Fikss Sekali Pembelajaran Fisika Berbasis Etnosains [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ETNOSAINS”



MENGENAL TARIAN TRADISIONAL SUKU MORI “MOLULO” DAN HUBUNGANNYA TERHADAP GERAK MELINGKAR



OLEH KELOMPOK 12



MARIA NOVIA NI LUH TRISNAYANTI FIKA ITALIANI DARAE



: A24116107 : A24117012 : A24117120



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITS TADULAKO 2019



PENGESAHAN PENELITIAN KEBUDAYAAN BERBASIS SAINS



1. Judul kegiatan SUKU MORI



:



MENGENAL TARIAN



TRADISIONAL



“MOLULO” DAN HUBUNGANNYA TERHADAP GERAK MELINGKAR 2. Bidang Kegiatan : Penelitian kebudayaan yang berbasis sains 3. Anggota Pelaksanaan Kegiatan a. Nama Lengkap : Ni Luh Trisnayanti b. NIM : A24117012 c. Jurusan : P.MIPA d. Universitas : Universitas Tadulako e. Nama lengkap : Fika Italiani Darae f. NIM : A24117120 g. Jurusan : P.MIPA h. Universitas : Uiversitas Tadulako i. Nama lengkap : MARIA NOVIA j. NIM : A24116107 k. Jurusan : P.MIPA l. Universitas : Universitas Tadulako 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : Tiga Orang(III) 5. Dosen Pengampu a. Nama Lengkap dan Gelar : Gustina, S.Pd M.Pd b. NIP : Pelaksanaan :



Palu,17 oktober 2019 Dosen pengampu



Ketua Pelaksana Kegiatan



Gustina, S.Pd M.Pd



(Ni Luh Trisnayanti) A24117012



i



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kapada Tuhan Yang Maha Kuasa yang masih memberikan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan hasil penelitian yangberjudul “MENGENAL TARIAN TRADISIONAL SUKU MORI “MOLULO” DAN HUBUNGANNYA TERHADAP GERAK MELINGKAR” pada mata kuliah pembelajaran fisika berbasis etnosains dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah pembelajaran fisika berbasis etnosains. laporan ini dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambahan pengetahuan dan pemahaman tentang pembelajaran sains berbasis budaya. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap laporan ini,dan kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya.



Palu, 25 November 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................i KATA PENGANTAR .....................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1 A. LATAR BELAKANG ..........................................................................1 B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................2 C. TUJUAN PENELITIAN .......................................................................2 D. MANFAAT ...........................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3 A. PEMBELAJARAN ETNOSAINS ........................................................3 B. TINJAUAN FILOSOFIS/HISTORIS TARI MOLULO .......................4 C. TINJAUAN SAINS TARI MOLULO ..................................................9 D. MODEL PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN ..........................17 E. PENILAIAN PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN ...................17 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................18 A. HASIL ..................................................................................................18 B. PEMBAHASAN ...................................................................................19 BAB IV PENUTUP .........................................................................................20 A. KESIMPULAN .....................................................................................20 B. SARAN .................................................................................................20



iii



DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................21 LAMPIRAN ......................................................................................................22 RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP) .......................................25



iv



BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Wita Mori atau Suku Mori merupakan kelompok etnik yang cukup besar di Sulawesi Tengah yang saat ini berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Morowali. Sejarah terbentuknya Kerajaan Mori pada zaman dahulu ini sama halnya dengan pembentukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi pada umumnya yaitu dari kisah kehadiran tokoh luar biasa. Walaupun memiliki corak dan karakter yang berbeda, legenda yang merupakan cikal bakal Kerajaan Mori ini berawal dari penemuan tokoh yang hadir secara luar biasa dan dapat diterima serta ditempatkan untuk memangku jabatan Mokole. Secara kultural, wilayah Kerajaan Mori pada masa lampau diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu (1) Mori Atas (Boven Mori) yang merupakan daerah pemukiman orang Mori dibagian barat. Pada bagian utara dan barat laut daerah ini terbentang padang ilalang yang luas, dan pada bagian selatan terbentang deretan pegunungan. (2) Mori Bawah (Beneden Mori) atau yang lebih dikenal dengan Lembo.Wilayah ini terbentang pada bagian timur dan tenggara dari wilayah Mori Atas, merupakan dataran rendah yang luas sehingga disebut Lembo. (3) Pada bagian selatan dari deretan pegunungan itu, yang dikategorikan sebagai bagian ketiga dari wilayah Kerajaan Mori disebut daerah Danau Malili, atau juga dikenal dengan daerah Nuha. Di daerah ini terdapat tiga danau yaitu Danau Matano, Dana Moholona, dan Danau Towuti, merupakan daerah yang sangat indah dan menawan karena dihiasi gunung-gunung tinggi serta diantaranya terbentang dataran tinggi sampai ke wilayah Nuha. Wilayah Nuha saat ini telah menjadi bagian dari Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan. Tarian Molulo atau Lulo (dari Bahasa Mori: Molulo), merupakan salah satu jenis kesenian tari tradisional dari daerah Sulawesi Tengah, Indonesia. Di morowali (Sulawesi Tengah-indonesia)terdapat beberapa suku.Suku Mori sebagai salah satu suku yang berada di daerah ini memiliki beberapa tarian tradisional, salah satu tarian tradisional yang masih sering dilaksanakan hingga saat ini adalah tarian persahabatan yang disebut tarian Lulo. Pada zaman dulu, tarian ini dilakukan pada upacara-upacara adat seperti: pernikahan, pesta panen raya dan upacara pelantikan raja, yang diiringi oleh alat musik pukul yaitu gong. Tarian ini dilakukan oleh pria, wanita, remaja, dan anak-anak yang saling berpegangan tangan, menari mengikuti irama gong sambil membentuk sebuah lingkaran. Gong yang digunakan biasanya terdiri dari 2 macam yang berbeda ukuran dan jenis suara. Saat sekarang utamanaya di daerah perkotaan, gong sebagai alat musik pengiring tarian lulo telah digantikan dengan alat musik modern yaitu “Electone”. Tarian Molulo identik menggunakan gerakan melingkar ,dimana gerakannya bisa dikaitkan dengan prinsip gerak melingkar berubah beraturan pada pembelajaran fisika.



1



B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana sejarah tarian Molulo? 2. Bagaimana tarian Molulo dapat berkembang? 3. Bagaimana perkembangan budaya tarian Molulo ini pada zaman sekarang? 4. Apa keterkaiatan tarian Molulo terhadap sains? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui: 1. Sejarah dari tarian molulo 2. Perkembangan tarian molulo dari zaman ke zaman 3. Keterkaitan tarian molulo dengan pembelajaran sains D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis pembelajaran sains pada kebudayaan tarian molulo.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN ETNOSAINS Kata ethnoscience (etnosains) bersasal dari kata ethnos (bahasa Yunani) yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan.Oleh sebab itu, etnosains merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas budaya.Kemudian ilmu ini mempelajari atau mengkaji sistem pengetahuan dan tipe-tipe kognitif budaya tertentu.Penekanan pada pengetahuan asli dan khas dari suatu komunitas budaya. Menurut Henrietta L. (1998) etnosains adalah cabang pengkajian budaya yang berusaha memahami bagaimana pribumi memahami alam mereka. Setiap masyarakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan akibat kebutuhan yang berubah dari zaman ke zaman.Dalam perkembangan itu terjadi berbagai proses pemecahan masalah demi kehidupan yang lebih baik dan sejahtera melalui teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tak lepas dari dampak positif dan negative. Di satu sisi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan berbagai inovasi untuk meninkatkan kesejahteran hidup manusia, namun di sisi lainpenerapan ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mengeksploitasi kekayaan alam untuk mengejar produksi tanpa mempertimbangkan kelangsungan hidup jangka panjang seperti yang terjadi pada dampak rusaknya lingkungan alam yang mengakibatkan berbagai bencana alam seperti kekeringan berkepanjangan, banjir, kebakaran hutan, polusi udara yang kesemuanya hanya menghasilkan kesengsaraan rakyat banyak. Lingkungan, baik fisik maupun sosial-budaya dapat memberikan kontribusi tertentu pada pengalaman belajar siswa.Pengalaman tersebut dapat berupa pola pikir (ranah kognitif), pola sikap (ranah afektif), maupun pola perilaku (ranah psikomotorik).Solomon (dalam Baker, et al, 1995) menyatakan konsep-konsep sains yang dikembangkan di sekoiah tidak berjalan mulus karena dipengaruhi kuat oleh faktor-faktor sosial, khususnya pengetahuan intuitif tentang dunia lingkungannya (life-word). Pengetahuan tersebut dibangun selama siswa masih kanak-kanak yang disosialisasikan dan dienkulturisasi oleh orang lain (seperti orang tua dan teman sebaya). Ogawa (2002) menyatakan salah satu sains intuitif adalah sains sosial atau budaya (culture or social science) atau disebut juga dengan sains asli (indigenous science). Snively & Corsiglia (2001 :6) menyatakan bahwa sains asli berkaitan dengan pengetahuan sains yang diperolehnya melalui budaya oral di tempat yang sudah lama ditempatinya. Pengetahuan ini sudah merupakan bagian budaya mereka yang diperoleh dari pandangannya tentang alam semesta yang relatif diyakini oleh komunitas masyarakat tersebut.Namun, sampai saat ini sains asli yang merupakan subbudaya dari kelompok masyarakat, kurang disadari dan kurang mendapat perhatian dari para pakar pendidikan sains maupun guru-guru sains di Indonesia.



3



B. TINJAUAN HISTORIS/FILOSOFIS Suku Mori dikenal sebagai masyarakat atau penduduk Kerajaan Mori yang wilayahnya terletak di pesisir timur Propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya disekitar Teluk Tomori atau yang juga lazim disebut Teluk Tolo (diapit oleh jazirah tenggara dan jazirah timur laut pulau Sulawesi).Kerajaan Mori adalah salah satu kerajaan yang berkembang di Indonesia. Masyarakat Wita Mori atau Suku Mori merupakan kelompok etnik yang cukup besar di Sulawesi Tengah yang saat ini berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Morowali. Sejarah terbentuknya Kerajaan Mori pada zaman dahulu ini sama halnya dengan pembentukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi pada umumnya yaitu dari kisah kehadiran tokoh luar biasa. Walaupun memiliki corak dan karakter yang berbeda, legenda yang merupakan cikal bakal Kerajaan Mori ini berawal dari penemuan tokoh yang hadir secara luar biasa dan dapat diterima serta ditempatkan untuk memangku jabatan Mokole. Dari kajian-kajian yang bersumber dari peninggalan leluhur yang didukung dengan kepustakaan yang ada, diketahui bahwa Kerajaan Wita Mori adalah kerajaan persemakmuran yang terdiri dari gabungan Kerajaan-Kerajaan/Wilayah Otonom yang mempunyai pimpinan sendiri-sendiri. Walaupun demikian, bahasa, adat istiadat serta silsilah Raja-Raja/Pemimpin yang pernah menduduki jabatan dapatlah diketahui bahwa mereka berasal dari satu keturunan ratusan tahun yang silam.Ikatan kekeluargaan ini yang merupakan pengikat solidaritas yang mendorong lahirnya kerajaan persemakmuran untuk membangun secara bersama-sama kesejahteraan dan pertahanan secara terpadu dalam menghadapi perang antar suku (Mengayau) dan menghalau ekspansi Kolonial Belanda yang mulai mencampuri urusan perdagangan di Teluk Tomori (Peristiwa Towi, 1948). Dari beberapa kajian pula, baik yang berbau mitologi atau tokoh legendaris maupun cerita-cerita rakyat (folk tale), kisah Sawerigading turun temurun dikalangan tuatua Wita Mori dapatlah dikatakan bahwa Kerajaan Wita Mori merupakan pengembangan dari Kerajaan Luwu. Hal ini dipertegas lagi dengan adanya Upeti yang harus dikirimkan setiap tahun kepada Datu Luwu dari beberapa kerajaan Sulawesi Tengah bagian timur, antara lain Kerajaan Bungku, Mori dan Banggai. Saat itu, Kerajaan Wita Mori dipimpin oleh seorang Ratu bernama Wedange yang dibantu oleh Karua/Tadulako bernama Kello dan berkedudukan di Wawontuko (Puncak Tongkat).Pada waktu itu Raja Mori Wedange tidak mau menghadiri panggilan Datu Luwu untuk bertemu di Uluanso sehubungan dengan keterlambatan pembayaran upeti dan hanya menyampaikan pesan lewat Karua Kello bahwa “saya lebih baik memilih mati”.Sejak saat itu, Kerajaan Luwu mulai menyerang Kerajaan Mori yang dalam pertempuran sengit berhasil menaklukkan serta menawan Raja Wedange dan keluarganya serta Karua Kello di Palopo. Sejak saat itu Kerajaan Wita Mori mengalami kekosongan Pemimpin dalam menghadapi serangan Pengayau sampai dengan tampilnya seorang tokoh legendaris, seorang Tadulako dengan gelar Tandu Rumba-Rumba bernama Rorahako.Rorahako 4



mengumpulkan para Tadulako dari setiap anak suku di Wita Mori untuk menghadap datu Luwu memohon agar Raja Wedange dibebaskan agar dapat kembali memimpin Kerajaan Wita Mori, permohonan itu direstui oleh Datu Luwu. Namun, Wedange yang pada saat itu telah lanjut usia menunjuk anaknya Pangeran Anamba untuk menjadi Raja dengan syarat Kerajaan Wita Mori tidak lagi berkedudukan di Wawontuko, akan tetapi disuatu tempat yang lebih jauh ke pedalaman yaitu satu tempat yang bernama Pa’antoule (Petasia). Demikianlah dikenal urutan kedudukan Ibu Kota Kerajaan Wita Mori yang sering berpindah tempat, mulai dari Wawontuko, Pa’a Ntoule, Petasia, Matanda’u (Mata Wundula) dengan urutan Raja-Raja sesuai data yang ada sejak di Pa’antoule yaitu : Raja Anamba, Raja Sungkawawo, Raja Lawoliyo, Raja Tosaleko, dan terakhir Raja Marunduh yang gugur dalam pertempuran melawan Ekspedisi Militer Kolonial Belanda, dikenal dengan Perang Wulanderi (Agustus 1907). Secara kultural, wilayah Kerajaan Mori pada masa lampau diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu (1) Mori Atas (Boven Mori) yang merupakan daerah pemukiman orang Mori dibagian barat. Pada bagian utara dan barat laut daerah ini terbentang padang ilalang yang luas, dan pada bagian selatan terbentang deretan pegunungan. (2) Mori Bawah (Beneden Mori) atau yang lebih dikenal dengan Lembo.Wilayah ini terbentang pada bagian timur dan tenggara dari wilayah Mori Atas, merupakan dataran rendah yang luas sehingga disebut Lembo. (3) Pada bagian selatan dari deretan pegunungan itu, yang dikategorikan sebagai bagian ketiga dari wilayah Kerajaan Mori disebut daerah Danau Malili, atau juga dikenal dengan daerah Nuha. Di daerah ini terdapat tiga danau yaitu Danau Matano, Dana Moholona, dan Danau Towuti, merupakan daerah yang sangat indah dan menawan karena dihiasi gunung-gunung tinggi serta diantaranya terbentang dataran tinggi sampai ke wilayah Nuha. Wilayah Nuha saat ini telah menjadi bagian dari Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan. Batas wilayah Kerajaan Mori yaitu bagian utara berbatasan dengan wilayah Kerajaan Poso (sekarang Kabupaten Poso) dan Tojo, bagian barat berbatasan dengan wilayah pemukiman kelompok suku Pasa (Topasa), Lamusa (Tolamusa), dan Palande (Topalande) yang berada dalam dominasi kekuasaan Kerajaan Poso. Pada bagian selatan berbatasan dengan bekas wilayah Kerajaan Luwu (sekarang secara khusus berbatasan dengan wilayah Kabupaten Luwu Timur) dan wilayah Kerajaan Bungku.Pada bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomori (Teluk Tolo) dan sebagian dari wilayah Kerajaan Bungku (saat ini menjadi Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali). Suku Mori tergolong kelompok yang majemuk dan multikultural. Albert C. Kruyt (“Het Lanschap Mori” dalam : Medelingen van Wege het Nederlandsche Zendeling Genootschap, 1895) mengklasifikasikan penduduk Kerajaan Mori dalam dua kategori. Kategori pertama adalah penduduk pribumi, yaitu mereka yang telah lama menetap dan telah menjadi warga Kerajaan Mori. Penduduk pribumi ini terbagi lagi menjadi 3 golongan, yaitu : Orang Mori asli, penduduk asli bukan orang Mori (suku-suku 5



lain) yang mendami wilayah kerajaan, dan penduduk suku-suku yang berasal dari daerah lain dan sejak berabad-abad yang lalu melakukan eksodus dan menetap di wilayah Kerajaan Mori. Kategori kedua adalah orang asing.Kategori ini menunjuk pada kelompok kaum yang datang dari luar Mori, bukan dengan tujuan untuk menetap dan menjadi penduduk Mori.Mereka adalah orang-orang yang bermata pencaharian sebagai peramu dan pedagang. Kehadirannya didaerah ini berkaitan dengan perkembangan perdagangan diwilayah Hindia Belanda, khususnya diluar Jawa dan Madura, yang pada waktu itu ada kebijakan pemerintah kolonial membuka kawasan ini menjadi kawasan pergadagangan bebas dan membuka beberapa pelabuhan sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1847. Dengan adanya kebijakan perdagangan bebas ini maka terbukalah akses dengan pedagang-pedagang Bugis dan Cina yang terus berdatangan ke wilayah Mori.Selain berdagang, juga mencari rempah-rempah yang memang sangat banyak dikandung oleh kekayaan alam Wita Mori. Dengan demikian maka terbuka juga peluang transaksi senjata api antara Raja serta para Mokole dengan pedagang-pedagang Bugis dan Cina ini, yang pada awalnya hanya sebagai hadiah dari para pedagang agar supaya mereka dapat diterima serta leluasa melakukan aktifitas niaganya. Seluruh kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara ini tidak lepas dari peperangan, baik antar suku/kerajaan maupun perang melawan Kolonial Belanda yang ingin menguasai serta menjajah Bangsa Indonesia.Demikian pula dengan Kerajaan Mori, walaupun hanya kerajaan kecil namun tercatat pula sejarah yang mengisahkan tentang peperangan antar suku/kerajaan dan peperangan melawan Kolonial Belanda.Sejak tahun 1670, Kerajaan Mori telah berupaya untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya dari Kerajaan-Kerajaan lain yang ingin merampas serta menduduki Kerajaan Mori.Diantaranya, perang melawan Kerajaan Luwu yang saat itu mengalami kekalahan bahkan Ratu Wedange pemimpin pertama Kerajaan Mori sempat menjadi tawanan politik Kerajaan Luwu. Selanjutnya perang melawan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1856 yang dikenal dengan Perang Mori Pertama (Perang Ensaondau), dipimpin oleh Raja Tosaleko yang pada saat itu telah mulai dapat menghimpun kekuatan setelah beberapa kali melakukan pembenahan dari struktur pemerintahan sebelumnya yang dianggap kurang memuaskan dalam mengurus kegiatan pemerintahan serta pertahanan keamanan kerajaan. Dalam perang Ensaondau tersebut, Belanda berhasil merebut dan mengibarkan benderanya di Benteng Ensaondau.Pasukan Belanda berhasil menduduki Tompira dan Benteng Ensaondau, membakar permukiman di Patongoa dan Wawontuko.Namun, ekspedisi pasukan Belanda ini dianggap kurang memuaskan karena telah banyak menelan korban dari pasukan militer serta mengeluarkan anggaran yang sangat besar, dan nyatanya Kerajaan Mori tetap berjaya menjadi satu kerajaan merdeka dan berdaulat penuh. Perang besar lainnya, yaitu Perang Mori Kedua (Perang Wulanderi) yang dipimpin oleh Raja Marunduh (Datu ri Tana) pada bulan Agustus 1907. Perang ini berakhir dengan kematian Raja Marunduh Datu ri Tana setelah mendapat serangan dari pasukan Marsose di Benteng Wulanderi. Kematian Raja Mori ini menimbulkan duka 6



yang teramat dalam bagi rakyat Mori.Hal ini menjadi titik terlemah bagi perjuangan rakyat Mori dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya.Rakyat Mori dirundung duka dan berkabung sehingga sangat sulit untuk kembali membangkitkan semangat untuk meneruskan perlawanan.Pada akhirnya atas kesepakatan bersama para Mokole dan Tadulako, seluruh daerah pertahanan mengibarkan bendera putih sebagai tanda pernyataan menyerah.Dengan demikian pasukan ekspedisi Belanda menyataka bahwa seluruh wilayah Kerajaan Mori telah berhasil ditaklukkan dan dikuasai pada 20 Agustus 1907. Dengan berakhirnya Perang Mori II, maka Pemeintah Hindia Belanda melakukan penataan dengan menjadikan wilayah Kerajaan Mori sebagai bagian dari wilayah pemerintahan langsung (government gebied) dan digabungkan pada wilayah pemerintahan Sulawesi dan Daerah Bawahannya (Government van Celebes en Onderhoorigheden), yang pusat pemerintahannya di Makassar. Selanjutnya, masingmasing bekas Kerajaan Mori dan Bungku berkedudukan sebagai daerah Swapraja.Daerah Swapraja Mori dibagi dalam 4 distrik, yaitu Distrik Ngusumbatu, Sampalowo, Kangua dan Soyo.Kepala Pemerintahannya disebut Kepala Distrik. Pada tahun 1938, Pemerintah Hindia Belanda melakukan reorganisasi struktur pemerintahan dan menghasilkan keputusan pada tahun 1942 bahwa wilayah Swapraja Mori dijadikan 3 distrik, yaitu : Distrik Tomata (berpusat di Tomata), Distrik Ngusumbatu (berpusat di Tinompo) dan Distrik Petasia (berpusat di Kolonodale). Sejak diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 1999, seluruh wilayah permukiman penduduk Suku Mori kini berada dalam Wilayah Pemerintah Kabupaten Morowali (hasil pemekaran wilayah Kabupaten Poso), yang terpusat di 7 Kecamatan dari 16 Kecamatan yang ada, yaitu : 1. Kecamatan Mori Atas (kedudukan pemerintahan di Tomata), 2. Kecamatan Mori Utara (kedudukan pemerintahan di Mayumba), 3. Kecamatan Lembo (kedudukan pemerintahan di Beteleme), 4. Kecamatan Lembo Raya (kedudukan pemerintahan di Petumbea), 5. Kecamatan Petasia (kedudukan pemerintahan di Kolonodale), 6. Kecamatan Petasia Timur (kedudukan pemerintahan di Bungintimbe), 7. Kecamatan Soyo Jaya (kedudukan pemerintahan di Lembah Sumara). Suku mori memiliki beberapa tarian, salah satunya adalah tarian molulo. Tarian Molulo atau Lulo (dari bahasa Mori: Molulo), merupakan salah satu jenis kesenian tari tradisional dari daerah Tengah, Indonesia. Di Morowali(Sulawesi Tengah – Indonesia) terdapat beberapa suku.Suku Mori sebagai salah satu suku yang berada di daerah ini memiliki beberapa tarian tradisional, salah satu tarian tradisional yang masih sering dilaksanakan hingga saat ini adalah tarian persahabatan yang disebut tarian Lulo.



7



Pada zaman dulu, tarian ini dilakukan pada upacara-upacara adat seperti: pernikahan, pesta panen raya dan upacara pelantikan raja, yang diiringi oleh alat musik pukul yaitu gong. Tarian ini dilakukan oleh pria, wanita, remaja, dan anakanak yang saling berpegangan tangan, menari mengikuti irama gong sambil membentuk sebuah lingkaran. Gong yang digunakan biasanya terdiri dari 2 macam yang berbeda ukuran dan jenis suara. Saat sekarang utamanaya di daerah perkotaan, gong sebagai alat musik pengiring tarian lulo telah digantikan dengan alat musik modern yaitu “Electone”. Adapun filosofi tarian “lulo” adalah persahabatan, yang biasa ditujukan kepada muda-mudi suku Tolaki sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan mempererat tali persaudaraan.Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Peserta tarian ini tidak dibatasi oleh usia maupun golongan, siapa saja boleh turut serta dalam tarian lulo, kaya miskin, tua, muda boleh bahkan jika anda bukan suku Tolaki atau dari negara lain bisa bergabung dalam tarian ini, yang penting adalah bisa mengikuti gerakan tarian ini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah posisi tangan saat bergandengan tangan, untuk pria posisi telapak tangan di bawah menopang tangan wanita. Posisi tangan ini merupakan simbolisasi dari kedudukan, peran, etika pria dan wanita dalam kehidupan. Yang terpenting dari semua itu adalah arti dari tarian Lulo sendiri, yang mencerminkan bahwa masyarakat Mori adalah masyarakat yang cinta damai dan mengutamakan persahabatan dan persatuan dalam menjalani kehidupannya. Seperti filosofi masyarakat Mori yang diungkapkan dalam bentuk pepatah samaturu, medulu ronga mepokoaso, yang berarti masyarakat Mori dalam menjalani perannya masingmasing selalu bersatu, bekerja sama, saling tolong–menolong dan bantu-membantu. Tetapi saat ini tarian lulo telah mengalami proses adaptasi terutama dalam hal variasi gerakan dan juga musik yang mengiringinya, jika dahulu masyarakat suku tolaki menggunakan alat musik pukul yang dikenal dengan sebutan “Gong” saat ini telah menggunakan alat musik elektronik yaitu organ tunggal (electone) begitu juga dengan variasi gerakannya, mulai dari lulo dengan gerakan lambat (santai) sampai gerakan yang cepat. C. TINJAUAN SAINS DARI TARIAN MOLULO Gerak melingkar (atau gerak sirkuler; bahasa Inggris: circular motion) adalah gerak suatu benda yang membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Agar suatu benda dapat bergerak melingkar ia membutuhkan adanya gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan lingkaran. Pengertian akan konsep Gerak Melingkar Beraturan serupa dengan konsep Gerak lurus beraturan (GLB). gerak lurus beraturan adalah gerak suatu benda yang menempuh lintasan garis lurus dengan kelajuan tetap. Pada GLB, baik besar kecepatan(kelajuan) maupun arah kecepatan adalah tetap. 8



Sedangkan Gelingkar beraturan didefiniskan sebagai gerak suatu benda menempuh lintasan melingkar dengan kelajuan (atau besar kecepatan) tetap artinya percepatan sudutnya nol. Jadi yang membedakan pada Gerak Melingkar Beraturan adalah lintasannya berupa lingkaran.Gambar 1 merupakan lintasan dari GMB.



Pada gerak melingkar beraturan terdapat variabel-variabel penting yang perlu kita pahami yaitu Periode (T), Frekuensi (f), kecepatan linier (v), kecepatan sudut (ω), percepatan sudut (α), perpindahan sudut (θ), kecepatan sudut rata-rata. Periode (T) adalah selang waktu yang diperlukan oleh suatu titik materi pada benda yang berputar terhadap suatu poros tertentu untuk menempuh satu kali putaran (atau sati kali melingkar). Frekuensi(f) adalah banyak putaran yang dapat dilakukan oleh suatu titik materi pada benda yang berputar terhdap suatu poros tertentu dalam selang waktu sekon. Antara periode dan frekuensi memiliki hubungan secara matematis yaitu sebagai berikut:



9



Kecepatan linier (v) adalah hasil bagi panjang lintasan linier yang ditempuh partikel dengan selang waktu tempuhnya. Rumusan matematisnya adalah:



Sedangkan kecepatan sudut (ω) adalah hasil bagi sudut pusat yang ditempuh partikel dengan selang waktu tempuhnya. Rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:



Kecepatan linier memiliki hubungan matematis dengan kecepatan sudut yaitu sebagai berikut:



Perpindahan sudut (Δθ) adalah sudut yang disapu oleh sebuah garis radial mulai dari posisi awal garis θo ke posisi akhir garis θ. Tentu saja, Δθ = θ- θo. Arah perpindahan sudut adalah sebagai berikut : Δθ > 0 untuk putaran berlawanan arah jarum jam. Δθ < 0 untuk putaran searah jarum jam. Satuan SI untuk Δθ adalah rad.



Nilai konversi sudut yang ada pada perpindahan sudut adalah sbb : 10



Derajat, putaran, dan radian merupakan besaran-besaran yang tidak memiliki dimensi.



Dalam gerak melingkar, kecepatan sudut rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan sudut dengan selang waktu Kecepatan sudut rata-rata = perpindahan sudut selang waktu



Arah kecepatan sudut ω adalah sebagai berikut : ω> 0 untuk putaran berlawanan arah jarum jam



11



ω< 0 untuk putaran searah jarum jam. Satuan SI untuk ω adalah rad/s. Di dalam suatu gerak melingkar beraturan (GMB), terdapat nilai suatu percepatan.Percepatan tersebut selalu tegak lurus terhadap kecepatan liniernya dan mengarah ke pusat lingkaran disebut dengan percepatan sentripetal.(Kata sentripetal berasal dari kata Yunani, yang berarti mencari pusat). Untuk partikel yang melakukan gerak melingkar beraturan (GMB), laju linier adalah konstan, tetapi partikel masih mengalami percepatan sentripetal as yang dirumuskan sebagai berikut :



Saat GMB melakukan percepatan sentripetal, akan dihasilkan juga suatu gaya sentripetal. Rumus gaya sentripetal adalah sebagai berikut :



Beberapa gaya sentripetal yang terjadi pada tali adalah sebagai berikut : dilihat posisinya, ada 4 posisi yang ada yaitu : titik A, titik B, titik C, dan titik D. persamaan matematis pada titik-titik tersebut adalah sebagai berikut : 12



a. Gerak melingkar vertikal dengan tali



Persamaan umum yang dapat dibentuk adalah :



Kecepatan minimum yang dibutuhkan agar benda dapat mencapai titik B dari titik A adalah :



Kecepatan minimum yang dibutuhkan agar benda berputar satu lingkaran penuh :



b. Gerak melingkar vertikal di dalam bidang lingkaran :



13



Persamaan umum gerak melingkar vertikal di dalam bidang lingkaran yang dapat dibentuk adalah :



Kecepatan minimum pada C agar benda tidak meninggalkan lintasan :



Gerak melingkar vertikal di luar bidang lingkaran :



14



Persyaratan umum yang dapat dibentuk :



Kecepatan minimum agar benda tidak meninggalkan lintasan adalah :



Setelah semua orang terkumpul, mereka akan membuat sebuah lingkaran dan kemudian bergerak sesuai dengan alunan musik. Ketika orang molulo, mereka akan bergerak sesuai dengan gerak melingkar yaitu bergerak membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Kemudian, dalam molulo juga membutuhkan gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan lingkaran. Makin laju kecepatan lagu, makin cepat langkah kaki bergerak kekanan yang searah dengan arah jarum jam. Dengan langkah kaki hitungan 3,2,1 kemudian 2,2,1 dan 4,1,4. Konsep ini juga kita gunakan pada waktu berjalan. Ketika penari sedang bergerak , bisakah ia membelok atau bergerak melingkar? Menurut Newton, benda yang bergerak lurus akan membelok jika ada gaya ke samping. Bagaimana memperoleh gaya ke samping? cara memperoleh gaya ke samping yaitu Ketika penari akan bergerak ke kanan, kakinya akan menekan lantai atau tanah yang kemudian akan memberikan reaksi dan menekan penari ke kanan sehingga lintasannya berbelok ke kanan. Sedangkan untuk panjang lintasan tergantung dari banyaknya orang yangikuti tarian tersebut, dengan kelajuan yang konstan.



15



D. Metode Pembelajaran a. Metode tutor sebaya Penggunaan metode tutor sebaya yaitu siswa membentuk kelompok besar yang dipimpin salah satu anak dalam berdiskusi membahas masalah alur cerita atau adegan berkarya tari, tutor di sini ditugaskan mencipta tari bertema membimbing. Hal ini sejalan dengan pernyataan Winatapura (1999:380) bahwa seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi Tutor sebaya merupakan bagian dari Cooperative Learning atau belajar bersama, siswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri yang lebih mampu dalam suatu kelompok. Bentuknya adalah satu tutor membimbing satu teman, atau satu tutor membimbing beberapa teman dalam kelompok menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. E. PENILAIAN PEMBELAJARAN Penilaian yang di gunakan adalah Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja. Tes praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat indera. Tes simulasi digunakan .untuk mengukur kemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan. Tes petik kerja digunakan untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya. Contoh tes praktik/perbuatan dapat berupa kegiatan tes untuk mengukur kemahiran mempraktekan tarian molulo . Tes kinerja diukur dengan menggunakan bentuk instrumen lembar observasi. 16



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Tempat dan waktu kegiatan Penelitian molulo dilakukan di jln Zebra pada hari minggu 24 november 2019, dan wawancara via telepon ke morowali utara tepatnya di desa ronta kecamatan lemboraya dilakukan pada hari minggu 17 november 2019. 2. Hasil wawancara/dokumentasi Pada hasil wawancara di peroleh sejarah bagaimana molulo itu bisa berkembang. Dimana Suku mori memiliki beberapa tarian, salah satunya adalah tarian molulo. Tarian Molulo atau Lulo (dari bahasa Mori: Molulo), merupakan salah satu jenis kesenian tari tradisional dari daerah Tengah, Indonesia. Di Morowali(Sulawesi Tengah – Indonesia) terdapat beberapa suku.Suku Mori sebagai salah satu suku yang berada di daerah ini memiliki beberapa tarian tradisional, salah satu tarian tradisional yang masih sering dilaksanakan hingga saat ini adalah tarian persahabatan yang disebut tarian Lulo. Pada zaman dulu, tarian ini dilakukan pada upacara-upacara adat seperti: pernikahan, pesta panen raya dan upacara pelantikan raja, yang diiringi oleh alat musik pukul yaitu gong. Tarian ini dilakukan oleh pria, wanita, remaja, dan anakanak yang saling berpegangan tangan, menari mengikuti irama gong sambil membentuk sebuah lingkaran. Gong yang digunakan biasanya terdiri dari 2 macam yang berbeda ukuran dan jenis suara. Saat sekarang utamanaya di daerah perkotaan, gong sebagai alat musik pengiring tarian lulo telah digantikan dengan alat musik modern yaitu “Electone”. Adapun filosofi tarian “lulo” adalah persahabatan, yang biasa ditujukan kepada muda-mudi suku Tolaki sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan mempererat tali persaudaraan. atau dari negara lain bisa bergabung dalam tarian ini, yang penting adalah bisa mengikuti Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Peserta tarian ini tidak dibatasi oleh usia maupun golongan, siapa saja boleh turut serta dalam tarian lulo, kaya miskin, tua, muda boleh bahkan jika anda bukan suku Tolaki gerakan tarian ini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah posisi tangan saat bergandengan tangan, untuk pria posisi telapak tangan di bawah menopang tangan wanita. Posisi tangan ini merupakan simbolisasi dari kedudukan, peran, etika pria dan wanita dalam kehidupan. Yang terpenting dari semua itu adalah arti dari tarian Lulo sendiri, yang mencerminkan bahwa masyarakat Mori adalah masyarakat yang cinta damai dan mengutamakan persahabatan dan persatuan dalam menjalani kehidupannya. Seperti filosofi masyarakat Mori yang diungkapkan dalam bentuk pepatah samaturu, medulu



17



ronga mepokoaso, yang berarti masyarakat Mori dalam menjalani perannya masingmasing selalu bersatu, bekerja sama, saling tolong–menolong dan bantu-membantu. Tetapi saat ini tarian lulo telah mengalami proses adaptasi terutama dalam hal variasi gerakan dan juga musik yang mengiringinya, jika dahulu masyarakat suku tolaki menggunakan alat musik pukul yang dikenal dengan sebutan “Gong” saat ini telah menggunakan alat musik elektronik yaitu organ tunggal (electone) begitu juga dengan variasi gerakannya, mulai dari lulo dengan gerakan lambat (santai) sampai gerakan yang cepat. 3. Perbandingan Hasil Kajian Secara Etno dan Sains Perbandingan kajian tarian molulo 1. Secara etno(kebudayaan) Adapun filosofi tarian “lulo” adalah persahabatan, yang biasa ditujukan kepada muda-mudi suku Mori sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan mempererat tali persaudaraan. atau dari negara lain bisa bergabung dalam tarian ini, yang penting adalah bisa mengikuti Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran dengan memperhatikan ketukan dari gerakan yang yang terfokus dengan langkah kaki hitungan 3,2,1 kemudian 2,2,1 dan 4,1,4. Peserta tarian ini tidak dibatasi oleh usia maupun golongan, siapa saja boleh turut serta dalam tarian lulo, kaya miskin, tua, muda boleh bahkan jika anda bukan suku Tolaki gerakan tarian ini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah posisi tangan saat bergandengan tangan, untuk pria posisi telapak tangan di bawah menopang tangan wanita. Posisi tangan ini merupakan simbolisasi dari kedudukan, peran, etika pria dan wanita dalam kehidupan. 2. Secara sains Ketika melakukan tarian molulo dan semua orang berkumpul, mereka akan membuat sebuah lingkaran dan kemudian bergerak sesuai dengan alunan musik. Ketika orang molulo, mereka akan bergerak sesuai dengan gerak melingkar yaitu bergerak membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Kemudian, dalam molulo juga membutuhkan gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan lingkaran. Makin laju kecepatan lagu, makin cepat langkah kaki bergerak kekanan yang searah dengan arah jarum jam. Dengan langkah kaki hitungan 3,2,1 kemudian 2,2,1 dan 4,1,4. Konsep ini juga kita gunakan pada waktu berjalan. Ketika penari sedang bergerak , bisakah ia membelok atau bergerak melingkar? Menurut Newton, benda yang bergerak lurus akan membelok jika ada gaya ke samping. Bagaimana memperoleh gaya ke samping? cara memperoleh gaya ke samping yaitu Ketika penari akan bergerak ke kanan, kakinya akan menekan lantai atau tanah yang kemudian akan memberikan reaksi dan menekan penari ke kanan sehingga lintasannya berbelok ke kanan. Sedangkan untuk panjang lintasan tergantung dari banyaknya orang yangikuti tarian tersebut, dengan kelajuan yang konstan. 18



B. PEMBAHASAN Keterkaitan tari molulo dari segi etno dan sains terletak pada saat di mulainya gerakan molulo itu sendiri yaitu Setelah semua orang terkumpul, mereka akan membuat sebuah lingkaran dan kemudian bergerak sesuai dengan alunan musik. Ketika orang molulo, mereka akan bergerak sesuai dengan gerak melingkar yaitu bergerak membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Kemudian, dalam molulo juga membutuhkan gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan lingkaran. Makin laju kecepatan lagu, makin cepat langkah kaki bergerak kekanan yang searah dengan arah jarum jam. Dengan langkah kaki hitungan 3,2,1 kemudian 2,2,1 dan 4,1,4. Konsep ini juga kita gunakan pada waktu berjalan. Ketika penari sedang bergerak , bisakah ia membelok atau bergerak melingkar? Menurut Newton, benda yang bergerak lurus akan membelok jika ada gaya ke samping. Bagaimana memperoleh gaya ke samping? cara memperoleh gaya ke samping yaitu Ketika penari akan bergerak ke kanan, kakinya akan menekan lantai atau tanah yang kemudian akan memberikan reaksi dan menekan penari ke kanan sehingga lintasannya berbelok ke kanan. Sedangkan untuk panjang lintasan tergantung dari banyaknya orang yangikuti tarian tersebut, dengan kelajuan yang konstan.



19



BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Tarian Molulo atau Lulo (dari bahasa Mori: Molulo), merupakan salah satu jenis kesenian tari tradisional dari daerah Tengah, Indonesia. Di Morowali(Sulawesi Tengah – Indonesia) terdapat beberapa suku.Suku Mori sebagai salah satu suku yang berada di daerah ini memiliki beberapa tarian tradisional, salah satu tarian tradisional yang masih sering dilaksanakan hingga saat ini adalah tarian persahabatan yang disebut tarian Lulo. Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran dengan memperhatikan ketukan dari gerakan yang yang terfokus dengan Dengan langkah kaki hitungan 3,2,1 kemudian 2,2,1 dan 4,1,4. Ketika orang molulo, mereka akan bergerak sesuai dengan gerak melingkar yaitu bergerak membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Kemudian, dalam molulo juga membutuhkan gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan lingkaran. Makin laju kecepatan lagu, makin cepat langkah kaki bergerak kekanan yang searah dengan arah jarum jam B. SARAN Penulis mengharapkan dalam melakukan penelitian di harapkan sumber-sumber informasi diperbanyak, serta referensi-referensinya.



20



DAFTAR PUSTAKA https://elbertbandau.wordpress.com/2012/01/17/mengenal-sejarah-dan-budaya-suku-mori/ https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Malulo http://www.skeletonwatchmart.com/history/inilah-sejarah-dan-perkembangan-tarian-lulo/ https://fisikakontekstual.com/materi-gerak-melingkar/ https://www.gurupendidikan.co.id/gerak-melingkar-beraturan/ https://www.tentorku.com/gerak-melingkar-beraturan-gmb/



21



LAMPIRAN A. BIODATA INFORMAN NARASUMBER 1 a. Nama : S. Matoori b. Jenis kelamin : laki-laki c. Pekerjaan : petani d. Alamat : desa ronta, kec lemboraya, kab. Morowali utara NARASUMBER 2 a. b. c. d.



Nama Jenis kelamin Pekerjaan Alamat



: S. waka : perempuan : IRT : desa ronta, kec lemboraya, kab. Morowali utara



NARASUMBER 3 a. b. c. d.



Nama Jenis kelamin Pekerjaan Alamat



: Landri Tandung : laki-laki : dosen : jln zebra raya no 64, Palu



NARASUMBER 4 a. b. c. d.



Nama Jenis kelamin Pekerjaan Alamat



: Anisa morpasela saki : perempuan : mahasiswa : jln zebra raya no 64, Palu



NARASUMBER 5 a. Nama b. Jenis kelamin c. Pekerjaan d. Alamat



: Andrianto saki : laki-laki : pelajar : jln zebra raya no 64, Palu



22



B. DOKUMENTASI KEGIATAN a. Foto pada saat molulo



b. Foto dokumentasi narasumber Narasumber 1 dan 2



Narasumber 3



23



Narasumber 4 dan 5



24



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA sederajat Mata pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X MIA / 1 Materi Pokok : Gerak Melingkar Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (9 x 45 menit)



A. KOMPETENSI INTI (KI) KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) Kompetensi Dasar-3



Kompetensi Dasar-4



3.6 Menganalisis gerak melingkar dengan laju 4.6.1 Melaporkan hasil eksperimen tentang konstan (tetap) terhadap tarian molulo



gerak melingkar beraturan pada tarian molulo



3.6.4 Menjelaskan percepatan sentripetal pada tarian molulo 3.6.5 Menjelaskan konsep apa saja yang terjadi pada tarian molulo



25



3.6.6 Menerapkan konsep gerak melingkar terhadap tarian molulo



C. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Peserta didik dapat menyebutkan minimal besaran-besaran gerak melingkar (frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linier, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal) 2. Peserta didik dapat mendefenisikan besaran frekuensi, frekuensi sudut, periode, dan sudut tempuh yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan. 3. Peserta didik dapat menganalisis gerak melingkar dengan laju konstan (tetap) terhadap tarian molulo. 4. Peserta didik dapat Menjelaskan konsep apa saja yang terjadi pada tarian molulo



D. MATERI PEMBELAJARAN 1. Fakta :  Gerak tarian molulo berputar searah jarum jam dengan kelajuan konstan



2. Konsep : 



Gerak melingkar beraturan adalah



gerak



yang benda



lintasannya



berbentuk



lingkarandengan laju konstan dan tiap satuan waktu menempuh busur lingkaran yang sama panjangnya. 



Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satuan waktu.







Periode adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran







Posisi sudut adalah panjang lintasan dibagi dengan jari-jari.







Kecepatan sudut adalah perubahan posisi sudut benda yang bergerak melingkar tiapsatuan waktu.







Kecepatan linier adalah hasil bagi kecepatan lintasan liniear yang ditempuh bendadengan selang waktu tempuhnya.







Percepatan sentripetal adalah percepatan yang selalu mengarah ke pusat lingkaran.







Gaya sentripetal adalah gaya yang menimbulkan sentripetal. Gaya sentripetal berfungsi untuk merubah arah gerak benda. 26



3. Prinsip : 



Semakin cepat alunan musik elekton maka semakin cepat juga kelajuan geraknya. Kecepatan tarian molulo pada gerak melingkar beraturan memiliki besar dan arah selalu tetapsetiap saat.







Percepatan sentripetal selalu mengarah kepusat lingkaran.







Gaya sentripetal mengubah arah gerak lurus menjadi gerak melingkar.



4. Prosedur : 



Mengamati simulasi gerak melingkar untuk mengidentifikasi besaran-besaran yang ada didalamnya, dalam hal ini mengamati simulasi gerak tarian molulo.



E. METODE PEMBELAJARAN PERTEMUAN 1



PENDEKATAN



MODEL



METODE



Saintifik



Kooperatif GI



a. Simulasi b. Diskusi



2



Saintifik



Kooperatif STAD



a. Diskusi b. Tanya jawab



F. MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR 1. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Laptop dan LCD,Speaker 2. Alat : Spidol G. KEGIATAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN PERTAMA (3 JP x 45 Menit) Indikator pembelajaran kompetensi: 1. Peserta didik dapat menyebutkan minimal besaran-besaran gerak melingkar (frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linier, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal) 2. Peserta didik dapat mendefenisikan besaran frekuensi, frekuensi sudut, periode, dan sudut tempuh yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan.



27



3. Peserta didik dapat menganalisis gerak melingkar dengan laju konstan (tetap) terhadap tarian molulo. 4. Peserta didik dapat Menjelaskankonsep apa saja yang terjadi pada tarian molulo



Langkah Kegiatan Pembelajaran Langkah



Sintak



Model Pembelajaran Deskripsi



Alokasi Waktu



Pembelajaran 1. Guru memusatkan perhatian peserta



didik



dengan



mengucapkan salam pembuka, berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik. 2. Guru menyampaikan indikator Kegiatan Pendahuluan



pembelajaran.



15 menit



3. Guru memberikan motivasi dengan mengkaitkan materi yang akan



dibahas



dengan



pengetahuan awal peserta didik mengenai gerak: “Sebelumnya kalian



sudah



mempelajari



mengenai gerak lurus, baik GLB maupun GLBB, apakah ada yang masih ingat apa yang ada ketahui mengenai



GLB



?



Besaran-



besaran apa saja yang terdapat pada GLB ?” Tahap 1



Stimulasi/Pemberian Rangsangan  Peserta didik mengamati video simulasi gerakan molulo yang



28



10 menit



ditampilkan oleh guru.  Berdasarkan video tersebut,



Kegiatan Inti (Model DL)



(Stimulasion) diharapkan



peserta



didik



termotivasi untuk berpendapat dan bertanya mengenai gerak dari para penari molulo Tahap 2



Pernyataan/Identifikasi Masalah 20 menit (Problem Statement)  Guru menjelaskan karakteristik gerak parabola.  Guru mengajukan pertanyaan dalam bentuk suatu masalah berdasarkan



simulasi



virtual



gerak parabola yang ditayangkan guru. Tahap 3



Pengumpulan



Data



(Data 20 menit.



Collection) 



Guru



membagi



kelompok



peserta didik ke dalam kelompok belajar yang heterogen dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang dan membagikan LKS (Lampiran 2) mengenai gerak melingkar. 



Guru



membagi



kelompok



peserta didik ke dalam kelompok belajar yang heterogen dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang dan membagikan LKS (Lampiran 2) mengenai



29



gerak melingkar pada system tata surya dan menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut.  Peserta didik membaca dan memahami permasalahan yang ada di LKS (Lampiran 2) gerak melingkar. 



Masing-masing



mengumpulkan



kelompok data



dan



informasi melalui diskusi untuk menguji hipotesis yang sudah dibuat. Tahap 4



Pengolahan Processing)



Data 



(Data 50 menit



Peserta



didik



menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari hasil diskusi untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan yang ada pada LKS (Lampiran 2) gerak melingkar secara berkelompok. Tahap 5



Verifikasi (Verification)  Anggota kelompok menulis laporan merencanakan presentasi laporan,



penentuan



penyaji,



moderator, dan notulis. 



Salah



satu



kelompok



menyajikan hasil analisis data, sedangkan



kelompok



mengamati, mengklarifikasi,



30



lain



mengevaluasi, mengajukan



pertanyaan atau tanggapan yang relevan



dengan



materi



yang



dipresentasikan. Tahap 6



Menarik



kesimpulan 10 menit



(Generalisasi) 



Guru



dan



peserta



didik



mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan.  Peserta didik merangkum hasil analisis



dan



temuan



dari



kelompoknya dankelompok lain.  Guru melontarkan pertanyaan lisan sebagai post test. Kegiatan Penutup



1.



Memberikan



kepada



peserta



kesempatan 10 menit didik



untuk



bertanya apabila ada yang belum dimengerti. 2.



Meminta



peserta



didik



menyimpulkan pembelajaran. 3. Memberikan salam penutup dan berdoa.



PERTEMUAN KEDUA (3 JP x 45 Menit) Indikator Pembelajaran Kompetensi 1. Peserta didik dapat menjelaskan percepatan sentripetal 2. Peserta didik dapat menerapkan persamaan gaya sentripetal untuk menyelesaikan permasalahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 3. Peserta didik dapat menjelaskan gaya sentripetal.



31



4. Peserta didik dapat menerapkan persamaan gaya sentripetal untuk menyelesaikan permasalahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.



Langkah Kegiatan Pembelajaran Langkah



Sintak



Pembelajaran



Model



Pembelajaran Alokasi Waktu



Deskripsi 1.



Guru



perhatian



memusatkan peserta



didik



dengan mengucapkan salam pembuka,



berdoa



dan



mengecek kehadiran peserta didik. Kegiatan Pendahuluan



2.



Guru



menyampaikan



15 menit



indikator pembelajaran. 3. Guru memberikan motivasi dengan mengkaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan didik



awal



mengenai



Pernahkah



peserta gerak: kalian



berkendaraan dan melewati tikungan ? Apa yang kalian rasakan pada saat kendaraan bergerak menikung ? Tahap 1



Stimulasi/Pemberian Rangsangan  Peserta didik mengamati video



simulasi



gerakan



molulo yang ditampilkan oleh guru.



32



10 menit



Kegiatan



Inti



(Stimulasion)



(Model DL)



 Berdasarkan video tersebut, diharapkan



peserta



didik



termotivasi



untuk



berpendapat



dan



bertanya



mengenai gerak dari para penari molulo Tahap 2



 Guru memberikan informasi 30 menit



Pernyataan/Identifikasi mengenai Masalah Statement)



percepatan



(Problem sentripetal



(peserta



memperhatikan



didik



penjelasan



guru)  Guru rmenjelaskan materi percepatan



sentripetal



dan



gaya sentripetal  Guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan percepatan sentripetal, gaya sentripetal serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 



Sambil



peserta



membimbing didik



dalam



menyelesaikan contoh soal.  Meminta salah satu peserta didik



untuk



menuliskan



jawabannya di papan tulis. Memastikan setiap peserta didik



telah



mengetahui



jawaban contoh soal yang benar. Tahap 3







33



Guru



membagi



peserta 10 menit



Pengumpulan (Data Collection)



Data didik



dalam



kelompok



berjumlah 4-5 orang.  Gurru membagikan LDS (Lampiran



3)



10



menit



kepada peserta didik.  Peserta didik diberikan kesempatan untuk mencari data/ informasi dari berbagai buku



sumber



untuk



memecahkan masalah yang terdapat pada LKS. Tahap 4



 Peserta didik berdiskusi 50 menit secara



intensif



untuk



memecahkan masalah yang terdapat pada LKS dengan rasa tanggung jawab dan selalu



aktif



dalam



menyumbang pendapat untuk menyelesaikan



masalah



tersebut. Tahap 5







Verifikasi



mempresentasikan



(Verification)



diskusi kelompoknya.



Perwakilan



kelompok 40 menit hasil



 Kelompok lain menanggapi presentasi



kelompok



yang



bersangkutan.  Guru menanggapi hasil presentasi



untuk



memberi



penguatan pemahaman dan mengklarifikasi miskonsepsi.



34



 Guru menilai kemampuan peserta didik saat presentasi.  Guru menjelaskan materi yang



belum



jelas



dalam



diskusi kelompok. Tahap 6 Menarik



Guru membimbing peserta 20 menit kesimpulan didik



(Generalisasi)



menyimpulkan



pembelajaran



secara



keseluruhan Kegiatan Penutup



 Menginformasikan kepada 10 menit peserta



didik



rencana



tentang kegiatan



pembelajaran



untuk



pertemuan-pertemuan berikutnya.  Guru menyampaikan salam penutup dan berdoa



H. Penilaian 1. Jenis/teknis penilaian Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, dan presentasi. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui kuis dan tes tertulis. 2. Bentuk Instrumen dan Instrumen Instrumen kinerja presentasi menggunakan lembar pengamatan kinerja presentasi dengan fokus penilaian pada : komunikasi, sistematika penyajian, wawasan, keberanian, antusias dan penampilan. 3. Pedoman penskoran Pedoman penskoran terlampir.



Lampiran 1 35



Materi Pembelajaran Gerak Melingkar Beraturan 



Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan.







Kecepatan pada gerak melingkar beraturan besarnya selalu tetap namun arahnya selalu berubah, arah kecepatan selalu menyinggung lingkaran, maka v selalu tegak lurus garis yang ditarik melalui pusat lingkaran ke sekeliling lingkaran tersebut.







Pengertian radian. 1 (satu) radian adalah besarnya sudut tengah lingkaran yang panjang busurnya sama dengan jari-jarinya. Besarnya sudut :  = S/ R radian



S = panjang busur R = jari-jari = 1 radian. 



Jika panjang busur sama dengan jari-jari, maka  = 1. Satu radian dipergunakan untuk menyatakan posisi suatu titik yang bergerak melingkar (beraturan maupun tak beraturan) atau dalam gerak rotasi. Keliling lingkaran =2𝜋 𝑥 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑢𝑠 gerakan melingkar dalam 1 putaran 2𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 1 putaran = 360°= 2𝜋 𝑟𝑎𝑑 1 rad =







360 2



= 57,3



Frekuensi dan perioda dalam gerak melingkar beraturan. Waktu yang diperlukan P untuk satu kali berputar mengelilingi lingkaran di sebut waktu edar atau perioda dan diberi notasi T. Banyaknya putaran per detik disebut Frekwensi dan diberi notasi f. Satuan frekwensi ialah Herz atau cps (cycle per second). 1



Jadi antara f dan T kita dapatkan hubungan : f . T = 1 f = 𝑇 



Kecepatan linier dan kecepatan sudut. Jika dalam waktu T detik ditempuh jalan sepanjang keliling lingkaran ialah 2 𝜋 R, maka kelajuan partikel P untuk mengelilingi 𝑠



lingkaran dapat dirumuskan : V = 𝑡



Kecepatan ini disebut kecepatan linier dan diberi notasi v. 36







Kecepatan anguler (sudut) diberi notasi 𝜔 adalah perubahan dari perpindahan sudut persatuan waktu (setiap saat). Biasanya dinyatakan dalam radian/detik, derajat perdetik, putaran perdetik (rps) atau putaran permenit (rpm). Bila benda melingkar beraturan dengan sudut rata-rata (𝜔)dalam radian perdetik : sudut gerakan radian



𝜔 = waktu (detik )yang diperlukan untuk membentuk sudut tersebut 𝜔= Jika 1 putaran maka : 𝜔 =



2𝜋 𝑡



𝜃 𝑡



rad/detik atau



𝜔 = 2𝜋𝑓



Dengan demikian besarnya sudut yang ditempuh dalam t detik : 𝜃 = 𝜔𝑡



atau



𝜃 = 2𝜋𝑓𝑡



Dengan demikian antara v dan 𝜔 kita dapatkan hubungan : 𝑉 = 𝜔𝑅



Lampiran 2 PERTANYAAN DISKUSI 1. Gerak apa yang terjadi terhadap gerakan tarian molulo ? 2. Konsep apa saja yang terjadi pada tarian molulo ? 3. Bagaimana percepatan sentripetal pada tarian molulo ? 37



4. Apakah percepatan tarian ini konstan ? berikan alasannya !



Lampiran 3 PENILAIAN KINERJA DISKUSI & PRESENTASI Matapelajaran Materi



: Fisika : Gerak Melingkar Beraturan 38



Kelas



: X MIA



No Namapesertadidik



Penilaian A



B



C



Skor



D



E



nilai



F



Rubric Aspek



yang



di Kode



nilai Komunikasi



A



Sistematikapenya



B



mpaian



penilaian 1



2



3



Tidak ada komunikasi Penyampaian tidak sistematis



Komunikasi sedang



Komunikasi lancer



Sistematika penyampaian sedang



Sistematika penyampaian baik



Wawasan



C



Wawasan kurang



Wawasan sedang



Wawasan baik



Keberanian



D



Keberanian sedang



Keberanian baik



Antusias



E



Tidak ada keberanian Tidak ada antusias



Antusias sedang



Antusias baik



Penampilan



F



Penampilan kurang



Penampilan sedang



Penampilan baik



Lampiran 4



LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN SIKAP



KERJA KELOMPOK



39



Mata Pelajaran



: Fisika



Kelas



: X MIA



MateriPokok



: Gerak Melingkar



No



Nama siswa



observasi Kerjasama Tanggung toleran



Jumlah Disiplin



skor



jawab (1)



(2)



(3)



(4)



1 2 3 4 6 7



Keteranganpengisianskor 4. sangatbaik 3. baik 2. cukup 1. kurang



Lampiran 5 LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN SIKAP KERJA INDIVIDU



Mata Pelajaran



: Fisika 40



nilai



Kelas



: X MIA



Materi Pokok



: Gerak Melingkar



No



Nama siswa



observasi santun



jujur



Cinta



Jumlah Disiplin



damai (1)



(2)



(3)



1 2 3 4 6 7



Keterangan pengisian skor 4. sangatbaik 3. baik 2. cukup 1. kurang



41



(4)



skor



nilai