanan kedokteran baik secara holistic dan komprehensif dengan pendekatan keluarga dan okupasi terhadap pasien. Hal ini karena diagnosis komunitas digunakan dan diterapkan dalam suatu program kesehatan. Kegunaan dari diagnosis komunitas adalah sebagai berikut (Herqutanto & Werdhani, 2014): 1. untuk berperan sebagai referensi data kesehatan dalam suatu wilayah 2. untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai masalah kesehatan pada komunitas lokal dan penduduknya 3. untuk merekomendasikan intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi pemecahan masalah yang mampu laksana 4. untuk mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di masa depan 5. untuk menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan media 6. untuk pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program kerja kesehatan. Diagnosis komunitas merupakan bagian dari suatu proses dinamis yang mengarah kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan kesehatan di dalam komunitas. Karena permasalahan di dalam masyarakat tidak selalu mengarah kepada penyakitnya saja. Mengapa demikian? Karena penyakit pada masyarakat dapat terbentuk akibat beberapa faktor. Perlu diingat bahwa sakit diartikan sebagai suatu proses gangguan fisiologis (faal tubuh), serta atau gangguan psikologis atau mental maupun suatu gangguan tingkah laku (behavior) (Alifariki, 2018). Konsep terjadnya penyakit dibagi menjadi 3: segitiga epidemiologi atau epidemiologic triangle yang menjelaskan penyakit terjadi akibat interaksi ketiga faktor yaitu induk semang/ host, lingkungan dan agent ; Jaring-jaring sebab akibat atau web of causation yang menyatakan penyebab penyakit tidak hanya oleh satu sebab, melainkan serangkaian proses sebab akibat ; dan konsep roda atau the wheel yang menekankan dari efek interaksi lingkungan (baik lingkungan sosial, fisik, dan biologis) dengan inti genetic manusia yang mana faktor host dikelilingi oleh lingkungan (Alifariki, 2018). Ada pula teori Blum yang berkaitan dengan kontribusi terhadap masalah kesehatan, yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik (Herqutanto & Werdhani, 2014).



Diagnosis komunitas memiliki suatu perbedaan yang jelas dengan diagnosis klinis. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara diagnosis komunitas dan diagnosis klinis menurut buku keterampilan klinis ilmu kedokteran komunitas FKUI yang mengutip Suryakantha (2010) (Herqutanto & Werdhani, 2014). No



Diagnosis Klinis



Diagnosis Komunitas



1.



Dilakukan oleh dokter



Dilakukan oleh dokter atau epidemiologis



2.



Fokus perhatian : Pasien



Fokus perhatian : komunitas/ masyarakat



3.



Fokus perhatian : hanya orang sakit



Fokus perhatian : orang yang sakit dan sehat



4.



Dilakukan dengan memeriksa pasien



Dilakukan dengan cara survey



5.



Diagnosis didapatkan berdasarkan Diagnosis didasarkan atas riwayat alamiah keluhan dan simtom



perjalanan penyakit (natural history of disease)



6.



Memerlukan



pemeriksaan Memerlukan penelitian epidemiologi



laboratorium 7.



Dokter menentukan pengobatan



Dokter/epidemiologis merencanakan plan of action



8.



Pengobatan pasien menjadi tujuan Pencegahan dan promosi menjadi tujuan utama



utama



9.



Diikuti dengan follow up kasus



Diikuti dengan program evaluasi



10.



Dokter



tertarik



teknologi tinggi



menggunakan Dokter/epidemiologis tertarik dengan nilainilai statistik



Pelaksanaan dari diagnosis komunitas dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Hal ini bertujuan agar data (diagnosis) yang dikumpulkan dapat dipercaya. Karena sasaran pada diagnosis komunitas adalah komunitas itu sendiri, pengetahuan epidemiologi, statistic, manajemen dan ilmu-ilmu sosial lainnya merupakan penunjang utama dari diagnosis komunitas. Hal ini karena tujuan utama dari diagnosis komunitas bagi seorang dokter adalah sang dokter mampu mengidentidikasi masalah kesehatan di komunitas dan membuat solusinya. Sedangkan tujuan khususnya untuk seorang dokter adalah sang dokter mampu (Herqutanto & Werdhani, 2014): 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat 2. Mengembangkan instrument untuk mengidentifikasi masalah kesehatan 3. Menganalisis permasalahan kesehatan dan mengajukan solusi pemecahannya 4. Menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan tingkat primer 5. Berkomunikasi secara baik dengan masyarakat 6. Membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan Berkaitan dengan beberapa paragraf sebelumnya, diagnosis komunitas karea tidak hanya terbatas dengan permasalahan medis, memiliki beberapa langkah-langkah untuk melakukan penerapan diagnosis komunitasnya. Berikut ini adalah langkah-langkahnya (Herqutanto & Werdhani, 2014) : 1. Pertemuan awal untuk menentukan area permasalahan 2. Menentukan instrument pengumpulan data 3. Pengumpulan data dari masyarakat 4. Menganalisis dan menyimpulkan data 5. Membuat laporan hasil dan presentasi diseminasi Pada penentuan area permasalahan, ada beberapa indikator yang merepresentasikan permasalahan komunitas/masyarakat. Beberapa indikator status kesehatan yang biasa dipakai untuk menggambarkan masalah kesehatan di komunitas (Herqutanto & Werdhani, 2014): 1. Angka kematian (mortality rate): AKK, AKI, AKB, Angka kematian akibat penyakit tertentu, dll 2. Angka kesakitan (morbidity rate): Insiden, prevalen (menyangkut berbagai penyakit) 3. Angka kecacatan (disability rate): angka absensi, dll



Selain indikator diatas, terdapat pula indikator lain yang sering dipergunakan misalnya: 1. Indikator jangkauan pelayanan kesehatan, misalnya cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC 2. Rasio petugas kesehatan-penduduk, misalnya rasio dokter : penduduk 3. Indikator kesehatan lingkungan, misalnya persentase penduduk yang mendapatkan air bersih 4. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi , income per kapita, angka buta huruf, dll) Penentuan masalah kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan survey sesuai dengan indikator yang ada di atas. Tapi perlu diingat bahwa melakukan survey membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar. Sehingga cara alternative yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis laporan penyakit/kematian yang ada di suatu wilayah. Data ini bisa diperoleh dari hasil penelitian kesehatan atau laporan tahunan puskesmas. Tapi harus diingat bahwa tidak semua orang yang sakit akan datang ke puskesmas. Dari datanya, akan terlihat pola penyakit di suatu area/wilayah dalam kurun waktu tertentu, kecuali bila ada kejadian luar biasa. Apabila sudah ditemukan area masalah, maka juga perlu mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Konsep terjadinya penyakit menurut Blum dapat dipakai untuk membuat kerangka konsep yang menjelaskan mengapa penyakit tersebut terjadi. Ini akan membantu menentukan data apa yang akan dikumpulkan dari masyarakat agar mendapatkan masalah yang utama dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut (Herqutanto & Werdhani, 2014). Untuk penentuan instrument, instrument yang digunakan sesuai dengan data apa yang dikumpulkan. Data dapat dikumpulkan melalui observasi (menggunakan check list), wawancara (dengan kuesioner), pemeriksaan (TB, BB, pemeriksaan lab) atau menggunakan data sekunder dari rekam medis. Penggunaan kuestioner harus diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan agar kuesioner tersebut valid dan reliabel serta mengetahui realitas pelaksanaan sebenarnya (lama wawancara, situasi lapangan, dll) (Herqutanto & Werdhani, 2014). Pengumpulan data dari masyarakat sebaiknya dilakukan dengan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, sehingga latar belakang wilayah yang dibahas harus dipelajari melalui data statistic dan hasil sensus populasi, misalnya besarnya populasi, struktur jenis kelamin dan usia masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan dan masyakarat, pelayanan sosial,



pendidikan, perumahan, keamanan publik dan transportasi. Untuk mengumpulkan data dari komunitas, hal yang dapat dilakukan adalah melakukan survey, menggunakan kuisioner mandiri (self administered questionnaire), kemudian wawancara atau fokus grup diskusi atau acara dengan telepon. Dan untuk memastikan reliabilitas datanya, sebaiknya melibarkan instutusi berpengalaman seperti institusi pendidikan (Herqutanto & Werdhani, 2014). Untuk penentuan kesimpulan diagnosis komunitas, hasil yang didapat harus memiliki tiga aspek utama: status kesehatan di komunitas, determinan dari masalah kesehatan di komunitas, dan potensi dari pengembangan kondisi kesehatan di komunitas dan area yang lebih luas (Herqutanto & Werdhani, 2014). Singkatnya, alur kegiatan dari diagnosis komunitas menurut buku keterampilan klinis ilmu kedokteran FKUI dapat digambarkan pada bagan



sebagai berikut (Herqutanto &



Werdhani, 2014):



Setelah pembahasan mengenai diagnosis komunitas, sekarang yang akan dibahas adalah intervensi komunitas. Intervensi komunitas menurut Mayo (1994) terdapat tiga tingkatan yang menggambarkan cakupan komunitas yang berbeda yaitu: 1) Grass Rott ataupun Neighbourhood Work (pelaku perubahan melakukan intervensi terhadap kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut mis: Kelurahan atau Rukun tetangga); 2) Local Agency dan inter agency work (pelaku perubahan melakukan intervensi terhadap organisasi di tingkat lokal, bersama pemerintah serta organisasi non pemerintah); 3) regional dan national community Planning Work ( pelaku perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan



pembangunan ekonomi ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang lebih luas di tingkat lokal). Berdasarkan jurnal dari seminar yang dibentuk oleh Puspaningrum dan Kusmiati, Intervensi komunitas terhadap Lembaga Masyarakat Desa Konservasi (LMDHK) dilakukan secara participatory research dengan melakukan tahapan: i) Assessment; ii) Perencanaan Alternatif Program; iii) Pemformulasian Rencana Aksi; iv) Pelaksanaan (Implementasi Program); v) Monitoring Dan Evaluasi; dan vi) Terminasi. Terminasi dilakukan karena bukan masyarakat sudah danpat dianggap mandiri tetapi karena program atau kegiatan yang dilakukan sudah harus dihentikan (Puspaningrum & Kusmiati, 2018). Sedangkan menurut buku panduan keperawatan keluarga dan komunitas dari Kemenkes, Rencana intervensi dalam keperawaran komunitas berorientasi pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen krisis. Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka harus mencakup apa yang akan dilakukan, kapan melakukannya, berapa banyak, siapa yang menjadi sasaran, dan lokasinya di mana (Kholifah & Widagdo, NS. Wahyu M.Kep, 2016). Kesimpulannya, diagnosis komunitas dan intervensi komunitas saling berhubungan satu sama lainnya. Dengan adanya data dari diagnosis komunitas, maka seorang dokter atau tenaga kerja kesehatan dapat menentukan apa yang akan menjadi intervensi komunitasnya. Diagnosa komunitas harus diingat pula sebagai suatu proses dinamis yang mengarah kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan kesehatan di dalam komunitas.



REFERENSI Alifariki, La Ode, S.Kep. , Ns, M.Kes (2018) BUKU AJAR EPIDEMIOLOGI, ISBN 978-602371-573-2, 1-10. http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Buku%20Ajar%20Epidemiologi.pdf Dr. Boelen, C. (1993). The Five-Star Doctor : An Asset to Health Care Reform? 1–13. https://www.who.int/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf Herqutanto, & Werdhani, R. (2014). Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1–13. Kholifah, S. N., & Widagdo, NS. Wahyu M.Kep, S. K. (2016). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas. 208. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Keperawatan-Keluarga-dan-Komunitas-Komprehensif.pdf Puspaningrum, D., & Kusmiati, A. (2018). Intervensi Komunitas: Mewujudkan Perubahan



Sosial Lembaga Masyarakat Desa Hutan Konservasi (LMDHK) “Wono Mulyo ” Menuju Kemandirian Lembaga. Pembangunan Pertanian Dan Peran Pendidikan Tinggi Agribisnis: Peluang Dan Tantangan Di Era Industri 4.0, November, 550–559. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/download/10658/6644/ World Health Organization. (1994). City Health Profiles: how to report on health in your city. 58. http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0009/101061/wa38094ci.pdf